Anda di halaman 1dari 4

Kepada Yth.

Ketua Komite Skripsi


Di –
Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb .

Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Rindyani Agustina Hafidz


NIM : 1748201110134

Dengan ini mengajukan judul skripsi sebagai berikut :


Usulan judul pertama :
Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak dengan Diagnosa Pneumonia yang
Menjalani Rawat Inap di RSD Idaman Kota Banjarbaru

Pembimbing 1 :
Apt. Tuty Mulyani, M.Sc
Latar Belakang :
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli).
gejala napas cepat dan napas sesak karena paru meradang secara mendadak. Pneumonia
adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri (Streptococcus
pneumonia) yang sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. (Misnadiarly,
2008) Sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat Pneumonia.
Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan Pneumonia sebagai penyebab kematian anak
balita tertinggi melebihi penyakit lain seperti AIDS, campak, DBD, malaria, TBC (WHO,
2010).
Di Indonesia, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
Kardiovaskuler dan TBC. Kasus Pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak
balita, dari 100 balita Pneumonia diperkirakan 3 diantaranya meninggal. Hal inilah yang
menyebabkan Pneumonia merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia dan dunia.
Di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat tiga Kabupaten/Kota tertinggi Pneumonia
pada balita yaitu Banjarmasin 82,9%, Hulu Sungai Selatan 59,2% dan Banjar Baru 50,4%.
Persentase kasus pneumonia pada balita berjumlah 69,71%. Menurut Laporan Dinkes
Banjarbaru tahun 2017, beberapa daerah yang mengalami peningkatan kasus Pneumonia
pada balita di Kota Banjar Baru yaitu di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin 7,26%,
wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru 6,99% dan wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung
6,40%. Berdasarkan data Dinkes di dapatkan bahwa peningkatan paling besar di wilayah
kerja Puskesmas Sungai Ulin.
Secara umum ada 3 (tiga) faktor resiko terjadinya Pneumonia yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara
dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah. Faktor individu anak
meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan status imunisasi.
Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit
Pneumonia bada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan Pneumonia di
keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga yang lainnya
Pemilihan dan penggunaan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan
keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri. Selain itu tidak
tertutup kemungkinan penggunaan obat-obat yang lain dapat meningkatkan peluang
terjadinya Drug Related Problems (DRP). Sehubungan dengan adanya DRP, setiap
farmasis harus dapat mendeteksi, mengatasi dan mencegah masalahmasalah yang terjadi
atau akan terjadi dalam pengelolaan dan penggunaan antibiotika .
Untuk hal tersebut diperlukan studi penggunaan obat (DUS = drug utilization study)
antibiotika pada pasien rawat inap pneumonia di RSD Idaman Kota Banjarbaru. Tujuan
untuk mengetahui jenis antibiotika, regimentasi dosis antibiotika yang diperoleh penderita
rawat inap pneumonia di RSD Idaman Kota Banjarbaru.

Usulan judul kedua :


Pengetahuan, Keyakinan dan Penggunaan Antibiotika Pada Masyarakat Di Desa Danda
Jaya Kec. Rantau Badauh Kab. Barito Kuala

Pembimbing 1 :
Apt. Tuty Mulyani, M.Sc
Latar Belakang :
Antibiotik adalah “senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik,
dan dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu
spesies atau lebih mikroorganisme” (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Pengobatan
sendiri dengan antibiotika yang semakin luas telah menjadi masalah yang penting di
seluruh dunia. Salah satunya adalah terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap
antibiotika (WHO, 2001).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai
permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri
terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi
dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Kuman resisten antibiotik
tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan
standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-
Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan
kloramfenikol (25%). Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan
81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%).
Dampak tersebut harus ditanggulangi secara efektif sehingga perlu diperhatikan prinsip
penggunaan antibiotika harus sesuai indikasi penyakit, dosis, cara pemberian dengan
interval waktu, lama pemberian, keefektifan, mutu, keamanan, dan harga (Refdanita, dkk.,
2004).
Kesalahpahaman masyarakat dalam penggunaan antibiotika berpotensi dapat
menyebabkan pengobatan menjadi tidak tepat, dimana masyarakat percaya antibiotika
sebagai “obat yang luar biasa” yang mampu mencegah dan menyembuhkan setiap gejala
maupun penyakit. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya ketidakingintahuan yang masih
melekat pada masyarakat kita. Kebiasaan dalam menanyakan obat kepada kerabat atau
orang terdekat juga menjadi suatu penyebabnya. Bahwa walaupun gejala yang sama namun
bisa jadi kecocokan orang yang satu dengan yang lainnya berbeda. Pengetahuan dan
keyakinan merupakan faktor yang berhubungan dapat mempengaruhi perilaku penggunaan
antibiotika tiap individu. Pengetahuan dengan sendirinya tidak cukup untuk mengubah
perilaku, tetapi berperan penting dalam membentuk keyakinan dan sikap. Konsekuensi
dalam menggunakan antibotika dengan pengetahuan yang kurang berpotensi mengarah
kepada kesalahpahaman mengenai penggunaan antibiotika tersebut. Mengingat bahwa
penggunaan antibiotika yang tidak tepat pada masyarakat terus menjadi masalah pada
negara - negara maju maka diberlakukan pemberian informasi pengetahuan dan keyakinan
tentang antibiotika. Akan tetapi, pemberian informasi serupa masih cukup langka, terutama
di Indonesia (Widayati, dkk., 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan tujuan mengetahui Pengetahuan, Keyakinan dan Penggunaan Antibiotika pada
Masyarakat di Danda Jaya Kec. Rantau Badauh Kab. Barito Kuala.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan metode wawancara
secara langsung, masyarakat di desa Danda Jaya sebagian besar belum mengetahui cara
penggunaan antibiotik yang benar, banyak menggunakan antibiotik secara sembarangan
dan tidak mengetahui penyakit yang mereka alami apakah memang memerlukan
pengobatan dengan antibiotik atau tidak. Padahal hal terebut sangat penting untuk
diketahui guna mencegah terjadinya resistensi antibiotik.

Adapun persyaratan dalam pengajuan judul skripsi ini sudah saya penuhi, yaitu :
SKS yang telah ditempuh 140
IPK 3,51
Nilai Matakuliah metodologi penelitian dan statistik 3.70

Demikian surat pengajuan judul skripsi ini saya buat, atas perhatian bapak ibu saya ucapkan
terimakasih.

Banjarmasin, 01 April 2021

c
Rindyani Agustina Hafidz

Anda mungkin juga menyukai