Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Diusun Oleh:
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan
pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien. Dalam kerangka inilah
tumbuh kesadaran akan pentingnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang
memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan
dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggung
jawabkan, mengatur,memimpin sumber-sumber daya insani serta barang-barang untuk
membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah (dalam Mulyasa
2012:20). Hal ini berarti bahwa sekolah sebagai suatu organisasi membutuhkan
manajemen yang sesuai dengan kondisi setempat sehingga dapat mendorong
profesionalisme guru dan kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan. MBS
merupakan program kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
MBS Merupakan model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih luas kepada
sekolah untuk mengelola sumberdaya dan sumber dana yang ada. Pengalokasiannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan setempat serta mendorong sekolah untuk dapat
mengambil keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan secara
bersama dari semua warga sekolah dan masyarakat. 1
1
Rukayah. & Bambang Ismanto. (2016). Evaluasi manajemen berbasis sekolah di sekolah dasar
negeri kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3, 178.
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah yang meliputi peningkatan kualitas,
efektivitas, efisien, produktivitas, dan inovasi pendidikan melalui pemberian
kewenangan dan tanggung jawab lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan dengan
prinsip pengelolaan yang baik, yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas ( dalam
Rohiat,2012:49). Peningkatan kualitas dan produktivitas dapat diperoleh antara lain
melalui partisipasi orang tua dan masyarakat, pengelolaan kelapeningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah. Peningkatan efektivitas dan efisiensi diperoleh
dari keleluasaan yang diberikan untuk mengelola sumberdaya yang ada. MBS
merupakan proses kegiatan yang dilakukan secara bersama antara pihak sekolah dan
masyarakat dalam bidang pendidikan. Sumberdaya manusia yang ada diberdayakan dan
dikelola untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui MBS diharapkan sekolah dapat
meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, mengelola, dan menyelenggarakan
pendidikan di sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai
tujuan MBS secara maksimal dibutuhkan peran dari berbagai pihak,baik pejabat dinas
pendidikan, para pengawas sekolah, kepala seko-lah, para guru dan siswa di sekolah
maupun masyarakat dan orang tua siswa.2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rukayah. & Bambang Ismanto, Loc.cit., 2016, hlm 179-180.
2.1 Silsilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Latar belakang historis lahirnya konsep MBS diawali pada tahun 1988 di Amerika
Serikat melalui American Association of school Administrators, National Association
of Secondary School Principals, and National Associationof Secondary School
Principals, menerbitkan dokumen berjudul School Based
Management, a Strategy for better learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh
ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara
mandiri.9 Umumnya dipandang bahwa para Kepala Sekolah merasa tidak berdaya
karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan.
Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan
dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.
Selanjutnya konsep ini terus menjalar ke El Salvador, Nepal, dan Pakistan. Rata-rata
informasi menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan motivasi
dan kehadiran guru. Sementara di Australia, School Based Managementmerupakan
refleksi pengelolaan desentralisasi pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai
lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan yang menyangkut
visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang membawa implikasi terhadap
pengembangan kurikulum sekolah dan program-program operatif sekolah yang lain.
MBS di Australia dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan dari
pemerintah negara bagian di satu pihak dan dipihak lain dari partisipasi masyarakat
melalui School Cuoncil dan Parent and Community Association. Perpaduan keduanya
melahirkan dokumen penting penyelenggaraan MBS, yaitu: (1) school policy yang
memuat visi, misi, sasaran, pengembangan, kurikulum, dan prioritas program, (2)
school planningreview serta (3) school annual planning quality assurance. Akuntabilitas
dilakukan melalui eksternal and internal monitoring.3
5
Abdulmuid, Muhibbudin. 2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: CV. Pingging
Mangkunegara.
6
Rukayah. & Bambang Ismanto, Op.cit.., 2016, hlm 180.
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah,
atau peran sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah, atau antara sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah, atau antara sekolah kepada orangtua,
juga pemerintah tentang mutu sekolah, atau sekolah;
Dalam meningkatkan kompetensi yang sehat antara sekolah dengan sekolah lain
untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.7
7
Umul, A. L, Op.cit., 2015, hlm 172.
Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan
atau bentuk lain yang sederajat .
1. Kemandirian
2. Keadilan
Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber daya manusia
yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dan dalam pembagian
sumber daya untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumber daya manusia
yang terlibat, baik warga sekolah maupun pemangku kepentingan lainnya
diberikan kesempatan yang sama untuk ikut serta memberikan dukungan guna
peningkatan mutu sekolah sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian sumber
daya untuk pengelolaan semua substansi manajemen sekolah dilakukan secara
bijaksana untuk mempercepat dan keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.
Dengan diperlakukan secara adil, maka semua pemangku kepentingan akan
memberikan dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
3. Keterbukaan
4. Kemitraan
5. Partisipatif
6. Efisiensi
7. Akuntabilitas
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan
prinsip desentralisasi. Ketika sekolah menghadai permasalahan maka harus
diselesaikan dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila
telah terjadi pelimpahan weewnang dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah.
Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat
melakukan system pengelolaan mandiri.
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya
berharga di dalam organisasi sehingga poin utama manajeman adalah
mengembangkan sumber daya manusia di adalam sekolah untuk berinisitatif.
Berdasarkan perspektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan
yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan
dapat diukur dari perkembangan aspek sumber dayamanusianya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis telah terbukti tidak membawa kemajuan
yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-
kasus tertehtu, manajemen yang sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan
kreatifitas pada satuan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk
mengatasi terjadinya stagnasi di bidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma
baru dibidang pendidikan.
Seiring dengan bergulirnya era dtonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan
reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan pendidikan.
Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai
otonomi pendidikan melalui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS).
MBS bukan sekedar mengubah penedekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralistis
ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian
sekolah.
3.2 Saran
Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan kesempatan kepada kepala
sekolah, guru dan siswa untuk melakukan inovasi pendidikan. Dengan adanya MBS
maka ada beberapa keuntugan dalam pendidikan yaitu, kebijakan dan kewenangan
sekolah mengarah langsung kepada siswa, orang tua dan guru, sumber daya yang ada
dapat dimanfaatkan secara optimal, pembinaan peserta didik dapat dilakukan secara
efektif, dapat mengajak semua pihak untuk memajukan dan meningkatkan pelaksanaan
pendidikan. Manajemen sekolah sangat berpengaruh terhadap keefektifan kurikulum
karena dengan pengelolaan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula (mutu
pendidikan akan lebih meningkat).
DAFTAR PUSTAKA
Tanzim. (2016). Pemahaman manajemen berbasis sekolah dan upaya peningkatan mutu
pendidikan. Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, 1, 2548-3978.
DAFTAR PUSTAKA