Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATERNITAS 2

“KONSEP DASAR PPAM KESEHATAN REPRODUKSI


PEREMPUAN SAAT BENCANA ALAM”

Dosen pembimbing :

Ns. Cut Mutiya Bansal, S.Kep, M.Kep

Dibuat Oleh :

KELOMPOK 4 ( 4A KEPERAWATAN)

Yana Lajali (1901020)

Rosilawati Tan (1901008)

Hendra Ayuba (1901005)

Nurfitriningsi Muhammad (1901015)

Rahmawati Inggrit Yunus (1901023)

Akbar Jusan Amir (1901013)

Wandi Fataruba (1801081)

Sunarti Arsad (1701049)

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2020/2022

0
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran allah swt, karena atas
berkat dan rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas
tentang ”konsep dasar PPAM kesehatan reproduksi perempuan saat bencana
alam”. Dalam menyelesaiakan makalah ini kami banyak menemui banyak
kesulitan, namun kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikanya.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran, dari semua pihak yang
membaca yang sifatnya membangun untuk di jadikan bahan masukan guna
penulisan yang akan datang sehingga menjadi menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulisan khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Manado, 06 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengatar.................................................................................................................... 1

Daftar isi........................................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang......................................................................................................3


1.2 Rumusan masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan reproduksi......................................................................................... 4


2.2 Manfaat informasi kesehatan reproduksi........................................................... 4
2.3 Defenisi PPAM.................................................................................................. 6
2.4 Pentingya PPAM................................................................................................ 6
2.5 Komponen-komponen PPAM kesehatan reproduksi.......................................... 7
2.6 Sasaran PPAM....................................................................................................... 8
2.7 Tujuan dan kegiatan PPAM................................................................................ 9
2.8 Pelecehan seksual............................................................................................ 10
2.9 Cara mengakses informasi PPAM...................................................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang,seperti semua hak
asasi manusia lainya.berlaku juga pada penggungsi eksternal,penggungsi internal,dan
penduduk lainya yang hidup di dalam situasi darurat.guna mewujudkan hak
tersebut,penduduk yang terkena dampak harus memiliki akses ke infomasi dan layanan
kesehatn reproduksi komprehensif sehinga mereka bebas membuat pilihan berdasrkan
informasi terkait keehatan serta kesejahteraan mereka.
Penyediaan layanan keehatan reproduksi yang komprehensif dan berkualitas
tinggi membutuhkan pendekatan terpadu yang bersifat multisektoral,personel dari berbagai
sektor seprti pelindungan,kesehatan,nutrisi,pendidikan,dan layanan masyarakat,semua
memainkan perasaan penting dalam merencanakan dan memberikan layanan kesehatan
reproduksi. Cara terbaik memenuhi kebutuhan adalah dengan melibatkan masyarakat yang
terkena dampak dalam tiap-tiap fase respon,mulai dari menilai dari kebutuhan sampai
merancang program,meluncurkan dan melaksanakan program,dan mengevaluasi dampaknya.

1.2 Rumusan masalah

a) Apa pengertian dari paket pelayanan awal minimum(PPAM) kesehatan


reproduksi?
b) Apa saja tujuan paket pelayanan awal minimum(ppam) kesehatan reproduksi?
c) Apa sasaran dari paket pelayanan awal minimum(PPAM) keseharan
reproduksi khusus pada perempuan saat bencana?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :


1) Untuk mengetahui apa itu PPAM Kesehatan Reproduksi.
2) Untuk mengetahui apa saja tujuan dari PPAM Kesehatan Reproduksi saat bencana
alam.
3) Untuk mengetahui siapa saja sasaran dari PPAM Kesehatan Reprosuksi
perempuan saat bencana alam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,mental dan sosial yang


menyeluruh dan tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya.kesehatan
reproduksi oleh karena itu menyatakan bahwa seseorang mampu meliliki kehidupan seks
yang memuaskan dan aman dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memproduksi
dan bebas untuk memutuskan,kapan dan seberapa sering melakukanya.yang tersirat dalam
persyaratan terakhir adalah hak laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi dan
memiliki akses ke metode-metode keluarga berencana yang aman,efektif,terjangkau, dan
dapat diterima,yang mereka pilih sendiri,dan juga metode lainya sesuai pilihan mereka
sendiri untuk pengaturan kesuburan yang tidak bertentangan dengan hukum.mereka juga
harus memiliki hak untuk memgakses layanan keehatan yang tepat untuk memungkinkan
perempuan untuk memjalanin kehamilan dan persalinan dengan aman sehingga
memberikan para pasangan peluang yang terbaik untuk mendapatkan seorang bayi yang
sehat.

2.2 Manfaat informasi kesehatan reproduksi dan tujuan PPAM

a) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang dewasa mengenai


pentingya kesehatan remaja(KKR)
b) Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang cukup
berat
c) Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi terhadap
infeksi menular seksual(IMS) dan HIV/AIDS serta kehamilan tak diharapakan
d) Membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja
melalui sekolah maupun di luar sekolah.

 Tujuan PPAM
Adapun tujuan dari PPAM kesehtan reproduksi dalam situasi bencana yaitu :

4
1. Memastikan sektor kesehatan menetapkan suatu organisasi untuk mengkoordinasi
pelaksanaan PPAM. Lembaga koordinator kesehatan reproduksi :
2. Menominasikan seorang petugas kesehatan reproduksi untuk memberi dukungan teknis
dan operasional untuk semua lembaga yang menyediakan pelayanan kesehatan
3. Menjadi tuan rumah pertemuan reguler para stakeholders untuk memfasilitasi
pelaksanaan PPAM
4. Melapor kembali kepada pertemuan sektor/cluster kesehatan mengenai isu-isu yang
terkait dengan pelaksanaan PPAM
5. Membagi informasi tentang ketersediaan sumber daya dan supply kesehatan reproduksi
6. Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual:
Adapun tujuan dari PPAM kesehtan reproduksi dalam situasi bencana yaitu :
a. Melakukan tindakan-tindakan untuk melindungi penduduk yang terdampak,
terutama perempuan dan anak perempuan, dari kekerasan seksual
b. Membuat perawatan klinik tersedia untuk korban/penyintas perkosaan
c. Memastikan masyarakat mengetahui tersedianya layanan klinik
7.Mengurangi penularan HIV:
a. Memastikan praktik transf
b. Memfasilitasi dan menekankan penerapan standard kewaspadaan universal
c. Menyediakan kondom gratis
8.Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonataL
9.Di fasilitas kesehatan: bidan-bidan yang terampil dan perlengkapan untuk persalinan
normal dan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal.
10.Di rumah sakit rujukan: staf medis yang terampil dan perlengkapan untuk
penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal
a. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan
rumah sakit.
b. Menyediakan kit persalinan bersih untuk wanita hamil yang terlihat
dan penolong persalinan untuk persalinan bersih dirumah jika terpaksa
karena akses ke fasilitas kesehatan tidak memungkinkan

5
2.3 Defenisi PPAM

Situasi darurat bencana adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang telah
mengakibatkan ancaman yang kritis terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan atau
kesejahteraan suatu masyarakat atau sekelompok besar orang. Kemampuan bertahan dari
masyarakat yang terdampak menjadi kewalahan dan bantuan dari luar dibutuhkan. Hal ini
bisa merupakan akibat dari peristiwa seperti konflik bersenjata, bencana alam, epidemi atau
kelaparan dan sering kali menyebabkan penduduk harus mengungsi.
Paket Layanan Awal Minimum (MISP) untuk Kesehatan
Reproduksi  digunakan dalam Situasi Krisis. Paket Layanan Awal Minimum (Minimum
Initial Service Package/MISP) untuk Kesehatan Reproduksi adalah seperangkat kegiatan
prioritas terkoordinasi yang dirancang untuk: mencegah dan menangani akibat dari kekerasan
seksual; mengurangi penyebaran HIV; mencegah kelebihan angka mortalitas dan morbiditas
ibu dan bayi; dan merencanakan layanan Kesehatan Reproduksi lengkap pada hari-hari dan
minggu-minggu awal dari situasi darurat. Modul pembelajaran jarak-jauh MISP bertujuan
meningkatkan pengetahuan para pelaku kemanusiaan mengenai layanan Kesehatan
Reproduksi prioritas ini agar dapat dimulai di awal situasi krisis. MISP secara garis-besar
menguraikan tanggap Kesehatan Reproduksi awal dan akan dijelaskan secara rinci dalam
modul ini.
Modul menyertakan seperangkat kegiatan multi-sektoral yang harus dilaksanakan oleh
para pekerja kemanusiaan yang bekerja di sektor kesehatan, rancangan dan manajemen kamp,
layanan masyarakat, perlindungan dan sektor-sektor lainnya. Modul MISP sangat bermanfaat
terutama bagi anggota tim tanggap darurat dan para responden kemanusiaan pertama lainnya
dalam situasi krisis. Modul terfokus pada populasi pengungsi internal akibat krisis, seperti
konflik bersenjata dan bencana alam. Meskipun modul MISP paling relevan bagi mereka
yang bekerja dalam situasi darurat, namun modul ini juga dapat digunakan sebagai standar
minimum pasca-krisis untuk menjamin kegiatan Kesehatan Reproduksi prioritas dapat
ditetapkan.

2.4 Pentingya PPAM


Alasan PPAM sebagai pentingya/kebutuhan pada situasi darurat bencana,karena salah
satu dari hak asasi manusia(HAM) adalah untuk mendapat layanan kesehatan yang

6
bermutu,termasuk di dalamya layanan kespro dalam kondisi normal ataupun darurat.dari 8
tujuan MDG(melenium development goals),dari goals itu terkait dengan kesehatan
reproduksi,MDG (3):kesetaraan gender.MDG (4) dan (5)kesehatan ibu dan anak(KIA)
termasuk akses universal ke layanan kespro,MDG (6)pemberantasan penyakit menular
termasuk HIV/AIDS .jika kita ingin mencapai target MDGs harus dipastikan kalau jika kita
ingin mencapai dalam kondisi apapun termasuk kondisi darurat.
Dalam kondisi normal indonesia sudah banyak permasalahan terkait kespro dan kondisi
akan lebih buruk saat terjadi bencana.kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat harus
diberikan karena merupakan standard SPHERE/piagam kemanusiaan. standard SPHERE
telah di pergunakan sebagai acuan bagi para pekerja kemanusiaan di seluruh dunia.
PPAM untuk kespro dalam kondisi bencana sudah masuk standard SpHERE edisi tahun
2004 yaitu akses terhadap PPAM kespro dalam kondisi darurat.
1. Dalam kondisi darurat terutama konflik,biasanya tidak ada hukum dan aturan
yang berlaku dalam situasi pengungsian.
2. Resiko untuk meningkatkan penularan HIV adalah karena meningkatnya
resiko karena seksual.
3. Malnutri akan mengakibatkan anemia,yang akan meningkatkan resiko
pendarahan post partum.jika ibu hamil tingal di tempat pengunngsian yang
cukup lama,kemungkinan kebutuhan gizinya tidak terpenuhi misalnya terjadi
anemia,kurang gizi,sehingga melahirkan bayi berat lahir rendah dll.

2.5 Komponen-komponen PPAM kesehatan reproduksi


Komponen Kespro komprehensif diberikan pada kondisi normal, namun tidak semua
harus diberikan dalam kondisi darurat, tapi hanya fokus pada PPAM, misalnya:
1.      Safe motherhood atau Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terdiri dari: Ante Natal Care
(ANC), Persalinan, Post Natal Care (PNC). Semuanya adalah penting, tapi dalam kondisi
darurat karena keterbatasan tenaga dan alat, prioritas diberikan untuk persalinan karena
kematian banyak terjadi saat proses persalinan, Tindakan pencegaanh meningkatnya
kesakitan dan kematian maternal serta  neonatal
a.      Pelayananan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tersedia
b.      Terbentuknya Sistem rujukan 24 jam/7hari 
c.        Kit persalinan bersih: terdiri dari peralatan sederhana seperti perlak,   sabun cuci
tangan silet untuk memotong tali pusat, tali untuk mengikat tali pusat dll. Kit
persalinan bersih didistribusikan kepada ibu hamil yang akan melahirkan dalam

7
waktu dekat  dengan pesan bahwa ibu hamil tetap harus melahirkan di tenaga
kesehatan.
2.      KB, layanan ginekologis, penghapusan FGM (sunat perempuan) dan praktek tradisional
yang membahayakan tidak termasuk PPAM. Tapi menyediakan alat kontrasepsi bagi
yang sudah memakai KB sebelum bencana adalah dianjurkan
3.      Pencegahan IMS/HIV saat daruart fokus pada pencegahan penularan HIV, dengan cara
a. Pemberian Transfusi darah yang aman, Transfusi darah hanya diberikan atas
indikasi, gunakan cairan pengganti darah selama masih memungkinkan, Pilih
donor dari golongan yang tidak beresiko, Darah yang akan ditransfusikan harus di-
screening/disaring terlebih dahulu untuk virus HIV, Hepatitis B dan Syphillis
b. Diterapkannya standard kewaspadaan universal : Praktek pencegahan infeksi harus
diterapkan, karena dalam kondisi darurat ada kecenderungan tenaga kesehatan
untuk potong kompas, Alat dan bahan harus tersedia secara mencukupi
c. Disediakan Kondom gratis tersedia.  Menyediakan kondom bagi yang sudah
memakai kondom sebelumnya dan tidak didistribusikan secara luas, misalnya
disediakan di toilet, pos kesehatan dll.
4.      Pencegahan dan penanganan Kekerasan Berbasis Gender (GBV), PPAM hanya fokus
pada pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada fase akut.
Mengingat isu kesehatan reproduksi sering terlupakan saat kondisi darurat maka perlu
ditunjuk koordinator kesehatan reproduksi karena pelayanan kesehatan reproduksi
memerlukan pendekatan multi-sektor. Jika system cluster terbentuk maka koordinator
harus melaporkan kondisi kesehatan reproduksi kepada cluster kesehatan.

2.6  Sasaran PPAM
Sasaran PPAM/MISP adalah mengurangi angka kematian, penyakit dan cacat di antara
populasi yang terkena pengaruh krisis, terutama wanita dan gadis. Populasi ini dapat berupa
pengungsi lintas batas, pengungsi internal (IDP) atau populasi yang menampung pengungsi
lintas batas atau IDP. Sasaran dari PPAM yaitu mengurangi angka kematian, penyakit, dan
cacat diantara populasi yang terkena pengaruh krisis terutama wanita dan gadis. Populasi ini
dapat berupa pengungsi lintas batas atau internal. pengungsi lintas batas adalah seseorang
yang oleh karena rasa takut yang wajar akan kemungkinan dianiaya berdasarkan ras, agama,
kebangsaan, keanggotaan pada suatu kelompok sosial tertentu, atau pandangan politik.

8
Sedangkan pengungsi internal ialah orang-orang atau kelompok-kelompok orang yang
telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah mereka atau tempat
mereka dahulu biasa tinggal, terutama sebagai akibat dari, atau dalam rangka menghindarkan
diri dari dampak-dampak konflik bersenjata, situasisituasi rawan yang ditandai oleh
maraknya tindak kekerasan secara umum, pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi manusia,
bencana-bencana alam, atau bencana-bencana akibat ulah manusia, dan yang tidak melintasi
perbatasan negara yang diakui secara internasional.

2.7     Tujuan dan Kegiatan PPAM


1.      Mengidentifikasi organisasi dan perorangan untuk
memudahkan koordinasi dan pelaksanaan MISP dengan:
o .  memastikan Koordinator Kesehatan Reproduksi keseluruhan ada dan berfungsi
di bawah tim koodinasi kesehatan;
o E3memastikan titik fokus Kesehatan Reproduksi dalam kamp dan instansi
pelaksana ada di tempat;
o menyediakan materi untuk pelaksanaan MISP dan memastikan penggunaannya.

2.      Mencegah kekerasan seksual dan memberikan bantuan yang tepat kepada mereka yang
selamat dengan:
o memastikan tersedianya sistem untuk melindungi populasi pengungsi internal,
terutama wanita dan gadis, dari kekerasan seksual;
o memastikan tersedianya layanan medis, termasuk dukungan psikososial, bagi
mereka yang selamat dari kekerasan seksual.

3.      Mengurangi penyebaran HIV dengan:


o menjunjung tindak pencegahan universal;
o menjamin tersedianya kondom gratis;
o memastikan darah transfusi benar-benar aman.

4.      Mencegah kelebihan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi dengan:


o menyediakan kit kelahiran bayi yang bersih untuk semua wanita yang nyata hamil
dan para bidan untuk meningkatkan kelahiran bayi di rumah dalam keadaan bersih;
o menyediakan kit kelahiran bayi bagi para bidan (UNICEF atau sejenisnya) untuk
memfasilitasi kelahiran bayi yang bersih dan aman di fasilitas kesehatan;

9
o memprakarsai penetapan sistem rujukan untuk mengelola situasi darurat obstetrik.

5.Merencanakan penyediaan layanan Kesehatan Reproduksi lengkap,


yang menyatu ke dalam Perawatan Kesehatan Utama, sesuai dengan situasi
yang dihadapi, dengan:
o mengumpulkan informasi dasar yang melatar-belakangi mengenai pemantauan
dan evaluasi);
o mengidentifikasi lokasi untuk penyediaan layanan Kesehatan Reproduksi
lengkap di masa mendatang;
o menilai staf dan mengidentifikasi protokol pelatihan;
o mengidentifikasi jalur pengadaan dan menilai konsumsi obat setiap bulan.

2.8  Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan
untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisin, fisik, yang bersifat seksual atau perilaku
lain apapun yang bersifat seksual membuat orang lain tersinggung, dipermalukan,
terintimidasi dimana reaksi seperti itu adalah masuk akal dalam situasi dan kondisi yang ada
dan tindakan tersebut mengganggu kerja, bermusuhan atau bersifat tidak sopan.
Pelecehan seksual adalah penyalahgunaan perilaku seksual, permintaan melakukan
perbuatan seksual, atau gerakan menggambarkan perbuatan seksual. Misalnya: sms tidak
sopan, perlakuan fisik, undangan melakukan perbuatan seksual, pesan gambar porno, email,
menyentuh, mencium, mencubit, melirik, menatap tubuh seseorang.

 Pelecehan seksual dikategorikan 5 kelompok:


1. Pelecehan fisik Mencium, mencubit, menatap penuh nafsu.
2. Pelecehan secara lisanMengungkit kehiduapna pribadi, lelucon atau komentar
bernada seksual
3. Pelecehan isyarat  Bahasa tubuh yang bernada seksual dengan jari, bibir, menjilat.
4. Pelecehan tertulis atau gambar Pornografi
5. Pelecehan psikologis

Unsur penting dari pelecehan seksual  adalah adanya ketidakinginan atau penolakan pada
apapun bentuk perhatian yang bersifat seksual. Perbuatan yang dikategorikan sebagai
pelecehan seksual sebagaiman diatur dalam pasal pencabulan kitab UU hukum pidana dengan

10
ancaman hukuman seperti yang diatur dalam pasal 289/299 dengan ancaman penjara paling
lama 7 tahun.
Apabila anda menjadi korban pelecehan seksual atau orang lain, anda harus mengikuti
langkah sebagai berikut:
1. Anda perlu menjelaskan kepada si pelaku pelecehan seksual bahwa anda tidak
menginginkan perbuatan tersebutdan perbuatan tersebut mengganggu anda
2. Jika anda malu atau takut untuk membuat surat pengaduan atas pelecehan seksual
yang bersifat resmi ceritakan dan beritahukan masalah pelecehan seksual yang anda
alami dengan beberapa rekan kerja atau yang dapat dipercaya.
3. Anda juga dapat mengajukan keluhan secara formal kepada atasan atau organisasi
tempat anda bekerja
4. Melaporkan langsung ke lembaga bantuan hukum (LBH)
5. Melaporkan ke kepolisian

Jika di dalam kasus pelecehan seksual anda tidak puas dengan keputusan keadilan, anda
dapat mengajukan banding ke pengadilan lebih tinggi atau gubernur.
Cara Melapor
Berdasarkan pasal 184 UU No. 8 tahun 1981 harus menggunakan 5 macam bukti, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan dakwa

Pelecehan Seksual terhadap Anak Sering dilakukan oleh orang yang dekat dengan
anak tersebut. Pada akhir-akhir ini pelecehan seksual terhadap anak sedang marak terjadi, jadi
komisi perlindungan anak menginginkan perubahan UU hukuman pelecehan seksual terhadap
anak 20 tahun penjara dan seumur hidup.
Pencegahan dini perlindungan seksual terhadap anak, adalah sebagai berikut:
1. Selalu diberitahu untuk tidak mudah menerima makanan dan uang dari orang lain
2.  Jika anak pergi bermain, harus sepengetahuan dan seizin orang tua
3. Pengawasan orang tua ketika anak bermain mutlak dilaku
  

4. Pakaian anak tidak mengundang rangsangan untuk melakukan pelecehan


5. Tidak memperlihatkan tayangan atau gambar yang bersifat pornografi

11
6. Jika sibuk, sebaiknya anak dititipkan kepada orang yang dipecaya. Contoh: orang
  

tua. Jangan sembarangan menitipkan anak.

2.9 Cara mengakses /dukungan alat bantu dan sumber daya informasi PPAM kespro
Banyak pedoman pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat yang dihasilkan
oleh kelompok kerja kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat/inter-Agency working
group on RH in emergency situation(IAWG)yang telah di publikasikan dapat di akses secara
bebas juga tersedia secara line,dan sebagi besar sudah diterjemahankan kedalam bahasa
indonesia,seperti PPAM kesehatan reproduksi.
 Langkah-Langkah Penanganan Kespro Dalam Situasi Darurat Bencana
Menurut Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tahapan bencana dibagi menjadi 3
tahap. Tahap – tahap tersebut meliputi :
a. Pra Bencana
Tahap pra bencana, dibagi menjadi :
1. Fase kesiapan (situasi normal).
2. Fase kesiapsiagaan (situasi dimana dinyatakan adanya potensi bencana)
Perbedaan antara kedua situasi tersebut terletak pada kondisi masing-
masing wilayah pada suatu waktu. Ketika pihak yang berwenang
menyatakan bahwa suatu wilayah berpotensi akan terjadi suatu bencana
maka situasi yang semula dinyatakan tidak terjadi bencana akan secara
otomatis berubah menjadi situasi terdapat potensi bencana.
b. Saat Bencana
Keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas
sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respon intervensi
sesegera mungkin guna menghindari kematian dan atau kecacatan serta kerusakan
lingkungan yang luas. (SK Menkes No.145 Tahun 2007, Pedoman Penanggulangan
Bencana di bidang kesehatan).
Pada masa tanggap bencana ditandai dengan besarnya angka kematian kasar di
daerah bencana sebesar ≥1 per 10.000 penduduk per hari. Status tanggap darurat akan
ditentukan oleh pemerintah berdasarkan rekomendasi dari Badan Penanggulangan
Bencana.
c. Pasca Bencana

12
Transisi dari fase tanggap bencana ke fase pasca bencana tidak secara tegas dapat
ditetapkan. Keadaan pasca bencana dapat digambarkan dengan keadaan :
1. Angka kematian sudah menurun hingga <1 per 10.000 penduduk/hari.
2. Ditandai dengan sudah terpenuhinya kebutuhan dasar dari penduduk, kondisi
keamanan sudah membaik dan pelayanan kesehatan sudah mulai kembali ke normal.
Tiap-tiap fase bencana memiliki karakteristik/kondisi yang tertentu. Oleh karena
itu diperlukan langkah-langkah yang berbeda untuk setiap tahapan bencana. Agar
kegiatan dapat berjalan dengan terarah, maka rencana yang disusun oleh Tim Siaga
Kesehatan Reproduksi harus bersifat spesifik untuk tiap tahapan bencana yaitu :
1. Pada Tahap Pra Bencana (baik dalam situasi normal dan potensi bencana)
Dilakukan penyusunan Rencana kesiapsiagaan yang dapat dipergunakan untuk
segala jenis bencana.
2. Pada Tahap Saat Bencana
Dilakukan pengaktifan Rencana Operasi (Operational Plan) yang merupakan
operasionalisasi Rencana Kesiapsiagaan.
3. Pada Tahap Pasca Bencana
Dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana
rehabilitasi dan rekonstruksi.
a. Tahap Pra Bencana
Tindakan yang dilakukan adalah penyusunan rencana kesiapsiagaan kesehatan
reproduksi pada setiap tingkat pemerintahan, mulai dari tingkat kabupaten atau kota,
propinsi dan tingkat pusat. Rencana Kesiapsiagaan adalah rencana kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
1) Tujuan Rencana Kesiapsiagaan
a) Membangun kesadaran stakeholder agar turut aktif dalam program
penanganan bencana.
b) Memastikan koordinasi yang efektif dari respon bencana.
c) Memastikan respon bencana yang cepat, tepat dan efisien melalui penerapan
Paket Pelayanan Awal Minimum untuk Kesehatan Reproduksi sejak fase awal
bencana.
2) Waktu Penyusunan
a) Pada kondisi normal sebelum terjadi bencana

13
Rencana kesiapsiagaan disusun pada kondisi normal sebelum terjadi bencana dan
harus direview dan direvisi secara berkala sesuai dengan perkembangan kondisi
daerah setempat (minimal 1 tahun sekali).

b) Pada saat terdapat potensi bencana


Rencana kesiapsiagaan harus disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Pada saat
terdapat potensi bencana dimana sering terjadi perubahan kondisi daerah, maka
frekuensi review dan revisi rencana kesiapsiagaan harus ditingkatkan. Disamping itu
harus pula ditingkatkan persiapan operasionalisasi dari rencana kesiapsiagaan
tersebut.
3) Tahap Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan
a) Tahap Persiapan
1) Pembentukan tim kesehatan reproduksi (telah dijelaskan pada bab III).
2) Mengadakan pertemuan/lokakarya untuk mendapatkan kesepahaman
tentang konsep PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) dan
penerapannya dalam penyusunan rencana kesiapsiagaan pada tahap
berikutnya. Penjelasan PPAM dapat dilihat pada apendiks 2 dan pada
buku Pedoman Kesehatan Reproduksi bagi Pengungsi.
b) Tahap Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan
1) Identifikasi data-data kesehatan reproduksi (baik data cakupan maupun data
sarana yang ada), termasuk data kerentanan di wilayah tersebut.
2) Pembuatan peta.
3) Tindakan untuk mengurangi kerentanan dan risiko kesehatan reproduksi.
4) Penyiapan komponen rencana kesiapsiagaan. Proses identifikasi kerentanan
kesehatan reproduksi dalam masyarakat melalui langkah :
 Menilai status kesehatan reproduksi setempat berdasarkan indikator
kesehatan reproduksi yang ada seperti angka kematian ibu, dll.
 Mengenali faktor – faktor kerentanan kesehatan reproduksi seperti faktor
kemiskinan, akses terbatas ke pelayanan kesehatan reproduksi,
ketrampilan tenaga kesehatan dll.
c) Peta Kerentanan dan Risiko

14
Peta adalah salah satu dari cara terbaik untuk mempresentasikan hasil dari penilaian
kerentanan dan analisa risiko.
Langkah – Langkah Menggambar Peta :
1) Membuat simbol – simbol yang menggambarkan :
 Kelompok – kelompok rentan seperti ibu hamil dan bayi.
 Kelompok risiko tinggi kesehatan reproduksi pada populasi yang ada dalam
wilayah setempat seperti : wilayah dengan prevalensi HIV, IMS, dll.
 Masalah kesehatan reproduksi pada masyarakat seperti tingginya jumlah
kematian ibu, bayi, dll.
 Tenaga kesehatan khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi.
 Fasilitas kesehatan dan alur rujukan pelayanan kesehatan reproduksi
(puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK).
2) Menggambar alur yang menghubungkan antara populasi setempat dengan
fasilitas layanan kesehatan reproduksi terdekat dan alur rujukan antar
fasilitas layanan kesehatan reproduksi.

d) Penyiapan Komponen Kesiapan Penanggulangan Bencana


Komponen kesiapan penanggulangan bencana meliputi :
1) Sumber daya manusia
Tim siaga kesehatan reproduksi bertanggung jawab untuk menyiapkan
kemampuan sumber daya manusia untuk pelaksanaan rencana
kesiapsiagaan sesuai bidangnya masing-masing.
2) Pengorganisasian: sesuai pengorganisasian pada bab II.
3) Fasilitas, alat dan bahan.

Langkah-langkah :
1) Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi
2) Mengidentifikasi tempat penyimpanan logistik
3) Mengidentifikasi tempat pelayanan
4) Mengidentifikasi institusi/organisasi (nasional/internasional) yang memiliki potensi
dalam penyediaan logistik dan fasilitas kesehatan reproduksi. Penyediaan dan
penyiapan kebutuhan material Kesehatan Reproduksi yang terdiri dari :
 RH kit.

15
 Bidan kit (di luar paket RH kit).
 Individual kit: hygiene kit, kit bayi, kit ibu hamil, kit ibu bersalin.
 Peralatan penunjang Kesehatan Reproduksi: tenda, generator, lampu penerangan,
dll.
5) Perencanaan Anggaran
Tiap tingkatan pemerintahan perlu menyiapkan alokasi anggaran dan memobilisasi
anggaran untuk membiayai rencana kegiatan pada rencana kesiapsiagaan.
6) Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Langkah yang dilakukan adalah Penyusunan materi KIE yang berkaitan dengan situasi
bencana seperti :
 Bagaimana mendapatkan pelayanan dalam kondisi bencana
 Tempat-tempat pelayanan yang tersedia dan menyebarkannya secara luas kepada
masyarakat.
7) Penyiapan Mekanisme Respon
Penyiapan mekanisme respon dapat dilakukan dengan melakukan gladi/simulasi
pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi tanggap bencana. Simulasi
pelaksanaan berdasarkan rencana kesiapsiagaan dan tindakan operasional yang akan
dibahas pada bagian berikutnya.

b. Tahap Saat Bencana


Tindakan yang Dilakukan adalah Operasionalisasi dari rencana kesipasiagaan dibawah
koordinasi koordinator tim siaga kesehatan reproduksi.
1. Tujuan Pelaksanaan Tindakan Operasional
Untuk memberikan respon yang cepat, tepat dan sistematis segera setelah dan selama
tanggap bencana, sehingga efek yang ditimbulkan bencana terhadap kesehatan
reproduksi dapat seminimal mungkin
2. Tahapan Tindakan Operasional
Tindakan operasional dari rencana kesiapsiagaan dibedakan menjadi respon
awal dan respon lanjutan.
1) Respon Awal
Penentuan tingkat wewenang penanganan bencana. Tingkat
Kabupaten/Propinsi/Nasional :
a) Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Propinsi PPK regional setempat

16
b) Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Kabupaten
c) Tim Siaga Kesehatan Reproduksi PPK Pusat tidak tertangani
2) Mengintegrasikan tim siaga kespro ke dalam tim koordinasi Badan
Penanggulangan Bencana.
3) Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan penilaian awal dan
kegiatan lain secara simultan sesuai fungsi dari masing-masing sub tim.

c. Tahap Pasca Bencana


Kegiatan difokuskan pada upaya pemulihan kondisi kesehatan reproduksi. Secara
definisi pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi dan
rekonstruksi dan difokuskan pada perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi
komprehensif.
1) Pelayanan Kespro Komprehensif
a) KIA
b) KB
c) IMS, HIV dan AIDS
d) Kespro Remaja
e) Kespro usia lanjut
f) Kasus kekerasan berbasis gender termasuk kekerasan seksual
2) Kegiatan Pemulihan
 Melakukan assessment untuk menilai kesiapan pelayanan kesehatan reproduksi
sesuai kondisi normal penanggung jawab: Koordinator bidang data dan informasi.
Data yang dikumpulkan meliputi :
 Validasi data penduduk pasca bencana.
 Lihat data-data awal kesehatan reproduksi sebelum bencana.
 Mengidentifikasi sarana dan pra sarana (fasilitas kesehatan, ketersediaan staff,
termasuk ketersediaan alat dan bahan) yang dapat direhabilitasi dan
dikembangkan untuk pelaksanaan pelayanan RH yang komprehensif terpadu.
 Perencanaan pelaksanaan Kesehatan Reproduksi komprehensif terpadu.

17
Perencanaan disusun berdasarkan hasil dari proses assessment. Komponen
perencanaan meliputi : sumber daya manusia, fasilitas, alat dan bahan serta
anggaran.
 Pelaksanaan Upaya Pemulihan Kesehatan Reproduksi Operasionalisasi dari
perencanaan pelaksanaan kespro komprehensif terpadu.

BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
PPAM merupakan suatu tindakan yannag dapat dilakukan untuk mencegah
kekerasan seksual, penyakit menular seksual pada saat keritis (bencana). Sasaran
PPAM/MISP adalah mengurangi angka kematian, penyakit dan cacat di antara populasi
yang terkena pengaruh krisis, terutama wanita dan gadis. Populasi ini dapat berupa
pengungsi lintas batas, pengungsi internal (IDP) atau populasi yang menampung
pengungsi lintas batas atau IDP.
Tujuan dan Kegiatan PPAM : Mengidentifikasi organisasi dan perorangan untuk
memudahkan koordinasi dan pelaksanaan MISP , Mencegah kekerasan seksual dan
memberikan bantuan yang tepat kepada mereka yang selamat, Mengurangi penyebaran
HIV, Mencegah kelebihan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan
bayi, Merencanakan penyediaan layanan Kesehatan Reproduksi lengkap,

3.2    Saran
Bagi masyarakat diharapkan semoga makalah ini dapat dipahami dan memberikan
sedikit pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Bagi mahasiswa serta dapat
mengetahui apa itu Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi dan dapat
mengaplikasikannya dengan dunia nyata.

18
DAFTAR PUSTAKA
(2017). Retrieved Desember 6, 2019, from Pengarusutan Gender dalam Penanggulangan
Bencana: http://www.bnpb.go.id/pengarustamaan-gender-dalam-penanggulangan-bencana

Direja, A & Wulan,S. (2018). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan
Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami BNPB. BNPB ,
102-115.

IAFM. (2010). Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam


Situasi Darurat Bencana. Jakarta.

Indonesia, U. -u. (2007). Tentang Penanggulangan Bencana.

PKBI. (2015). Gelar Latihan Tanggap Benacana . Retrieved 2019, from


http://pkbi.or.id/press-release-pkbi-daerahjateng-pkbi-gelar-latihan-tanggap-benacana/.

PPAM. (2015). Paket Pelayanan Awal Minimun Kesehatan Reproduksi Pada Krisis
Kesehatan. Jakarta: Direktur Jendral Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak .

RI, K. K. (2014). Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM). Jakarta.

Susiana. (2019). Penanggulangan Bencana dalam Berbagai Perspektif. PPBKDPR RI .

19

Anda mungkin juga menyukai