Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Mekanisme
Kerja Hormon”
Penyusun sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan, untuk itu kepada para pembaca yang budiman harap memaklumi adanya mengingat
keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya. Dalam kesempatan ini pula
penyusun mengharapakan kesediaan pembaca untuk memberikan saran yang bersifat perbaikan,
yang dapat menyempurakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen mata komuter, sekaligus
sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas kebesaran hati dan kebaikan
beliau mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca yang budiman.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan yang dilakukan karena pesan hormon sangat bervariasi, termasuk diantaranya adalah
perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram),
pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas
baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan
menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon
lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis
jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada
juga jenis hormon yang disebut ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke
aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari,
yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari
untuk mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan
mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran
darah utnuk mempengaruhi jaringan secara spesifik. Jaringan yang dipengaruhi (organ target)
umumnya terletak jauh dari tempat hormon tersebut dihasilkan. Misalnya hormon pemacu folikel
(FSH, follicle stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipolisis anterior hanya
merangsang jaringan tertentu di ovarium. Tetapi dalam hal hormon pertumbuhan kekhususan
organ target menjadi kabur karena sebab hormon pertumbuhan mempengaruhi berbagai jenis
jaringan dalam badan.
Sumber hormon alami yang praktis biasanya dari hewan ternak misalnya sapi. Tetapi beberapa
hormon karena khasnya sehingga yang berasal dari hewan tidak berfungsi untuk manusia seperti
hormon pertumbuhan, FSH dan LH (luteinizing hormone). Cara lain untuk menghasilkan
hormon alami dengan rekayasa genetik. Melalui rekayasa genetik, DNA mikroba dapat
diarahkan untuk memproduksi rangkaian asam amino yang urutannya sesuai dengan hormon
manusia yang diinginkan.
Analog hormon adalah zat sintetis yang berkaitan dengan reseptor hormon. Analog hormon
sangat mirip dengan hormon alami dan sering kali fungsi klinisnya lebih baik dari pada hormon
alaminya sebab mempunyai beberapa sifat yang lebih menguntungkan. Misalnya estradiol adalah
hormon alami yang masa kerjanya sangat pendek, sedangkan etinilestradiol adalah analog
hormon yang masa kerjanya lebih panjang.
Juga ada beberapa obat atau zat kimia yang menghambat sintesis, sekresi maupun kerja hormon
pada reseptornya disebut antagonis hormon. Indikasi utama hormon adalah untuk terapi
pengganti kekurangan hormon misalnya pada hipotiroid. Walaupun hormon merupakan zat yang
disintesis oleh badan dalam keadaan normal, tidak berarti hormon bebas dari efek toksis/racun.
Pemberian hormon eksogen/ dari luar yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan hormonal dengan segala akibatnya.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu).
Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan, dan
metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang
dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya
karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel (Faisal, 2011).
Hormon disebut juga substansi kimia spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh (glandula
endrokrin) yang langsung dicurahkan masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke jaringan tubuh
untuk membantu dan mengatur fungsi fisiologisnya (Sturkie, 1987).
Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya terhadap organ sasaran yang
ditentukan secara genetik. Organ sasaran segera bereaksi terhadap suatu hormon tertentu untuk
menghasilkan zat atau perubahan-perubahan sebagaimana yang telah diprogramkan secara
genetik (Nalbandov, 1964).
1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah sangat
kecil.
2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi
beberapa sel target berlainan (Faisal, 2011).
Perubahan dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari jumlah aktivitas pada organ
4
sasaran. Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia,
sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel.
Berdasarkan sifat sinyal yang mengantar kerja hormon di dalam sel: kelompok hormon yang
menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol,
Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler (Wijaya, 2008).
1. Hypothalamus
Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis atau glandula pytuitaria (salah
satu kelenjar endokrin yang terpenting) dan struktur-struktur lainnya yang berkaitan (Mukhtar,
2006). Hypothalamus berbatasan pada bagian anterior dengan optic chiasma. Hypothalamus
terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Bagian posterior dengan mammilary bodies
b. Bagian dorsal dengan thalamus
c. Bagian ventral dengan sphenoid bone
5
Hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus :
Pada kelenjar hipothalamus memiliki tipe hormon protein. Kelenjar hypothalamus berfungsi
untuk menstimulasi adenohypophysys untuk melepaskan hormon-hormonnya (Ensminger, 1992 :
Kartasudjana, 2006).
Glandula pituitaria (hypophisis) merupakan suatu kelenjar yang rangkap yang terdiri dari:
1. Lobus anterior dan pers intermedia, yang embryologis berasal dari suatu kantong yang
terbentuk pada atap mulut (kantong rathke). Glandula pituitaria bagian depan menghasilkan
hormon-hormon sebagai berikut:
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Berfungsi :
6
Penting untuk proses ovulasi.
Merangsang tumbuhnya sel interstial pada ovarium.
Merangsang sel granulose dan sel theca pada folikel yang masak untuk memproduksi
estrogen.
Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi estrogen, sehingga menyebabkan ovulasi.
Pada unggas LH berfungsi untuk merobek membrane vitelina folikel (yolk) pada bagian
stigma agar terjadi ovulasi. Pada unggas jantan berperan bagi perkembangan testis.
Merangsang keaktifan otot-otot polos vesica urinaria (kandung kemih) dan vesica ellia
(kantong empedu).
Menaikkan tekanan darah yang menimbulkan contricsi arteri yang kecil.
Pengurangan sekresi urin.
7
Menimbulkan kontraksi uterus.
Mengeluarkan susu dari glandula mammae.
3. Thyroid
Kelenjar thyroid terdapat pada semua vertebrata, jumlahnya sepasang yang merupakan lobus
yang berbentuk perisai yang saling dihubungkan oleh suatu isthmus. Tiap-tiap lobus mempunyai
lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini
terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa. Arteri tiroidea superior
merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan
percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih
besar dibandingkan dengan lobus kiri (Haqiqi, 2008).
4. Parathyroid
Kelenjar parathyroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid
oleh karenanya kelenjar parathyroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel
yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar
paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon parathyroid atau parathormon disingkat PTH.
Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone), yang berfungsi PTH
mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH
mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi
kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon ini pun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan
Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran fosfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar
kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol
sekresi PTH adalah kadar kalsium serum.
5. Pancreas
8
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau Langerhans berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon antagonistik merupakan
hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar
gula darah sangat turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi.
Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan
kadar glukosa tersebut (Anonim, 2011). Kelenjar pancreas menghasilkan hormon:
a. Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi pemecahan ygocen hepar, dan efeknya pada
metabolisme karbohidrat. Kerja hormon glucagon berlawanan dengan hormon insulin.
b. Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, sehingga
apabila kekurangan insulin akan menyebabkan diabetes mellitus. (Kartasudjana, 2006).
Pada hormon insulin akan mengakibatkan berbagai efek pada beberapa bagian tubuh, seperti:
• Efek pada hati
• Efek pada otot
• Efek pada lemak
6. Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu
kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah
(medula). Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison dengan gejala
sebagai berikut: timbul kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntahmuntah, terasa sakit di
dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin
meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak. Gejala
lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka
lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Faisal, 2011).
Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosterone yang merupakan tipe hormon steroid.
Hormon aldosterone berfungsi untuk metabolisme elektrolit dan air. Kelenjar adrenal dibagi
menjadi dua kelenjar, yaitu kelenjar cortex dan kelenjar medulla.
7. Thymus
Thymus terdapat dalam bagian superior thorax didekat bagian bawah tracea. Pada anak-anak
kelenjar ini agak besar, tetapi pada waktu pubertas antara 12-17 tahun, akan mengalami
9
regressi/kemunduran.
Pada kelenjar thymus terdapat fungsi endokrin daripada thymus ini, pada tikus, thymus
membentuk suatu substansia yang akan memasuki kelenjar-kelenjar lymphe dan menimbulkan
terbentuknya lympocit. Fungsi lain dari thymus yaitu berperan dalam menimbulkan imunitas.
9. Testis
Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen. Yang paling
potensi dari androgen adalah testosterone. Berikut fungsi-fungsi dari testosterone:
• Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari praeputium, dan
pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.
• Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi (Toelihere, 1985).
10. Ovarium
Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen, progesterone, dan relaxin. Estrogen
dan progesterone adalah hormon steroid, sedangkan relaxin adalah polipeptida. Estrogen dan
progesterone dibicarakan secara mendetail dibagian hormon steroid (Partodihardjo, 1980).
a. Estrogen.
10
Hormon estrogen disekresikan oleh theca interna dari folikel de Graaf. Jaringan ini kaya akan
estrogen dan memperlihatkan aktivitas yang maksimum selama phase estrogenic dari siklus
birahi (Toelihere, 1985).
b. Progesteron
Progesteron adalah progesteron alamiah terpenting yang disekresikan oleh sel-sel lutein corpus
luteum. Disamping itu hormon ini dihasilkan juga oleh placenta. Sebagaimana steroid-steroid
lainnya, progesteron tidak disimpan didalam tubuh, ia dipakai secara cepat atau diekskresikan
dan hanya terdapat dalam konsentrasi rendah didalam jaringan-jaringan tubuh (Toelihere, 1985).
c. Relaxin
Relaxin merupakan hormon protein. Relaxin terutama disintesa dan dilepaskan kedalam
peredaran darah. Fungsi dari relaxin yaitu menyebabkan relaxasi simfisis pelvis. Relaxasi ini
lebih nyata jika sebelumnya hewan telah dijenuhkan dengan estrogen dan progesterone. Fungsi
lain misalnya synergism dengan estrogen dan progesterone dalam merangsang pertumbuhan
kelenjar susu (Partodihardjo, 1980).
Menurut Toelihere (1985) fungsi fisiologik relaxin terutama berhubungan dengan partus dan
bekerja erat dengan estrogen. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
• Relaxin menstimuler pemisahan symphisis pubis pada marmot dan mencit sesudah pemberian
estrogen. Fungsi ini memudahkan keluarnya foetus pada waktu partus.
• Relaxin menimbulkan dilatasi cervix uteri pada babi, sapi, tikus, dan mencit dan mungkin pada
manusia sesudah penyuntikan pendahuluan dengan estrogen dan progesteron. Sekali lagi fungsi
ini mempermudah keluarnya foetus pada saat partus.
11
• Relaxin menghambat aktivitas myometrium, yaitu menghambat kontraksi uterus.
• Relaxin menghambat kadar air dalam uterus, bersama estrogen relaxin menyebabkan
pertumbahan pertumbuhan uterus.
• Relaxin menyebabkan peningkatan pertumbuhan kelenjar mammae bila diberikan bersama
estradiol dan progesterone.
12
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Haqiqi, Sohibul H., 2008. Biosintesis Hormon Tiroid dan Paratiroid. Makalah Seminar, Malang:
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Kartasudjana, R dan Suprijatna, E., 2006. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mukhtar, A., 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.
Nalbandov, A.V., 1964. Reproductive Physiology. 2nd Ed. W.H. Freeman & Co., SanFransisco.
Sturkie, PD., 1987. Avian Physology, Fourt Ed. Springerverlag. New York. Berlin, Heidenberg,
Tokyo.
Toelihere R. Mozes, Drh., M. Sc., Dr., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit
Angkasa. Bandung.
http://images.ibnuaza.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SG5XlQoKCh8AABPwduU1/
elektifIB.doc?nmid=104120862. Diakses pada tanggal 23 November 2011, pukul 13.34 WIB.
14