Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI


METODE DEMONSTRASI PADA MATERI GAYA SISWA
KELAS IV MI AL BASYARIYAH NGUMPUL TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

ARINA HIKMAH
NIM. 858663197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
dengan judul “Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester 2
SD Negeri Kutukulon Kabupaten Ponorogo Pada Mata Pelajaran IPA Materi
Perpindahan Energi Panas Dengan Metode Eksperimen Tahun Pelajaran
2019/2020” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 PGSD.
Menyadari bahwa suatu karya di bidang apapun tidak terlepas dari
kekurangan, disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
di miliki penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat diharapkan.
Akhirnya, selesainya Laporan ini tidak lepas dari peran dan bantuan yang
telah diberikan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus
kepada :
1. Bapak Musta’in,M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing
hingga terselesainnya Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional ini.
2. Ibu Siti Khoirul Aswati, S. Pd. SD, selaku Kelapa Madrasah Ibtidaiyah Al
Basyariyah Ngumpul
3. Kedua orang tua tercinta, suami dan anak-anak atas perhatian, dukungan dan
do`anya serta saudara-saudaraku atas dorongan semangat dan bantuannya.
4. Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Al Basyariyah Ngumpul, terutama Kelas IV
yang telah membantu terlaksananya laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi pembaca maupun diri kami
pribadi dan dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pendidikan.
Semoga ilmu yang di dapat dari laporan ini dapat bermanfaat dalam kehidupan
dunia dan akhirat.

Ponorogo, 19 Mei 2020


Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. ... i


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ....................................... iii
BERITA ACARA ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR vi
ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR ix
TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR
LAMPIRAN .............................................................................. 1
ABSTRAK .................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
a. Identifikasi Masalah ..............................................................
b. Analisis Masalah ...................................................................
c. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ........................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Belajar .............................................................
1. Pengertian Belajar ................................................................
2. Hasil Belajar………………………………… .....................
3. Klasifikasi Hasil Belajar……………………………………
B. Metode Demontrasi..................................................................
1. Pengertian Metode Demontrasi…………………………....
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demontrasi ..................
C.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...............................................
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
4. Gaya
D. Kerangka Berfikir…………………………………….. ..........

BAB III : PELAKSANAAN PERBAIKAN


A. Informasi Subjek Penelitian (Lokasi, Waktu, Tema,
Kelompok Dan Karakteristik Anak) .........................................
1. Lokasi Penelitian ...............................................................
2. Waktu Penelitian ................................................................
3. Tema Penelitian .................................................................
4. Kelompok dan Karakteristik Anak ....................................
B. Deskripsi Per Siklus (Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/
Pengumpulan Data /Instrumen, Refleksi) .................................
1. Rencana Penelitian ............................................................
2. Pelaksanaab Penelitian ......................................................
3. Pengamatan/ Pengumpulan Data/ Instrumen .....................
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus ...................................................................
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus ................................................
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan ...................................................................................
B. Saran Tindak Lanjut .................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan
kemampuan siswa Sekolah Dasar dalam bidang akademis. Selain itu
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga sangat diperlukan untuk
melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk
mengembangkan bakat, minat, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Misalnya dengan mata pelajaran IPA dapat melatih
keterampilan anak untuk berpikir secara kreatif dan inovatif. IPA merupakan
latihan awal bagi siswa untuk berpikir dalam mengembangkan daya cipta dan
minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya. Adapun arti dari
pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.”
Sehubungan dengan hal tersebut di atas jelas bahwa pengajaran IPA
menunjang kemajuan perkembangan teknologi. Keberhasilan pengajaran IPA
ditentukan oleh berbagai hal, antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan
guru itu sendiri di dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang
bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran IPA yang terdapat pada
kurikulum. Siswa sebagai objek pengajaran, memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, ada yang cerdas, ada pula yang kurang. Untuk itu guru harus
pandai dalam menyampaikan materi kepada siswa karena keragaman yang
ada pada siswa.
Hasil belajar siswa kelas IV MI Al Basyariyah Ngumpul pada
pembelajaran IPA di bawah KKM 70. Dari 20 siswa kelas IV MI AL
BASYARIYAH Ngumpul, 19 siswa mendapat nilai di bawah KKM,
sedangkan hanya 9 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Data
diperoleh dari daftar nilai ulangan harian yang dilakukan oleh guru pada awal
semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan observasi, hal ini
disebabkan karena keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran
sangat minim sehingga siswa tidak memahami materi yang diajarkan. Di
samping itu, siswa tidak antusias dan tertarik pada materi karena guru
menggunakan metode konvensional dalam mengajar.
Pembelajaran dengan metode konvensional tak lebih dari transfer ilmu
guru kepada murid di dalam kelas melalui komunikasi satu arah. Murid hanya
menjadi obyek pasif yang mempunyai kewajiban untuk menghafal catatan
yang telah diberikan guru supaya bisa menjawab soal-soal yang nantinya
akan diujikan.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya
maupun dalam bentuk tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan metode demontrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran
akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi di atas dan didukung


oleh referensi studi dan penelitian, maka peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas IV menerapkan metode pengajaran demonstrasi dalam sebuah
penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengantisipasi masalah tersebut, yang
sekaligus mengurangi cara belajar konvensional yang sering digunakan dalam
belajar mengajar IPA. Besar harapan penulis dalam pembelajaran tentang
hantaran panas pada benda menggunakan metode demonstrasi dapat menarik
minat belajar siswa dalam pembelajaran sehingga tujuan yang diharapkan
yaitu hasil belajar IPA tentang hantaran panas pada benda dapat meningkat.
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Melalui Metode Demonstrasi Pada Materi Gaya”.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka identifikasi
masalahnya adalah kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam
pembelajaran sangat minim sehingga siswa tidak memahami materi yang
diajarkan. Di samping itu, siswa tidak antusias dan tertarik pada materi
karena guru menggunakan metode konvensional dalam mengajar
2. Analisis masalah
Identifikasi area dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran
IPA di kelas IV. Untuk fokus penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar sebagian besar siswa pada materi IPA di bawah KKM 70.
2. Keterlibatan siswa dalam PBM masih sangat minim sehingga siswa tidak
memahami materi yang diajarkan.
3. Proses pembelajaran IPA dirasa masih kurang menarik bagi siswa
sehingga berakibat kurang optimalnya hasil pembelajaran.
4. Guru menggunakan metode konvensional dalam mengajar.

3. Alternative dan Prioritas Pemecahan Masalah


Penggunaan metode pengajaran demonstrasi untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan metode ini diharapkan proses pembelajaran
IPA menjadi lebih menarik sehingga siswa antusias untuk melibatkan diri
secara aktif dalam proses belajar dan sekaligus mengurangi cara belajar
konvensional yang sering digunakan dalam belajar mengajar IPA.

B. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
“Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al Basyariyah
Ngumpul pada pembelajaran IPA tentang gaya melalaui penggunaan metode
demontrasi??
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa
melalui penggunaan metode demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis yang akan diperoleh adalah:
1. Mendapatkan teori/pengetahuan dan pengalaman baru yang relevan
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA.
2. Sebagai dasar untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian
lebih lanjut, baik untuk diri sendiri maupun guru kelas.
Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti
Bagi perseorangan atau institusi, seperti diuraikan berikut ini:

1. Bagi Siswa
a. Untuk meningkatkan daya tarik siswa dalam mempelajari IPA
b. Untuk meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran IPA.
c. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA tentang
Gaya.
d. Mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dan memuaskan.
e. Untuk melatih kerja sama dalam memecahkan masalah.
2. Bagi guru
a. Memberikan manfaat kepada guru dalam rangka mengembangkan dan
mempermbaharui cara mengajarnya untuk meningkatkan perhatian
siswa.
b. Sebagai masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar.
c. Menemukan suatu strategi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
tentang gaya.
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Sebagai masukan dalam rangka memotivasi para guru
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk meningkatkan mutu sekolah
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan nilai KKM.
4. Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang dapat memberikan
manfaat dalam memperkuat landasan teori yang dibutuhkan dalam
penelitiannya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang


diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha, sedangkan belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam teori belajar
behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku dari adanya
interaksi antara stimulus apa saja yang diberikan (guru kepada siswa) dan
respon (apa saja yang dihasilkan oleh siswa) (Budiningsih, 2005). Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang harus terukur. Bila pembelajar
(peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak
belajar maka responpun berkurang, sehingga secara formal hasil belajar
harus bisa diamati dan diukur..

Belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan


untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah
laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif. Lebih lanjut,
belajar itu bukan proses tunggal. Belajar tidak dapat didefenisikan dengan
mudah, karena belajar bersifat kompleks. Belajar adalah mekanisme
dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara
kompleks. Kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (perilaku),
dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia sehingga belajar adalah hasil
dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas
(outcome).

Menurut aliran belajar kognitif, belajar adalah sebuah proses


mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan. Belajar sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan
bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi
individu dengan lingkungannya.

Dalam penerapan di kelas, Bruner mengemukakan model


pembelajaran di kelas yang disebut sebagai model pembelajaran penemuan
8 (discovery teaching), yang bertujuan bukan hanya untuk memperoleh
pengetahuan saja melainkan untuk memberikan motivasi kepada siswa,
melatih kemampuan berpikir intelektual, dan merangsang keingintahuan
siswa. Menurut teori ini cara terbaik dalam belajar adalah siswa
mengkontruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari (Sapriati, 2019:
1.27).

Dari berbagai pengertian tentang belajar diatas dapat diambil kesimpulan


tentang pengertian belajar. Belajar merupakan suatu proses yang bersifat
aktif untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman agar manusia dapat
menyesuaikan diri dengan dunianya dan hasilnya berupa perubahan
tingkah laku dan pengertian sebagai hasil dari latihan. Dari penjelasan di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri belajar berdasar teori kognitif
adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang


telah dimiliki siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan.
2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar.
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkret.
4. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya
transmisi sosial sehingga terjadi interaksi dan kerjasama seseorang
dengan orang lain atau dengan lingkungannya.
5. Memanfatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa menjadi


tertarik dan siswa mau belajar.

Terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi belajar yaitu:

2. Faktor Internal

Merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang


belajar meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor
jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor
psikologis 9 meliputi intelegensi perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan.

3. Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal


yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga. Adapun
faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah
yang memengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah. Selanjutnya faktor eksternal yang berpengaruh dalam
belajar adalah masyarakat, faktor ini meliputi: kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan
media massa.

Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar juga dapat dibagi


menjadi tiga macam yaitu:
1. Faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal, yang merupakan kondisi lingkungan sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yang merupakan jenis upaya belajar siswa
dan meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

2. Hasil Belajar

Di dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dapat di lihat


dari terjadinya perubahan yang di harapkan sesuai dengan tujuan yang telah
di rumuskan. Tujuan yang di maksud tersebut berupa hasil belajar siswa.
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar.

Secara sederhana, yang di maksud dengan hasil belajar siswa adalah


kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang di kehendaki dapat di ketahui melalui evaluasi

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang didapat dari
proses yang bersifat aktif dalam pembelajaran yang berupa pencapaian dari
kompetensi-kompetensi untuk memperoleh pengetahuan dan sebagai hasil
dari latihan.

3. Klasifikasi Hasil Belajar

Sudjana ( 2009 : 22-23 ) yang secara garis besar membaginya menjadi


tiga ranah yakni :

a. Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri


dari enam aspek yakni : pengetahuan ingatan, pemahaman, penerapan
(aplikasi), analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni,
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik Berkenaan dengan gerakan refleks, keterampilan


gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretative

B. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Demonstrasi berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan
pertunjukan sesuatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran.
Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang
diundang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek
yang sebenarnya.
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan
atau prosedur yang dilakukan. Metode demonstrasi merupakan metode
mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan
secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat
mempelajarinya secara proses. Melalui metode demonstrasi guru
memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat
kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah di terima
begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik
dapat memecahkan suatu masalah.
Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam
prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.
Peran penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh
karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode
yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri
sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya
terbentuk kompetensi tertentu dari siswa.
Metode yang di maksud dalam penelitian ini adalah metode
demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau potensi
mengatasi kekurangan- kekurangan guru, metode demonstrasi mampu
menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami siswa.Dengan
demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan pesan
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal
tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa
akan meningkat.
Menurut Wina Sanjaya di buku Strategi Pembeljaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, (Jakarta, Kencana, 2010), , metode
demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertujukan kepada siswa tentang suatu proses,situasi atau
benda tertentu,baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai
metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya
sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran,
demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

Dari definisi- definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa


metode demonstrasi adalah cara-cara guru dalam mengajar dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang sebenarnya maupun
tiruan melalui penggunaan berbagai macam media yang relevan
dengan pokok bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif dalam
memahami materi.
Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
1) Memberikan ketrampilan tertentu
2) Penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas
3) Menghindari verbalisme, menbantu peserta didik dalam
memahami dengan jelas, jalannya suatu proses dengan penuh
perhatian sebab lebih menarik.
Metode demonstrasi bertujuan untuk memberikan gambaran atau
memperlihatkan suatu proses terjadinya suatu peristiwa sesuai dengan
materi ajar agar peserta didik dengan mudah untuk memahaminya.
b. Kelebihan dan kelemahan Metode Demonstrasi

i. Kelebihan Metode Demonstrasi


a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan.
b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak
hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan anatara teori dan
kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini
kebenaran materi pembelajaran.

ii. Kelemahan Metode Demonstrasi


a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi yang
memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan
metode ini tidak efektif lagi.
b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat
yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceramah.
c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru
yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional.

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam


a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah Dasar. Mata
Pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini di anggap sulit
oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar
sampai sekolah menengah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses
pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran
yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik. IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain. IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip prinsip saja, tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan pada prinsipnya mempelajari IPA sebagai cara
mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu
siswa untuk memahami siswa untuk memahami alam sekitar secara
mendalam.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya


di arahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak
siswa di paksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang di peroleh untuk
menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi
ini juga menimpa pada pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa
selama ini proses pembelajaran sains disekolah dasar masih banyak yang
dilaksanakan secara konvensional.
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan di jelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu
kesimpulan. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu
pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu :
ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap.
Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan
sebagai produk, yaitu kumpulin hasil penelitian yang telah ilmuwan
lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan
empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain :
fakta-fakta, prinsip,hukum,dan teori-teori IPA.
Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk
menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA
merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses
dan menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan.
Ketiga, ilmu pengetahuan sebagai sikap. Sikap ilmiah harus
dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap
yang harus di miliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian
dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya.
b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI
Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa :
1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap saint,
teknologi, dan masyarakat. Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep saint
yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya saint dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman di bidang
pengajaran lain.
5) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan
alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam
semesta ini untuk dipelajari.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD/MI
Ruang lingkup pembelajaran IPA di SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
1) Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh
bentuk dan ukuran.
2) Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas,
gerak,getaran dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengidentifikasi sumber energi dan kegunaannya

d. Gaya
1) PengertianGaya
Gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Bila kita
menarik atau mendorong suatu benda, maka berarti kita memberikan
gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan
tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan.
Gaya ada yang kuat dan ada yang lemah. Makin besar gaya
dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya
dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya
dinyatakan dalm Newton (N). Gaya dapat mempengaruhi gerak dan
bentuk benda.
2) Macam – macam Gaya
a) Gaya otot
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh otot. Misalnya, tangan
mengangkat buku, orang mendorong meja, dan kuda menarik
delman,
b) Gaya Magnet
Adalah gaya yang dihasilkan oleh magnet. Benda magnet akan
menarik benda logam. Magnet berasal dari kata Magnesia yaitu
tempat orang Yunani menemukan sifat magnet yang terdapat dalam
batu-batuan yang dapat menarik logam, misalnya magnet yang
terdapat pada pintu kulkas, alat pengumpul sampah besi, dan
penutup tempat pensil.
c) Gaya Gesek
Adalah gaya yang timbul akibat gesekan dua benda. Gaya
gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu dapat
berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh
kasar licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin
halus/licin permukaan gaya gesek semakin kecil. Makin kasar
permukaan gaya gesek semakin besar Misalnya, karet rem yang
bergesekan dengan pelek seperti kayuh, amplas dengan kayu, dn
ban mobil dengan permukaan jalan.
d) Gaya Pegas
Adalah gaya yang dihasilkan oleh benda elastis atau lentur.
Misalnya, tali ketapel, tali busur panah, dan pegas.
e) Gaya Gravitasi
Adalah gaya tarik dari pusat bumi. Gaya Gravitasi adalah gaya
yang menarik semua benda baik benda hidup maupun benda tidak
hidup ke arah pusat bumi.Gaya gravitasi bumi menyebabkan semua
benda di Bumi mempunyai berat. Gaya gravitasi bumi disebut juga
gaya berat, yaitu gaya yang dimiliki suatu benda terhadap pusat
bumi. Contoh: daun berguguran dari pohon, buah yang telah masak
jatuh ke tanah, dan penerjun payung. Benda-benda yang mengalami
tarikan gaya gravitasi bumi akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak
jatuh akan semakin cepat bila benda semakin dekat dengan tanah.
Setelah benda mencapai tanah, gaya gravitasi tetap bekerja
sehingga benda tetap berada pada tempatnya.Akibat tidak adanya
gaya gravitasi semua makhluk hidup dan makhluk tak hidup akan
melayang-layang di angkasa.
3) Pengaruh Gaya terhadap Gerak dan Bentuk Benda
Gaya dapat menyebabkan benda bergerak, gaya dapat menambah
kecepatan benda, dan gaya dapat mengurangi kecepatan benda. Gaya
dapatmenyebabkan kedudukan benda berubah atau gaya dapat
menyebabkan benda yang tadinya diam menjadi bergerak.
a. Gaya Menggerakkan Benda Diam

Benda diam akan bergerak jika diberi gaya. Contohnya, bola


akan melambung ke udara jika tendang. Lemari akan bergeser jika
kita dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh. Batu akan
bergerak jika kita lempar.
b. Gaya Membuat Benda Bergerak Menjadi Diam

Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang dikayuh,


sepeda motor yang sedang bergerak, kelereng yang menggelinding
dan sebagainya. Benda yang bergerak tersebut dapat berhenti jika
diberi gaya. Sepeda yang bergerak akan berhenti jika direm.
Sepeda motor yang sedang bergerak akan berhenti jika direm.
Kelereng yang menggelinding akan berhenti jika kita tahan dengan
tangan atau kaki. Mengerem sepeda dan sepeda motor termasuk
bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan kelereng dengan tangan
juga termasuk bentuk gaya, dengan demikian, gaya dapat membuat
benda bergerak menjadi diam.
c. Gaya Mengubah Kecepatan Benda

Perhatikan mobil yang sedang bergerak! Jika kamu amati,


kecepatan mobil tersebut tidak akan sama. Kamu bisa melihatnya
pada spidometer. Gerak mobil terkadang cepat dan terkadang
lambat. Apakah yang menyebabkan kecepatan mobil tersebut
berubah-ubah? Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak
gasnya, akibatnya, mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada
mobil yang lain didepannya, pengemudi akan menginjak rem.
Akibatnya, laju mobil akan melambat. Injakan gas dan injakan rem
termasuk bentuk gaya. Oleh karena itu, gaya dapat mempengaruhi
kecepatan benda.
d. Gaya Mengubah Arah Gerak Benda
Sepeda tidak hanya dapat berjalan lurus, sepeda dapat kita
belokkan ke arah yang dibutuhkan. Jika ingin mengubah arah
sepeda, kita cukup membelokkan setangnya. Hasilnya, arah sepeda
akan berubah. Begitu juga dengan orang yang bermain bola. Bola
tidak hanya bergerak ke satu arah. Namun, arah gerak bola tidak
dapat berubah dengan sendirinya. Arah gerak bola harus diubah
oleh pemain bola. Caranya dengan menyundul atau menendang
bola. Membelokkan arah sepeda dan bola termasuk bentuk gaya.
Dengan demikian, gaya dapat mengubah arah gerak benda.
e. Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda

Gaya dapat mengubah bentuk suatu benda yang terjadi pada


karet gelang yang semula berbentuk lingkaran berubah bentuk
ketika ditarik. Kayu yang semula berbentuk gelondong bisa diubah
menjadi berbagai bentuk. Ada yang menjadi meja, kursi, mobil-
mobilan, patung, dan sebagainya. Tarikan pada karet gelang dan
pahatan pada kayu termasuk bentuk gaya. Dengan demikian,
terbukti bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda.
f. Gaya Dapat Mempengaruhi Keadaan Benda di dalam Air

Di dalam air terdapat suatu gaya yng disebut gaya tekan ke atas.
Gaya ini menyebabkan benda bisa mengapung di permukaan.
Benda yang masuk ke dalam air akan dikenai gaya tekan ke atas,
sehingga benda muncul kembali ke permukaan. Itulah sebabnya,
ketika berenang kita tidak akan ke dasar kolam, melainkan berada
di permukaan air. Namun gaya tekan ke atas dipengaruhi oleh luas
permukaan benda. Benda yang permukaannya lebar mendapat
banyak gaya tekan ke atas. Akibatnya benda itu akan tenggelam.
Inilah penyebab batu tenggelam ketika dilempar ke dalam air. Hal
ini karena batu memiliki luas permukaan yang kecil. Keadaan
benda di dalam air di pengaruhi oleh gaya tekan ke atas dan berat
benda.
a. Jika gaya tekan ke atas lebih besar dari berat benda, maka
benda akan terapung.
b. Jika gaya tekan ke atas sama dengan berat benda, maka benda
akan melayang.

c. Jika gaya tekan ke atas lebih kecil dari berat benda, maka
benda akan tenggelam.

D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh
kerangka pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas IV MI Al
Basyariyah Ngumpul Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo lebih banyak
berpusat kepada guru, guru lebih banyak berceramah. Siswa hanya sebagai
pendengar, kondisi seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan enggan
belajar IPA. Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti akan
melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan
metode demonstrasi dalam proses pembelajaran IPA.
Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi
akhir, yaitu hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Al Basyariyah Ngumpul
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo dapat meningkat. Melalui metode
demonstrasi, diharapkan siswa lebih senang dan tertarik untuk belajar IPA,
sehingga hasil belajarnya diduga akan meningkat.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN


PEMBELAJARAN

A. INFORMASI SUBJEK PENELITIAN (LOKASI, WAKTU, TEMA,


KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK ANAK)

1. Lokasi
Lokasi penelitian yang saya lakukan yaitu di Madrasah Ibtidaiyah
Al Basyariyah yang beralamat di jl Serut sewu 02 dusun Wotan desa
Ngumpul kecamatan Balong kabupaten Ponorogo. Pemilihan tempat ini
didasarkan pada observasi awal. Di MI Al Basyariyah terdapat sejumlah
data yang dapat digunakan sebagai sumber data dalam melakukan penelitian
dan mendukung tercapainya tujuan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai pada bulan
April 2020 sampai dengan Mei 2020. Langkah – langkah yang dilakukan
peneliti dalam rentang waktu tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan judul penelitian dilaksanakan tanggal 14 April 2020
b. Penulisan studi pustaka dilaksanakan mulai tanggal 19 April 2020
2020
d. Kegiatan penelitian dilakukan di lakukan di lapangan ( MI Al Basyariyah
Ngumpul ), dilaksanakan mulai tanggal 22 April sampai dengan 31 Mei
2020
e. Analisis data dilaksanakan mulai 4 Mei 2020 sampai dengan 14 Mei 2020
f. Dalam penulisan laporang dan kesimpulan dilaksanakan 20 Mei 2019
3. Pelajaran / Tema
Pelajaran yang akan peneliti ambil adalah pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas IV dengan materi Gaya dengan menggunakan
metode Demontrasi dalam pemaparannya
4. Kelompok dan Karakter Siswa
Siswa kelas IVB MI Al Basyariyah terdiri dari 20 siswa dengan
15 laki-laki dan 5 perempuan. Siswa yang laki-laki sebagian besar mereka
sangat aktif kalau di kelas dan jika memakai ceramah saja dalam proses
pembelajaran mereka terkesan enggan dan kurang tertarik. Tetapi jika
pelajaran yang sifatnya mengajarkan ketrampilan psikomotorik atau
jasmani mereka sangat antusias. Untuk yang murid perempuan lebih
pendiam apalagi didukung jumlahnya yang sedikit di banding laki-laki.
Tetapi mereka adalah pendengar yang baik dan disiplin dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para Guru.

B. DESKRIPSI PER SIKLUS (RENCANA, PELAKSANAAN,


PENGAMATAN /PENGUMPULAN DATA /INSTRUMEN, REFLEKSI)
1. Rencana Penelitian
Tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan
metode pembelajaran demontrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA
materi Gaya siswa kelas IV MI Al Basyariyah Ngumpul.. Dalam penelitian
kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru kelas itu
sendiri sekaligus juga sebagai peneliti yang melakukan pengamatan
terhadap berlangsungnya proses tindakan penelitian.
Berkaitan dengan uraian di atas, alternatif dapat dirinci langkah-
langkahnya sebagai berikut.
a. Menemukan masalah yang ada di lapangan. Pada tahap ini dilakukan
melalui observasi (pengamatan) melalui daring.
b. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran metode demontrasi
pada siklus I dan II. Namun perencaan yang dibuat masih bersifat
fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam proses
pelaksanaannya.
c. Mempersiapkan media pembelajaran berupa bahan yang digunakan.
d. Merancang instrumen sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian terhadap hasil belajar siswa tentang materi gaya.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan, khususnya
penelitian tindakan kelas ( classroom action research ). Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IVB MI Al Basyariyah Ngumpul dengan mengamati
aktivitas belajar siswa, sedangkan peneliti berperan sebagai pelaksana dari
media pembelajaran yang akan diterapkan, yaitu Pembelajaran dengan
menggunakan metode Demontrasi ditekankan pada peningkatan proses
pembelajaran dalam pengefektifan media pembelajaran dan hasil belajar
siswa. PTK yang digunakan model Kemmis & Mc Taggart (dalam
Suharsimi Arikunto, 2010: 137).

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan

Siklus 1

1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas


a. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) perbaikan pra-
siklus
b. Menyiapkan sumber/bahan/alat yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk
mengukur pencapaian kompetensi. d. Menyiapkan kriteria ketuntasan
minimal pencapaian kompetensi serta menyiapkan intstrumen tolak
ukur keberhasilan tindakan.
d. Menyiapkan lembar perekam proses pengumpulan data yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas
Dalam pelaksanaan tindakan kelas menggunakan Model
Pembelajaran Kontekstual, adapun penerapannya disesuaikan dengan
metode yang ingin dipakai berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan: a. Metode percobaan
- Guru membagi siswa dalam kelompok secara berpasangan
- Setiap kelompok melakukan percobaan tentang Gaya dapat mengubah
gerak atau bentuk suatu benda dengan bahan yang mereka bawa dari
rumah
b. Metode Demonstrasi
- Guru menunjukan gambar barang/benda yang digunakan untuk
demonstrasi
- Siswa diminta untuk mengamati gambar barang/benda yang
ditunjukkan guru dan mencatat dalam lembar pengamatan.
- Guru mendemonstrasikan gambar barang/benda yang ditunjukkan
c. Metode Ceramah
- Guru menegaskan, mengidentifikasi dan menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah
gerak dan/ bentuk suatu benda
3. Pengamatan Tindakan Kelas
Aspek yang diamati dalam pengamatan tindakan kelas adalah:
A. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam
mendiskusikan tentang gaya dapat mengubah arah dan/ bentuk benda pada
mata pelajaran IPA pokok bahasan ”Pengaruh Gaya Terhadap Benda”
melalui model Pembelajaran Kontekstual di MI Al Basyariyah Ngumpul
kelas IVB pada semester genap tahun ajaran 2019/2020
B. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam mengamati
demonstrasi yang dilakukan guru tentang gaya pada mata pelajaran IPA
pokok bahasan ” Pengaruh Gaya Terhadap Benda” melalui model
Pembelajaran Kontekstual di MI Al Basyariyah Ngumpul kelas IVB
semester genap tahun pelajaran 2019/2020.
C. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam memahami
penjelasan guru terkait hasil percobaan dan mengidentifikasi bahwa gaya
dapat mengubah arah dan/ bentuk benda pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap Benda” melalui model Pembelajaran
Kontekstual di MI Al Basyariyah kelas IVB semester genap tahun pelajaran
2019/2020.
4. Refleksi
Merefleksikan hasil pengamatan kemampuan masing-masing siswa-
siswi dalam memahami pengaruh gaya terhadap suatu gerak dan/ bentuk
suatu benda pada mata pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh gaya
terhadap benda”, kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam memahami
pengaruh gaya terhadap suatu gerak dan/ bentuk suatu benda pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh gaya terhadap benda”, kemampuan
masing-masing siswa-siswi dalam mengamati demonstrasi yang dilakukan
guru tentang pengaruh gaya terhadap suatu gerak dan/ bentuk suatu benda
pada mata pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh gaya terhadap benda”, ,
kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam memahami penjelasan guru
pengaruh gaya terhadap suatu gerak dan/ bentuk suatu benda pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh gaya terhadap benda”, serta
menganalisis peningkatan hasil belajar siswa tentang pengaruh gaya
terhadap suatu gerak dan/ bentuk suatu benda pada mata pelajaran IPA
pokok bahasan ”pengaruh gaya terhadap benda”, di MI Al Basyariyah kelas
IVB semester genap tahun pelajaran 2019/2020 dengan menggunakan tolak
ukur yang telah ditentukan untuk membuat keputusan apakah perlu
dilakukan siklus selanjutnya atau tidak.
Siklus 2
1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas
a. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) perbaikan siklus 1
b. Menyiapkan sumber/bahan/alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur
pencapaian kompetensi.
d. Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian kompetensi serta
menyiapkan intstrumen tolak ukur keberhasilan tindakan.
e. Menyiapkan lembar perekam proses pengumpulan data yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas
Dalam pelaksanaan tindakan kelas menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual,
adapun penerapannya disesuaikan dengan metode yang ingin dipakai asalkan
berkaitan dengan kehidupan nyata. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan :
a. Metode Diskusi
- Guru membagi siswa dalam kelompok .
- Setiap kelompok mendiskusikan tentang benda elektronik yang sering
digunakan dirumah.
b. Metode Presentasi
- Setelah selesai berdiskusi, masing-masing perwakilan kelompok diminta
mempresentasikan hasil diskusinya .
c. Metode Demonstrasi
- Guru menunjukan gambar barang/benda yang digunakan untuk demonstrasi.
- Siswa diminta untuk mengamati gambar barang/benda yang ditunjukkan guru.
- Guru mendemonstrasikan barang/benda yang ditunjukkan dan menanyakan
beberapa pertanyaan kepada siswa d. Metode Ceramah.
- Guru menegaskan hasil percobaan dan hasil mengidentifikasi manfaat energi
dan perubahan bentuk energi yang terjadi.
3. Pengamatan Tindakan Kelas
Aspek yang diamati dalam pengamatan tindakan kelas adalah:
a. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam mendiskusikan
manfaat energi dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan ”manfaat energi” melalui model Pembelajaran Kontekstual di MI Al
Basyariyah Ngumpul kelas IVB semester genap tahun pelajaran 2019/2020.
b. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam
mempresentasikan hasil diskusi tentang gaya dapat mempengaruhi pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh Gaya terhadap benda” melalui model
Pembelajaran Kontekstual di MI Al Basyariyah Ngumpul kelas IVB semester
genap tahun pelajaran 2019/2020.
c. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam mengamati
demonstrasi yang dilakukan guru tentang pengaruh gaya terhadap suatu gerak
dan/ bentuk suatu benda pada mata pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh
gaya terhdapap benda” melalui model Pembelajaran Kontekstual di MI Al
Basyariyah Ngumpul kelas IVB semester genap tahun pelajaran 2019/2020.
d. Guru mengamati kemampuan masing-masing siswa-siswi dalam memahami
penjelasan guru terkait hasil percobaan dan mengidentifikasi data tentang
tentang manfaat energi dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA
pokok bahasan ” Pengaruh Gaya Terhadap Benda” melalui model Pembelajaran
Kontekstual di MI Al Basyariyah Ngumpul kelas IVB semester genap tahun
pelajaran 2019/2020.
4. Refleksi Merefleksikan hasil pengamatan kemampuan masing-masing siswa-siswi
dalam manfaat energi dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap Benda”, kemampuan masing- masing siswa-
siswi dalam mempresentasikan hasil diskusi tentang gaya dapat mengubah gerah
dan/atau bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan ” Pengaruh Gaya Terhadap Benda”, kemampuan masing-masing siswa-
siswi dalam mengamati demonstrasi yang dilakukan guru tentang pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan ” Pengaruh Gaya Terhadap Benda”, kemampuan
masing-masing siswa-siswi dalam memahami penjelasan guru gaya dapat mengubah
gerak dan/atau bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA
pokok bahasan ” Pengaruh Gaya Terhadap Benda”, serta menganalisis peningkatan
hasil belajar siswa tentang gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk benda dalam
kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA pokok bahasan ”pengaruh gaya
terhadap benda” di MI Al Basyariyah Ngumpul siswa kelas IVB semester genap
tahun pelajaran 2019/2020 dengan menggunakan tolak ukur yang telah ditentukan
untuk membuat keputusan apakah perlu dilakukan siklus selanjutnya atau tidak.

3. Pengamatan/ Pengumpulan Data/ Instrumen


1) Pengamatan
Pada tahap pengamatan (observasi) ini, sasaran observasi adalah
keefektifan penggunaan metode demontrasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi tentang Gaya. Pada
tahap ini peneliti mengamati dan mencatat semua reaksi dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran di kelas berlangsung secara rinci.
Berdasarkan pengamatan, peneliti mendiskusikan tentang perubahan-
perubahan yang signifikan dalam proses pembelajaran IPA sebagai
refleksi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Gaya siswa kelas IV MI Al
Basyariyah Ngumpul.
2) Pengumpulan data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui
tiga cara, yaitu: a. observasi, b. tes, dan c. catatan lapangan.
a. Observasi
Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi
dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana.
Menurut Arikunto, dkk. (2007: 127) observasi adalah kegiatan
pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action)
terus dimonitor secara reflektif. Observasi pada penelitian ini
berupa pengamatan terhadap proses pembelajaran pada saat
pembelajaran daring pada kelas IV MI Al Basyariyah Ngumpul
dari siswa dan kondisi saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam materi gaya dengan menggunakan metode demontrasi.
Observasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan
data Observasi yang diperlukan secara akurat. Data yang bisa didapatkan
dari lembar observasi ini adalah berupa keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar dan aktifitas guru selama melakukan kegiatan belajar
mengajar. Observasi keaktifan siswa dilakukan oleh peneliti pada saat
proses pembelajaran berlangsung, sedangkan untuk observasi guru
peneliti dibantu oleh observator. Peneliti melakukan observasi dengan
cara langsung mengamati obyek yang akan diteliti menggunakan lembar
observasi berupa chek list. Adapun beberapa hal yang perlu diamati oleh
peneliti selama kegiatan belajar diantaranya yaitu keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.

b. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa dan dilaksanakan diakhir kegiatan belajar mengajar
pada siklus tersebut. Tes dilaksanakan untuk mengukur hasil belajar
siswa. Dalam penelitian ini digunakan tes formatif. Bentuk soal tes
berupa tes individu.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan rinci tentang keadaan
selama proses pembelajaran berlangsungnya penelitian. Catatan
diperoleh dari apa yang dilihat, didengar, dialami dan dipikirkan
dalam penelitian. Semua hal yang terjadi pada saat pembelajaran
ditulis di catatan lapangan, baik terkait aktivitas siswa, perilaku
siswa, keaktifan siswa, dan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru.

3) Intrumen
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang hasil
belajar IPA siswa, dianalisis dengan teknik analisis yang digunakan adalah
statistic deskriptif. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran, dan data ketercapaian KKM pada materi pokok tentang
pengaruh gaya terhadap benda.
1. Analisis Aktivitas Guru dan Siswa Aktifitas guru dan siswa dianalisis
melalui lembar pengamatan. Aktifitas guru dan siswa dapat diperoleh dari
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan melihat
kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan
tindakan dikatakan sesuai jika kegiatan telah menerapkan langkah-langkah
Pembelajarandengan metode demontrasi.
Tabel 3.1 Lembar Observasi Guru
Penilaian
No Aspek yang dinilai Kurang Cukup
Baik
baik baik
1 Mengajukan pertanyaan tentang materi
sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran
3 Memotivasi siswa agar aktif dalam belajar
Menyampaikan materi dengan
4 menerapkan model pembelajaran
kontekstual
5 Mendemontrasikan gambar terkait materi
6 Mengajukan pertanyaan ke seluruh siswa
Membantu dalam kesuliatan berdiskusi /
7
memecahkan maslah
8 Menyimpulkan materi
9 Mengadakan evaluasi

Tabel 3.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa


Penilaian Prosentase
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Mendiskusikan materi
Mengamati demonstasi yang
2
dilakukan oleh guru
3 Memperhatikan penjelasan guru
4 Mengerjakan tugas
5 Mengumpulkan hasil tugas
Keterangan : 1 = Kurang, prosentasenya 1 – 25 % 2 = Cukup,
prosentasenya 26 – 50 % 3 = Baik, prosentasenya 51 – 75 % 4 =
Sangat Baik, prosentasenya 76 – 100 %
2. Keberhasilan Tindakan Untuk menentukan keberhasilan tindakan dapat
dianalisis dengan menggunakan kriteria keberhasilan tindakan yaitu:
ketercapaian KKM dan distribusi frekuensi atau polygon.
a. Ketercapaian KKM Analisis data tentang ketercapaian KKM pada
materi gaya dilakukan dengan membandingkan hasil ketercapaian KKM
pada skor dasar dengan hasil tes. Berdasarkan KKM yang ditetapkan
sekolah pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai KKM apabila
skor hasil belajar yang diperoleh ≥ 75. Ketercapaian indikator
ditentukan dengan cara:

SP
K= 100 %
SM

Keterangan : SP = Skor Perolehan


SM = Skor Maksimal
K = Ketercapaian Indikator.

b. Distribusi Frekuensi Peningkatan hasil belajar siswa dalam materi


manfaat energi dapat dilihat dari daftar distribusi frekuensi skor dasar.
Hasil belajar IPA dikatakan meningkat jika skor yang diperoleh melalui
penerapan metode demontrasi lebih baik dari skor dasar. Artinya,
semakin sedikit jumlah siswa yang memperoleh skor hasil belajar
rendah setelah penerapan metode demontrasi.
4. Refleksi
Tahap refleksi berada pada akhir kegiatan pembelajaran.
Dimana sebelum pembelajaran ditutup guru memberi pertanyaan
untuk mengecek pemahaman siswa setelah kegiatan belajar
berlangsung. Kemudian setelah merefleksi guru bersama siswa
menyimpulkan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan adalah mengidentifikasi
masalah yang muncul dalam pembelajaran materi Gaya, dimana terlihat
bahwa hasil belajar siswa masih rendah, dengan nilai rata – rata 60,08
dengan tuntas klasikal hanya 43,47 % ( hanya 8 siswa yang tuntas dari
jumlah 20 siswa).
Melihat kondisi demikian guru berpikir bagaimana tindakan untuk
mengatasi masalah dalam pembelajarannya. Guru mulai membuat
membuat skenario pelaksanaan tindakan yaitu terdiri dari 2 siklus, setiap
satu siklus terdiri dari 1 pertemuan. Guru menyiapkan skenario
pelaksanaan tindakan yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk pelaksanaan pembelajaran materi Gaya. Pelaksanaan siklus
pertama ini guru membuat sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang memuat satu kali pertemuan. Guru menyiapkan instrumen
pelaksanaan tindakan serta menyusun kelengkapan alat tes untuk
mengukur hasil belajar siswa antara lain soal tes, kunci jawaban, kriteria
penilaian dan lembar pengamatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan pada
siklus I adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Awal
Guru masuk ke dalam kelas, dan mengucapkan salam.Selanjutnya
guru melakukan presensi, tepuk kompak dan menyanyikan lagu
“Indonesia Pusaka” untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme anak.
Setelah itu guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dalam pertemuan ini bahwasannya pelajaran hari ini
akan membahas tentang Gaya serta pengaruh gaya terhadap benda
b) Kegiatan Inti
Guru menceritakan bahwa gaya bisa mempengaruhi benda, baik
bentuk, posisi, kedudukan ataupun arah benda. Dalam kehidupan sehari-
hari pengaruh gaya ini sanagt bisa kita lihat dan bahkan alami, disini guru
mencoba bertanya kepada siswa untuk memancing dan menggugah
pemikiran mereka tentang pengaruh gaya ini terhadap bentuk benda
dengan menggeeser meja guru yang ada didepan kelas. Bagaimana posisi
meja sebelum dan sesudah bergeser, dan penyebab meja tersebu bergeser.
Selain itu guru juga menanyakan kepada siswa tentang penyebab
bentuk karet gelang yang awalnya bulat ketika dimainkan dengan jari-jari
bentuknya menjadi tidak bulat lagi. Ini karena ada gaya ketika
memainkan karet tersebut di jari-jari kita.
Siswa mulai berfikir dan menjawab pertanyaan pancingan dari
guru tersebut dan mulai memahami sedikit tentang pengaruh gaya ini
terhadap benda. Dan supaya siswa lebih jauh memahami pengaruh gaya
ini terhadap benda, guru meminta siswa untuk melakukan percobaan dan
diskusi kelompok. Bahan dan alat sudah dibawa oleh masing-masing
kelompok.
Guru membagi kelas menjadi lima kelompok tiap kelompok
terdiri dari empat orang. Guru menyampaikan penjelasan tentang
petunjuk kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran tersebut.
Guru membagi kelas menjadi lima kelompok tiap kelompok terdiri dari
lima orang. Guru memberikan LKS dan siswa mengecek kembali alat-
alat percobaan yang telah dibawa. Siswa melakukan percobaan secara
kelompok, mengerjakan tugas LKS, dan dengan bimbingan dari guru,
untuk membuktikan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda. Guru
dan observer melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam
kerja kelompok. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok/LKS di depan kelas sedangkan kelompok lain
menanggapinya. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang materi
yang sedang dibahas.
c) Kegiatan Akhir
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan atau membuat rangkuman
materi yang sudah dipelajari. Guru melakukan penilaian atau refleksi
terhadap kegiatan siswa yang sudah dilaksanakan yaitu dengan
memberikan tes tertulis yang berbentuk PG sebanyak 15 soal dan isian ,
sebanyak lima soal. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran. Guru memberikan tindak lanjut berupa penugasan
yang harus dikerjakan diluar jam sekolah. Guru menyampaikan topik
pembelajaran yang akan dismpaikan pada pertemuan berikutnya, dan
menutup pelajaran dengan mengajak siswa mengucapkan hamdalah.
a. Observasi / Pengamatan
Hasil Observasi 27 Pada pelaksanaan proses pembelajaran
berlangsung secara bersamaan juga dilakukan observasi guru dan siswa.
Observasi tersebut dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
b. Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I
Tabel 4.1 Hasil Observasi Guru Siklus I
Penilaian
No Aspek yang diamati Kurang Cukup Baik
baik baik
1 Mengajukan pertanyaan tentang √
materi sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan √
pembelajaran
3 Memotivasi siswa agar aktif √
dalam belajar
4 Menyampaikan materi dengan √
menerapkan model
pembelajaran kontekstual
5 Mendemontrasikan gambar √
terkait materi
6 Mengajukan pertanyaan ke √
seluruh siswa
7 Membantu dalam kesuliatan √
berdiskusi / memecahkan
maslah
8 Menyimpulkan materi √
9 Mengadakan evaluasi √
Berdasarkan tabel di atas aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran siklus I
tergolong baik.
c. Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Kegiatan pengamatan keaktifan siswa dilakukan dengan mengambil
subyek siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Berikut ini hasil observasi
aktivitas siswa :
Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
Penilaian
No Aspek yang diamati Prosentase
1 2 3 4

1 Mendiskusikan materi √ 75%

2 Mengamati demonstasi yang √ 50%


dilakukan oleh guru

3 Memperhatikan penjelasan guru √ 50%

4 Mengerjakan tugas √ 50%

5 Mengumpulkan hasil tugas √ 75%

Rata-rata prosentase 60%

Keterangan :
1 = Kurang, prosentasenya 1 – 25 %
2 = Cukup, prosentasenya 26 – 50 %
3 = Baik, prosentasenya 51 – 75 %
4 = Sangat Baik, prosentasenya 76 – 100 %
Berdasarkan tabel di atas aktivitas siswa kelas IV MI Al Basyariyah
Ngumpul dalam kegiatan pembelajaran siklus I tergolong baik dengan
prosentase 60 %.
d. Hasil Tes
Untuk hasil belajar, berdasarkanproses evaluasi siklus 1 diperoleh data
Nilai Tes seperti terlihat pada tabel4.2. Nilai tes diperoleh dari tes tertulis
dengan jumlah soal 15 nomor bentuk soal pilihan ganda 10 dan 5 soal isian.
Data hasil belajar siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Ahmad Dafid F. 50 Belum Tuntas
2 Ahmad Khoirul H. 60 Belum Tuntas
3 Ahmad Zainal Afrozi 60 Belum Tuntas
4 Alfin Syafarudin 70 Belum Tuntas
5 Angki Kanzanal H. 60 Belum Tuntas
6 Cika Anjelia 70 Tuntas
7 Daffa Firdaus F. 90 Tuntas
8 Endah Kusuma W. 60 Belum Tuntas
9 Febriana Laili N. 60 Belum Tuntas
10 Fino Agustian P. 80 Tuntas
11 Galuh Kahfiana N. 80 Tuntas
12 M. Iqbal Rifai ID 80 Tuntas
13 M gumelar Samudra 60 Belum Tuntas
14 M. Zulfikar Arroyan 70 Tuntas
15 M. Nuril Azka 80 Tuntas
16 Nicholas Putra M. 80 Tuntas
17 Onsa Rangganata F. 80 Tuntas
18 Riski Dwi Saputra 50 Belum Tuntas
19 Syahril Setiawan 90 Tuntas
20 Velandry Afrezza AN 60 Belum Tuntas
21 Yogi Waskita D. 70 Tuntas
Jumlah Nilai 1460
Nilai Rata – rata 69,52
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 90

Tabel 4.4 Rekap Persentase Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

No. Skala Nilai Jumlah Siswa Persentase

1. ≤ 40 0 0%
2. 41 – 50 2 8,69 %
3. 51 – 60 7 43,78 %
4. 61 – 70 4 17,39 %
5. 71 – 80 6 30,43 %
6. 81 – 90 2 8,69 %
7. 91 – 100 0 0%
Siswa tuntas (12 anak) 47,82 %
Siswa belum tuntas (9 anak) 52,17 %
Perolehan hasil belajar siswa pada kondisi siklus I dapat digambarkan
dalam diagram batang berikut ini :
Gambar 4.1 Histogram Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi
Siklus I

52%
51%
50%
49%
48%
47%
Belum
46% tuntas
45%
44% Tuntas
Tuntas Belum tuntas

Gambar 4.2 GrafikKetuntasan hasil belajar siswa pada kondisi Siklus I


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
<40 50 60 70 80 90
e. Refleksi
Dalam siklus ini guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator. Guru
siap membantu kesulitan yang dialami siswa. Siswa tinggal melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru. Hasi belajar siswa dalam
pembelajaran mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan kondisi
awal. Siswa tertarik mengikuti jalannya pembelajaran dengan metode
demontrasi di iringi dengan percobaan dan diskusi di dalamnya dalam
kelompok besar. Hasil pengamatan yang dilakukan juga nampak perubahan
yang terjadi dibandingkan dengan kondisi awal tampak pada siswa, guru,
suasana kelas, dan nilai. Siswa lebih mudah menangkap materi pembelajaran
IPA entang Gaya dengan menggunakan metode ini, meskipun ada beberapa
siswa yang masih kurang aktif, karena kondisi psikis atau kesiapan siswa
dalam melaksanakan pembelajaran. Suasana kelas lebih hidup karena beberapa
siswa terlibat dalam kerja kelompok untuk bertukar pendapat, menemukan, dan
mau bertanya jawab. Setelah dilakukan analisis penilaian ternyata nilai yang
dicapai siswa mengalami peningkatan dibanding kondisi awal yang hanya rata-
rata 60,08 Pada siklus I ini nilai rata-rata siswa menjadi 67,8ketuntasan
klasikalnya 47,82 %. Karena ketuntasan tersebut belum mencapai indikator
kinerja yang diharapkan yaitu minimal 80 % siswa tuntas, data yang telah
dikuasai siswa dipertahankan dan yang belum dikuasai akan diperbaiki pada
siklus II. Selanjutnya guru menyusun rencana siklus II.

2. Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah
guru menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dimana pelaksanaan pembelajaran tersebut nantinya untuk memperbaikai
hasil belajar IPA tentang Gaya yang telah dilaksanakan siswa pada
siklus I.
Siklus I materi tentang Gaya dapat merubah bentuk benda siswa
melakukan demontrasi serta percobaan dan diskusi dalam bentuk
kelompok sesuai nomor urut absen, maka pada kegiatan siklus II ini
materi Gaya dapat merubah arah dan gerak benda dilaksanakan dengan
membentuk kelompok secara heterogen.
Guru menyiapkan instrumen pelaksanaan tindakan serta menyusun
kelengkapan alat tes untuk mengukur hasil prestasi belajar siswa antara
lain soal tes, kunci jawaban, kriteria penilaian dan lembar pengamatan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Guru menyiapkan instrumen pelaksanaan tindakan serta menyusun
kelengkapan alat tes untuk mengukur motivasi dan prestasi belajar siswa
antara lain soal tes, kunci jawaban, kriteria penilaian dan lembar
pengamatan pembelajaran.
a) Kegiatan Awal
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah guru
menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimana
pelaksanaan pembelajaran tersebut nantinya untuk memperbaikai hasil
belajar IPA materi Gaya dapat merubah bentuk benda yang telah dilaksanakan
siswa pada siklus I.
Siklus I materi Gaya dapat merubah bentuk benda dalam bentuk
kelompok sesuai nomor urut absen, maka pada kegiatan siklus II ini
materi tentang Gaya dapat merubah gerak benda dilaksanakan dengan
membentuk kelompok secara heterogen.
Guru menyiapkan instrumen pelaksanaan tindakan serta menyusun
kelengkapan alat tes untuk mengukur motivasi dan prestasi belajar
siswa antara lain soal tes, kunci jawaban, kriteria penilaian dan lembar
pengamatan pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Guru mendemonstrasikan pengetahuan tentang gaya dapat
merubah gerak benda dengan mendorong dan menarik meja serta
menjatuhkan pensil. Para siswa mengamati demontrasi yang dilakukan
oleh guru tentang gaya menimbulkan gerak benda tersebut. Kemudian
guru menyuruh masing- masing siswa untuk melakukan demonstrasi di
depan kelas yang sudah disediakan. Siswa secara individu melakukan
demonstrasi dan menjelaskan jika ada yang bertanya.
Guru memberikan pemahaman tentang materi gaya dapat
menimbulkan gerak benda dan memberikan umpan balik. Siswa
kemudian mendiskusikan gaya apa yang terjadi. Pada kegiatan
selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan menggunakan lembar
kerja tentang pengaruh gaya terhadap perubahan gerak, menyusun
laporan dan menanggapinya.
c) Kegiatan Akhir
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan atau membuat
rangkuman materi yang sudah dipelajari. Guru melakukan penilaian
atau refleksi terhadap kegiatan siswa yang sudah dilaksanakan yaitu
dengan memberikan tes tertulis yang berbentuk essay, sebanyak lima
soal. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Guru memberikan tindak lanjut berupa penugasan yang
harus dikerjakan diluar jam sekolah.
Di akhir waktu, guru menyampaikan topik pembelajaran yang
akan dismpaikan pada pertemuan berikutnya dan menutup pelajaran
dengan mengajak siswa mengucapkan hamdalah.
d) Observasi / Pengamatan
Pada tahap observasi / pengamatan ini, pelaksanaannya sama
dengan pelaksanaan pengamatan sebelumnya , hal – hal yang akan
diamati ditekankan pada kegiatan selama proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mengukur
sejauh mana motivasi mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
pada waktu diskusi kelompok, siswa sebagian besar bersikap percaya
diri , siswa juga tertarik pada materi yang diajarkan, dalam berdiskusi
kelompok siswa tidak cepat bosan, ketika baru disusun kelompok baru,
siswa sangat antusias ingin segera bergabungke kelompok barunya,
dalam menyampaikan materi, siswa cenderung ngotot dalam
berpendapat, berbeda dengan pelaksanaan pada siklus I, pelaksanaan
pada siklus II anak – anak sudah menunjukkan sikap yang berbeda,
mereka cenderung sudah faham dengan tugas masing – masing, rasa
percaya diri pada anak sudah mulai muncul. Rasa antusias untuk
berkelompok juga sudah tinggi.

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan.


Guru melakukan pengamatan secara sistematis terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Observasi siswa digunakan
untuk mengetahui perilaku dan motivasi siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan ketika siswa sedang
kerja kelompok dan untuk memperoleh data siswa dilaksanakan dengan
mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan peneliti. Pengamatan
lebih difokuskan pada sikap percaya diri dan keberanian siswa dalam
berdiskusi dan berkelompok, rasa ketertarikan siswa pada pelajaran
dengan metode demontrasi, sikap siswa tidak cepat mengeluh setiap ada
tugas dari guru, setelah dibentuk kelompok mereka cepat – cepat ingin
bergabung dengan kelompoknya dan cara siswa berpendapat dan
mempertahankan pendapatnya.

Pada tahap ini guru mengamati jalannya pembelajaran sekaligus


mengevaluasi hasil observasi keaktifan siswa dan hasil tes. Perolehan
hasil belajar sebagai berikut:

a. Hasil Observasi
Hasil pengamatan pada siklus II tentang keaktifan guru dan siswa
menunjukkan hasil yang memuaskan dibandingkan pada siklus I. Untuk
mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
b. Observasi Aktifitas Guru Pada Siklus II
Hasil observasi pada Siklus II diperoleh hasil yang sangat memuaskan
tentang aktifitas guru yang tergolong baik. Hasil observasi guru dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
4.5 Hasil Observasi Guru Siklus II
Penilaian
No Aspek yang diamati Kurang Cukup Baik
baik baik
1 Mengajukan pertanyaan tentang √
materi sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan √
pembelajaran
3 Memotivasi siswa agar aktif √
dalam belajar
4 Menyampaikan materi dengan √
menerapkan model pembelajaran
kontekstual
5 Mendemontrasikan gambar terkait √
materi
6 Mengajukan pertanyaan ke √
seluruh siswa
7 Membantu dalam kesuliatan √
berdiskusi / memecahkan maslah
8 Menyimpulkan materi √
9 Mengadakan evaluasi √
Berdasarkan tabel di atas aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
siklus II tergolong baik.
c. Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Kegiatan pengamatan keaktifan siswa dilakukan dengan mengambil
subyek siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Berikut ini hasil
observasi aktivitas siswa :
Tabel 4.6 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II
Penilaian Prosentase
No Aspek yang diamati
1 2 3 4

1 Mendiskusikan materi √ √ 100%

2 Mengamati demonstasi yang √ 75%


dilakukan oleh guru

3 Memperhatikan penjelasan guru √ 75%


4 Mengerjakan tugas √ 75%

5 Mengumpulkan hasil tugas √ 100%

Rata-rata prosentase 85%

Keterangan :
1 = Kurang, prosentasenya 1 – 25 %
2 = Cukup, prosentasenya 26 – 50 %
3 = Baik, prosentasenya 51 – 75 %
4 = Sangat Baik, prosentasenya 76 – 100 %
Berdasarkan tabel di atas aktivitas siswa kelas IV MI Al Basyariyah
dalam kegiatan pembelajaran siklus II tergolong sangat baik dengan prosentase
85%
d. Hasil Tes
Pada siklus II ini hasil tes mengalami peningkatan lagi yang
mengakibatkan siswa yang tuntas menjadi lebih banyak dibandingkan
pada siklus I dan siklus II. Untuk lebih jelas dapat lihat pada Tabel
berikut:
Tabel 4. 7 Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus 11

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Ahmad Dafid F. 60 Belum Tuntas
2 Ahmad Khoirul H. 60 Belum Tuntas
3 Ahmad Zainal Afrozi 70 Tuntas
4 Alfin Syafarudin 70 Tuntas
5 Angki Kanzanal H. 70 Tuntas
6 Cika Anjelia 80 Tuntas
7 Daffa Firdaus F. 100 Tuntas
8 Endah Kusuma W. 60 Belum Tuntas
9 Febriana Laili N. 70 Tuntas
10 Fino Agustian P. 80 Tuntas
11 Galuh Kahfiana N. 80 Tuntas
12 M. Iqbal Rifai ID 80 Tuntas
13 M gumelar Samudra 70 Tuntas
14 M. Zulfikar Arroyan 80 Tuntas
15 M. Nuril Azka 80 Tuntas
16 Nicholas Putra M. 90 Tuntas
17 Onsa Rangganata F. 90 Tuntas
18 Riski Dwi Saputra 60 Belum Tuntas
19 Syahril Setiawan 90 Tuntas
20 Velandry Afrezza AN 70 Tuntas
21 Yogi Waskita D. 80 Tuntas
Jumlah Nilai 1740
Nilai Rata – rata 75,65
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 100
Tabel 4.8 Rekap Persentase Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No
Skala Nilai Jumlah Siswa Persentase
.
1. ≤ 40 0 0%
2. 41 – 50 0 0%
3. 51 – 60 4 17,39 %
4. 61 – 70 7 30,43 %
5. 71 – 80 6 30,43 %
6. 81 – 90 4 17,39 %
7. 91 – 100 1 4,34 %
Siswa tuntas (18 anak) 82,60 %

Siswa belum tuntas (3 anak) 17,39 %


Perolehan hasil belajar siswa pada kondisi siklus II dapat digambarkan
dalam diagram batang berikut ini :
Gambar 4.3 Histogram Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi
Siklus II
90%
80%
70%
60%
50%
Tuntas
40% Belum tuntas
30%
20%
10%
0%
Tuntas Belum tuntas

Gambar 4.4 Grafik Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi siklus II

Banyak siswa
8
7
6
5
4
Banyak siswa
3
2
1
0
<40 50 60 70 80 90 100

Dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode


demontrasi dalam dua siklus, kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA
materi Gaya meningkat. Dengan demikian hipotesis tindakan yang
berbunyi bahwa Penggunaan metode demontrasi dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa materi Gaya yang diajukanpada Bab II
dapat dibuktikan, dan penelitian dihentikan pada Siklus II.

c. Refleksi
Guru bersama kolaborator membahas hasil analisis ketika
pengamatan dan analisis hasil tes untuk merefleksi motivasi dan hasil
belajar materi Gaya pada siswa kls IV dari akhir siklus I sampai akhir
siklus II.
Hasilnya siswa sudah ada yang berani menanggapi hasil
presentasi kelompok lain. Siswa sudah berani mengeluarkan pendapat
atau berani bertanya. Siswa sudah memahami tentang pengaruh gaya
terhadap benda , sehingga suasana kelas menjadi kondusif. Pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan karena diselingi lagu-lagu dan tepuk tangan
. Siswa tampak aktif dalam pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa
secara individu dan mandiri mengerjakan evaluasi dan hasil evaluasi
pada siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 75,65 Ketuntasan klasikalnya
82,60 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah berhasil.
Guru memberitahukan kepada siswa bahwa kegiatan ini akan diakhiri
yang selanjutnya siklus dihentikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian dari Setiap Siklus


Melalui hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar materi manfaat energi dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual. Hal ini disebabkan penerapan metode
pembelajaran demontrasi dapat mempermudah siswa dalam memahami
materi dan tidak membuat siswa menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran
IPA karena materi langsung dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

1. Hasil Observasi Guru


Dari hasil aktivitas guru pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel
berikut yang mengalami perubahan sangat baik. Sehingga dapat dikatakan guru
mampu mengelola kelas dan aktivitas belajar menjadi lebih baik.
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Observasi Guru Siklus I dan Siklus II
Penilaian
No Aspek yang diamati
Siklus I Siklus II
1 Mengajukan pertanyaan tentang Cukup baik Baik
materi sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan Baik Baik
pembelajaran
3 Memotivasi siswa agar aktif Baik Baik
dalam belajar
4 Menyampaikan materi dengan Baik Baik
menerapkan model pembelajaran
kontekstual
5 Mendemontrasikan gambar Baik Baik
terkait materi
6 Mengajukan pertanyaan ke Baik Baik
seluruh siswa
7 Membantu dalam kesuliatan Cukup baik Baik
berdiskusi / memecahkan maslah
8 Menyimpulkan materi Baik Baik
9 Mengadakan evaluasi Baik Baik

2. Keaktifan Siswa
Adapun hasil keaktifan belajar siswa dari siklus I dan siklus II
disajikan dalam Tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10 Prosentase Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II

Prosentase
No Aspek yang diamati
Siklus I Siklus II
1 Mendiskusikan materi 75% 100%

2 Mengamati demonstasi yang 50% 75%


dilakukan oleh guru

3 Memperhatikan penjelasan 50% 75%


guru

4 Mengerjakan tugas 50% 75%

5 Mengumpulkan hasil tugas 75% 100%

Rata-rata prosentase 60% 85%


Dari Tabel 4.10 dapat diketahui perbandingan siswa yang aktif pada
siklus II lebih banyak dari pada siswa pada siklus I dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran
dengan menerapkan metode demontrasi dapat menarik perhatian siswa
dalam kelas dan membuat siswa lebih aktif selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.

3. Ketuntasan Belajar Siswa


Berdasarkan hasil tes pada siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam Tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Nilai
No Nama Siswa KKM
Siklus I Siklus II
1 Ahmad Dafid F. 70 50 60
2 70 60 60
Ahmad Khoirul H.
3 70 60 70
Ahmad Zainal Afrozi
4 70 70 70
Alfin Syafarudin
5 70 60 70
Angki Kanzanal H.
6 70 70 80
Cika Anjelia
7 70 90 100
Daffa Firdaus F.
8 70 60 60
Endah Kusuma W.
9 70 60 70
Febriana Laili N.
10 70 80 80
Fino Agustian P.
11 70 80 80
Galuh Kahfiana N.
12 70 80 80
M. Iqbal Rifai ID
13 70 60 70
M gumelar Samudra
14 70 70 80
M. Zulfikar Arroyan
15 70 80 80
M. Nuril Azka
16 70 80 90
Nicholas Putra M.
17 70 80 90
Onsa Rangganata F.
18 70 50 60
Riski Dwi Saputra
19 70 90 90
Syahril Setiawan
20 70 60 70
Velandry Afrezza AN
21 70 70 80
Yogi Waskita D.
Jumlah Nilai 1460 1760
Nilai Rata – rata 69,52 75,65
Nilai Terendah 50 60
Nilai Tertinggi 90 100

Tabel 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa


Ketuntasan belajar siswa
Siklus
Tuntas % Tidak tuntas %
I 12 52,17 % 9 47,82 %
II 18 82,60 % 3 17,39 %

Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswapada Siklus I dan Siklus


II dapat disajikan dalam diagram batang dibawah ini:
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Ketuntasan hasil belajar Siklus I
dan Siklus II
90%
Tuntas
80%
Belum Tuntas
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus 1 Siklus 2

Dari Tabel 4.11 dan gambar 4.3 dapat diketahui siswa yang tuntas di
kelas IV pada siklus I sebanyak 12 siswa dengan prosentase 52,17 % dan siklus II
di kelas IV sebanyak 18 siswa dengan prosentase 82.60 %, sedangkan siswa yang
tidak tuntas mengalami penurunan dari siklus I sebanyak 9 siswa dengan
prosentase 47,82 % dan siklus II turun lagi menjadi 3 siswa dengan prosentase
17.39 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
demontrasi pada pokok gaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI
Al Basyariyah Ngumpul

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta hasil dari pembahasan penelitian
pada bab IV, maka peneliti dapat memberi kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang diterapkan di kelas IV SDN 1 Wringinanom pada
pokok bahasan gaya melalui metode pembelajaran demontrasi dalam
penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dari hasil belajar siswa sebelum penerapanmetode pembelajaran demontrasi,
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil belajar pada siklus I
hanya 52,17 % % dengan jumlah 12 siswa yang tuntas dan mencapai KKM
dalam pembelajaran. Sedangkan pada siklus II mencapai 82,60 % dengan
jumlah 19 siswa yang tuntas dan mencapai KKM dalam pembelajaran.
Sehingga siswa mengalami peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Al
Basyariyah Ngumpul.

B. Saran Tindak
Lanjut
1. Bagi Guru

Diharapkan guru benar-benar harus memposisikan diri sebagai


fasilitator dan motivator. Guru sebagai sumber informasi sebaiknya
tidak menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran akan tetapi, lebih
meningkatkan kinerja dan kreatifitas untuk bisa memecahkan masalah
baru yang muncul dalam penelitian ini. Masalah yang datang baik dari
guru maupun siswa.

2. Bagi Siswa

Diharapkan penerapan media pembelajaran kontekstual dalam mata


pelajaran IPA sebagai sarana untuk berlatih aktif dalam proses belajar
mengajar yang mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa memperoleh pengalaman yang baru dan mencapai hasil belajar
dengan baik
3. Bagi Sekolah
Dalam upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA
hendaknya sekolah mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran demontrasi maupun media dan
metode yang lainnya.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis
hendaknya menggunakan sampel yang lebih luas agar diperoleh hasil
penelitian yang lebih signifikan.
Penelitian ini dilaksanakan hanya di satu sekolah yaitu di MI Al
Basyariyah Ngumpul dengan mengambil 1 kelas, sehingga penelitian ini
perlu diuji cobakan di beberapa tingkatan sekolah, apakah dapat
menghasilkan kesimpulan yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini
belum dapat menghasilkan ketercapaian ketuntasan belajar hingga 100 %

Anda mungkin juga menyukai