Pemilu ini diadakan pada saat negara Indonesia masih mengalami kekacauan keamanan yang
kurang kondusif, antara lain kekacauan dari pemberontakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam
Indonesia) yang dipimpin Kartosuwiryo. Dalam kondisi demikian, para anggota dari angkatan bersenjata
dan polisi masih diprbolehkan ikut memilih, tidak seperti peraturan yang berlaku sekarang. Penggiliran
kedatangan ke tempat pemilihan dilakukan untuk mereka yang bertugas di daerah rawan sehingga
pemilu dapat berlansgsung dengan lancar dan aman.