Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

“Sistem Konstitusi Rigid pada Bangsa Indonesia”

Oleh :

Iga Ilmana

Intan Tri Yani

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

TAHUN AJARAN 2019/2020

PRODI D3 KEBIDANAN

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah dengan baik.

Shalawat semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya diakhirat nanti. Penyusun mengucapkan
syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Sistem Konstitusi Rigid Pada Bangsa Indonesia”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk masalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. demikian dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar besarnya.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Madiun, 04 November 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR………………………………………………... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………………………………….... 1

Rumusan Masalah……………………………………………… 1

Tujuan…………………………………………………………......... 1

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Konstitusi…………………………………………… 2

Tujuan Konstitusi……………………………………………....... 5

Sistem Konstitusi Rigid………………………………………… 6

Pengertian Rigid………………………………………............. 6

Contoh Konstitusi Rigid………………………………......... 7

BAB III PENUTUP

Kasus…………………………………………………………….......... 8

Analisis…………………………………………………………........ 9

Kesimpulan……………………………………………………........ 9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 11

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini pada umumnya setiap negara mempunyai
konstitusi, salah satu fungsinya mencegah terjadinya penumpukan kekuasaan pada
satu orang atau lembaga/badan. Penumpukan dapat menimbulkan kekuasaan yang
bersifat absolut, sehingga menimbulkan kecenderungan tindakan sewenang-wenang
oleh pemegang kekuasaan.
Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara yang biasanya dikodifikasi sebagai dokumen
tertulis. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip
entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan
konstitusi nasional sebagai pronsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar
termasuk dalam bentuka struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintah
negara pad umumnya, kostitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada
warga masyarakatnya.
Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung norma-
norma pokok, yang yang berkaitan kehidupan negara. Konstitusi dapat mengalami
perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat. Perubahan meliputi hal-hal
berkaitan dengan aturan tentang anatomi struktur kekuasaan, pembatasan
kekuasaan, jaminan perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman, dan
pertanggungjawaban kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi ?
2. Apa tujuan konstitusi ?
3. Apa maksud sistem konstitusi yang bersifat rigid?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari konstitusi.
2. Untuk mengetahui tujuan konstitusi.
3. Untuk mengetahui sistem konstitusi yang bersifat rigid.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Menurut Wikipedia, istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“Constitution”, dan berasal dari bahasa Belanda “constitutie”. Dalam bahasa latin
(contitutio,constituere), sedangkan dalam bahasa Prancis yaitu “constiture”. Dalam
bahasa Jerman yaitu “vertassung, konstitution”, sedangkan dalam ketatanegaraan RI

5
diartikan sama dengan Undang – undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan
peraturan dasar yang memuat ketentuan – ketentuan pokok dan menjadi satu sumber
perundang- undangan. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara.
Konstitusi (bahasa Latin: constituante) atau Undang-undang Dasar atau
disingkat UUD dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara, biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen
tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya.
Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas
politik dan hukum. Istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi
nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk
dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara
pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang
berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara. Namun
dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa
dokumen tertulis (formal). Menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik
konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan distribusi maupun alokasi. Konstitusi bagi
organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan
kompleksitas strukturnya, terdapat pula konstitusi politik atau hukum akan tetapi
mengandung pula arti konstitusi ekonomi.
Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu kodifikasi atas
dokumen yang tertulis. Sama halnya dengan Inggris juga memiliki konstitusi, namun
tidak dalam bentuk kodifikasi melainkan berdasarkan pada yurisprudensi dalam
ketatanegaraan negara Inggris.
Pengertian konstitusi menurut para ahli
1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu
negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur
/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
6
2. Herman Heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak
hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam
masyarakat, misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.
4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
tak tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang
berarti "bersama dengan" dan statute yang berarti "membuat sesuatu agar
berdiri". Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
6. Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:
a. Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu;
1) Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan
semua organisasi yang ada di dalam negara.
2) Konstitusi sebagai bentuk negara.
3) Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4) Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di
dalam negara.
b. Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi
sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh
penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil
(konstitusi dapat berupa tertulis) dan konstitusi dalam arti materiil
(konstitusi yang dilihat dari segi isinya).
c. konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang
tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan
kenegaraan.konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya
jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.

Konstitusi tidak hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang


menjadi sumber ketatanegaraan, namun juga memberi ruang untuk mengikuti
perkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan
dinamika perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat
pula mengalami perubahan. Namun, untuk melakukan perubahan tersebut tiap-tiap

7
konstitusi mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut Thaib (2003 :50),
terdapat dua sistem perubahan sistem konstitusi yaitu :
1. Apabila suatu Undang-Undang Dasar atau konstitusi diubah, maka yang
berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang baru secara
keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan
(pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27 Desember
1949 – 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi RIS
menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950
kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 – 1999).
2. Apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli yang tetap berlaku.
Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi
yang asli tadi. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama
berartiterjadinya pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar
(UUD) yang lama dengan adanya konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang
baru. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem kedua yang berarti
dilakukan amandemen dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar juga
pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap UUD 1945,
yaitu amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun
2000, yang ketiga tahun 2001, yang keempat tahun 2002.
Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib,
2003:51), bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu; (1)
perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut
pembatasan-pembatasan tertentu, (2) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh
rakyat melalui suatu referendum, (3) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh
sejumlah negara-negara bagian yang terdapat pada negara berbentuk Serikat, (4)
perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh
suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

B. Tujuan Kosntitusi
Hukum pada umumnya bertujuan mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di
tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber
utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan
lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
8
Tujuan konstitusi adalah juga tata tertib terkait dengan:

a. Berbagai lembaga-lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya


b. Hubungan antar lembaga negara
c. Hubungan lembaga negara dengan warga negara (rakyat)
d. Adanya jaminan hak-hak asasi manusiaserta
e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Tolok ukur tepat atau tidaknya tujuan konstitusi itu dapat dicapai tidak terletak
pada banyak atau sedikitnya jumlah pasal yang ada dalam konstitusi yang
bersangkutan. Banyak praktek di banyak negara bahwa di luar konstitusi tertulis
timbul berbagai lembaga-lembaga negara yang tidak kurang pentingnya dibanding
yang tertera dalam konstitusi dan bahkan hak asasi manusia yangtidak atau kurang
diatur dalam konstitusi justru mendapat perlindungan lebih baik dari yang
telahtermuat dalam konstitusi itu sendiri. Dengan demikian banyak negara yang
memiliki konstitusitertulis terdapat aturan-aturan di luar konstitusi yang sifat dan
kekuatannya sama dengan pasal- pasal dalam konstitusi.

Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi


kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Secara spesifik C.F.Strong memberikan
batasan tentang tujuan konstitusi sebagaimana dikutip Thaib sebagai berikut: are to
limit the arbitrary action of the government, toquarantee the right of the governed, and
to define the operation of the sovereignpower (Thaba, 2001: 27). Pendapat yang
hampir sama dikemukakan oleh Loewenstein. Ia mengatakan bahwa konstitusi
merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Tujuan-tujuan
adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tujuan,
yaitu:

1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan


terhadap kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan daripenguasa itu
sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagipara penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

9
C. Sistem Konstitusi Rigid
1. Pengertian Rigid
Konstitusi rigid memiliki wewenang tertinggi yang legal daripada hukum
biasa. Kemungkinan konstitusi ini tidak bisa diperbaiki atau dirubah dalam jalur
yang sama layaknya hukum – hukum yang lain.
 Garner menjelaskan bahwa konstitusi rigid adalah mereka yang secara sah
berdiri diatasnya dan juga diatas hukum – hukum biasa, dan dimana bisa
diperbaiki melalui proses yang berbeda.
 Dicey mendefenisikan konstitusi rigid merupakan satu hukum dimana pasti
diatas, yang biasanya dikenal sebagai konstitusional ( sifat dasar ) atau
hukum fundamental yang tidak bisa diubah seenaknya seperti hukum –
hukum biasa.
Rigid merupakan sebuah kata yang sering digunakan di dalam dunia
hukum. Kata rigid memiliki arti “kaku”, di mana kata rigid sering digunakan untuk
menggambarkan konsep konstitusi yang digunakan dalam pengaturan Undang-
Undang Negara.Pengertian rigid adalah sesuatu hal yang tidak mudah berubah dan
menggambarkan sesuatu yang benar-benar kaku. Pengertian sifat rigid adalah sifat
yang tidak mau mengubah pendapat atau perilaku seperti pandangan keras kepala
dari seseorang yang tidak akan mempertimbangkan perspektif yang lainnya.
Pada dasarnya ada dua jenis konstitusi di dalam sebuah negara, yaitu:
Konstitusi tetulis dan konstitusi tidak tertulis. Namum belakangan, ada banyak
orang yang kemudian membedakannya berdasarkan dua kategori ini, yakni:
konstitusi rigid dan konstitusi fleksibel. Perbedaan dari kedua hal tersebut hanya
merujuk pada sistem akademis saja.
Di dalam kenyataannya, terdapat substansi-substansi umum yang menjadi
bagian dari sebuah konstitusi dan sebuah negara akan selalu menggunakan kedua
konstitusi tersebut secara bersamaan, yakni konstitusi tertulis dan konstitusi tidak
tertulis. Semua konstitusi akan memuat beragam informasi mengenai keseluruhan
negara, meliputi:
a) Dasar-dasar fundamental sebuah negara.
b) Susunan alat-alat kelengkapan sebuah negara.
c) Informasi mengenai kependudukan dan kewarganegaraan.
d) Bentuk pemerintahan dan berbagai macam informasi lainnya.

10
2. Contoh Konstitusi Rigid
Di negara kita, konsep konstitusi rigid adalah UUD 1945, yang mana dalam
perubahan undang-undang tersebut selalu mensyaratkan adanya tata cara khusus
yang berbeda dengan undang-undang lainnya. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan tata cara khusus adalah makna syarat yang sangat sulit dari perubahan
undang-undang biasa.Sedangkan beberapa pandangan lain mengatakan bahwa,
rigid atau fleksibelnya sebuah konstitusi dapat dilihat dari sering atau tidaknya
konstitusi tersebut diubah. Dengan kata lain dikatakan, bahwa bila konstitusi
jarang atau sama sekali tidak pernah diubah, maka bisa dikatakan kalau konstitusi
tersebut rigid. Di sisi lain, bila ternyata konstitusi tersebut sering atau pernah
mendapatkan perbaikan atau perubahan, maka konstitusi tersebut bisa dikatakan
fleksibel.Dengan begitu rigid dan fleksibel merupakan bagian dari perubahan
konstitusi itu sendiri, di mana keduanya memiliki aturan dan tata cara masing-
masing di dalam penerapannya karena ada konstitusi yang benar-benar rigid dan
tidak bisa dibuat menjadi fleksibel. Hal ini menyangkut kebijakan dan
ketatanegaraan sebuah bangsa yang pada dasarnya memiliki kebijakan undang-
undang tersendiri.

BAB III

PENUTUP

A. Kasus
Syarat Menjadi Presiden dan Wakil Presiden
Isu hukum kasus ini adalah konstitusionalis Pasal 6 huruf D UU No.23
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden yang berisi syarat-syarat calon
Presiden dan Wakil Presiden yaitu: “Mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.” Syarat

11
tersebut dinilai diskriminatif oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) karena
menghalangi kesempatannya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Republik
Indonesia melalui pemilu.
Atas dasar kerangka pikir tersebut MKRI menyimpulkan:
Pencantuman persyaratan kemampuan secara rohani dan jasmani bagi
calon Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat dipandang diskriminatif
karena seorang warga negara yang terpilih sebagai Presiden atau Wakil
Presiden harus memenuhi persyaratan agar kelak mampu secara rohani dan
jasmani melaksanakan tugas dan kewajiban kenegaraan dimaksud.”

Menjelaskan rasionalitas klausul “mampu secara jasmani dan rohani”


berdasarkan constitutional intent, MKRI menyatakan:

Calon Presiden dan Wakil Presiden harus dalam kondisi sehat secara rohani
dan jasmani dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kenegaraan
dimaksud. Sehingga ketentuan tentang persyaratan termasud bukan hanya
tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 tetapi juga tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh
masyarakat Internasional”

Jika dikehendaki agar syarat sebagaimana dinyatakan oleh MKRI dalam


kutipan di atas yang berlaku sebagai kaidah maka sebaiknya hal itu menjadi syarat
tambahan atau kasus, yaitu syarat kesehatan. Penjelasan MKRI tersebut tidak
relevan dengan klausul “mampu secara jasmani dan rohani” yang dijelaskan karena
maknanya sudah mengalami perubahan. Syarat kesehatan dimungkinkan sepanjang
legislator mampu menjustifikasikan bahwa syarat itu didasari oleh kepentingan
yang tidak bersifat diskriminatif yaitu untuk mencegah kemungkinan terjadinya
situasi dimana Presiden atau Wakil Presiden harus berhenti di tengah masa jabatan
karena masalah kesehatan serius yang sebenarnya hal itu dapat diantisipasi
sebelumnya.

B. Analisa
Menurut kelompok kami :
Seperti yang telah dijelaskan MKRI pada kasus diatas, bahwa persyaratan
kemampuan secara rohani dan jasmani untuk mencalonkan menjadi Presiden dan
Wakil Presiden tidak dapat dipandang diskriminatif, karena seorang warga negara

12
yang terpilih sebagai Presiden atau Wakil Presiden harus memenuhi persyaratan
agar kelak mampu secara rohani dan jasmani melaksanakan tugas dan kewajiban
kenegaraan yang dimaksud. Peraturan tersebut memang telah dipikirkan secara
matang guna antisipasi kemungkinan terjadinya situasi dimana Presiden dan atau
Wakil Presiden harus berhenti di tengah masa jabatan akibat masalah kesehatan
yang serius. Sementara Abdurrahman Wahid sendiri memang dinilai tidak
memenuhi persyaratan untuk menjadi calon Presiden dan atau Wakil Presiden
karena kurang sehat secara fisiknya.
Jadi apa yang disampaikan Abdurrahman Wahid bahwa peraturan tentang
persyaratan “sehat secara jasmani dan rohani” tersebut tidak dapat diterima sebagai
tindakan diskriminasi. Sehingga setelah kurang lebih 2 tahun masa jabatannya
sebagai seorang Presiden, beliau harus berhenti dari masa jabatannya karena tidak
memenuhi persyaratan yang tertulis pada Pasal 6 huruf D UU No.23 Tahun 2003
tentang Pemilihan Umum Presiden.
Selain itu peraturan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tergolong dalam
konstitusi yang bersifat kaku (rigid)yang mana dalam perubahan undang-undang
tersebut selalu mensyaratkan adanya tata cara khusus yang berbeda dengan
undang-undang lainnya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tata cara khusus
adalah makna terdapat syarat yang sulit untuk melakukan perubahan dibanding
dengan undang-undang biasa.

C. Kesimpulan
Konstitusi (bahasa Latin: constituante) atau Undang-undang Dasar atau
disingkat UUD dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara, biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen
tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan
lainnya.Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang
berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara.
Namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak
semuanya berupa dokumen tertulis (formal).
Tujuan konstitusi adalah juga tata tertib terkait dengan berbagai lembaga-
lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya, hubungan antar lembaga
negara, hubungan lembaga negara dengan warga negara (rakyat), adanya jaminan
13
hak-hak asasi manusiaserta, hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman. Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan
untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
Konstitusi rigid memiliki wewenang tertinggi yang legal daripada hukum
biasa. Kemungkinan konstitusi ini tidak bisa diperbaiki atau dirubah dalam jalur
yang sama layaknya hukum – hukum yang lain. Rigid merupakan sebuah kata
yang sering digunakan di dalam dunia hukum. Kata rigid memiliki arti “kaku”, di
mana kata rigid sering digunakan untuk menggambarkan konsep konstitusi yang
digunakan dalam pengaturan Undang-Undang Negara. Pengertian rigid adalah
sesuatu hal yang tidak mudah berubah dan menggambarkan sesuatu yang benar-
benar kaku. Pengertian sifat rigid adalah sifat yang tidak mau mengubah pendapat
atau perilaku seperti pandangan keras kepala dari seseorang yang tidak akan
mempertimbangkan perspektif yang lainnya.
Di negara kita, konsep konstitusi rigid adalah UUD 1945, yang mana dalam
perubahan undang-undang tersebut selalu mensyaratkan adanya tata cara khusus
yang berbeda dengan undang-undang lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anatonin Scalia, 1994, “Federal Constitutional Guarantees of Individual Rights in the


United States of America,” dalam David M. Beatty, ed., Human Rights and
Judicial Review: A Comparative Perspective, Dordrecht: Martinus Nijhoff
Publisher. (dikutip pada Senin, 04 November 2019 pukul 12:20 WIB)

https://about-politics-centre.blogspot.com/2007/09/undang-undang-lunak-flexible-dan-
keras.html (diakses pada Senin, 04 November 2019 pukul 11:59 WIB)

https://blog.ub.ac.id/achmadfathony/2012/10/31/sistem-konstitusi-di-indonesia/(dipetik
Senin, 4 November 2019; 11:29 WIB)

https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-rigid/(dipetik Senin, 4 November


2019 pukul 12:03 WIB)

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-rigid/ (diakses pada Senin, 04


November 2019 pukul 12:21WIB)

https://blog.ub.ac.id/achmadfathony/2012/10/31/sistem-konstitusi-di-indonesia/ (dikutip
pada sabtu, 02 November 2019 pukul 09:45)

https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-rigid/(dikutip pada sabtu, 02


November 2019 pukul 09:53)

https://secondbox.wordpress.com/tag/konstitusi-indonesia/(dikutip pada sabtu, 02


November 2019 pukul 10.30)

15

Anda mungkin juga menyukai