Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH : SISTEM HUKUM INDONESIA

PROGRAM STUDI : ADMINISTRASI PUBLIK


HARI TANGGAL : SENIN, 25 JANUARI 2021
DOSEN : Dr. DODIK WAHYONO, SH., SE., MM., MH.
NAMA : AFIEV ILYAS BIL ZYAZID
SEMESTER : 3 (III)
NIM : 19.201.052.2399

1. Macam norma dalam kehidupan bermasyarakat


a. Norma Agama
Macam norma yang pertama adalah norma agama. Agama menjadi pedoman manusia
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keyakinan yang dimiliki berbagai agama juga
memiliki aturan serta hukuman bagi siapa yang melanggarnya.
b. Norma Kesopanan
Norma kesopanan menjadi aturan yang berkaitan dengan sopan santun, tata krama, atau
adat istiadat.
c. Norma Hukum
Norma hukum memiliki arti yaitu peraturan hidup yang dibuat lembaga kekuasaan negara
yang bertujuan mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat, menciptakan
keadilan dan kepastian hukum.
d. Norma Susila
Norma ini merupakan peraturan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia. Norma
ini menentukan mana yang baik dan buruk sesuai kebaikan yang ada dalam diri masing
masing orang.
Definisi hukum menurut para ahli yuris
 Immanuel Kant :
“Noch suchen die Juristen eine Defenition zu ihrem Begriffe von Recht”. Sampai
sekarang masih dicari definisi tentang pengertian hukum, karena hukum itu banyak/luas
seginya dan meliputi segala macam hal, maka tidak mungkin orang membuat definisi apa
sebenarnya hukum itu.
 Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja :
Hukum adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan dalam
suatu masyarakat termasuk juga di dalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan itu
dalam kenyataan.
 J. Van Kan :
Hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
 Apeldoorn :
“Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht”. Adalah tidak mungkin memberikan
definisi apakah hukum itu, karena sangat sulit dan tidak mungkin mengatakannya sesuai
dengan kenyataan.
2. Macam system hukum di dunia, dan Negara Indonesia menganut sistem hukum apa
 Sistem hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya
berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia
tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.
Sistem hukum eropa kontinental ini berkembang di Eropa daratan seperti Perancis dapat
dikatan sebagai negara yang terlebih dahulu menerapkan sistem hukum tersebut.
Sebenarnya sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di Kekaisaran
Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justisianus abad ke VI sebelum masehi.
 Sistem hukum Anglo-Saxon
Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia
Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun
negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem
hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain
juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan
Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, tetapi juga
memberlakukan hukum adat dan hukum agama.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan
zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim,
dalam memutus perkara.
 Sistem hukum adat/kebiasaan
Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku di suatu
wilayah. misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat.
dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di wilayah tertentu.
 Sistem hukum agama
Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama tertentu.
Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam Kitab Suci.
 Sistem Hukum Indonesia
Indonesia adalah negara yang menganut sistem hukum campuran dengan sistem hukum
utama yaitu sistem hukum Eropa Kontinental. Selain sistem hukum Eropa Kontinental, di
Indonesia juga berlaku sistem hukum adat dan sistem hukum agama, khususnya hukum
(syariah) Islam. Uraian lebih lanjut ada pada bagian Hukum Indonesia.
Tujuan hukum :
 Memberikan kemakmuran dalam kehidupan pada masyarakat
 Mengatur pergaulan hidup manusia supaya damai
 Memberikan petunjuk untuk setiap orang dalam pergaulan masyarakat
 Memberi jaminan kebahagiaan pada semua orang
 Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir dan batin)
 Sarana penggerak pembangunan
 Sebagai fungsi kritis
Ciri-ciri hukum:
 Peraturan tentang perbuatan manusia dalam masyarakat
 Peraturan dimonitor oleh badan berwenang
 Peraturan yang sifatnya memaksa
 Sanksi tegas kepada pelanggar
 Berisi perintah atau larangan kepada sesuatu
 Perintah dan larangan harus dipatuhi oleh setiap orang.
3. Asas legalitas hukum pidana adalah suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan
memberi batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini juga melindungi dari
penyalahgunaan wewenang hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi yang
boleh dan dilarang. Setiap orang harus diberi peringatan sebelumnya tentang perbuatan-
perbuatan ilegal dan hukumannya. Jadi berdasarkan asas ini, tidak satu perbuatan boleh
dianggap melanggar hukum oleh hakim jika belum dinyatakan secara jelas oleh suatu hukum
pidana dan selama perbuatan itu belum dilakukan.
Pengertian Lex Posteori derogate legi priori adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang terbaru (lex posterior) mengesampingkan hukum yang lama (lex prior).
Asas ini biasanya digunakan baik dalam hukum nasional maupun internasional.

4. Hukum pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana adalah hukum yang
mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan - perbuatan yang diharuskan dan
dilarang oleh peraturan perundang - undangan dan berakibat diterapkannya sanksi berupa
pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya.
Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran.
 Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan peraturan perundang -
undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan
masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa kejahatan mendapatkan sanksi berupa pemidanaan,
contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya.
 Pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh peraturan perundangan namun tidak
memberikan efek yang tidak berpengaruh secara langsung kepada orang lain, seperti tidak
menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendaraan, dan
sebagainya
Hukum Acara Pidana atau Hukum Pidana Formal disebut dengan strafvordering,
dalam bahasa Inggris disebut Criminal Procedure Law, dalam bahasa Perancis Coded
instruction Criminelle, dan di Amerika Serikat disebut Criminal Procedure Rules. Menurut
Simon, berpendapat bahwa Hukum Acara Pidana disebut juga hukum pidana formal, yang
mengatur bagaimana negara melalui perantara alat-alat kekuasaannya melaksanakan haknya
untuk menghukum dan menjatuhkan hukuman, dan dengan demikian termasuk acara
pidananya (Het formele strafrecht regelt hoe de Staat door middel van zijne organen zijn
recht tot straffen en strafoolegging doet gelden, en omvat dus het strafproces). Menurut Van
Bemmelen, ilmu hukum acara pidana berarti mempelajari peraturan-peraturan yang diciptakan
oleh negara karena adanya dugaan terjadinya pelanggaran undang-undang pidana.
Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa
hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex
generalis). Contohnya, dalam pasal 18 UUD 1945, gubernur, bupati, dan wali kota harus
dipilih secara demokratis. Aturan ini bersifat umum (lex generalis), dan ia dikesampingkan
apabila ada hukum yang mengatur secara khusus.
5. kewenangan kepolisian menahan tersangka batas waktu masa penahanan untuk
keseluruhan pemeriksaan tersangka oleh penyidik yaitu 60 (enam puluh) hari dan yang
berwenang memperpanjang masa penanahan yaitu penuntut umum. Namun apabila
pemeriksaan melewati jangka waktu maksimum yang telah ditentukan maka penyidik harus
mengeluarkan Tersangka dari tahanan “demi hukum” atau dengan sendirinya penahanan
terhadap Tersangka batal menurut hukum.
Kewenangan kejaksaan menahan terdakwa
a. 20 hari masa penahanan, dan yang berwenang menahan adalah jaksa penuntut umum. 
b. 30 hari masa penahanan perpanjangan pertama, yang berwenang menahan adalah jaksa
penuntut umum namun perpanjangan harus diberikan oleh ketua pengadilan negeri. 
c. 30 hari masa penahanan perpanjangan kedua, yang berwenang menahan adalah jaksa
penuntut umum namun perpanjangan harus diberikan oleh ketua pengadilan negeri, dengan
syarat:
 tersangka menderita gangguan fisik atau mental yang berat; atau
 perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara 9 (sembilan) tahun atau
lebih. 
d. 30 hari masa penahanan perpanjangan ketiga, yang berwenang menahan adalah jaksa
penuntut umum namun perpanjangan harus diberikan oleh ketua pengadilan negeri, dengan
syarat:
 tersangka menderita gangguan fisik atau mental yang berat; atau
 perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara 9 (sembilan) tahun atau
lebih.

Anda mungkin juga menyukai