Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan  tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Mekanisme
Kerja Hormon”
Penyusun sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan, untuk itu kepada para pembaca yang budiman harap memaklumi adanya mengingat
keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya. Dalam kesempatan ini pula
penyusun mengharapakan kesediaan pembaca untuk memberikan saran yang bersifat perbaikan,
yang dapat menyempurakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen mata komuter, sekaligus
sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas kebesaran hati dan kebaikan
beliau mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca yang budiman.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
a. Latar belakang ............................................................................................. 2
b. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 2
c. Identifikasi Masalah .................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................... 3
BAB III
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
BAB IV
PENUTUP........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hormon (dari bahasa Yunani, yang berarti "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan
kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Definisi dari hormon adalah senyawa organik yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Semua organisme multiselular, termasuk
tumbuhan, memproduksi hormon. Hormon berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang
selanjutnya akan melakukan suatu tindakan atau aktivitas tertentu (Anonim, 2011).
Hormon dikeluarkan dan masuk ke aliran darah dalam konsentrasi rendah hingga menuju ke
organ atau sel target. Beberapa hormon membutuhkan substansi pembawa seperti protein agar
tetap berada di dalam darah. Hormon lainnya membutuhkan substansi yang disebut dengan
reservoir hormon supaya kadar hormon tetap konstan dan terhindar dari reaksi penguraian kimia.
Saat hormon sampai pada sel target, hormon harus dikenali oleh protein yang terdapat di sel yang
disebut reseptor. Molekul khusus dalam sel yang disebut duta kedua (second messenger)
membawa informasi dari hormon ke dalam sel.

Tindakan yang dilakukan karena pesan hormon sangat bervariasi, termasuk diantaranya adalah
perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram),
pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas
baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan
menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon
lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.

Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis
jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada
juga jenis hormon yang disebut ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke
aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.

Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari,
yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari
untuk mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan
mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

1.2  Maksud dan Tujuan


Mengetahui dan memahami definisi dari hormone, ciri-ciri hormone, klasifikasi hormone, dan
1
faktor yang mempengaruhi kerja hormon.

1.3  Identifikasi Masalah

1. Definisi dari hormon?


2. Ciri-ciri dari hormon?
3. Faktor yang mempengaruhi kerja hormon?
4. Klasifikasi hormone?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran
darah utnuk mempengaruhi jaringan secara spesifik. Jaringan yang dipengaruhi (organ target)
umumnya terletak jauh dari tempat hormon tersebut dihasilkan. Misalnya hormon pemacu folikel
(FSH, follicle stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipolisis anterior hanya
merangsang jaringan tertentu di ovarium. Tetapi dalam hal hormon pertumbuhan kekhususan
organ target menjadi kabur karena sebab hormon pertumbuhan mempengaruhi berbagai jenis
jaringan dalam badan.

Sumber hormon alami yang praktis biasanya dari hewan ternak misalnya sapi. Tetapi beberapa
hormon karena khasnya sehingga yang berasal dari hewan tidak berfungsi untuk manusia seperti
hormon pertumbuhan, FSH dan LH (luteinizing hormone). Cara lain untuk menghasilkan
hormon alami dengan rekayasa genetik. Melalui rekayasa genetik, DNA mikroba dapat
diarahkan untuk memproduksi rangkaian asam amino yang urutannya sesuai dengan hormon
manusia yang diinginkan.

Analog hormon adalah zat sintetis yang berkaitan dengan reseptor hormon. Analog hormon
sangat mirip dengan hormon alami dan sering kali fungsi klinisnya lebih baik dari pada hormon
alaminya sebab mempunyai beberapa sifat yang lebih menguntungkan. Misalnya estradiol adalah
hormon alami yang masa kerjanya sangat pendek, sedangkan etinilestradiol adalah analog
hormon yang masa kerjanya lebih panjang.

Juga ada beberapa obat atau zat kimia yang menghambat sintesis, sekresi maupun kerja hormon
pada reseptornya disebut antagonis hormon. Indikasi utama hormon adalah untuk terapi
pengganti kekurangan hormon misalnya pada hipotiroid. Walaupun hormon merupakan zat yang
disintesis oleh badan dalam keadaan normal, tidak berarti hormon bebas dari efek toksis/racun.
Pemberian hormon eksogen/ dari luar yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan hormonal dengan segala akibatnya.

3
BAB III
PEMBAHASAN

Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu).
Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan, dan
metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang
dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya
karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel (Faisal, 2011).

Hormon disebut juga substansi kimia spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh (glandula
endrokrin) yang langsung dicurahkan masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke jaringan tubuh
untuk membantu dan mengatur fungsi fisiologisnya (Sturkie, 1987).

Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya terhadap organ sasaran yang
ditentukan secara genetik. Organ sasaran segera bereaksi terhadap suatu hormon tertentu untuk
menghasilkan zat atau perubahan-perubahan sebagaimana yang telah diprogramkan secara
genetik (Nalbandov, 1964).

 Ciri- ciri dari hormon adalah:

1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah sangat
kecil.
2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi
beberapa sel target berlainan (Faisal, 2011).

 Faktor yang mempengaruhi kerja hormon pada organ sasaran :

1. Kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon dan kelenjarnya.


2. Sistem transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein).
3. Reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda dengan letak
reseptornya.
4. Kecepatan degradasi hormon.
5. Kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif menjadi bentuk yang aktif.
6. Jarak

Perubahan dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari jumlah aktivitas pada organ

4
sasaran. Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia,
sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel.

 Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:

1. Golongan Steroid → turunan dari kolestrerol.


2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat.
3. Golongan derivat asam amino dengan molekul yang kecil → Thyroid, Katekolamin.
4. Golongan Polipeptida/Protein → Insulin, Glukagon, GH, TSH.

 Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon:

1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak


2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

 Berdasarkan lokasi reseptor hormon:

1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler


2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)

Berdasarkan sifat sinyal yang mengantar kerja hormon di dalam sel: kelompok hormon yang
menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol,
Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler (Wijaya, 2008).

Kelenjar-kelenjar tiroid yang penting adalah: hypothalamus, hypophysis pituitary, thyroid,


parathyroid, pancreas (pulau Langerhans-Pancreas), adrenal (medula dan korteks), gonad (ovari
dan testes), thymus, dan membrana mukosa usus.

1. Hypothalamus
Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis atau glandula pytuitaria (salah
satu kelenjar endokrin yang terpenting) dan struktur-struktur lainnya yang berkaitan (Mukhtar,
2006). Hypothalamus berbatasan pada bagian anterior dengan optic chiasma. Hypothalamus
terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Bagian posterior dengan mammilary bodies
b. Bagian dorsal dengan thalamus
c. Bagian ventral dengan sphenoid bone

5
 Hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus :

a. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Berfungsi: melepaskan LH dan FSH.


b. Thyrotropin Releasing Hormone (TRH). Berfungsi: melepaskan TSH.
c. Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Berfungsi: melepaskan ACTH.
d. Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH). Berfungsi: melepaskan STH.
e. Somatotropin Inhibitory Hormone (STH-IH). Berfungsi: menghalangi STH yang keluar.
f. Prolactin Releasing Hormone (PRH). Berfungsi: melepaskan prolaktin.
g. Prolactin Inhibitory Hormone (PIH). Berfungsi: menghalangi prolaktin keluar.

Pada kelenjar hipothalamus memiliki tipe hormon protein. Kelenjar hypothalamus berfungsi
untuk menstimulasi adenohypophysys untuk melepaskan hormon-hormonnya (Ensminger, 1992 :
Kartasudjana, 2006).

2. Hypophysis (Glandula Pituitaria)


Glandula pituitaria merupakan suatu kelenjar bilobi, yang menghasilkan bermacam-macam
hormon yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh, dan oleh karena itu sering disebut sebagai
master control glands. Sebagai kelenjar endokrinon. Kelenjar hypophisa terletak di dalam
legokan pada dasar ruang otak yang dikenal sebagai sella turcica. Kelenjar tersebut
mensekresikan sejumlah besar hormon-hormon, beberapa diantaranya berhubungan langsung
dengan reproduksi.

Glandula pituitaria (hypophisis) merupakan suatu kelenjar yang rangkap yang terdiri dari:
1. Lobus anterior dan pers intermedia, yang embryologis berasal dari suatu kantong yang
terbentuk pada atap mulut (kantong rathke). Glandula pituitaria bagian depan menghasilkan
hormon-hormon sebagai berikut:
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Berfungsi :

 Merangsang pertumbuhan folikel ovarium.


 Sebagai substansi yang mengawali siklus birahi.
 Merangsang pemasakan folikel sampai folikel de graff tetapi tidak menyebabkan ovulasi.
 Perbedaan dengan hormon LH bertanggung jawab terhadap perbedaan lama birahi dan
waktu ovulasi ternak sapi, domba, babi, dan kuda.
 Pada unggas betina berfungsi bagi pemasakan folikel (yolk), dan spermatogenesis pada
unggas jantan.

b. Hormon LH (Luteinezing Hormone). Berfungsi:

 Mengawali pertumbuhan tenunan luteal (corpus luteum).


 Merangsang pertumbuhan corpus luteum.

6
 Penting untuk proses ovulasi.
 Merangsang tumbuhnya sel interstial pada ovarium.
 Merangsang sel granulose dan sel theca pada folikel yang masak untuk memproduksi
estrogen.
 Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi estrogen, sehingga menyebabkan ovulasi.
 Pada unggas LH berfungsi untuk merobek membrane vitelina folikel (yolk) pada bagian
stigma agar terjadi ovulasi. Pada unggas jantan berperan bagi perkembangan testis.

c. Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone) /Prolactin. Berfungsi:

 Bersama-sama dengan hormon LH merangsang sel theca dalam corpus hemorragicum


untuk membentuk corpus luteum dan pembentukan progesterone oleh corpus luteum.
 Mempertahankan fungsi corpus luteum.
 Pada unggas betina menyebabkan sifat mengeram, dan menimbulkan sekresi susu
tembolok pada merpati.

d. Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Berfungsi:

 Mengawasi grandula/kelenjar thyreidea.


 Mengawasi pengambilan iod oleh thyroid.
 Sintesa thyroxine dari diidotyrosine .

e. Hormon ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone). Berfungsi:

 Stimulasi adrenal cortex.


 Pelepasan adreno corticoid.

f. Hormon MSH (Melanotropin). Berfungsi:

 Memegang peranan dalam perubahan warna kulit (Partodihardjo, 1980).

2. Lobus posterior yang berasal dari encephalon.


a. Hormon Vasopressin/ADH (Antidiuratic Hormone). Berfungsi:

 Merangsang keaktifan otot-otot polos vesica urinaria (kandung kemih) dan vesica ellia
(kantong empedu).
 Menaikkan tekanan darah yang menimbulkan contricsi arteri yang kecil.
 Pengurangan sekresi urin.

b. Hormon Oxytocin. Berfungsi:

7
 Menimbulkan kontraksi uterus.
 Mengeluarkan susu dari glandula mammae.

3. Thyroid
Kelenjar thyroid terdapat pada semua vertebrata, jumlahnya sepasang yang merupakan lobus
yang berbentuk perisai yang saling dihubungkan oleh suatu isthmus. Tiap-tiap lobus mempunyai
lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini
terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa. Arteri tiroidea superior
merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan
percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih
besar dibandingkan dengan lobus kiri (Haqiqi, 2008).

Kelenjar Thyroid menghasilkan hormon tyroxine dan triiodotyroxine yang berfungsi:


a. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan
tulang.
b. Mempertahankan sekresi GH (Growth Hormone) dan gonadotropin.
c. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan
menambah irama jantung.
d.  Merangsang pembentukan sel darah merah
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan
oksigen akibat metabolisme.
f.   Bereaksi sebagai antagonis insulin.
g.  Mempengaruhi laju metabolisme, mempengaruhi pertumbuhan bulu dan warna (Ensminger,
1992).

4. Parathyroid
Kelenjar parathyroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid
oleh karenanya kelenjar parathyroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel
yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar
paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon parathyroid atau parathormon disingkat PTH.

Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone), yang berfungsi PTH
mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH
mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi
kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon ini pun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan
Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran fosfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar
kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol
sekresi PTH adalah kadar kalsium serum.

5. Pancreas

8
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau Langerhans berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon antagonistik merupakan
hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar
gula darah sangat turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi.
Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan
kadar glukosa tersebut (Anonim, 2011). Kelenjar pancreas menghasilkan hormon:

a. Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi pemecahan ygocen hepar, dan efeknya pada
metabolisme karbohidrat. Kerja hormon glucagon berlawanan dengan hormon insulin.
b. Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, sehingga
apabila kekurangan insulin akan menyebabkan diabetes mellitus. (Kartasudjana, 2006).

Pada hormon insulin akan mengakibatkan berbagai efek pada beberapa bagian tubuh, seperti:
• Efek pada hati
• Efek pada otot
• Efek pada lemak

6.  Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu
kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah
(medula). Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison dengan gejala
sebagai berikut: timbul kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntahmuntah, terasa sakit di
dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin
meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak. Gejala
lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka
lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Faisal, 2011).

Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosterone yang merupakan tipe hormon steroid.
Hormon aldosterone berfungsi untuk metabolisme elektrolit dan air. Kelenjar adrenal dibagi
menjadi dua kelenjar, yaitu kelenjar cortex dan kelenjar medulla.

a. Cortex. Menghasilkan hormon corticosteroids dan catecholamines. Berfungsi untuk


metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.
b. Medulla. Menghasilkan hormon:
•   Adrenaline (Epinephrine). Berfungsi: menimbulkan respon syaraf simpstetik.
•   Noradrenalisne (Norapinephrine). Berfungsi: transmitter syaraf.
(Kartasudjana, 2006).

7. Thymus
Thymus terdapat dalam bagian superior thorax didekat bagian bawah tracea. Pada anak-anak
kelenjar ini agak besar, tetapi pada waktu pubertas antara 12-17 tahun, akan mengalami
9
regressi/kemunduran.

Pada kelenjar thymus terdapat fungsi endokrin daripada thymus ini, pada tikus, thymus
membentuk suatu substansia yang akan memasuki kelenjar-kelenjar lymphe dan menimbulkan
terbentuknya lympocit. Fungsi lain dari thymus yaitu berperan dalam menimbulkan imunitas.

8. Membrana Mukosa Usus


Membrane mukosa usus yang membatasi ventriculus dan intestinum tenue menghasilkan
beberapa hormon. Pada vantriculus dihasilkan gastrin yang merangsang sekresi enzim atau
cairan gastricus.

Pada intestinum tunue dihasilkan:


a. Secretine. Berfungsi: merangsang sekresi enzim-enzim pancreas pada waktu makanan yang
telah diperlunak dari ventriculus masuk ke duodenum.
b. Enterogastrone. Berfungsi: mengurangi sekresi dan mortilitas ventriculus pada waktu  hormon
ini dibawa oleh darah kedalam ventriculus.
c. Cholecystikinin. Berfungsi: menyebabkan kontraksi vesica vellia untuk mencurahkan bilus
yang telah ditimbunnya dalam intestinum tenue. Homon ini dilepaskan dari mocosa intestinalis
oleh makanan-makanan yang berupa lipid.

9. Testis
Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen. Yang paling
potensi dari androgen adalah testosterone. Berikut fungsi-fungsi dari testosterone:

•  Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi.

• Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (kelenjar prostate, vesikularis, dan


bulbourethralis.

•  Merangsang pertumbuhan sifat jantan (Partodihardjo, 1980).

• Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari praeputium, dan
pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.

• Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi (Toelihere,  1985).

10. Ovarium
Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen, progesterone, dan relaxin. Estrogen
dan progesterone adalah hormon steroid, sedangkan relaxin adalah polipeptida. Estrogen dan
progesterone dibicarakan secara mendetail dibagian hormon steroid (Partodihardjo, 1980).
a.  Estrogen.
10
Hormon estrogen disekresikan oleh theca interna dari folikel de Graaf. Jaringan ini kaya akan
estrogen dan memperlihatkan aktivitas yang maksimum selama phase estrogenic dari siklus
birahi (Toelihere, 1985).

Fungsi hormon estrogen adalah:


•  Menimbulkan tanda-tanda birahi.
•  Memperlancar peredaran darah dan perkembangan saluran kelamin.
•  Menunjang pertumbuhan sistem pembuluh kelenjar susu.
•  Bila sekresi estrogen mencapai ketinggian tertentu maka sekresi FSH akan menurun dan saat
itulah LH meningkat terus sampai puncak.
• Setelah ovulasi terjadi estrogen menurun dan FSH kembali normal dan berangsur-angsur
meningkat.
•  Antara estrogen dengan FSH terjadi mekanisme saling ketergantungan.

b.  Progesteron
Progesteron adalah progesteron alamiah terpenting yang disekresikan oleh sel-sel lutein corpus
luteum. Disamping itu hormon ini dihasilkan juga oleh placenta. Sebagaimana steroid-steroid
lainnya, progesteron tidak disimpan didalam tubuh, ia dipakai secara cepat atau diekskresikan
dan hanya terdapat dalam konsentrasi rendah didalam jaringan-jaringan tubuh (Toelihere, 1985).

Fungsi hormon progesteron adalah:


• Penting untuk mempertahankan kebuntingan.
• Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu.
• Pengental lendir birahi untuk sumbat cervix.
• Menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan uterus terhadap pengaruh estrogen dan
oxytocin.

c. Relaxin
Relaxin merupakan hormon protein. Relaxin terutama disintesa dan dilepaskan kedalam
peredaran darah. Fungsi dari relaxin yaitu menyebabkan relaxasi simfisis pelvis. Relaxasi ini
lebih nyata jika sebelumnya hewan telah dijenuhkan dengan estrogen dan progesterone. Fungsi
lain misalnya synergism dengan estrogen dan progesterone dalam merangsang pertumbuhan
kelenjar susu (Partodihardjo, 1980).

Menurut Toelihere (1985) fungsi fisiologik relaxin terutama berhubungan dengan partus dan
bekerja erat dengan estrogen. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
• Relaxin menstimuler pemisahan symphisis pubis pada marmot dan mencit sesudah pemberian
estrogen. Fungsi ini memudahkan keluarnya foetus pada waktu partus.
• Relaxin menimbulkan dilatasi cervix uteri pada babi, sapi, tikus, dan mencit dan mungkin pada
manusia sesudah penyuntikan pendahuluan dengan estrogen dan progesteron. Sekali lagi fungsi
ini mempermudah keluarnya foetus pada saat partus.
11
•  Relaxin menghambat aktivitas myometrium, yaitu menghambat kontraksi uterus.
• Relaxin menghambat kadar air dalam uterus, bersama estrogen relaxin menyebabkan
pertumbahan pertumbuhan uterus.
• Relaxin menyebabkan peningkatan pertumbuhan kelenjar mammae bila diberikan bersama
estradiol dan progesterone.

12
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Kelenjar Hypothalamus menghasilkan hormon: Gonadotropin Releasing Hormone


(GnRH), Thyrotropin Releasing Hormone (TRH, Corticotropin Releasing Hormone
(CRH), Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH), Somatotropin Inhibitory Hormone
(STH-IH), Prolactin Releasing Hormone (PRH), Prolactin Inhibitory Hormone (PIH).
2. Kelenjar Hypophysis (Glandula Pituitaria) lobus anterior menghasilkan: Hormon FSH
(Follicle Stimulating Hormone), Hormon LH (Luteinezing Hormone), Hormon LTH
(Luteo Tropic Hormone) /Prolactin, Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone),
Hormon ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone), Hormon MSH (Melanotropin),
Hormon Oxytocin. Hormon dari kelenjar Hypophysis (Glandula Pituitaria) lobus
posterior menghasilkan: Hormon Vasopressin/ADH (Antidiuratic Hormone) dan Hormon
Oxytocin.
3. Kelenjar Thyroid menghasilkan Hormon: Tyroxine dan Hormon Triiodotyroxine.
4. Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone).
5. Kelenjar Pancreas menghasilkan Hormon Glucagon dan Hormon Insulin.
6. Kelenjar Adrenal dibagi menjadi dua kelenjar. Kelenjar Cortex menghasilkan hormon
Corticosteroids dan Catecholamines. Kelenjar Medulla menghasilkan hormon Adrenaline
(Epinephrine) dan Noradrenalisne (Norapinephrine).
7. Pada kelenjar Thymus terdapat fungsi endokrin.
8. Pada Intestinum tunue dihasilkan hormon: Secretine, Enterogastrone, dan
Cholecystikinin.
9. Pada Testis memproduksi hormon jantan yang disebut androgen. Yang paling potensi
dari androgen adalah Hormon Testosterone.
10. Pada Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu Estrogen, Progesterone, dan
Relaxin.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon. Diakses pada tanggal 23 November 2011, pukul 13.54


WIB.

http://enslikopedi.blogspot.com/2011/01/sistem-endokrin-hormon.html. Diakses pada tanggal 23


November 2011, pukul 13.23 WIB.

Haqiqi, Sohibul H., 2008. Biosintesis Hormon Tiroid dan Paratiroid. Makalah Seminar, Malang:
Fakultas Peternakan Universitas   Brawijaya.

Kartasudjana, R dan Suprijatna, E., 2006. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mukhtar, A., 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.

Nalbandov, A.V., 1964. Reproductive Physiology. 2nd Ed. W.H. Freeman & Co., SanFransisco.

Partodihardjo. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.

Sturkie, PD., 1987. Avian Physology, Fourt Ed. Springerverlag. New York. Berlin, Heidenberg,
Tokyo.

Toelihere R. Mozes, Drh., M. Sc., Dr., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit
Angkasa. Bandung.

http://images.ibnuaza.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SG5XlQoKCh8AABPwduU1/
elektifIB.doc?nmid=104120862.     Diakses pada tanggal 23 November 2011, pukul 13.34 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai