Kasus :
Sebuah perusahaan kontraktor mendapatkan kontrak untuk proyek gedung bertingkat tinggi yang harus selesai
dalam waktu 500 hari kalender. Dalam kontrak menyebutkan bahwa jika kontraktor tidak menyelesaikan
pekerjaan sesuai jadwal pekerjaan yang sudah disepakati baik karena:
1. Kelalaian dari owner atau perencana atau pekerja atau kontraktor atau sub kontraktor
2. Perubahan yang diminta pada saat pelaksanaan
3. Perselisihan
4. Pengiriman material atau alat yang terlambat
5. Dan kejadian-kejadian yang lain yang berada dibawah tanggung jawab kontraktor
Kontraktor harus memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada perencana tidak lebih dari 10 hari setelah
kejadian yang mengakibatkan keterlambatan jadwal pekerjaan.
Pada hari ke 300, berdasarkan penjadwalan kurva s harusnya sudah bisa diselesaikan 67,5%, tapi kontraktor
baru bisa menyelesaikan pekerjaan sebesar 20% saja. Hal ini disebabkan karena beberapa macam kejadian
yaitu:
1. Sebuah kebakaran terjadi dan kontraktor tidak menginformasikan hal ini kepada owner. Sedangkan
perencana segera ke lapangan setelah kejadian kebakaran dan menginformasikan kepada owner. Sub
kontraktor pengecatan memberikan pernyataan bahwa sub kontraktor elektrikal yang mengakibatkan
kebakaran yaitu konsleting yang terjadi menimbulkan percikan api dan menyambar tiner cat sehingga timbul
kebakaran sedangkan sub kontraktor elektrikal memberikan pernyataan bahwa sub kontraktor pengecatanlah
yang mengakibatkan kebakaran yaitu tiner cat jatuh dan mengenai kabel sehingga terjadi konsleting dan
terbakar.
2. Operator Backhoe mengetahui bahwa alat berat backhoe harusnya diperbaiki, tetapi backhow tetap
digunakan, suatu saat shovel dari backhoe terlepas dan harus diperbaiki. Ternyata sparepart harus
didatangkan dari luar kota.
3. Konflik antara Kontraktor dan Manajemen Konstruksi
4. Masalah hukum sebelum owner menandatangani kontrak yaitu adanya kasus penyuapan terhadap komite
pelelangan pada saat pelelangan terjadi
http://mrifqiaufa.blogspot.com/2017/06/masalah-komunikasi-dalam-bidang.html