Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PENDIDIKAN

(Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dan Implementasi Manajemen Berbasis


Sekolah)

Dosen Pengampu:

Dr. Riswandi, M.Pd


Dr. Atik Kartika, M.Pd.I

Diusun Oleh:

1. Erlin Rahawati Dewi (1913031005)

2. Gadis Senja (1913031015)

3. Candra Pramudia (1953031010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan
pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien. Dalam kerangka inilah
tumbuh kesadaran akan pentingnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang
memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan
dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggung
jawabkan, mengatur,memimpin sumber-sumber daya insani serta barang-barang untuk
membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah (dalam Mulyasa
2012:20). Hal ini berarti bahwa sekolah sebagai suatu organisasi membutuhkan
manajemen yang sesuai dengan kondisi setempat sehingga dapat mendorong
profesionalisme guru dan kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan. MBS
merupakan program kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

MBS Merupakan model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih luas kepada
sekolah untuk mengelola sumberdaya dan sumber dana yang ada. Pengalokasiannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan setempat serta mendorong sekolah untuk dapat
mengambil keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan secara
bersama dari semua warga sekolah dan masyarakat. 1

Keterlibatan masyarakat dalam MBS dimaksudkan agar partisipasi dan dukungan


masyarakat dapat membantu serta mengontrol pengelolaan pendidikan. ( dalam Rohiat
2012:47),menjelaskan bahwa: Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan
yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada
sekolah),memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, mendorong partisipasi
secara langsung dari warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan), dan
masyarakat (orangtua siswa,tokoh masyarakat, ilmuan, pengusaha), dan meningkatkan

1
Rukayah. & Bambang Ismanto. (2016). Evaluasi manajemen berbasis sekolah di sekolah dasar
negeri kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3, 178.
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah yang meliputi peningkatan kualitas,
efektivitas, efisien, produktivitas, dan inovasi pendidikan melalui pemberian
kewenangan dan tanggung jawab lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan dengan
prinsip pengelolaan yang baik, yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas ( dalam
Rohiat,2012:49). Peningkatan kualitas dan produktivitas dapat diperoleh antara lain
melalui partisipasi orang tua dan masyarakat, pengelolaan kelapeningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah. Peningkatan efektivitas dan efisiensi diperoleh
dari keleluasaan yang diberikan untuk mengelola sumberdaya yang ada. MBS
merupakan proses kegiatan yang dilakukan secara bersama antara pihak sekolah dan
masyarakat dalam bidang pendidikan. Sumberdaya manusia yang ada diberdayakan dan
dikelola untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui MBS diharapkan sekolah dapat
meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, mengelola, dan menyelenggarakan
pendidikan di sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai
tujuan MBS secara maksimal dibutuhkan peran dari berbagai pihak,baik pejabat dinas
pendidikan, para pengawas sekolah, kepala seko-lah, para guru dan siswa di sekolah
maupun masyarakat dan orang tua siswa.2

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2.3 Manfaat Penulisan

2.1 Untuk mengetahui konsep dasar manajemem berbasis sekolah

2.2 Untuk mengetahui implementasi manajemen berbasis sekolah

BAB II

PEMBAHASAN
2
Rukayah. & Bambang Ismanto, Loc.cit., 2016, hlm 179-180.
2.1 Silsilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Latar belakang historis lahirnya konsep MBS diawali pada tahun 1988 di Amerika
Serikat melalui American Association of school Administrators, National Association
of Secondary School Principals, and National Associationof Secondary School
Principals, menerbitkan dokumen berjudul School Based

Management, a Strategy for better learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh
ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara
mandiri.9 Umumnya dipandang bahwa para Kepala Sekolah merasa tidak berdaya
karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan.
Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan
dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.

Selanjutnya konsep ini terus menjalar ke El Salvador, Nepal, dan Pakistan. Rata-rata
informasi menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan motivasi
dan kehadiran guru. Sementara di Australia, School Based Managementmerupakan
refleksi pengelolaan desentralisasi pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai
lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan yang menyangkut
visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang membawa implikasi terhadap
pengembangan kurikulum sekolah dan program-program operatif sekolah yang lain.
MBS di Australia dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan dari
pemerintah negara bagian di satu pihak dan dipihak lain dari partisipasi masyarakat
melalui School Cuoncil dan Parent and Community Association. Perpaduan keduanya
melahirkan dokumen penting penyelenggaraan MBS, yaitu: (1) school policy yang
memuat visi, misi, sasaran, pengembangan, kurikulum, dan prioritas program, (2)
school planningreview serta (3) school annual planning quality assurance. Akuntabilitas
dilakukan melalui eksternal and internal monitoring.3

2.2 Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


2.2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
3
Umul, A. L. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan di
SMA Islam AL-ULUM Terpadu Medan. Analytica Islamica, 4, 170-171.
Manajemen berbasis sekolah dapat didefinisikan sebagai model manajemen
yang
memberi otonomi yang lebih besar kepada sekolah, memberi fleksibilitas atau
keluwesan lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah,
dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan
masyarakat untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan
nasional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa esensi dari managemen
peningkatan mutu berbasis sekolah adalah otonomi sekolah, fleksisbilitas,
peningkatan partisipasi dan kerja sama untuk mencapai mutu pendidikan.4
Manajemen berbasis sekolah adalah salah satu dari beberapa bentuk reformasi
pendidikan dalam rangka memperbaiki pendidikan, terutama memperbaiki
lingkungan pembelajaran dan pengajaran bagi siswa. Pada umumnya, dalam
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah harus ditentukan salah satu focus arah
dan tujuan secara jelas, yaitu bagian mana yang akan ditingkatkan. Karena
merupakan suatu kesulitan untuk meningkatkan kinerja sekolah secara umum
tanpa adanya arah yang jelas. Apakah akan terfokus pada mutu belajar siswa,
mutu manajemen sekolah, manajemen kurikulum,mutu personel, mutu
pengelolaan keungan, dan lain-lain. Dalam aplikasi manajemen sekolah model
MBS ini, tugas-tugas manajemen ditetapkan menurut karakteristik-karakteristik
dan kebutuhan sekolah itu sendiri. Sejalan dengan itu Cheng mengemukakan
warga sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih besar atas penggunaan
sumber daya sekolah guna memecahkan masalah sekolah dan
menyelenggarakan aktivitas pendidikan yang efektif demi perkembangan jangka
panjang sekolah (dalam Nurkolis, 2003:5).

2.2.2 Dasar Hukum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Peraturan perundang- undangan menjamin secara yuridis penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 51 ayat (1 ) “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
4
Ibrahim. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah pada SD Negeri Sakti Pidie. Jurnal
Administrasi Pendidikan, 3, 117.
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah”;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan
Nasional Tahun 2000-2004 pada Bab VI I tentang Bagian Program
Pembangunan Bidang Pendidikan, khususnya sasaran (3) “terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat
(school/community based management)”;
3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 Tentang
Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah;
4. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087 Tahun 2004 Tentang
Standar Akreditasi Sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis sekolah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 1 9 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, khususnya standar pengelolaan sekolah yaitu manajemen
berbasis sekolah (dalam Depdiknas, 2006:3).5

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasisi Sekolah (MBS)


MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah yang meliputi peningkatan
kualitas, efektivitas, efisien, produktivitas, dan inovasi pendidikan melalui
pemberian kewenangan dan tanggung jawab lebih besar kepada sekolah yang
dilaksanakan dengan prinsip pengelolaan yang baik, yaitu partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas (dalam Rohiat, 2012:49). Peningkatan kualitas
dan produktivitas dapat diperoleh antara lain melalui partisipasi orang tua dan
masyarakat, pengelolaan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala
sekolah. Peningkatan efektivitas dan efisiensi diperoleh dari keleluasaan yang
diberikan untuk mengelola sumberdaya yang ada.6

Secara terperinci MBS ini memiliki tujuan sebagai berikut:

5
Abdulmuid, Muhibbudin. 2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: CV. Pingging
Mangkunegara.

6
Rukayah. & Bambang Ismanto, Op.cit.., 2016, hlm 180.
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah,
atau peran sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah, atau antara sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah, atau antara sekolah kepada orangtua,
juga pemerintah tentang mutu sekolah, atau sekolah;
Dalam meningkatkan kompetensi yang sehat antara sekolah dengan sekolah lain
untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.7

Peraturan Pemerintah No.1 7 Tahun 201 0 tentang Pengelolaan dan


Penyelengaraan Pendidikan BAB I Pasal 1 (7) , menyebutkan bahwa Pendidikan
dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi
jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan
berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang
sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan
pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.
Bentuk dari pendidkan dasar dijelaskan pada ayat (8); Sekolah Dasar, yang
selanjutnya disingkat SD, adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI ) merupakan bentuk rupa dari
pendidikan dasar.
Sementara Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1 990 tentang Pendidikan
Dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan
tahun, terdiri dari 6 (enam) tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Sedangkan pendidikan menengah juga
menurut Peraturan Pemerintah No.1 7 Tahun 201 0 tentang Pengelolaan dan
Penyelengaraan Pendidikan BAB I Pasal 1 (7) menyebutkan bahwa pendidikan
menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas,

7
Umul, A. L, Op.cit., 2015, hlm 172.
Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan
atau bentuk lain yang sederajat .

2.1 Karakteristik MBS


Siahaan, dkk (2006:22, dalam Tri Suyati, 2009:232) memaparkan uraian
karakteristik manajemen berbasis sekolah, yaitu;
1. Desentralistik
2. Kebijakan yang bottom-up
3. Orientasi pengembangan yang holistic
4. Multi inteligen
5. Berkesadaran budaya
6. Moralitas kemanusiaaan
7. Kreatif
8. Produktif
9. Berkesadaran hokum
10.Meningkatkan peranserta masyarakat secara kuantitatif dan kualitatif yang
mencakupi keluarga, lembaga swadaya masyarakat/LSM, pesantren,dan dunia
usaha

2.2 Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru


sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;

b. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat


untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;

c. Guru didorong untuk berinovasi;

d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin


layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta
didik.

2.3 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah


Secara terperinci MBS ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah,atau
peran sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah,atau antara sekolah dan masyarakat


dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah, atau antara sekolah kepada orangtua,
juga pemerintah tentang mutu sekolah, atau sekolah dalam meningkatkan
kompetensi yang sehat antara sekolah dengan sekolah lain untuk pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.
2.4 Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

Berdasarkan panduan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 18) dikatakan bahwa prinsip MBS meliputi :

1. Kemandirian

Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola sumberdaya dan mengatur


kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga
sekolah sesuai peraturan perundangan. Kemandirian sekolah hendaknya didukung oleh
kemampuan sekolah dalam mengambil keputusan terbaik, demokratis, mobilisasi
sumberdaya, berkomunikasi yang efektif, memecahkan masalah, antisipatif dan adaptif
terhadap inovasi pendidikan, bersinergi, kolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah
sendiri.

2. Keadilan

Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber daya manusia
yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dan dalam pembagian
sumber daya untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumber daya manusia
yang terlibat, baik warga sekolah maupun pemangku kepentingan lainnya
diberikan kesempatan yang sama untuk ikut serta memberikan dukungan guna
peningkatan mutu sekolah sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian sumber
daya untuk pengelolaan semua substansi manajemen sekolah dilakukan secara
bijaksana untuk mempercepat dan keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.
Dengan diperlakukan secara adil, maka semua pemangku kepentingan akan
memberikan dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.

3. Keterbukaan

Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau transparan,


sehingga seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui
mekanisme pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya sekolah memperoleh
kepercayaan dan dukungan dari pemangku kepentingan. Keterbukaan dapat
dilakukan melalui penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi
kepada masyarakat tentang pengelolaan sumber daya sekolah, untuk memperoleh
kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan
langkah awal dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah.

4. Kemitraan

Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, baik


individu, kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Dalam prinsip kemitraan antara sekolah dengan masyarakat dalam posisi sejajar,
yang melaksanakan kerjasama saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Keuntungan yang diterima sekolah antara lain
meningkatnya kemampuan dan ketrampilan peseta didik, meningkatnya kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana sekolah, diperolehnya sumbangan ide untuk
pengembangan sekolah, diperolehnya sumbangan dana untuk peningkatan mutu
sekolah, dan terbantunya tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan bagi
masyarakat biasanya dirasakan secara tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga
kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat yang berakhlakul karimah, dan
terciptanya tertib sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara lain dengan tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga
pemerintah, organisasi profesi, organisasi pemuda, dan organisasi wanita.

5. Partisipatif

Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua pemangku kepentingan yang


terkait dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan pembuatan keputusan.
Keikutsertaan mereka dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu komite
sekolah, atau keterlibatan pada kegiatan sekolah secara insidental, seperti
peringatan hari besar nasional, mendukung keberhasilan lomba antar sekolah, atau
pengembangan pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat berupa sumbangan tenaga,
dana, dan sarana prasarana, serta bantuan teknis antara lain gagasan tentang
pengembangan sekolah.

6. Efisiensi

Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan sumberdaya (dana, sarana prasarana


dan tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan memperoleh hasil seoptimal
mungkin. Efisiensi juga berarti hemat terhadap pemakaian sumberdaya namun
tetap dapat mencapai sasaran peningkatan mutu sekolah.

7. Akuntabilitas

Akuntabilitas menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan


di sekolah utamanya pencapaian sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah dalam
mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan perundangan dan dapat
mempertangungjawabkan kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses
dan komponen manajemen sekolah.

Dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, perlu diperhatikan beberapa


prinsip sehingga tercipta suatu konsep manajemen yang dinamis dan fleksibel.
Menurut Sallis (dalam Nurkolis, 2003:52), teori manajemen berbasis sekolah untuk
mengelolah sekolah didasarkan pada empat prinsip, yaitu:

1) Prinsip equifinalitas (Principle of Equifinality)


Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa
terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan. MBS
menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah
menurut kondisi mereka masing-masing. Karena kompleksnya pekerjaan sekolah
saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara sekolah yang satu dengan yang
lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa dan situasi komunitasnya,
sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di seluruh kota, provinsi,
apalagi Negara.

2) Prinsip desentralisasi (principle of Dezentralization)

Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah


modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinaltias. Prinsip
desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas
pengajaran tak dapat dieleakkan dari kesultian dan permasalhaan. Pendidikan
adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi
dalam pelaksanaannya.

3) Prinsip sistem pengelolaan mandiri (Principle of self Managing System)

MBS tidak mengingkari bahwa sekolah perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan


suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-
beda untuk mencapainya. MBS menaydari pentingnya untuk mempersilahkan
sekolah menjadi system pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri.
Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran
strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya,
memecahkan masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisi mereka masing-
masing. Karena sekolah dikelola secara mandiri maka mereka lebih memiliki
inisiatif dan tanggung jawab.

Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan
prinsip desentralisasi. Ketika sekolah menghadai permasalahan maka harus
diselesaikan dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila
telah terjadi pelimpahan weewnang dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah.
Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat
melakukan system pengelolaan mandiri.

4) Prinsip inisiatif manusia (Principle of Human Initiative)

Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya
berharga di dalam organisasi sehingga poin utama manajeman adalah
mengembangkan sumber daya manusia di adalam sekolah untuk berinisitatif.
Berdasarkan perspektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan
yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan
dapat diukur dari perkembangan aspek sumber dayamanusianya.

2.2 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Penerapan MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.


Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada,
partisifasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta tidak ada unsur penekanan
dari pemerintah. Peningkatan mutu dapat ditempuh melalui peran serta orangtua siswa,
kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesinalisme guru, adanya hadiah dan
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana
kondusif.

2.1 Tujuan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas


pembelajaran, kualitas kurikulum , kualitas sumber daya manusia baik guru
maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pandidikan secara
umum.

Sedangkan menurut Siahaan, dkk (2006) secara esensial Manajemen Berbasis


Sekolahbertujuan untuk meningkatkan efisiensi mutu relevansidan pemerataan
pendidikan; sementara manfaat yang diperoleh adalah sekolah bisa mengelolah
secara lebih otonom terhadap sumber daya yang dimiliki demi kesejahteraan
bersama. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Fattah bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah ssebagai jalan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat
mempunyai keterlibatan yang tinggi terhadap setiap pengambilan keputusan.
Manajemen berbasis sekolah sebagai manajemen berbasis alternatif bagi
pendidikan saat ini akan memberikan kemandirian kepada sekolah untuk mengatur
dirinya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan tetap mengacu pada
kebijakan nasional. Manajemen Berbasis Sekolah memberikan peluang kepada
guru dan kepala sekolah mengelolah sekolah menjadi lebih efektif karena adanya
rasa partisipasi dan kepemilikan serta keterlibatan yang tinggi terhadaap
pengambilan keputusan.Selanjutnya dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah,
pengelola sekolah akan mempunyai kendali dan akuntabilitas terhadap lingkungan
sekolah.Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan diimplementasikan Manajemen
Berbasis Sekolah secara sistematis adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan efesiensi, mutu dan pemerataan pendidiksn dengan asumsi


bahwa pendidikan bukan hanya milik satu orang melainkan suatu kebutuhan
bagi setiap orang;
b. Memberikan otonomi kepada sekolah agar bisa mengatur dan mengelola sumber
daya yang dimiliki sesuai dengan situasi dan kondisi setempat;

c. Manajemen Berbasis Sekolah dimaksudkan untuk membentuk sekolah-sekolah


efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan;

d. Memberdayakan sekolah terutama sumber saya manusia melalui pemberian


kewenangan, dan fleksibilitas sumber daya lain untuk kmemecahkan masalah
yang dihadapi oleh sekola yang bersangkutan;e. Meningkatkan kepedulian
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama;f. Manajemen Berbasis Sekolah memiliki
potensi untuk meningkatkan prestasi siswa yang dikarenakan adanya
peningkatan efesiensi penggunaan sumber daya dan personel, peningkatan
profesionalisme guru, penerapan reformasi kuruikulum dan peningkatan
keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.

Unsur-Unsur dan Sistem dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah secara


garis besarnya unsur-unsur terpenting dalam implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum dan program pengajaran


b. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
c. Manajemen kesiswaan
d. Manajemen keuangan dan pembiayaan
e. Manajemen sarana dan prasarana Pendidikan
f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat (Humas).
g. Manajemen layanan khusus.

Dalam konteks system manajemen dalam implementasi manajemen berbasis


sekolah mencakup hal-hal berikut:

a. Perencanaan dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Malayu mengatakan bahwa perencanaan merupakan suatu proses penetuan
tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatife-
alternatif yang ada.

Berdasarkan asumsi ini pengelola sekolah harus menyusun perencanaan tentang


aksi yang harus dilakukan, siapa yang melaksanakan, kapan dan di mana
kegiatan dilaksanakan serta bagaimana teknik dan strategi pelaksanaannya. Oleh
sebab itu untuk membangun kerjasama yang baik dan membuat perencanaan
yang tepat maka diperlukan personil yang berpengalaman dan berpengetahuan
dalam bidang perencanaan.

b. Pengorganisasian dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Pengorganisasian sekolah adalah tingkat kemampuan Kepala Sekolah bersama
guru, tenaga kependidikan, dan personal lainnya di sekolah melakukan semua
kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil yang direncanakan dengan
menentukan sasaran, menentukan struktur tugas, wewenang dan tanggung
jawab, dan menentukan fungsi-fungsi setiap personal secara proporsional sesuai
tugas pokok dan fungsinya, sehingga terlaksananya tugas pada berbagai unsur
organisasi. Pengorganisasian juga menentukan alat-alat yang diperlukan,
pengalokasian waktu, dana, dan sumber daya Sekolah yang lebih proporsional.

c. Pelaksanaan dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Menurut Sagala: Penggerakan yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai
pemimpin instruksional dan guru sebagai pemimpin pembelajaran paling tidak
meliputi:
(1) Menyusun kerangka waktu dan biaya yang diperlukan baik untuk institusi
maupun pembelajaran secara rinci dan jelas,
(2) memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan
rencana dan pengambilan keputusan,
(3) mengeluarkan instruksi-instruksi yang sfesifik ke arah pencapaian tujuan
dan
(4) membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisi oleh Kepala Sekolah
terhadap guru.
d. Pengawasan (controlling) dalam Manajemen Berbasis Sekolah.
Pengawasan ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategi, apalagi
setiap orang dalam organisasi harus menyadari betapa pentingnya pengawasan
ini agar tidak terjadi yang namanya penyimpangan dan penyalahgunaan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen berbasis sekolah pada intinya adalah memberikan kewenangan terhadap


sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitassecara terus menerus. Dapat
juga dikatakan bahwa manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah
atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis telah terbukti tidak membawa kemajuan
yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-
kasus tertehtu, manajemen yang sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan
kreatifitas pada satuan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk
mengatasi terjadinya stagnasi di bidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma
baru dibidang pendidikan.
Seiring dengan bergulirnya era dtonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan
reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan pendidikan.
Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai
otonomi pendidikan melalui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS).
MBS bukan sekedar mengubah penedekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralistis
ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian
sekolah.

3.2 Saran

Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan kesempatan kepada kepala
sekolah, guru dan siswa untuk melakukan inovasi pendidikan. Dengan adanya MBS
maka ada beberapa keuntugan dalam pendidikan yaitu, kebijakan dan kewenangan
sekolah mengarah langsung kepada siswa, orang tua dan guru, sumber daya yang ada
dapat dimanfaatkan secara optimal, pembinaan peserta didik dapat dilakukan secara
efektif, dapat mengajak semua pihak untuk memajukan dan meningkatkan pelaksanaan
pendidikan. Manajemen sekolah sangat berpengaruh terhadap keefektifan kurikulum
karena dengan pengelolaan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula (mutu
pendidikan akan lebih meningkat).

DAFTAR PUSTAKA

Tanzim. (2016). Pemahaman manajemen berbasis sekolah dan upaya peningkatan mutu
pendidikan. Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, 1, 2548-3978.

Rosmalah. (2016). Hakikat implementasi manajemen berbasis sekolah. Jurnal Publikasi


Pendidikan, 6, 2088-2092.
Rukayah. & Bambang Ismanto. (2016). Evaluasi manajemen berbasis sekolah di sekolah
dasar negeri kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3, 178-191.
Umul, A. L. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
lulusan di SMA Islam AL-ULUM Terpadu Medan. Analytica Islamica, 4, 167-186.
Siti, S., & Mulyoto. (2019). Manajemen berbais sekolah melalui optimalisasi evaluasi diri
sekolah untuk mendukung peningkatan prestasi sekolah. Media Manajemen Pendidikan, 2,
2622-3694
Sulaiman, Husmiana, & Asmaini. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS)
dalam meningkatkan profesionalisme guru di SD Negeri 10 Bnada Aceh. Jurnal Pesona
Dasar, 3, 33-34.
Ibrahim. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah pada SD Negeri Sakti Pidie.
Jurnal Administrasi Pendidikan, 3, 116-125.
Isep Djuanda. (2019). Peningkatan mutu Pendidikan dalam perspektif manajemen berbasis
sekolah. Kordinat, 18.
Sahril, M. & Mardia, R. (2017). Implementasi manajemen berbasis sekolah untuk
meningkatkan mutu sekolah dasar islam insan kamil bacan kabupaten Halmahera selatan.
Jurnal Pendidikan, 15.
Abdulmuid, Muhibbudin. 2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: CV. Pingging
Mangkunegara.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulmuid, Muhibbudin. 2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: CV. Pingging


Mangkunegara.
Ibrahim. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah pada SD Negeri Sakti Pidie.
Jurnal Administrasi Pendidikan, 3, 116-125.
Isep Djuanda. (2019). Peningkatan mutu Pendidikan dalam perspektif manajemen berbasis
sekolah. Kordinat, 18.
Rosmalah. (2016). Hakikat implementasi manajemen berbasis sekolah. Jurnal Publikasi
Pendidikan, 6, 2088-2092.
Rukayah. & Bambang Ismanto. (2016). Evaluasi manajemen berbasis sekolah di sekolah
dasar negeri kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3, 178-191.
Sahril, M. & Mardia, R. (2017). Implementasi manajemen berbasis sekolah untuk
meningkatkan mutu sekolah dasar islam insan kamil bacan kabupaten Halmahera selatan.
Jurnal Pendidikan, 15.
Siti, S., & Mulyoto. (2019). Manajemen berbais sekolah melalui optimalisasi evaluasi diri
sekolah untuk mendukung peningkatan prestasi sekolah. Media Manajemen Pendidikan, 2,
2622-3694
Sulaiman, Husmiana, & Asmaini. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS)
dalam meningkatkan profesionalisme guru di SD Negeri 10 Bnada Aceh. Jurnal Pesona
Dasar, 3, 33-34.
Tanzim. (2016). Pemahaman manajemen berbasis sekolah dan upaya peningkatan mutu
pendidikan. Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, 1, 2548-3978.
Umul, A. L. (2015). Implementasi manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
lulusan di SMA Islam AL-ULUM Terpadu Medan. Analytica Islamica, 4, 167-186.

Anda mungkin juga menyukai