Anda di halaman 1dari 13

COMPREHENSIVE GERIATRIC ASSESSMENT: HORIZON BARU

ASPEK RADIOTERAPI PADA PENANGANAN


PASIEN KANKER LANJUT USIA

Dr. Rosmita Ginting SpRad(K)Onk.Rad


NIP. 195602291983032003

INSTALASI RADIOTERAPI RSUP H. ADAM MALIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
COMPREHENSIVE GERIATRIC ASSESSMENT: HORIZON BARU ASPEK
RADIOTERAPI PADA PENANGANAN PASIEN KANKER LANJUT USIA

Rosmita Ginting
Instalasi Radioterapi
RSUP H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan


Abstrak 

Latar Belakang: Populasi pasien penderita Kanker lanjut usia (lansia) dari tahun ke tahun
meningkat. Penanganan pasien kanker lansia tidak sama dengan pada usia muda. Sejalan dengan
penambahan usia terjadi penurunan fungsi organ dan bertambah kemungkinan timbul penyakit lain
yang mempengaruhi hasil pengobatan dirangkumkan sebagai Sindrom Geriatri yang bervariasi dan
tidak sama pada semua pasien lansia dan berbeda secara individual. Prognosis dan sensitifitas
pengobatan kanker dipengaruhi oleh stadium kanker, histolpatologi kanker dan juga dipengaruhi
ada tidaknya Sindrom Geriatri.
Tujuan: Mengevaluasi penerapan aplikasi Comprehensive Geriatric Assessment CGA) pada
perencanaan Radioterapi pasien kanker lansia.
Metoda: Mempelajari artikel dan jurnal dari sentra-sentra Radioterapi yang menerapkan aplikasi
Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) dan berbagai perangkat evaluasi geriatri (“geriatric
assessment tools”) lainnya yang digunakan dalam perencanaan pengobatan radioterapi pada pasien
kanker lansia.
Hasil: Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) dapat digunakan oleh dokter Ahli Onkologi
Radiasi (Radiation Oncologist) untuk menghindarkan terjadinya pemberian dosis radiasi yang
berlebihan atau berkekurangan dari dosis standard guna mendapatkan hasil terapi radiasi yang
optimal dan prognosis yang lebih baik.
Kata Kunci: Comprehensive Geriatric Assessment, pasien kanker lanjut usia, Radioterapi
Alamat Korespondensi:
Dr. Rosmita Ginting Instalasi Radioterapi Rumah Sakit H. Adam Malik
Medan. Email: rosmitaginting@yahoo.com

Abstract
Background: Management of older age patients with cancer is not the same as the younger age
patients because in older patients the organ function declines over the years and consequently the
number of co-morbidity factors increases with age that may affect both treatment and outcomes that
vary considerably between individuals. Prognosis and resilience to cancer treatments are notably
dependent on the presence or risk of geriatric syndromes, in addition to cancer stage and
histopathology.
Aim: This article will review the application of the Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) in
Radiotherapy planning for older age patients with cancer.
Method: Review Radiotherapy Centres’s literatures in applying Comprehensive Geriatric
Assessment(CGA) and various Geriatric Assessment Tools used in Radiotherapy planning for older
age patients with cancer.
Result: Comprehensive Geriatric Assessment allow the Radiation oncologist to give suitable
radiation dose avoiding radiation underdose or overdose to obtain the optimal radiation treatments
result and better prognosis.
Keynotes: Comprehensive Geriatric Assessment, Older age Cancer patient, Radiotherapy

1
Pendahuluan

Proses penuaan adalah suatu proses multikompleks terjadinya perubahan-perubahan fisiologik dan
biologik dalam tubuh manusia. Seiring waktu, organ secara bertahap kehilangan fungsi
maksimalnya. Pasien lanjut usia (lansia) juga berkurang daya pemulihan kondisi tubuhnya dan
berkurang pula ketahanannya terhadap tekanan-tekanan faktor luar dan faktor stress. Pada tingkat
Selluler, penuaan dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi replikasi dan pemulihan jaringan.
Pada tingkat Molekuler, replikasi dan kerusakan dan perbaikan DNA yang berjalan seumur hidup
itu bisa bermutasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker (1,2).

Dengan adanya perubahan-perubahan ini terjadi penurunan daya tahan tubuh dan bila terkena suatu
penyakit maka daya pemulihan secara keseluruhannya berkurang dan dengan sendirinya
meningkatlah morbiditas dan mortalitas pada pasien lansia (1,2,3,4).

Organisai Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi
4 yaitu: Usia pertengahan (Middle age) 45 tahun hingga 59 tahun, Usia Lanjut (Elderly) 60 tahun
hngga 74 tahun, Lanjut usia tua (Old) 75 tahun hingga 90 tahun dan Usia sangat tua (very Old )
diatas 90 tahun (1,2,3,4).
Kategori umur menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) yaitu masa lanjut
usia (lansia) awal 46 tahun hingga-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun dan masa manula
(manusia tua): > 65 Tahun (5).

Populasi lansia adalah segmen yang tumbuh paling cepat. Menurut Aging International Report usia
dewasa 65 tahun atau lebih tua terdiri 8,5% dari total penduduk pada tahun 2015, diproyeksikan
meningkat 12% pada tahun 2030 dan 16,7% di tahun 2050. (1,4,6,7,8,9,10).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, ada 22,4 juta lansia di Indonesia. Jumlah ini
sama dengan 8,69 persen dari seluruh penduduk. Pada 2045, Badan Pusat Statistik (BPS)
memproyeksikan angka populasi lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 63,31 juta. Hampir 20
persen dari seluruh penduduk negeri ini.
Perserikatan Bangsa Bangsa pun mengungkap proyeksi tak jauh berbeda. Sekitar 74 juta lansia pada
2050. Atau sekitar 25 persen dari populasi. (1,4,5,6).

Lebih dari 60% dari pasien yang baru didiagnosis dengan kanker adalah usia 65 tahun atau lebih
tua, populasi lansia ini banyak terlihat pada praktek onkologi. 0rang dewasa tua heterogen dan
memiliki berbagai tingkat komorbiditas,gangguan fungsional dan sindrom geriatri.Banyak
penelitian telah mendokumentasikan adanya peningkatan komorbiditas antara pasien kanker lansia.
Dalam salah satu penelitian terhadap ribuan pasien kanker payudara lebih dari 50% pasien berusia
lebih dari 65 tahun disetai beberapa komorbiditas dibandingkan dengan kurang dari 10% dari pasien
berusia kurang dari 50 tahun. Saat ini banyak orang berusia 70 tahun (usia kronologik) terlihat fit
dan baik fungsionalnya sama seperti usia biologik 50 tahun, oleh karena itu setiap pasien harus
dievaluasi secara individual. Mengingat kompleksitas ini, sebagai Dokter Ahli Onkologi Radiasi
harus cermat tidak menyamakan pasien kanker lansia degan hanya melihat usia kronologik nya saja
tetapi juga melihat usia biologiknya (1,2,3,6,7,8,11).
2
Data-data penaganan pasien kanker lansia dirasakan kurang sekali karena kebanyakan penelitian-
penelitian uji klinis lebih banyak melibatkan pasien usia muda dan sedikit sekali yang melibatkan
pasien lansia. Walaupun modalitas radioterapi digunakan secara luas dan kira-kira 60 persen dari
seluruh pasien kanker setidaknya memerlukan pengobatan radioterapi namun demikian sedikit
sekali uji klinis radioterapi khusus untuk pasien kanker lansia (1,2,4,10,12).

Oleh karena itu penanganan kanker pada pasien lansia merupakan tantangan bagi dokter-dokter
Onkologi termasuk dokter Ahli Onkologi Radiasi dikarenakan kompleksnya permasalahan pada
pasien lansia ini disamping permasalahan kanker yang dideritanya.

Dalam penanganan pasien kanker lansia ini tidak hanya jenis kanker, staging, histolopatologi, usia
pasien dan Indeks Skala Kinerja Karnofsky (Karnofsky Performance Status Scale) saja yang
diperhatikan tetapi pelajari apakah ada komorbiditi (penyakit penyerta) lainnya dan apakah pada
pasien ini sudah ada sindrom geriatri (3,8,11).

Untuk pasien kanker lansia tidak tepat penanganan pengobatan nya hanya berdasarkan usia
kronologik nya saja karena tidak setiap pasien lansia itu mempunyai derajat sindrom geriatri yang
sama atau komobiditi yang sama dengan kata lain berbeda usia biologik nya. Bisa saja pasien usia
kronologik 70 tahun tetapi fisik nya fit dan kesehatan mentalnya baik sama dengan pasien usia 60
tahun berarti usia biologi nya 60 tahun (1,6,7,8,9,13).

Setiap pasien lansia haru harus dievaluasi secara individual dipelajari dengan seksama terlebih
dahulu untuk menghindari pemberian radiasi overdose (dosis berlebihan) atau radiasi underdose
(dosis kerendahan). Dengan demikian terhindar dari komplikasi radiation toxicities akibat
pengobatan dengan dosis radiasi berlebihan ataupun terhindar dari pemberian radiasi yang tidak
efektif dikarenakan pengobatan dengan dosis radiasi kerendahan yang akan dapat memberikan
dampak meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien. Bisa saja ada persepsi yang tidak benar
terhadap pasien kanker usia 70 tahun dianggap tidak akan kuat mentolerir radiasi sehingga
diberikan dosis radiasi underdose padahal pasien ini fit fisik dan mental nya dan bisa mentolerir
dosis radiasi yang lebih tinggi (1,2,3,4,14).

Oleh karena itu perlu dilakukan Comprehensive Geriatric Assessment (Evaluasi Geriatri) pada
setiap pasien lansia sebelum pengambilan keputusan pemilihan apakah dosis radiasi yang akan
diberikan itu bersifat kuratif, paliatif atau profilaksis dan besaran dosisnya yang optimal tidak
ketinggian atau kerendahan

Sindrom Geriatri

Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang lansia yang dapat berdampak pada
penurunan kualitas hidup, kecacatan, bahkan risiko kematian. Sindrom geriatri adalah kondisi yang
disebabkan oleh berbagai faktor serta melibatkan banyak bagian tubuh. Empat faktor risiko yang
umum terdapat pada sindrom geriatri antara lain: usia lanjut, gangguan fungsi kognitif, gangguan
menjalani aktifitas sehari-hari dan gangguan mobilitas.
Kondisi yang termasuk sebagai bagian dari sindrom geriatri umumnya meliputi: delirium,
demensia, risiko terjatuh, lemah (frailty) ,pusing, inkontinensia urine, malnutrisi atau kurang gizi,
3
gangguan pendengaran dan penglihatan,gangguan tidur,susah makan, osteopenia (penurunan
kepadatan tulang) atau osteoporosis (1,2,4 ).

Kemampuan orang tua untuk melakukan aktifitas sehari-hari dapat mempengaruhi tolerabilitas
pengobatan kanker. Harus disadari bahwa banyak faktor multidimensi mempengaruhi status
kesehatan secara keseluruhannya pada pasien kanker lansia selain dari stadium kanker, Skala
Kinerja Karnofsky dan nyatanya ada lagi faktor sindrom geriatri.

Dengan mempertimbangkan seluruh hal itu seorang dokter ahli Onkologi Radiasi dapat
memberikan rekomendasi pengobatan yang lebih optimal yang lebih disesuaikan untuk setiap
pasien kanker lansia secara individual dan juga dapat lebih mempersiapkan pasien dan para
personil di Instalasi Radioterapi termasuk radiographer radioterapi, perawat, dan staf radioterapi
lainnya dan juga para perawat diruang rawat inap dan para pengasuh pasien dirumah untuk
mendapatkan hasil pengobatan optimal yang diharapkan selama pengobatan dan sesudah
pengobatan. Perlu dilakukan penilaian penuh untuk pasien kanker lansia meliputi hal-hal berikut:
kondisi fisik, fungsi kognitif, status fungsional, status gizi, kesehatan psikososial, status ekonomi,
lingkungan fisik, dukungan pengasuh, dan spiritualitas [1,2,15,16,17,18,19)].

Assessment Geriatri Tools (piranti penilaian geriatri).

Tidak ada keseragaman antara sentra-sentra Radioterapi dalam pemakaian penerapan Assessment
Geriatric Tools dan masing-masing sentra pun belum ada memastikan piranti mana yang
sebenarnya baik dan tepat. Ada beberapa Assessment Geriatri Tool yang digunakan antara lain (
4,12,16,17):

1. G8 (Geriatic 8) yaitu penilaian terhadap 8 hal: 1.usia <80 (score 1); 80-85;(score 2) dan>85
tahun (score 3) 2.. nutritional status, 3. weight loss, 4. body mass index, 5.motor skills,
6.psychological status, 7. number of medications, dan 8. self-perception of health, Score
yang dipakai G8 adalah 0 – 17 yaitu: score terburuk ditandai angka 0 dan terbaik angka 17.
( 2,3,18.19).
2. Triage risk screening tool (TRST) Tool ini mengevluasi 5 hal saja hasilnya ada 5 jawaban
ya dan 5 jawaban tidak pada pertanyaan: cognitive impairment, kemampuan berjalan, jenis
dan jumlah obat yang sedang dikonsumsi, adakah kunjungan unit emergensi atau perawatan
di Rumah sakit dalam 30 hari belakangan ini, dan hidup tinggal sendiri atau bersama orang
lain.
3. Vulnerable Elders-13 (VES-13) VES13 terdiri dari 13 pertanyaan yang kesemuanya
berhubungan dengan kesehatan saat kunjungan ke klinik dan adanya resiko kematian oleh
karena daya fungsionnal pasien yang menurun dalam aktifitas sehari hari.
4. Comprehensive Geriatric Asessment: yaitu penilaian status fungsional, kelelahan (fatigue),
komorbiditi, koknitif (cognition), kesehatan mental, social support, nutrisi dan sindrom
geriatri.

Gold Standard untuk mengevaluasi pasien kanker lanjut adalah Comprehensive Geriatric
Assessment yang lebih sistemik mengevaluasi pasien geriatri. CGA melibatkan pendekatan metode
evaluasi mendalam yang meliputi penilaian terhadap empat hal kesehatan yaitu: kesehatan fisik,
status fungsional, psikologis, dan faktor sosial ekonomi dan sindromgeriatri (1,4,6,7,12).
4
Evaluasi CGA secara sistematis berguna juga untuk melakukan penilaian dalam memprediksi hasil
kelangsungan hidup di antara pasien kanker lansia yang sedang menjalani pengobatan kanker
[1,3,4,7,9,10). Bukti menunjukkan bahwa melakukan CGA dapat mengubah sampai 49% dari
rencana pengobatan awal pasien .Dalam terapi radiasi, melakukan CGA berpotensi untuk
memprediksi efek samping dan tolerabilitas radiasi (1,4,7,11,12,13).

Melakukan CGA dapat memakan waktu dan sumber daya intensif, dan penggunaan alat-alat ini
mungkin memerlukan pelatihan tambahan. Setiap Geriatri Assessmen Tool berbeda sensitifitas dan
spesifisitas nya [1,4,6,12,). Misalnya, G8 memiliki sensitifitas berkisar 65% - 92% dan spesifisitas
berkisar 75%. VES-13 memiliki sensitifitas 39%-88% danspesifisitas 62% -100%. Karena
berbeda-beda sensitifitas dan spesifisitas nya, ada perdebatan tentang apakah alat-alat skrining
penilaian geriatri Ini dapat digunakan tersendiri atau harus digunakan secara bersamaan (4,14,15).
Meskipun variasi luas dalam kisaran sensitifitas, tetapi CGA adalah alat screening yang disukai
dalam onkologi radiasi mengingat kinerja dan efisiensi nya (2,3,4,6,8) (table 1)

Table 1

Loh KP, Celis E S P, et al. What Every Oncologist Shoul Know About Geriatric Assessment for Older Ptient With Cancer: Young
International Society of Geriatric Oncology Position Paper. Journal of Oncology Practise 2018;14(2):85-94

CGA melibatkan pendekatan metode evaluasi mendalam yang meliputi penilaian terhadap empat
domain kesehatan: kesehatan fisik, status fungsional, psikologis, dan faktor sosial ekonomi
diringkas dalam Tabel 2 (2,3,4,6,12),

Table 2
TABLE 2 : Examples of available sceening tools currently used to conduct a geriatric assessment (CGA), adapted from (4)

5
Pada saat kunjungan pasien lansia ke klinik Radioterapi dilakukan skrining dengn mengisi borang
CGA yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien dan ada yang harus diisi
oleh dokter Ahli Onkologi Radiai. Borang ini tidak ada kesegeraman diantara sentra Radioterapi
kesemuanya bervariasi sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia di Rumah sakit tempat
Radioterapi dan borang ini khusus berlaku di Rumah sakit masing-masing.

Untuk membuat borang dan menentukan pertanyaan dan jawaban dan menentukan score dari CGA
ini harus ditentukan lebih dahulu oleh Rumah Sakit masing-masig yang merupakan konsensus
antara disiplin ilmu yang terlibat dalam penanganan pasien kanker lansia. Konsensus antara Unit
Radioterapi, Unit Geriatri, Unit Kemoterapi, Unit Bedah Onkologi, Unit Hematologi Onkologi,
Unit Farmasi, Unit Nutrisi dan Unit Unit lainnya yang terlibat. Setelah itu barulah dapat ditentukan
apakah pada pasien ini dapat dilakukan tindakan Bedah, tindakan Kemoterapi atau tindakan
Radioterapi yang sifatnya kuratif, paliatif atau profilaksis dan teknik Radiasi yang sesuai
(1,2,3,4,11,12).

Pertimbangan Khususs Pengobatan Radiasi

Radioterapi merupakan modalitas penting pada pengobatan kanker tanpa memandang usia atau
kondisi komorbiditas. Pemberian pengobatan radioterapi pada pasien membutuhkan pemahaman
yang komprehensif penuh apa tujuan pengobatan, bagaimana karakteristik individu pasien, dan
bagaimana prediksi tolerabilitas pengobatan radiasi itu sendiri. Dokter Ahli Onkologi Radiasi perlu
ekstra hati-hati dan harus memahami masalah yang mungkin timbul selama pengobatan radiasi pada
lansia ini termasuk pemahaman toksisitas dari radiasi, ketahanan pasien setelah radiasi, dan
toksisitas sinergis yang mungkin dihasilkan dari gabungan pengobatan radioterapi dan kemoterapi
(kemoradiasi) (1,2,3,4,7,9).

Kerentanan terhadap timbulnya toksisitas radiasi lebih tinggi pada pasien kanker lansia dibanding
pada usia dewasa muda. Secara umum, radiasi dapat menyebabkan kerusakan permanen sel dan
jaringan dalam tubuh manusia, mengakibatkan cedera akut yang dapat timbul beberapa minggu
setelah pengobatan radiasi. Dalam jangka panjang beberapa bulan atau tahun setelah radiasi dapat
terjadi pengurangan fungsi organ pada lansia, mengingat kemungkinan mereka memiliki organ yang
fungsinya memang sudah menurun, dan lebih rentan terhadap toksisitas radiasi. Menariknya,
penelitian in vitro belum menunjukkan apakah usia memiliki dampak pada radiosensitivitas sel
kanker primer manusia seperti fibroblast, sel-sel kanker payudara dan mukosa, Tetapi secara klinis,
ada bukti gangguan fungsional pada pasien lansia yang mendapat radioterapi (1,2,4,7,8,9).

Peningkatan Pengobatan Radioterapi Presisi 


Selama beberapa tahun belakangan ini, sejalan dengan kemajuan pesat teknologi, peralatan
radioterapi dan perangkat software nya dan teknik radiasi ikut berkembang. Dengan kemajuan
teknologi ini menyebabkan pemberian radiasi menjadi lebih efisien sehingga mampu memberikan
jumlah dosis radiasi yang cukup tanpa timbulnya toksisitas pada daerah yang berpotensi timbulnya
toksisitas (1,4,8,9).

Radioterapi teknik Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) adalah jenis teknik radiasi yang
banyak digunakan oleh karena dengan teknik ini radiasi yang diberikan menyesuaikan dengan

6
bentuk tumor. Dengan teknik IMRT dapat meningkatkan angka kesembuhan karena dapat
memberikan dosis radiasi yang lebih tinggi untuk menghancurkan sel-sel tumor sebanyak-
banyaknya dan mengurangi jumlah radiasi kejaringan sehat sebanyak mungkin dan membatasi efek
samping.

Radioterapi teknik Image Guided Radiation Therapy (IGRT) menggunakan metode pemantauan CT
Scan sesaat sebelum radiasi sehingga menghasilkan gambaran pasti yang akurat mengenai
perobahan posisi tumor terhadap organ pasien disekitarnya ketika pasien berada diatas meja
penyinaran. Teknik Radioterapi Stereotactic Body Radiotherapi (SBRT). Dengan teknik SBRT ini
memungkinkan untuk pemberian dosis yang lebih tinggi ke tumor yang ditargetkan (1,4,8,9,16)

Dengan teknik teknik ini penyampaian radiasi ditargetkan lebih tinggi pada volume tumor dan
sesuai dengan bentuk tumor, hal ini sekaligus mengurangi jumlah radiasi kejaringan sehat
sekitarnya, ini menunjukkan potensi signifikan untuk meningkatkan rasio terapeutik dan
mengurangi toksisitas. Teknik-teknik Radioterapi ini dapat dipertimbangkan untuk pasien kanker
lansia yang merupakan pilihan yang lebih aman dan efisien menghindarkan dan mengurangi
toksisitas radiasi (1,2,4,6,11)

Meskipun kemajuan terbaru dalam teknologi Radioterapi Presisi, status fungsional lansia dengan
gangguan fisik atau komorbiditas tetap sangat penting ketika mempertimbangkan pengobatan
radiasi yang tepat (presisi). Adanya Kelemahan (Frailty) dapat menjadi prediktor toksisitas radiasi
pada pasien yang lebih tua, Adanya komorbiditi dan sindrom geriati dapat berdampak negatif
terhadap toleransi radiasi misalnya radioterapi terhadap kanker payudara pada wanita yang juga
memiliki komorbiditi adanya penyakit jantung sebagai penyakit penyerta kanker dapat berisiko
lebih tinggi mengalami cardiotoxicity(4,9,19).

Mengingat bahwa pasien kanker lansia ada kecenderungan mendapatkan toksisitas radiasi, maka
bisa saja pasien-pasien ini tidak dapat menyelesaikan pengobatan radiasi yang direncanakan karena
mereka mengalami efek samping,penurunan status klinis, atau mengalami beban mental,
transportasi jauh dan biaya keuangan. Maka pada pasien-pasien yang mengalami hal-hal seperti ini
dapat dipertimbangkan radiasi dengan hipofraksinasi yang memberikan total dosis radiasi sama
dengan radiasi konvensional, tetapi dalam jumlah fraksi yang lebih rendah dan lebih sedikit
kunjungan ke fasilitas perawatan rumah sakit (2,3,4,9).

Pada pasien kanker lansia adanya beban fisik, sosial ekonomi, jarak jauh dari fasilitas pengobatan
radioterapi dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup selain toksisitas radiasi yang timbul
dari pengobatan ditambah lagi dengan adanya sindrom geriatri yang dapat mengurangi efektivitas
pengobatan kanker. Protokol dan jadwal fraksinasi yang tidak disesuaikan dengan hal-hal diatas
dapat menyebabkan terjadi ketidak patuhan pasien lansia ini dalam pengobatan dan selalu tidak
datang untuk radiasi dengan akibatnya terjadi kegagalan pengobatan dan bertambah buruknya
kondisi kesehatan pasien tersebut(4,9,19).

Hasil pengobatan radiasi terletak pada kepatuhan pasien. Untuk tujuan ini, diperlukan kerjasama
pasien di seluruh prosedur pengobatan radiasi. Kehadiran sindrom geriatri tertentu bisa

7
mempengaruhi kemampuan pasien untuk menyelesaikan bagian dari proses pengobatan radiasi.

Misalnya, pasien dengan gangguan pendengaran, yang sangat umum di kalangan pasien lansia ,
mungkin tidak dapat segera mendengarkan arahan dari petugas radiasi selama penyinaran misalnya
gerak pernapasan. Demikian pula, pasien dengan demensia mungkin tidak dapat mengikuti petunjuk
petugas radiasi karena tidak ingat petunjuk yang sudah diberikan di awal mulai radasi (3,4,9,19).

Selain itu, pada pasien dengan komormoditi penyakit Parkinson terjadi gangguan karena tremor.
Pasien dengan arthritis yang parah, mungkin kesulitan imobilisasi dan posisioning (pengaturan
posisi). Pasien dengan kelemahan (Frailty) dan gangguan fisik yang parah mungkin memiliki
kesulitan dalam manuver posisi dan kesulitan menahan nafas. Kedaan seperti ini dapat dicoba
mengatasinya dengan dibuatkan panduan visual dilayar kamar radiasi dan alaram suara (4,9,10)

Pertimbangan penting lainnya harus dibuat untuk faktor-faktor sosial ekonomi yang sering berperan
dalam efektivitas radioterapi pada pasien lansia. Perlu diperhatikan panjangnya jumlah hari radiasi
yang memerlukan perjalanan bolak balik antara fasilitas radioterapi dan tempat tinggal pasien
menimbulkan kelelahan dan mungkin bisa menyebabkan pasien tidak bisa datang teratur dan tidak
dapat mematuhi jadwal penyinaran (3,4,11,18).

Dalam pertimbangan faktor-faktor sosial ekonomi dan hubungan toksisitas radiasi pada pasien
kanker lansia mungkin lebih baik bila pemberian radiasi dengan hipofraksinasi. Pada kanker
payudara, pasien lansia dapat diberikan radiasi dengan hypofractionated Radiotherapy (42.56Gy 16
fraksi) menggantikan standard fractionation Radiotherapy (50-60Gy 25-30 fraksi) yang ternyata
hasil nya sama dilihat dari kelangsungan hidup dan tidak ada toksisitas berat atau kekambuhan lokal
pada pengamatan 15 bulan (4,9,10).

Namun, program hipofraksinasi bisa juga menimbulkan ketidak nyamanan tambahan untuk pasien
kanker lansia Meskipun jumlah fraksi lebih rendah dosis per sesi yang lebih tinggi, yang dapat
menyebabkan kemungkinan toksisitas akut yang lebih tingi pada jaringan normal jika dibandingkan
dengan bila digunakan fraksi standard. Hal ini penting diperhatikan dan perlu penyesuaian secara
individual dengan mengamati pada keadaan pasien mana yang bisa dan perlu dipilih untuk
pemberian hypofractionated Radiotherapy (1,2,4,18)

Pemberian Radiasi bersama Kemoterapi (Kemoradiasi)

Telah terbukti bahwa kemoradiasi gabungan dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada kanker
tertentu, seperti kanker kepala dan leher, kanker otak, kanker leher rahim, dan kanker paru. Namun,
pemberian terapi gabungan ini kemungkinan meningkatkan toksisitas dari terapi radiasi
(1,3,14).Selain itu,pemberian kemoterapi ini pada pasien lansia dapat menambah potensi
pengurangan fungsi ginjal dan fungsi hati yang memang sudah ada terjadi pengurangan yang
berkaitan dengan usia mereka. Bukti menunjukkan bahwa individu yang lebih tua yang menerima
perawatan kombinasi radioterapi dan kemoterapi ini dapat mengalami penguatan toksisitas
mengarah ke lebih sering rawat inap dan kelangsungan hidup yang lebih buruk (1,4,9,14,15).

8
Di sisi lain, beberapa percobaan telah menunjukkan bahwa pasien yang lebih tua mungkin dapat
mentolerir kemoradiasi untuk kanker tertentu mirip dengan pada usia muda Namun, sebagian besar
dari uji coba ini hanya termasuk orang tua yang sehat secara medis dan dengan sedikit atau tanpa
komorbiditas (1,4,12,15). Dengan demikian, hasilnya mungkin tidak secara rutin digeneralisasikan
untuk pasien dengan peningkatan jumlah penyakit penyerta atau gangguan fungsional.

Satu studi menemukan bahwa pasien dengan karsinoma nasofaring menerima kemoradiasi
berurutan (sequential) memiliki toksisitas akut keseluruhan (leukopenia, anemia, mucositis, dan
penurunan berat badan) lebih rendah dibandingkan mereka yang menjalani kemoradioterapi
bersamaan (concurrent). Namun, tidak ada pererbedaan signifikan dalam kelangsungan hidup
antara kedua modalitas [1,4,13,14,15).

Mengoptimalkan Radioterapi Untuk Pasien Kanker Lansia

Cara terbaik untuk mengoptimalkan pengobatan pasien kanker lansia adalah memanfaatkan CGA
khusus pengobatan kanker untuk pasien lansia. Sebuah model konseptual
memanfaatkan empat hal
yaitu perilaku tumor, faktor resiko dari komorbiditi dan faktor non cancer lainnya. sebagai
dasar
untuk membuat rencana pengobatan radiasi yang sesuai untuk tiap individu pasien kanker
lansia. Penggunaan rutin penilaian CGA dan alat skrining penilaian geriatri lainnya
dalam praktek
dapat
membantu stratifikasi resiko pasien kanker lansia dan membantu pengobatan dandapat
menjadi panduan pengambilan keputusan perencanaan Radioterapi (1,415,16,18).


Penilaian objektif dan lengkap dari pasien kanker lansia berpotensi dapat mempengaruhi pilihan
modalitas radioterapi, teknik radioterapi, dosis, dan fraksinasi yang paling tepat berdasarkan
peniliaian karakteristik klinis dan keadaan individual (1,18,19].

Pada saat yang sama, penilaian geriatri penuh
mungkin memakan waktu dan sumber daya intensif.
Tidak setiap dokter Onkologi Radiasi dapat dilatih
untuk melakukan hal ini karenanya perlu cara
skrining CGA yang mudah digunakan secara ruitn oleh dokter Onkologi Radiasi yang dapat
mempercepat
penilaian untuk memilih rencana radioterapi terbaik untuk pasien kanker lansia
(1,2,3,4,6,14,19).

9
KESIMPULAN

Pemberian Radioterapi pada pasien kanker lansia yang dahulunya hanya memperhatikan faktor
stadium kanker, histopatologi, dan Indeks Skala Kinerja Karnofsky saja nyatanya data-data itu
belum cukup dalam penanganan Radioterapi pasien kanker lansia. Dalam horizon baru penanganan
Radioterapi kanker lansia, data-data tersebut harus dilengkapi lagi dengan data sindrom geriatri dan
perlu lagi dilakukan geriatric assessment sebagai alat screening guna mendapatkan hasil radioterapi
yang optimal, toksisitas radiasi serendah mungkin dan hasil harapan hidup yang tinggi.
Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) adalah alat screening yang lebih disukai dalam
Onkologi Radiasi karena paling efisien dan sistematis untuk melakukan penilaian dalam
memprediksi hasil kelangsungan hidup di antara pasien kanker lansia yang sedang menjalani
pengobatan kanker. CGA ditentukan dan dibuat oleh masing-masing Rumah Sakit yang merupakan
konsensus antara Unit Radioterapi, Unit Geriatri, Unit Kemoterapi, Unit Bedah Onkologi, Unit
Hematologi Onkologi, Unit Farmasi, Unit Nutrisi dan Unit Unit lainnya yang terlibat dalam
penanganan kanker lansia. CGA dapat digunakan oleh dokter Ahli Onkologi Radiasi untuk
menghindarkan terjadinya pemberian dosis radiasi yang berlebihan atau berkekurangan dari dosis
standard guna mendapatkan hasil terapi radiasi yang optimal dan prognosis yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA


1. Movsas B, Fastro. Radiation Therapy in Elderly Person: An Old Issue With New Approach.
. Int J Radiation Onncology Biol Phys 2017;98(4):715–717. 

2. Loh KP, Celis E S P, et al. What Every Oncologist Shoul Know About Geriatric
Assessment for Older Ptient With Cancer: Young International Society of Geriatric
Oncology Position Paper. Journal of Oncology Practise 2018;14(2):85-94
3. Cailet P, Poitrine F CM, et al. Compehensive Geriatric Assessment and quality of life after
localized prostat cancerin elderly . Int J. Clinical Oncology 2011;29(27):3636– 3642 

4. Chang S, Goldstein N E, Dharmarajan K V. Managing an Older Adult with Cancer:
Consideration for Radiation Oncolgists. Hindawi Bio Med Research International
2017;Article ID 169510:2-13
5. Yhantiaritra S. Kategori umur menurut DepKes, http:// yhantiaritra.wordspress.com 2015
6. Spiroupuou D, Pallis G A, et al, Completion of Radiotherapy is Associated with the
vulnerable Elders Survey-13 Score in Elderly Patients with Cancer. Journal of Griatric
Oncology 2014:20–25

7. Popescu T, Karlsson U et al, Challenges Facing Radiation Oncologists in the Management
of Older Cancer Patients : Consensus of The International Geriatric Radiotherapy Group.
Cancer Journal 2019; 11(371):1–9
8. Cree A, Donovan A et al, New Horizon in Radiotherapy for older people,Journal of age and
Ageing 2019;48(5):605-612
9. Yang J.-F., Lee M.-S., Lin C.-S., et al. Long-term breast cancer patient outcomes after
adjuvant radiotherapy using intensity-modulated radiotherapy or conventional tangential
radiotherapy. Medicine. 2016;95(11, article e3113)
10. Kunkler I. H., Audisio R., Belkacemi Y., et al. Review of current best practice and
priorities for research in radiation oncology for elderly patients with cancer: The
international society of geriatric oncology (SIOG) task force. Annals of Oncology.
2014;25(11)
11. Aurore G, Campion L et al . Comprehensive Geriatric Assessment and quality of life
after localized prostate cancer radiotherapy in elderly patients. Cancer ,2018;9-12
12. Decoster L., Van Puyvelde K., Mohile S., et al. Screening tools for multidimensional health
problems warranting a geriatric assessment in older cancer patients: An update on SIOG
recommendations. Annals of Oncology. 2015;26(2):288–300.
13. Hazzard W. R., Halter J. B. Hazzard's Geriatric Medicine and Gerontology. 6th. New
York, NY, USA: McGraw-Hill Medical; 2009.
14. Cardenal F., Nadal E., Jove M., Faivre-Finn C. Concurrent systemic therapy with
radiotherapy for the treatment of poor-risk patients with unresectable stage III non-small-
cell lung cancer: A review of the literature. Annals of Oncology. 2015;26(2):278–288
15. Zeng Q., Wang J., Lv X., et al. Induction Chemotherapy Followed by Radiotherapy versus
Concurrent Chemoradiotherapy in elderly patients with nasopharyngeal carcinoma: Finding
from a propensity-matched analysis. BMC Cancer. 2016;16(1, article 693)
16. Holmes H. M., Beck M. S., Rowe J. H. Geriatrics: Year in review. Journal of Geriatric

11
Oncology. 2016;7(5):404–408 Mohile S. G., Velarde C., Hurria A., et al. Geriatric
assessment-guided care processes for older adults: a delphi consensus of geriatric oncology
experts. Journal of the National Comprehensive Cancer Network. 2015;13(9):1120–1130
17. Decoster L., Van Puyvelde K., Mohile S., et al. Screening tools for multidimensional health
problems warranting a geriatric assessment in older cancer patients: An update on SIOG
recommendations. Annals of Oncology. 2015;26(2):288–300
18. Mohile S. G., Velarde C., Hurria A., et al. Geriatric assessment-guided care processes for
older adults: a delphi consensus of geriatric oncology experts. Journal of the National
Comprehensive Cancer Network. 2015;13(9):1120–1130
19. Huisingh-Scheetz M., Walston J. How should older adults with cancer be evaluated for
frailty? Journal of Geriatric Oncology. 2017;8(1):8–15

12

Anda mungkin juga menyukai