Di susuh oleh :
ARBA INTAN
ENDAH NURMALASARI
MARLIANA
NISA SANIA
Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT kami panjatkan, karena dengan limpahan rahmat
taufiK dan hidayahnya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Konsep Budaya
Dalam Islam".
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan
makalah ini. Kepada teman-teman yang membantu memberi masukan dukungan dan
sumbangan pikiran kepada kami atas terselesainya makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan apabila ada kritik
atau pun saran dari pembaca kami mengucapkan terimakasih dan akan kami evaluasi lagi,
karena kritik dan saran dari pembaca bisa menyempurnakan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini besar harapan kami
adalah semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………… i
BAB 1 – Pendahuluan
Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………………………… 1
BAB 2 - Pembahasan
BAB 3 - Penutup
Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………………. 11
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke
seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis Islam telah
meletakkan nilai-nilai kebudayaannya. Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta,
rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan
karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang
menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat
agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani, sehingga akan
merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau
perdaban Islam.
B. Latar Belakang
C. Rumusan Masalah
i
BAB II
PEMBAHASAN
Harrison dan hunting ton , “istilah ‘budaya’ , tentu saja , mempunyai arti banyak dalam
disiplin ilmu serta konteks yang berbeda”. Sifat sulit untuk dipaahami ini mungkin dapat
dicerminkan dalam fakta bahwa pada awal tahun 1952 ulasan tentang literature antropologi
mengungkap 164 definisi berbeda darikata budaya. Seperti yang dikemukakan oleh lonner
dan malpass, definisi ini ”mencakup pengertian yang merupakan pemerograman pikiran atau
budaya merupakan yang dibuat manusia dalam lingkungan”. Media juga menggunakan kata
ini untuk menggambarkan aspek yang mengagumkan dalam diri manusia dalam music klasik,
ilmu seni.
Hal ini, tentu saja bukan cara yang kita rencanakan dalam menggunakan kata ini. Untuk
tujuan kita, kita memperhatikan pengertian yang mengandung tema bagaimana budaya dan
komunikasi itu berhubungan.satu pengertian yang memenuhi persyaratan tersebut adalah
yang dijabarkan oleh teriandis : “kebudayaan merupakan elemen subjektif dan objektif yang
dibuat manusia yang dimasa lalu meningkatkan kemungkinan uintuk bertahan hidup dan
berakibat dalam kepuasan pelaku dalam ceruk ekologis, dan demikian tersebar diantara
mereka yang dapata berkomunikasi satu sama lain, karenqa mereka mempunyai kesamaan
bahasa dan mereka hidup dalam waktu dan tempat yang sama”.
i
B. Budaya Disiplin/Etos kerja dalam islam
B.1. Pengertian
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga
oleh kelompok bahkan masyarakat . Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas.
Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan
Allah SWT. Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja
adalah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya? Tidak
berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya.
Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para
sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah;
teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami,
maka beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan. Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-peran
dalam hidupnya. Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW, yaitu :
1. Sebagai rasul.
i
B.3 Fungsi Dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
3. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan .
Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan
hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal
untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai
permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat.
Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia
untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan,
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di
manapun manusia menginginkan kebahagiaan.
i
pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya
hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai
kerjanya.
Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan menghasilkan uang,
dengan uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala kebutuhan sehari-hari hingga
akhirnya ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi dengan bekerja saja tidak cukup, perlu adanya
peningkatan, motivasi dan niat.
Setiap pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja
secara Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari
pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk didalamnya
menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memililih pekerjaan menumbuhkan
etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi semua pekerjaan. Adapun etos kerja
yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-
cita yang tinggi.
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya-u “ulumuddin” yang dikutip Ali Sumanto
Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan pengertian etos (khuluk)
adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran. Dengan demikian etos kerja Islami
adalah akhlak dalam bekerja sesuai dengan nilai-nilai islam sehingga dalam
melaksanakannya tidak perlu lagi dipikir-pikir karena jiwanya sudah meyakini sebagai
sesuatu yang baik dan benar.
i
Sejarah ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia terlepas dari
asal usul kebangsaan maupun asal mula negara.
Menuntut ilmu adalah batas akhir umur manusia, maka seorang manusia akan selalu
butuh kepada tambahan ilmu selama masih bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan
akal jika sudah sampai pada puncaknya. Hal ini menunjukan bahwa akal lebih lemah
dibanding ilmu, dan bahwasanya agama tidak bisa dijangkau dengan akal, tetapi agama
dijangkau dengan ilmu.
Islam memerintahkan manusia agar belajar dan menuntut ilmu sebagaimana firman Allah
ِ َو َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِرُوا َكافَّةً ۚ فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُكلِّ فِرْ قَ ٍة ِم ْنهُ ْم طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الد
ِّين َولِيُ ْن ِذرُوا قَوْ َمهُ ْم إِ َذا
ََر َجعُوا إِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS.at-Taubah:122)
Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan kemampuan akal yang diberikan pada
kita, salah satu caranya ia menganjurkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
i
C.2. Pentingnya membaca/menuntut ilmu dalam pandangan islam
Dengan memiliki ilmu, seseorang menjadi lebih tinggi derajatnya disbanding dengan
yang tidak berilmu. Atau dengan kata lain, kedudukan mulia tidak akan dicapai kecuali dalam
ilmu. Ilmu pengetahuan dapat memperluas cakrawala dan memperkaya bahan pertimbangan
dalam segala sikap dan tindakan.
Menurut KBBI jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang dan tulus hati.
Secara Istilah berarti merupakan seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu. Sikap jujur
merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani setiap manusia dan bukan merupakan apa
yang keluar dari hasil pemikiran yang melibatkan otak dan hawa nafsu.
Secara Etimologi jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab jujur ialah
“Ash-Shidqu’’ sedangkan “Ash-Shidqu’’ berarti benar, dapat dipercaya.
i
mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.(Q.S. Al-Isra
Ayat: 53)
Shidiq dalam niat dan kemauan ialah selalu memiliki niat dan kemauan yang baik,
benar dan jujur dalam hati, tidak pernah muncul dalam hatinya keinginan untuk
berkata dan berbuat curang walaupun ada peluang untuk itu.
Shidiq dalam tekad ialah memiliki tekad yang baik, benar,jujur. Misalnya orang yang
bertekad bahwa kalau nanti menjadi pejabat akan bertekad jadi pejabat yang jujur,
tidak akan menyeleweng, seperti melakukan korupsi, atau jika diberi kepercyaan
untuk mengemban suatu tugas akan dijalankan dengan benar.
Shidiq dalam menepati janji ialah selalu memenuhi janji bila berjanji. Misalnya kalau
orang dilantik menjadi pejabat biasanya disumpah dengan ucapan sumpah yang berisi
janji bahwa nanti dalam bertugas tugasnya akan dijalankan dengan baik, tidak akan
menerima pemberian dari pihak manapun yang diduga akan mempengaruhi tugasnya.
Orang yang shidiq harus memenuhi janji atau sumpahnya ini.
Shidiq dalam amal perbuatan ialah selalu berbuat baik dan jujur walau ada godaan
yang mendorong dia untuk berbuat curang. Misalnya kalau menjadi pejabat banyak
pihak yang datang menawarkan sesuatu untuk memperoleh keuntungan dari
jabatannya.
Sesungguhnya orang yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelas pendusta.
Oleh karena itu, jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang baik sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran merupakan kunci sukses dalam segala
hal termasuk dalam bekerja.
i
Orang yang jujur akan mendapatkan amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-
rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin
Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan
dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan
ketenangan dan kepercayaan.
D.3.Langkah-langkah Pengamalannya
1. Hal paling sederhana dan paling mendasar adalah diri kita sendiri. Kenapa harus dimulai
dari diri kita sendiri ? karena apabila kita sudah jujur terhadap diri sendiri, maka akan
berdampak juga kepada orang dan lingkungan di sekitar.
2. Mengantisipasi perilaku yang akan membuat kita merasa bersalah. Misalnya saja anda
melakukan sebuah kebohongan terhadap atasan, maka anda akan menutupi sebuah kebenaran
yang tidak menyenangkan dengan suatu kebohongan.
3. Berhenti membandingkan diri anda dengan orang lain. Karena apabila hal ini terus terjadi
anda hanya akan membuat kebohongan-kebohongan baru untuk memperlihatkan diri anda
sebagai seseorang yang baik meski pada realitanya hal ini bertolak belakang.
E. Adil
Adil berasal dari bahasa arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus.
Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari deskriminasi, ketidakjujuran.
Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukumbaik
hukum agama, hukum negara, maupun hukum adat yng berlaku.
Dengan demikian orang yang adil selalu bersikap tidak memihak kecuali kepada
kebenaran. Bukan berpihak karena teman, persamaan suku, bangsa, maupun agama.
ۖ س ُك ْم أَ ِو ا ْل َوالِ َد ْي ِن َواأْل َ ْق َربِينَ ۚ إِنْ يَ ُكنْ َغنِيًّا أَ ْو فَقِي ًرا فَاهَّلل ُ أَ ْولَ ٰى بِ ِه َما
ِ ُش َهدَا َء هَّلِل ِ َولَ ْو َعلَ ٰى أَ ْنف ْ ِيَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّوا ِمينَ بِا ْلق
ُ س ِط
ضوا فَإِنَّ هَّللا َ َكانَ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ًرا ُ فَاَل تَتَّبِ ُعوا ا ْل َه َو ٰى أَنْ تَ ْع ِدلُوا ۚ َوإِنْ تَ ْل ُووا أَ ْو تُ ْع ِر
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
i
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamukerjakan.(Q.S.An-NisaAyat:135)”
• Mengerjakan segala seuatu dengan niat agar mendapatkan ridha Allah SWT
• Tidak berbuat dan berlaku berat sebelah atau memihak salah satu.
i
c) Mendatangkan ridha Allah karena telah mengerjakan perintah-Nya
i
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan nahwa sesuai dengan makalah “konsep
kebudayaan dalam pandangan islam” bahwa sgela tindakan atau perilaku yang akan diperbuat
harus menggunakan akal sehat, pikiran dan mencari tahu apakah hal tersebut sesuai dengan
syari’at-syaria’at dan ketentuan dalam islam.
Manusia tidak bisa dikatakan beriman apabila agamanya tidak disadari dengan
akalnya, tidak diketahuinya sampai ia benar-benar yakin. Apabila orang dibesarkan dengan
biasa menerima begitu saja tanpa disadari dengan akal pikirannya, maka dalam melakukan
suatu perbuatan, meskipun perbuatan yang baik, tanpa diketahuinya benar, dia bukan orang
beriman.
i
DAFTAR PUSTAKA
Basuki dan M. miftakhul ulum, Pengantar Pendidikan Islam, Ponorogo : stain Po PRESS,
2007
http://indonesian.irib.ir/
http://kbbi.web.id/
https://id.wikipedia.org/
Tebba, sudirman.Orientasi sufistik caknur: Komitmen moral seorang guru bangsa. sudirman
tebba.Jakarta:Paramadina,2004