Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKIATRI

GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL

Disusun Oleh :

MOHD. ZULKHAIRI RHIZA Z. TALA

150100045

Pembimbing:
dr. Surya Husada, M.Ked(K.J.), Sp.K.J.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT PROF. DR. M. ILDREM
MEDAN
2020
GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara

Disusun Oleh :

MOHD. ZULKHAIRI RHIZA Z. TALA


150100045

Pembimbing:
dr. Surya Husada, M.Ked(K.J.), Sp.K.J.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT PROF. DR. M. ILDREM
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mohd. Zulkhairi Rhiza Z. Tala


NIM : 150100045
Judul : Gangguan Kepribadian Skizotipal

Pembimbing Koordinator P3D


Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

(dr. Surya Husada, M.Ked(K.J.), Sp.K.J. (dr.Vita Camelia,M.Ked(K.J.),Sp.K.J.)


NIP.19780404 200501 2 002 NIP.19780404 200501 2 002

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gangguan
Kepribadian Skizotipal”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Psikiatri, Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dr. Surya Husada, M.Ked(K.J.), Sp.K.J. selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


baik dari segi struktur dan isi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang berguna
untuk menyempurnakan makalah ini agar dapat bermanfaat di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama di bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa.

Medan, 13 Februari 2020

Mohd. Zulkhairi Rhiza Z. Tala


NIM. 150100045

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1 Definisi.............................................................................................3
2.2 Epidemiologi....................................................................................3
2.3 Etiologi.............................................................................................3
2.4 Diagnosis..........................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................5
2.6 Diagnosis Banding............................................................................5
2.7 Tatalaksana.......................................................................................5
2.8 Prognosis..........................................................................................6
BAB 3 KESIMPULAN......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Skizotipal merupakan salah satu gangguan kepribadian yang termasuk


dalam Gangguan Kepribadian Cluster A.1,2 Pasien dengan gangguan skizotipal
memiliki pikiran yang cenderung aneh, ideas of reference bisa saja dihayati
penderita, demikian pula pikiran yang magis dan mistis tidak jarang dijumpai.
Karena keanehan cara pikirnya orang dengan gangguan kepribadian skizotipal
cenderung berkeyakinan eksentrik, seperti keyakinan agama yang aneh-aneh.
Sering juga ditemukan berbagai campuran kecemasan, depresi, dan afek disforik
lainnya. Selama periode stres dapat timbul gejala psikotik yang sepintas. Dalam
kasus-kasus skizotipal yang berat, sering dijumpai anhedonia dan depresi berat.1,2
Ciri Khas dari gangguan kepribadian skizotipal yang paling menonjol
adalah pola hubungan interpersonal dan sosial penderita yang ditandai dengan
ketidaknyamanan yang bersifat akut, berkurangnya kapasitas pasien untuk
menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain. Akibatnya, pasien cenderung
untuk memiliki sedikit teman dekat atau bahkan sama sekali tidak memiliki
teman. Pasien juga cenderung untuk merasa cemas dalam kondisi-kondisi sosial
terutama kondisi yang melibatkan orang-orang yang tidak dikenal.1
Gangguan kepribadian skizotipal terjadi pada sekitar 3 persen dari
populasi. Rasio jenis kelamin tidak diketahui secara pasti; namun, biasanya
gangguan ini terjadi pada wanita dengan fragile X Syndrome. Menurut DSM-5,
gangguan kepribadian ini lebih sering dialami oleh pria. 2,3 Studi-studi pada jenis
gangguan kepribadian ini membuktikan bahwasanya terdapat hubungan antara
gangguan kepribadian skizotipal dengan riwayat keluarga misalnya orangtua
kandung yang pernah mengalami skizofrenia.2

1
2

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:


1. Apakah tanda dan gejala serta diagnosis Gangguan Kepribadian
Skizotipal?
2. Bagaimana penegakan diagnosis serta penatalaksanaan Gangguan
Kepribadian Skizotipal yang tepat?

1.3 TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:


1. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis,
diagnosis banding, terapi, dan prognosis gangguan Kepribadian
Skizotipal.
2. Sebagai tugas makalah untuk melengkapi kepaniteraan klinik di
Departemen Psikiatri.

1.4 MANFAAT MAKALAH

Penulisan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan


dan pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta Program Pendidikan
Profesi Dokter (P3D) untuk memahami Gangguan Kepribadian Skizotipal dengan
lebih baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SKIZOTIPAL

2.1.1 Definisi

Skizotipal merupakan salah satu gangguan kepribadian yang ganjil atau


eksentrik yang melibatkan pola defisit antar perseorangan yang sangat kuat,
ditandai dengan perasaan tidak nyaman yang bersifat akut dan berkurangnya
kapasitas untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain, dan ditandai juga
dengan distorsi persepsi atau kognitif yang biasanya terjadi pada masa awal
dewasa.1 Gangguan kepribadian skizotipal mirip dengan gangguan kepribadian
skizoid, tetapi penderita gangguan kepribadian skizotipal juga menunjukkan
sedikit kelainan pada pengujian realitas, memiliki keyakinan yang aneh, dan
cenderung menyendiri dan menghindar.2

2.1.2 Epidemiologi

Gangguan kepribadian skizotipal mencakup 3% dari total populasi


seluruh dunia.1 Keadaan ini mulai terdeteksi pada masa kanak-kanak dan remaja
yang suka menyendiri, kecemasan dengan hubungan sosial, nilai-nilai di sekolah
jelek, terlalu sensitif, pikiran dan bahasa yang aneh, dan fantasi-fantasi aneh.
Anak dengan gangguan kepribadian skizotipal biasa digambarkan dengan aneh
atau eksentrik, sehingga selalu diejek oleh teman-teman sebaya.1 Tidak diketahui
dengan pasti jenis kelamin yang lebih sering, tetapi gangguan kepribadian ini
biasanya terdiagnosa pada perempuan dengan fragile X syndrome.2

2.1.3 Etiologi

Penyebab dari perilaku aneh, pemikiran paranoid, dan gangguan

3
4

hubungan interpersonal, seringkali mengacu pada genetik karena gangguan


kepribadian ini biasanya diwariskan dari orangtua. Faktor genetik berperan
sekitar 61% dari seluruh kejadian.3
Penelitian-penelitian keluarga menunjukkan bahwa penderita yang
berasal dari keluarga yang menderita skizofrenia berisiko lebih tinggi mengalami
gangguan kepribadian skizotipal. Meskipun begitu, meningkatnya resiko untuk
menderita skizotipal juga dijumpai pada penderita dengan riwayat trauma kepala,
mengacu bahwa gangguan kepribadian skizotipal tidak hanyak berhubungan
dengan skizofrenia.3
Beberapa pasien mempunyai defisit pada kognitif dan fungsi
neuropsikologikal yang sama dengan yang biasa dilihat pada pasien skizofrenia.
Ditambah lagi, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dijumpai
mengalami pembesaran ventrikel dan lesi lobus temporal pada gray matter.3
Polimorfisme gen COMT Val158Met adalah salah satu gen yang paling
banyak diteliti karena kaitannya dengan gangguan kepribadian skizotipal. Alel
Val, yang berhubungan dengan aktivitas enzimatis yang lebih besar dibandingkan
alel Met, menunjukkan kadar yang lebih besar dalam kejadian-kejadian gangguan
kepribadian skizotipal yang pernah dilaporkan sebelumnya.4

2.14 Diagnosis

Kriteria diagnosis untuk Gangguan Kepribadian Skizotipal yaitu sebagai


berikut1
A. Pola defisit sosial dan interpersonal yang sangat kuat, ditandai oleh
perasaan tidak nyaman akut dengan hubungan dekat dan berkurangnya
kapasitas untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain, bias kognitif
atau persepsi, dan perilaku yang eksentrik, yang biasanya muncul pada
masa dewasa awal dan timbul dengan bermacam variasi, dengan indikasi
lima atau lebih tanda-tanda dibawah ini:
1. Ideas of reference (diluar dari delusi)
2. Kepercayaan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi
4

tingkah laku, dan tidak konsisten dengan norma subkulturan


(contoh percaya pada takhayul, ramalan, telepati, atau indra
keenam; pada anak dan remaja, fantasi aneh atau keasyikan
tersendiri).
3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, termasuk ilusi tubuh.
4. Pikiran dan gaya bicara yang aneh (contoh: suara tidak jelas,
percakapan berputar-putar, menggunakan perbandingan kata-kata,
terlalu susah untuk dimengerti dan klise).
5. Selalu curiga dan paranoid.
6. Afek tidak sesuai atau terbatas
7. Tingkah laku dan penampilan yang aneh, eksentrik, atau ganjil.
8. Tidak mempunyai teman dekat selain keluarga kandung.
9. Kecemasan sosial berlebihan yang tidak berkurang walaupun
dikelilingi keluarga dan lebih berhubungan dengan paranoid
dibandingkan pemikiran negatif tentang diri sendiri.

B. Tidak muncul secara eksklusif selama keadaan Skizofrenia, gangguan


mood dengan gejala psikotik, gangguan psikotik lainnya, atau gangguan
perkembangan pervasif.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan cara


berpikir dan berkomunikasi yang terganggu. Cara berbicara mungkin berbeda atau
aneh, hanya memiliki arti bagi mereka, dan membutuhkan interpretasi. Layaknya
pasien dengan skizofrenia, mereka dengan gangguan kepribadian skizotipal
mungkin tidak tahu perasaan mereka sendiri dan tidak peka terhadap perasaan
orang lain, terutama yang negatif seperti kemarahan.2
Pasien-pasien ini mungkin percaya takhayul dan mungkin percaya bahwa
mereka memiliki kekuatan pikiran dan wawasan khusus lainnya. Karena orang
dengan gangguan kepribadian skizotipal miliki hubungan interpersonal yang
4

buruk dan dapat bertindak tidak tepat, mereka terisolasi dan memiliki sedikit
teman. Di bawah tekanan, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat
mengalami gejala-gejala psikotik, tetapi biasanya berlangsung singkat. Pasien
dengan kasus yang parah dari gangguan ini dapat menunjukkan anhedonia dan
depresi berat.2
Gejala-gejala dari gangguan kepribadian skizotipal mirip dengan gejala-
gejala yang terdapat pada gangguan kepribadian skizofrenia, tetapi gejala-gejala
pada gangguan kepribadian skizotipal bersifat lebih ringan. Walaupun pada
beberapa penderita gangguan ini tidak berkembang menjadi gangguan kepribadian
skizofrenia, beberapa orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian
skizotipal mengalami gejala-gejala psikotik yang parah seiring waktu, dan juga
ada yang berkembang menjadi gangguan kepribadian skizofrenia (Raine, 2006).
Penderita gangguan kepribadian skizotipal biasanya juga memiliki kriteria gejala
yang sama dengan gangguan kepribadian menghindar, mungkin karena
melibatkan hubungan interpersonal penderita dengan orang lain (McGlashan,
Grilo, Skodol, et al., 2000).3

2.1.6 Diagnosis Banding

Secara teori, penderita gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan


dengan penderita skizoid dan gangguan kepribadian menghindar dengan adanya
keganjilan pada tingkah laku penderita, pemikiran, persepsi, komunikasi, dan
kemungkinan adanya riwayat keluarga kandung dengan skizofrenia. Pasien
dengan gangguan kepribadian skizotipal bisa dibedakan dengan penderita
skizofrenia dengan tidak adanya psikosis. Jika gejala-gejala psikotik dijumpai
pada penderita, gejala-gejala tersebut hanya bersifat sementara. Pasien-pasien
dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan kecurigaan tetapi tidak
terdapat tingkah laku yang aneh seperti pada penderita gangguan kepribadian
skizotipal.2
4

2.1.7 Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana dari gangguan kepribadian skizotipal tidak berbeda


dari tatalaksana penderita gangguan kepribadian skizoid. Penderita memiliki pola
berpikir yang aneh, dan beberapa diantaranya berhubungan dengan praktik-praktik
atau ritual-ritual keagamaan. Dokter tidak boleh mengolok-olok aktivitas-aktivitas
tersebut.2

Medikasi antipsikotik berguna dalam menangani ideas of reference, ilusi,


dan gejala lainnya dan bisa digunakan bersamaan dengan psikoterapi.
Antidepresan berguna jika dijumpai gejala-gejala depresif pada pasien.2

Salah satu penelitian yang melibatkan 25 pasien dengan gangguan


kepribadian skizotipal membuktikan adanya potensi risperidone dalam
menurunkan gejala positif dan negatif, tetapi tidak depresi (Koenigsberg et al.
2003). Studi lain dalam publikasinya menunjukkan bahwasanya neuroleptic
dengan dosis kecil, seperti haloperidol dan thiothixene, pada pasien yang tidak
hanya memiliki gangguan kepribadian skizotipal namun juga dengan gangguan
kepribadian komorbid. Pada studi lainnya, 11 pasien dengan gangguan
kepribadian skizotipal diberikan olanzapine dan dilaporkan terdapat perbaikan
yang signifikan pada gejala psikosis dan depresi begitu juga dengan seluruh
fungsi (Keshavan et al. 2004). Kesimpulannya, terdapat beberapa bukti
bahwasanya neuroleptic atipikal mungkin efektif dalam mengurangi keparahan
gejala pada gangguan kepribadian skizotipal.4

2.1.8 Prognosis

Berdasarkan kasus-kasus skizotipal, terdapat pasien dengan gangguan


kepribadian skizotipal yang tetap mengalami gejala-gejala gangguan kepribadian
skizotipal seumur hidupnya dan menjalani kehidupan normal layaknya orang
sehat, mereka tetap bekerja dan menikah. Studi jangka panjang yang dilakukan
4

oleh Thomas McGlashan melaporkan bahwasanya 10% penderita gangguan


kepribadian skizotipal akhirnya bunuh diri.2

Pendekatan kepribadian yang akurat secara umum dapat memprediksi


tingkah laku yang berbeda dan membantu dalam prognosis selanjutnya. Pasien
dengan gangguan kepribadian lainnya, seperti anti sosial, cenderung akan
membaik seiring dengan bertambahnya umur dan kedewasaan seseorang. Tapi hal
ini kurang didapat pada gangguan kepribadian anankastik, begitu juga dengan
gangguan kepribadian skizotipal.5
4

BAB III
KESIMPULAN

Skizotipal merupakan salah satu gangguan kepribadian yang termasuk


dalam Gangguan Kepribadian Cluster A. Skizotipal merupakan salah satu
gangguan kepribadian yang ganjil atau eksentrik yang melibatkan pola defisit
antar perseorangan yang sangat kuat, ditandai dengan perasaan tidak nyaman yang
bersifat akut dan berkurangnya kapasitas untuk menjalin hubungan dekat dengan
orang lain, dan ditandai juga dengan distorsi persepsi atau kognitif yang biasanya
terjadi pada masa awal dewasa.

Gangguan kepribadian skizotipal mencakup 3% dari total populasi


seluruh dunia. Penelitian keluarga menunjukkan bahwa keluarga dan saudara dari
pasien dengan riwayat skizofrenia berisiko lebih tinggi mengalami gangguan
kepribadian skizotipal. Individu dengan gangguan kepribadian tidak sadar bahwa
dirinya sakit dan jarang mencari pertolongan kecuali orang lain di sekitar,
misalnya pasangan atau orang tua yang memaksa. Hal ini terjadi ketika tingkah
laku yang terjadi mulai mempengaruhi dan menyebabkan masalah perkawinan,
keluarga dan karir, atau ketika gangguan mental lainnya (contohnya cemas,
depresi, pemakaian obat-obat terlarang) atau gangguan somatik (contohnya
obesitas) mempengaruhi gambaran klinis. Umumnya pasien dengan gangguan
kepribadian membutuhkan beragam rencana pengobatan yang sering
mengkombinasikan antara psikoterapi dan farmakoterapi.
9

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders, Fifth Edition, Text Revision. Washington DC:
American Psychiatric Association; 2013.
2. Cloninger CR, Svrakic DM. Personality Disorders. In: Kaplan and
Sadock’s, editors. The Comprehensive Textbook of Psychiatry, Volume
II, 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2015. p. 2197-
2240
3. MJ, Kring Davison GC, Neale AM. Abnormal Psychology. Twelfth
edition. New Jersey: John Wiley and Sons Inc; 2012
4. C Herpertz, S., Zanarini, M., S. Schulz, C., Siever, L., Lieb, K., Jurgen
Moller, H. World Federation of Societies of Biological Psychiatry
(WFSBP) Guidelines for Biological Treatment of Personality Disorders.
The World Journal of Biological Psychiatry; 2007; 8(4): 212244
5. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH, Textbook of Psychiatry, Third
Edition. London: Churchill Livingstone: 2011.

Anda mungkin juga menyukai