Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah
yang berjudul "Peran bakteri Pseudomonas Sp. Sebagai pengurai limbah minyak di laut".
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Minyak bumi bukan saja dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk penerangan
lampu, sebagai bahan pada petrokimia. Tetapi yang banyak digunakan dunia, yaitu untuk
energi sebagai penggerak mesin industri dan kendaraan yang menggunakan minyak bumi.
1.2 Tujuan
2. Mengetahui penyebab, dan dampak dari pencemaran miyak baik terhadap unsur
1.3 Lingkup
Pada saat ini zat pencemar yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan laut
adalah minyak. Setiap tahunnya 3 sampai 4 juta ton minyak mencemari lingkungan laut. Pada
tahun 2009 misalnya terjadi pencemaran Laut Timur Indonesia oleh perusahaan Montana
Australia, yang menurut Balai Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). Hasil survey mereka
pada tanggal 4 November 2009, luas terdampak pencemaran mencapai 16.420 kilometer
persegi (Idris, 2010).
Zat pencemar dalam hal ini minyak yang masuk pada ekosistem laut tidak hanya
dapat secara langsung merusak lingkungan laut, namun lebih jauh dapat pula berbahaya bagi
suplay makanan dan habitat lingkungan laut yang merupakan sumber kekayaan alam bagi
suatu Negara khususnya bagi kawasan Asia Tengggara yang penduduknya banyak
bergantung pada hasil perikanan (Hartono,2008)
BAB 2
ISI
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih
efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan
pertama kali dipatenkan adalah bakteri “pemakan minyak”. Bakteri ini dapat mengoksidasi
senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh
lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang
diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum
berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen
berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi
komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.
Terdapat sedikitnya empat seri hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi,
yaitu seri n-paraffin (n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4) sampai aspal yang memiliki
atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat
hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena (sikloalkana) yang merupakan komponen
kedua terbanyak setelah n-alkana, dan seri aromatik (benzenoid).
Salah satu factor yang sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit
mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas dapat memproduksi
biosurfaktan. Kemampuan bakteri Pseudomonas dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan
dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan. Ada 2
macam biosurfaktan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas :
Pelepasan biosurfaktan ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat
(misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada
permukaan membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada
beberapa substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan juga
dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel bakteri
lebih bersifat hidrofobik. Oleh karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan
sel yang hidrofobik itu dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya
sehingga melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke
dalam medium.
Terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum yaitu :
1. Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini,
umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah sehingga
tidak dapat mendukung.
2. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih
besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi
karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan tetesan
hidrokarbon yang lebih besar daripada sel dan pengambilan substrat dilakukan
dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan
pada membrane sel bakteri Pseudomonas.
3. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi oleh
bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan partikel hidrokarbon yang
lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan
adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh bakteri pseudomonas ke dalam medium.
2. Hidrokarbon Aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh bakteri
Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam plasmid atau
kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim katekol 2,3-
dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan pembentukan
Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan dengan
senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh enzim katekol 2,3-
dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam
sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
Langkah Pemanfaatan Pseudomonas dalam bioremediasi
c) upaya pengelolaan lingkungan yang tepat untuk mengatasi pencemaran limbah minyak
e) mengetahui pengaruh jenis bakteri, pH, dan waktu degradasi terhadap pertumbuhan
bakteri pemecah minyak dan proses bioremediasi;
2.3.1 Regulasi
Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang diatur dalam
London Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan sintetik, sisa residu minyak,
bahan campuran radio aktif dan lain-lain. Pengecualian dari tindakan dumping ini adalah
apabila ada “foce majeur”, yaitu dimana pada suatu keadaan terdapat hal yang
membahayakan kehidupan manusia atau keadaan yang dapat mengakibatkan keselamatan
bagi kapal-kapal.
Kesimpulan
1. Pencemaran minyak bumi di laut adalah suatu perubahan keadaan atau kondisi dalam suatu
perairan/ laut lepas yang di akibatkan dari proses eksplorasi maupun proses produksi minyak
bumi itu sendiri.
2. Penyebab dari pencemaran limbah minyak bumi bisa dari berbagai faktor, salah satunya
dari tumpahnya minyak bumi saat pengangkutan. Hal ini dapat berdampak pada komponen
biotik maupun abiotik. Dampak pada komponen biotik, yaitu dapat menyebabkan kematian
massal pada hewan di laut karena minyak bersifat lebih ringan dari air maka minyak bumi
akan menutupi permukaan air laut sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam
perairan, hal ini menyebabkan kekurangan oksigen pada biota laut dan menyebabkan
kematian. Dampak pada komponen abiotik, yaitu dapat menyebabkan sedimentasi pada dasar
laut, karena seiring berjalannya waktu minyak yang di permukaan air laut akan berikatan
dengan senyawa lain sehingga membuat minyak lebih berat dan akan tenggelam pada dasar
laut, lalu menyebabkan adanya sedimentasi pada dasar laut yang berdampak pada kehidupan
di dalam laut tersebut nantinya.
3. Salah satu solusi atau cara untuk mengurangi terjadinya pencemaran minyak bumi di laut
ini adalah dengan memanfaatkan bakteri Pseudomonas putida untuk menguraikan minyak
pada laut yang berperan mengikat atom hidrokarbon pada minyak sehingga dapat mengurai
seiring berjalannya waktu, selain itu bagi penambang minyak bumi bisa dilakukan dengan
selalu menjaga ekosistem laut dengan mematuhi system regulasi yang berlaku
Saran
Masyarakat juga harus dapat mengurangi kendaraan bermotor agar produksi minyak
bumi tidak terus menerus dilakukan agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan.
Hartono, Benny , Oil Spill ((Tumpahan Minyak) Di Laut Dan Beberapa Kasus Di
Indonesia,Bahari Jogja Vol, VIII No. 12/2008