JABATAN
kejahatan yang diatur di dalam KUHP (buku dua) Pasal 372-377. Penggelapan
termasuk di dalam jenis kejahatan terhadap harta benda. Kejahatan yang terjadi di
Berbicara tentang timbulnya penggelapan, maka tidak terlepas dari sebab- sebab
timbulnya kejahatan itu sendiri. Hal ini dikarenakan bahwa penggelapan seperti
yang diuraikan sebelumnya adalah merupakan bagian dari kejahatan yang diatur
di dalam KUHP. Oleh karena itu faktor penyebab timbulnya tindak pidana
1. Mazhab Antropologi
sangat tua. Dahulu istilah ini dipergunakan dalam arti lain, yaitu ilmu tentang ciri-
repository.unisba.ac.id
terjadinya kejahatan dengan cara mempelajari bentuk tubuhseseorang. Mazhab
Antropologi ini berkembang sekitar tahun 1830-1870 yang dipelopori oleh Gall
dan Spurzheim. Menurut Yoseph Gall bahwa bakat dan watak manusia ditentukan
oleh otak dan sebaliknya otak memberi pengaruh pula pada bentuk tengkorak.
Oleh karena itu, tengkorak dapat diperhatikan dan diukur, maka pembawaan,
bahwa sebab atau faktor yang mendorong seseorang melakukan kejahatan adalah
melekat pada pribadi seseorang itu sendiri seperti keturunan, merosotnya sifat atau
menderita penyakit (cacat) dengan kata lain faktor yang mendorong seseorang
melakukan kejahatan adalah bersifat intern, datang dari pribadi masing- masing
seperti halnya negro, mereka dilahirkan demikian. Mereka tidak merupakan predis
posisi untuk kejahatan tetapi suatu prodistinasi dan tidak ada pengaruh lingkungan
yang dapat merubahnya, sifat batin sejak lahir dapat dikenal dari adanya stigma-
20
H.M. Ridwan & Ediwarman. S, Azas-Azas Kriminologi, USU Press, Medan, 1994, Hal
65
21
Romli Kartasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Surabaya,
1992, Hal 42.
repository.unisba.ac.id
b. Hipothese atavisme : persoalannya adalah bagaimana menerangkan
terjadinya makhluk yang abnormal itu (penjahat sejak lahir), dalam memecahkan
kembali menerima sifat-sifat yang sudah tidak dimiliki nenek moyangnya yang
terdekat tetapi dimiliki nenek moyangnya yang lebih jauh (yang dinamakan
epilepsy.
penjahat dipandang dari tipe mempunyai tanda tertentu, umpamanya isi tengkorak
(pencuri) kurang bila dibandingkan dengan orang lain dan kelainan-kelainan pada
pada otak-otak hewan, biarpun tidak dapat ditunjukan, adanya kelainan penjahat
yang khusus, roman mukanya juga lain dari pada orang biasa (tulang rahang lebar,
repository.unisba.ac.id
muka menceng, tulang dahi melengkung kebelakang, kurang perasaannya dan
suka tatto), seperti halnya pada orang yang masih sederhana peradapannya. 22
2. Mazhab Lingkungan
penjahat, suatu unsur yang baru mempunyai arti apabila menemukan pembenihan
penyebab kejahatan, oleh karena itu apabila terjadi kejahatan, maka yang dihukum
(1843-1904) seorang ahli hukum dan sosiologi. Sejak semula ia menentang ajaran
22
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001,hal 43
repository.unisba.ac.id
mengakui bahwa peniruan dalam masyarakat memang mempunyai pengaruh yang
sangat besar sekali. Walaupun kehidupan manusia bersifat khas sekali dapat
ke-18 dan permulaan abad ke-19 menganggap bahwa keadaan ekonomi yang
tetapi juga didorong oleh nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan
gejala patologis sosial yang berasal dari kejahatan politik mempunyai hubungan
dengan keadaan kritis. Ia menekankan bahwa antara sistim ekonomi dan faktor-
faktor umum dalam kejahatan hak milik mendorong untuk mementingkan diri
3. Mazhab Bio-Sosiologis
setiap kejahatan dalam hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam individu,
masyarakat dan keadaan fisik, sedangkan unsur tetap yang paling penting
23
H.M. Ridwan & Ediwarman. S, Op. Cit, Hal 66
24
W.A. Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, P.T. Pembangunan Ghalia Indonesia,
Jakarta 1982 hal 95
repository.unisba.ac.id
menurutnya adalah individu25. Yang dimaksud dengan unsur-unsur yang terdapat
dalam individu ialah unsur-unsur seperti apa yang diterangkan oleh Lambroso,
yaitu :
Jadi keadaan sekeliling manusia berpengaruh dua kali, yang terdiri dari keadaan
perbuatan jahat dan dengan bakatnya terdapat diri individu. Hal ini berarti bahwa
keadaan sekeliling individu atau lingkungan kerap kali merupakan unsur yang
menentukan.
4. Mazhab Spritualis
Orang yang beragama akan mempunyai tingkah laku yang baik dibandingkan
dengan orang yang tidak beragama. F.A.K. Krauss beranggapan demikian: makin
25
Soerjono Soekanto, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, Hal
17
26
W.A. Bonger, Op. Cit, Hal 97
repository.unisba.ac.id
Tuhan serta pandangan hidup dan pandangan terhadap dunia yang menjadi dasar
sama sekali kosong dalam hal dorongan-dorongan moral, adalah merupakan dasar
27
yang hitam dimana kebusukan dan kejahatan berkembang dengan subur.
d. Golongan kombinasi
kombinasi pada diri manusia yaitu ide, ego, dan super ego.
27
H.M. Ridwan & Ediwarman. S, Op. Cit, Hal 68.
repository.unisba.ac.id
e. Golongan dialog
lingkungan28.
kesempatan.
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan karena pengaruh gaya hidup yang
28
H.M.Ridwan & Ediwarman, Op. Cit, Hal 68-73.
repository.unisba.ac.id
konsumtif bisa mendorong seseorang untuk melakukan pengeluaran
29
www. Balitbangjateng. go. id/ kegiatan/ penelitian 2008/ b1_kkn.pdf, diakses tanggal 2
November 2013, pukul 18.00 WIB.
repository.unisba.ac.id
B. Bentuk Tindak Pidana Penggelapan
Bab XXIV (buku II) KUHP mengatur tentang penggelapan yang terdiri
dari 6 Pasal yaitu Pasal 372 - 377. Dengan melihat cara perbuatan yang dilakukan,
telah diterangkan terdahulu. Benda yang menjadi objek kejahatan ini tidak
- Perbuatan memiliki.
- Sesuatu benda.
- Dengan sengaja.
repository.unisba.ac.id
- Dan melawan hukum.30
Dikatakan penggelapan ringan, bila objek dari kejahatan bukan dari hewan
atau benda itu berharga tidak lebih dari Rp 250,-. Besarnya ketentuan harga ini
tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang ini. Namun demikian dalam praktek
Kejahatan ini diatur dalam Pasal 373 KUHP dengan ancaman hukuman selama-
Pasal 373 KUHP menentukan bahwa " Perbuatan yang diterangkan dalam
pasal 372, jika yang digelapkan itu bukan hewan dan harganya tidak lebih
dari Rp 250,-, dihukum, karena penggelapn ringan, dengan hukuman
penjara selama-lamanya 3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,-
"
-Bukan ternak.
30
Adam chazawi kejahatan terhadap harta benda,bayumedia malang 2003 hal 70
31
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), Alumni,
Bandung,361980, Hal 40
repository.unisba.ac.id
Penggelapan ini menjadi ringan, terletak dari objeknya bukan ternak dan nilainya
tidak lebih dari Rp 250,00. Dengan demikian terhadap ternak tidak mungkin
terjadi penggelapan ringan. Di dalam Pasal 101 KUHP dinyatakan " yang
dikatakan hewan, yaitu binatang yang berkuku satu, binatang yang memamah biak
dan babi " Binatang yang berkuku satu misalnya kuda, keledai dan sebagainya
sedangkan binatang yang memamah biak misalnya sapi, kerbau, kambing dan lain
tidak berkuku satu dan juga bukan binatang yang memamah biak32. Mengenai
nilai yang tidak lebih dari Rp 250,00 itu adalah nilai menurut umumnya, bukan
penggelapan yang diperberat diatur dalam Pasal 374 dan 375 KUHP. Faktor yang
menyebabkan lebih berat dari bentuk pokoknya, disandarkan pada lebih besarnya
kepercayaan yang diberikan pada orang yang menguasai benda yang digelapkan.33
Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
32
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor, 1993, Hal 105.
33
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 85
repository.unisba.ac.id
b. Unsur-unsur khusus yang memberatkan, yakni beradanya benda dalam
atas, adalah hubungan yang sedemikian rupa antara orang yang menguasai dengan
benda, menunjukan kepercayaan yang lebih besar pada orang itu. Seharusnya
adalah :
disimpan.
34
Ibid hal 86
repository.unisba.ac.id
- Terhadap barang yang ada pada mereka karena jabatan mereka sebagai
atau yayasan35.
menjadi:
maupun pelaku pembantunya maka tidak dapat dilakukan penuntutan (Pasal 376
ayat 2 KUHP).36
dimaksudkan dengan penggelapan dalam keluarga itu adalah jika pelaku atau
pembantu salah satu kejahatan adalah suami atau istri atau keluarga karena
perkawinan, baik dalam garis keturunan yang lurus maupun keturunan yang
menyamping dari derajat kedua dari orang yang terkena kejahatan itu. Di dalam
35
H.A.K Moch. Anwar, Op. Cit, Hal 38.
36
Adam Chazawi, Op. Cit, Hal 94.
repository.unisba.ac.id
hal ini apabila pelaku atau pembantu kejahatan ini adalah suami atau istri yang
belum bercerai maka pelaku pembantu ini tidak dapat dituntut. Apabila
diantaranya telah bercerai, maka bagi pelaku atau pembantu kejahatan ini hanya
dapat dilakukan penuntutan bila ada pengaduan dari orang lain yang dikenakan
kejahatan itu.
dalam bentuk yang diperberat yang terdapat di dalam Pasal 374 KUHP. Oleh
dengan menggunakan jabatan maka tidak terlepas dari unsur-unsur tindak pidana
penggelapan dalam bentuk pokok yang terdapat di dalam Pasal 372 KUHP. Di
penggelapan dalam bentuk pokok, oleh karena itu sebelum membahas unsur-unsur
tindak pidana penggelapan dengan jabatan, akan dibahas terlebih dahulu unsur-
unsur tindak pidana dalam bentuk pokok. Unsur-unsur tindak pidana dalam
bentuk pokok yang terdapat di dalam Pasal 372 KUHP terdiri dari unsur objektif
repository.unisba.ac.id
a. Perbuatan memiliki
Memiliki adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang atau lebih tegas
kekuasaan yang nyata dan mutlak atas barang itu, hingga tindakan itu merupakan
suatu benda seolah-olah ia pemilik benda itu. Kiranya pengertian ini dapat
atas suatu benda yang berada dalam kekuasaanya adalah ia melakukan suatu
hukum, hanya pemilik sajalah yang dapat melakukan sesuatu perbuatan terhadap
benda miliknya.38
37
H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, Hal 35
38
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 72
repository.unisba.ac.id
barang itu dengan menyembunyikan sudah dapat dikatakan sebagai perbuatan
memiliki.39
memiliki itu adalah perbuatan terhadap suatu benda oleh orang yang seolah-olah
pemiliknya, perbuatan mana bertentangan dengan sifat dari hak yang ada padanya
subjektif, sebagai maksud untuk memiliki (benda objek kejahatan itu). Tetapi
pada penggelapan, memiliki berupa unsur objektif, yakni unsur tingkah laku atau
benar-benar ada wujud dari memiliki itu, karena memiliki ini sekedar dituju oleh
merupakan unsur objektif dimana memiliki itu harus mempunyai bentuk atau
wujud, bentuk mana harus sudah selesai dilaksanakan sebagai syarat untuk
memiliki sudah tampak dari adanya perbuatan mengambil, oleh karena itu
sebelum kejahatan itu dilakukan benda tersebut belum ada dalam kekuasaannya.
39
H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, Hal 35.
40
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 73
repository.unisba.ac.id
Berbeda dengan penggelapan. Oleh sebab benda objek kejahatan, sebelum
adalah aktif, jadi harus ada wujud konkretnya. Pada kenyataannya wujud
kekuasaan atas benda, dan juga benda tidak lenyap atau habis, atau
41
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 76
repository.unisba.ac.id
Pada perbuatan penggelapan, barang yang menjadi objek penggelapan
adalah hanya terhadap benda-benda yang berwujud dan bergerak saja. Perbuatan
yang telah diterangkan di atas, tidak mungkin dilakukan pada benda-benda yang
adanya suatu hubungan langsung dan erat dengan benda itu yang sebagai
dia dapat melakukannya secara langsung tanpa harus melakukan perbuatan lain
terlebih dahulu, adalah hanya terhadap benda-benda berwujud dan bergerak saja,
dan tidak mungkin terjadi pada benda-benda yang tidak berwujud dan tidak
tetap.42
Benda yang tidak ada pemiliknya, baik sejak semula maupun telah
dilepaskan hak miliknya tidak dapat menjadi objek penggelapan. Benda milik
suatu badan hukum, seperti milik negara adalah berupa benda yang tidak/bukan
dimiliki oleh orang, adalah ditafsirkan sebagai milik orang lain, dalam arti bukan
milik petindak dan oleh kerena itu dapat menjadi objek penggelapan. Orang lain
yang dimaksud sebagai pemilik benda yang menjadi objek penggelapan, tidak
menjadi syarat sebagai orang itu adalah korban, atau orang tertentu melainkan
42
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 77
repository.unisba.ac.id
siapa saja asalkan bukan petindak sendiri. 43Arres HR tanggal 1 Mei 1922 dengan
disyaratkan bahwa menurut hukum terbukti siapa pemilik barang itu. Sudah cukup
Dalam unsur ini pelaku harus sudah menguasai barang dan barang itu oleh
pemiliknya dipercayakan kepada pelaku, hingga barang ada pada pelaku secara
sah bukan karena kejahatan yang dimaksud dengan pengertian kejahatan tidak
mana yang dinyatakan sebagai perbuatan pidana. Perbuatan pidana ini kemudian
dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu yang dinamakan kejahatan dan pelanggaran.
Dari segi kriminologi setiap tindakan atau perbuatan tertentu yang tidak disetujui
oleh masyarakat diartikan sebagai kejahatan. Jadi setiap perbuatan anti sosial,
sedangkan pada pencurian barang ada dalam kekuasaan pelaku karena kejahatan
43
H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, Hal 36
44
ibid Hal 78.
45
Made Darma Weda, Kriminologi, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996, Hal 12.
repository.unisba.ac.id
dengan perbuatan mengambilnya. Unsur ini dapat terdiri atas perbuatan
diangkut. Perihal unsur berada dalam kekuasaannya adalah apabila antara orang
itu dengan benda terdapat hubungan yang sedemikian eratnya, sehingga apabila ia
akan melakukan segala macam perbuatan terhadap benda itu ia dapat segera
yang lain.46 Di samping itu harus juga diketahui oleh pelaku bahwa barang yang
dikuasainya itu bukan karena kejahatan. Sebagai contoh, jika B dititipkan sebuah
radio hasil pencurian yang dilakukan oleh A dan B menjual radio itu kemudian
maka dalam hal ini harus terlebih dahulu dilihat sikap batin B. Sikap batin yang
dimaksud adalah apakah B ketika menjual radio hasil pencurian itu sudah
mengetahui sebelumnya bahwa radio itu adalah hasil pencurian, jika B sudah
tetapi dapat disebut melakukan kejahatan penadahan (Pasal 480 KUHP). Namun,
a. Unsur kesengajaan
46
H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, Hal 36.
repository.unisba.ac.id
Unsur ini adalah merupakan unsur kesalahan dalam penggelapan.
dan kelalaian. Dengan sengaja berarti pelaku mengetahui dan sadar hingga ia
perbuatannya serta sadar akan akibat yang timbul dari perbuatannya itu. Atau
pidana seperti pada penggelapan, maka kesengajaan dikatakan ada apabila adanya
suatu kehendak atau adanya suatu pengertahuan atas suatu perbuatan atau hal-hal
tertentu serta menghendaki dan atau mengetahui atau menyadari akan akibat yang
orang lain yang berada dalam kekuasaannya itu sebagai perbuatan melawan
repository.unisba.ac.id
3. Petindak mengetahui, menyadari bahwa ia melakukan perbuatan
memiliki itu adalah terhadap suatu benda, yang juga disadarinya bahwa benda itu
lanjut. Pada dasarnya melawan hukum adalah sifat tercelanya atau terlarangnya
dari suatu perbuatan tertentu. Di dalam doktrin dikenal ada dua macam melawan
hukum, yaitu melawan hukum formil dan melawan hukum materil. Melawan
hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis, artinya sifat tercelanya
atau terlarangnya suatu perbuatan itu terletak oleh sebab dari hukum tertulis.
dalam masyarakat, asas mana dapat merupakan hukum tidak tertulis maupun
47
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 82.
48
ibid
repository.unisba.ac.id
Uraian di atas adalah merupakan penjelasan unsur-unsur yang merupakan
menggunakan jabatan yang terdapat di dalan Pasal 374 KUHP yang merupakan
yang diberikan pada orang yang menguasai benda yang digelapkan. Beberapa
a. Hubungan kerja
pemilik toko ataupun karyawan PT terhadap anggota direksi PT. Dan barang-
barang yang dikuasai oleh bawahannya itu harus ada hubungannya dengan tugas
bahwa yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah pekerjaan yang terjadi
karena suatu perjanjian kerja, misalnya pengurus dari suatu Perseroan Terbatas.
repository.unisba.ac.id
b. Mata pencaharian/ jabatan (beroep)
jabatan atau dengan pekerjaan. Dalam hal ini maka terdakwa melakukan
suatu perusahaan mempunyai hubungan menguasai antar dia dengan uang yang
Namun apabila menyalahgunakan uang yang menjadi tanggung jawab dan berada
perjanjian oleh sebab diserahi sesuatu benda. Sebagai contoh seorang pekerja
stasiun membawakan barang orang penumpang dengan upah uang, akan tetapi
barang tersebut digelapkan oleh pekerja tersebut hal ini termasuk dalam
49
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 88
repository.unisba.ac.id
D. Tinjauan Umum tentang Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum.
butir 11 KUHAP yaitu bahwa Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau
bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang
kecuali hal itu telah diusahakan sungguh- sungguh tidak tercapai, maka ditempuh
- Jika hal tersebut pada tidak juga dapat diperoleh putusan, yang dipilih
tergantung dari hasil mufakat musyawarah hakim berdasar penilaian yang mereka
peroleh dari surat dakwaan dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti
50
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP , 2002:hal 347
repository.unisba.ac.id
1. Pemidanaan atau penjatuhan pidana Putusan pemidanaan diatur dalam
Pasal 193 ayat (1) KUHAP yaitu ” Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
menjatuhkan pidana”.
191 ayat (2) KUHAP yaitu ” Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan itu
tidak merupakan suatu tindak pidana maka terdakwa diputus lepas dari segala
- Perbuatan itu tidak merupakan tindak pidana maka terdakwa lepas dari
3. Putusan Bebas
hukum ( Vrijspraak). Bebas dari segala tuntutan hukum sehingga terdakwa bebas
dari pemidanaan. Putusan bebas diatur dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP, yaitu ”
51
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, 2002:hal281
repository.unisba.ac.id
Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan sidang, kesalahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah
hakim tidak memperoleh keyakinan mengenai kebenaran atau ia yakin bahwa apa
pembebasan murnilah yang tidak dapat diajukan dalam pemeriksaan kasasi .54
tidak murni, yang mestinya bersifat lepas dari segala tuntutan hukum.
Pembebasan tidak murni pada hakikatnya merupakan putusan lepas dari segala
tuntutan hukum yang terselubung, dapat dikatakan apabila dalam suatu dakwaan
52
Andi Hamzah, Op cit hal 282
53
Andi Hamzah, Loc cit hal 282
54
Oemar Seno Adjie, Hukum Hakim Pidana 1985:hal 163
repository.unisba.ac.id
sedangkan hakim memandang dakwaan tersebut tidak terbukti.55 Yurisprudensi
konstan dari Mahkamah Agung menyatakan bahwa tidak bisa diajukan upaya
hukum terhadap putusan bebas, dan masih membuka untuk pemeriksaan dalam
tingkat kasasi terhadap putusan bebas tidak murni. Maka yurisprudensi ini
putusan bebas tidak murni. Putusan bebas tidak murni mempunyai kualifikasi,
sebagai berikut :
pertimbangan bahwa harus diakhiri suatu penuntutan yang sudah pasti tidak akan
ada hasilnya.
55
Oemar Seno Adjie, Op cit hal 198
56
Lock cit hal 167
repository.unisba.ac.id
”feiten” dan menjatuhkan putusan ”pelepasan dar tuntutan hukum”, padahal
c. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum Putusan lepas dari segala
tuntutan hukum( onstlag van rechtvervolging ), yang dinamai juga putusan lepas
dari segala tuntutan hukum terselubung. Dimana putusan tersebut masuk ke dalam
putusan bebas tidak murni. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum adalah suatu
yang didakwakan kepadanya terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu
tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum ( Pasal
191 KUHAP ). Bebas tidak murni pada hakikatnya merupakan putusan lepas dari
segala tuntutan hukum terselubung. Lepas dari segala tuntutan hukum bisa
dikatakan ada, apabila dalam suatu dakwaan unsur dari delik dirumuskan dengan
57
Andi Hamzah, Op cit hal 282
58
Andi Hamzah , Asas-Asas hukum pidana, 2002, hal 292
repository.unisba.ac.id
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum dapat diajukan kasasi
E. Penyertaan
1. Pengertian Penyertaan
“penyertaan” berarti turut sertanya seseorang atau lebih pada waktu seorang lain
bahwa ada penyertaan apabila bukan satu orang yang tersangkut dalam terjadinya
perbuatan pidana akan tetapi beberapa orang. Tersangkutnya dua orang atau lebih
3). Mungkin seorang saja yang melakukan delik sedang orang lain
59
ibid
60
Wirjono prodjodikro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, 2003, hal 117
repository.unisba.ac.id
Penyertaan (Deelneeming) dipermasalahkan dalam hukum pidana karena
beberapa orang. Jika hanya satu orang yang melakukan suatu tindak pidana,
2. Bentuk-Bentuk Penyertaan
golongan yang disebut dengan mededader (disebut para peserta, atau para
61
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana 2008, hal 55
repository.unisba.ac.id
Pasal 56 KUHP merumuskan sebagai berikut: Dipidana sebagai
melakukan kejahatan.
perbuatannyalah yang melahirkan tindak pidana itu, tanpa ada perbuatan pembuat
pelaksana ini tindak pidana itu tidak akan terwujud, maka dari sudut pandang ini
pleger harus sama dengan syarat dader. Perbuatan seorang pleger juga harus
memenuhi semua unsur tindak pidana, sama dengan perbuatan seorang dader.
Perbedaan pleger dengan dader adalah, bagi seorang pleger masih diperlukan
62
Adam Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, 2011 hal 85 2002 hal 342
repository.unisba.ac.id
dan Sianturi, penyuruh adalah merupakan tindak yang melakukan suatu tindak
pidana dengan memperalat orang lain untuk melakukannya, yang pada orang lain
biasanya merupakan tindak pidana, tetapi oleh karena beberapa hal sipelaku itu
tidak dikenal hukuman pidana. Jadi sipelaku seolah-olah cuma menjadi alat belaka
yang dikendalikan oleh sipenyuruh. Pelaku semacam ini dalam ilmu pengerahuan
dapat dikatakan sebagai orang turut serta melakukan suatu tindak pidana tetapi hal
doktrin dari pakar hukum pidana. Pendapat beberapa ahli tentang medepleger
adalah:
orang yang dengan sengaja, turut berbuat atau turut serta mengerjakan terjadinya
sesuatu.
63
E.Y Kanter dan S.R. Sinanturi, Asas-Asas Hukum Pidana Dan Penerapannya 2002 hal
141
64
Wirjono Projokodikro, Asas-Asas hukum pidana di indonesia, 2003 hal 118
repository.unisba.ac.id
2. Menurut Pompe, “turut mengerjakan terjadinya sesuatu tindak
unsur dalam rumusan delik. Misal dua orang dengan bekerjasama melakukan
pencurian disebuah gudang beras. - Salah seorang memenuhi semua unsur delik,
sedang yang lain tidak. Misal dua orang pencopet (A dan B) saling bekerjasama,
A yang menabrak orang yang menjadi sasaran, sedang B yang mengambil dompet
merusak (Pasal 363 ayat 1 ke-5 KUHP salah seorang melakukan penggangsiran,
penganjur, disebut juga auctor intelellectualis), seperti juga pada orang yang
melalui orang lain. Kalau pembuat penyuruh dirumuskan dalam Pasal 55 ayat (1)
dengan sangat singkat, ialah yan menyuruh melakukan (doen plegen), tetapi pada
bentuk orang yang sengaja menganjurkan ini dirumuskan dengan lebih lengkap,
dengan menyebutkan unsur objektif yang sekaligus unsur subjektif. Rumusan ini
65
E.Y Kanter dan S.R. Sinanturi, Asas-Asas Hukum Pidana Dan Penerapannya, 2002 hal
238
repository.unisba.ac.id
selengkapnya ialah “mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu,
dengan sengaja.
Dari rumusan tersebut diatas, dapat disimpulkan ada 5 syarat dari seorang
hal, yaitu:
dianjurkan);dan
4) Ditujukan pada orang lain yang mampu bertanggung jawab atau dapat
dipidana.
repository.unisba.ac.id
b. Kedua, dalam melakukan perbuatan menganjurkan harus menggunakan
angka 2 tersebut.
pelaksananya) untuk melakukan tindak pidana sesuai dengan apa yang dianjurkan
pembuat penganjur
itu selesai-tindak pidana sempurna atau boleh juga terjadinya percobaannya). dan
bertanggung jawab.
e. Pembantuan (Medeplichtige)
dilakukan (diwujudkan).
jenis pembantuan, yaitu dengan sengaja memberi bantuan pada saat kejahatan
repository.unisba.ac.id
mewujudkan kejahatan66. Menurut MVT, hanya terhadap pembantu jenis kedua
pelaku untuk melakukan kejahatan tersebut, yang terdiri atas berbagai bentuk atau
jenis, baik materil maupun immaterial. Dalam hal ini perlu diperhatikan pendapat
yang tidak berarti tidak dapat dipandang sebagai bantuan yang dapat dihukum.
memenuhi dua unsur, yakni unsur objektif dan subjektif. Hal tersebut diutarakan
sebagai berikut:
unsur yang bersifat objektif apabila perbuatan yang telah dilakukannya tersebut
dilakukannya suatu kejahatan. Dalam hal ini seseorang yang membantu telah
66
Adam Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi 2011 hal 85 2002 hal 232
repository.unisba.ac.id
ternyata alat-alat tersebut tidak digunakan oleh si pelaku, yang membantu tersebut
“membantu”dilakukan tanpa berbuat atau bersifat passif. Hal ini dapat terjadi jika
“membantu” dianggap oleh KUHP sebagai perbuatan atau tindak pidana yang
berdiri sendiri., antara lain seperti dimuat dalam Pasal 106, 107, Pasal 108, Pasal
2. Jika kejahatan itu dapat dihukum dengan hukuman mati atau hukuman
repository.unisba.ac.id
4. Untuk menentukan hukuman bagi pembantu hanya diperhatikan
pidana adalah hanya satu orang, bukan beberapa orang. Sebagai contoh pada Pasal
Pasal 338 KUHP yang dimaksudkan dengan barang siapa adalah orang, dan orang
ini hanya satu orang. Apabila semata-mata berdasarkan rumusan Pasal 338 tadi,
sehingga korban meninggal, maka B tidak dapat dipidana karena apa yang
pembunuhan 338, dia hanya melakukan sebagian saja dari unsur perbuatan
67
Laden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana 2005 hal 83
repository.unisba.ac.id
kelancaran A melakukan kejahatan. Kejahatan itu dapat diselesaikan oleh
Dari peristiwa diatas, tampak dengan jelas bahwa apabila didasarkan pada
penyertaan yang dimuatkan dalam Bab V Buku I (Pasal 55-62) KUHP. Dengan
dan karenanya dapat dipidana pula. Sehubungan dengan itu, menjelaskan bahwa
kejahatan itu timbul karena dan atas keterlibatan semua orang, artinya perbuatan
pidana. Perbuatan mereka, antara wujud yang satu dan wujud yang lain tidak
Ketentuan penyertaan yang dibentuk dan dimuat dalam KUHP bertujuan agar
mempunyai andil baik secara fisik (objektif) maupun psikis (subjektif) seperti
perlu membebani pertanggung jawaban pidana dan yang sekaligus besarnya bagi
repository.unisba.ac.id
orang-orang yang perbuatannya semacam itu, untuk menjadi pegangan hukum
68
Adam Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, 2011 hal 85 2002 hal 73
repository.unisba.ac.id