Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

IMUNOLOGI

DI SUSUN OLEH:

ROSINA BEATRIX DAPPA (2017610083)

KELAS : B/6

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2020
A. Pengertian Sistem imun
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis reumatoid,
severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun ini akan
membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang menimbulkan
penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang
bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri saja.
Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya
keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi
diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal.
Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak
balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem imun lazimnya amat berkesan
membezakan antara diri dan bukan diri.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun


1. Sel system imun
System imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang memiliki
fungsi tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang diperantarai oleh antibodi
yang diperantarai oleh sel menghasilkan spesifisitas dan ingatan akan antigen yang
pernah dijumpai. Meskipun tidak memiliki spesifitas, komponen-komponen ini
esensial karena berperan dalam imunitas alamiterhadap beragam mikroorganisme
lingkungan.
Komponen selular utama sistem imun adalah monosit dan makrofag, limfosit dan
golongan sel granulositik, termasuk neutrofil, eosinofil dan basofil. Fagosit
mononukleus berperan sentral dalam respon imun. Makrofag jaringan berasal dari
monosit darah. Sebagai respon terhadap rangsangan antigen makrofsg menelan
antigen tersebut (fagositosis) dan kemudian mengolah dan menyajikannya dalam
bentuk yang dapat dikenali oleh limfosit T.
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk ingatan
imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara fungsional dan fenotipik
dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa limfosit T yang berasal dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15% adalah
limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin mencakup berbagai
jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal dari
sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi utamanya adalah
fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil memperlihatkan
fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-sel ini
mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan imunologis.

2. Organ system imun


Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit.
Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel yang berkembang darinya
menyebabkan defisiensi imun dengan beragam ekpresivitas dan keparahan
Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi awal limfosit
T.
Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila, selangkangan dan daerah para-
aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam
pemeriksaan fisik pasien.

3. Fungsi system imun


1) Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur
dan virus) yang masuk kedalam tubuh.
2) Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki
jaringan.
3) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

C. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang bersifat
didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan aktivitasnya
bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini pertahanan pertama
sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem komplemen alternatif, protein
fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih intensif
terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau terkait erat.
Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu suatu rangkaian
kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif. Sebgian
besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga dapat berlaku
sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon imun
utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen presening
cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat sel
dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus bermigrasi
keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut
menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar limfe
lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti mengaktifkan sel-
sel dijaringan limfoid terkait mukosa.
D. Etiologi Gangguan Sistem Imun
Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan


tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat dalam 3
bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan penyebab
terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari perkembangan HIV.
Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan membuat penderita
rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang
sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.

Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

E. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut
dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit T dan B dapat
terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan antibodi untuk
membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga
turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung
memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan menimbulkan infeksi
sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui
dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktifitas limfosit
T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk mempertahankan
produksi interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon seks tidak begitu menonjol,
estrogen akan memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang
mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B). Estrogen cenderung
menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit
autoimun lebih sering ditemui pada wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang optimal.
Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein. Vitamin juga
membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau
kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium atau zink) dalam
makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak merupakan unsur
pembangun (building blocks) yang membentuk komponen structural membrane sel. Lipid
merupakan prekursir vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika
kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid,
depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan fungsi
fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi sangat meningkat. Selama
periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang
potensial untuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur
renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis
yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi dan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat mengenali
prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan serotonin yang
dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem biologi lainnya yang berfungsi
untuk kepentingan homoestasis, sistem imun di integrasikan dengan berbagai proses
psikofisiologic lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun tampaknya
bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya
menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama pertahanan
tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan menimbulkan
deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin. Stresor fisiologi dan
psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cidera kan menstimulasi
pelepasan kortisol serum juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis  dapat turut mengganggu sistem imun melalui
sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar.
Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin uremik.
Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan isufisiensi vaskuler,
neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang
rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai akibat dari
berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit
kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan antigen ke
dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang beredar dan mencegah antibodi
tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor.  Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki
faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel tumor dan mencegah
pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh
tidak mampu mengenali antigen tumor sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak
mampu memulai distruksi sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia
dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan
limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat utama yang
memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat
anti-inflamasi nonsteroid (NSAID Nonsteroidal anti inflamatori drugs) dan preparat
sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi sistem
pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan menurunkan
populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran atau luas daerah yang akan
disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan
imunosupresi total pada orang yang menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah
terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap
antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.
Faktor genetik dalam respons imun dapat berperan melalui gen yang berada pada
kompleks MHC dengan non MHC.
10. Gen kompleks MHC
Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc akan mengenal
antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I, dan sel Td serta sel Th akan
mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T
diawasi secara genetik sehingga dapat dimengerti bahwa akan terdapat potensi variasi
respons imun.
Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih sering pada HLA
tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada individu dengan HLA-B27.
11. Gen non MHC
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan dengan gen
tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang terangkai dengan kromosom X
yang hanya terdapat pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan perbedaan
respons imun terhadap antigen tertentu merupakan penyakit yang diturunkan.
Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam respons imun, namun
mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.
12. Kehamilan
Salah satunya yaitu Infeksi beberapa infeksi yang terjadi secara kebetulan selama
kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman (rubella) bisa
menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada jantung dan bagian dalam mata.
Infeksi cytomegalovirus bisa melewati plasenta dan merusak hati dan otak janin.
Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi bakteri pada
vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan
sebelum waktunya atau membran yang berisi janin gugur sebelum waktunya. Pengobatan
pada infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan masalah-masalah ini.

F. Manifestasi Klinis
Tanda :

1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6 kali
atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh anak lain. Sebaliknya, bayi
dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi
telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan sakit
tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi.
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan peradangan
gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran
kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlenihan dan penuruna berat badan.

Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.

1. Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan.


1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.
2) Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.
3) Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.
4) Tejadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.
5) Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.

Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi

1. Gejala yang biasanya dijumpai.


Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat. Penyembuhan
inkomplit antar episode infeksi. Atau respons pengobatan in komplit.
2. Gejala yang sering dijumpai.
1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
2) Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.
3) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
4) Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia, eksim,
teleangiektasi, warts yang hebat).
5) Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.
6) Jati tabuh.
7) Diare dan Mal abrsopsi.
8) Mastoiditis dan otitis persisten.
9) Pneumonia atau bronkitis berulang.
10) Penyakit autoimun.
11) Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia,
trombositopenia).
3. Gejala yang jarang dijumpai.
1) Berat Badan Turun.
2) Demam.
3) Peridontitis.
4) Limfadenopati.
5) Hepatosplenomegali.
6) Penyakit virus yang berat.
7) Artritis atau artralgia.
8) Ensefalitis kronik.
9) Meningitis berulang.
10) Pioderma gangrenosa.
11) Kolangitis sklerosa.
12) Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
13) Reaksi simpang terhadap vaksinasi.
14) Bronkiektasis.
15) Infeksi saluran kemih.
16) Lepas/ puput tali pusat terlambat.
17) Stomatitis kronik.
18) Granuloma.
19) Keganasan limfoid.
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Identitas pasien
1) Nama pasien :Tn. M
2) Jenis kelamin : laki-laki
3) Umur : Pada rinitis alergik lebih sering penderita bayi.
4) Alamat : Lingkungan yang terpapar oleh alergen seperti lingkungan
tempat tinggal yang kotor seperti diperkotaan yang dipenuhi dengan debu dan
asap, selain itu lingkungan yang sanitasinya kurang sehat dan tempat tinggal
yang tidak mempunyai ventilasi atau pertukaran udara yang baik merupakan
awal dari timbulnya gangguan pada sistem imunitas. Cuaca, suhu dingin di
tempat tinggal tertentu juga merupakan penyakit rhinitis alergi.
5) Suku bangsa :Indonesia
6) Pekerjaan : mempunyai hubungan langsung sebab akibat terjadinya
serangan rhinitis alergi. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, polisi
lalu lintas.
7) Agama : islam
8) Diagnosa medis :rhinitis alrgi
9) Tanggal MRS :

Yang bertanggung jawab

1) Nama :
2) Pekerjaan :
3) Alamat :
4) Agama :
5) Pendidikan:
6) Hub dengan pasien :
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
2) Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita penyakit THT.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa dahulu pernah mengalami hal yang sama dengan
penderita.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Klien lemah dan demam.
2) Kesadaran : Composmentis.
3) Cek TTV :
1) RR.
2) Suhu (meningkat).
3) Nadi.
4) TD.
4) Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih.
2. Mata
Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah, sklera merah, mata berair.
3. Hidung
Simetris, ada sekret (hidung buntu), tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
polip.
4. Telinga
Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
5. Leher
Tidak ada pembesara kelenjar tiroid, limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada kaku kuduk.
6. Dada
Inspeksi : Dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan.
Perkusi : Paru-paru sonor, jantung dullens.
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara napas vesikuler, tidak ada suara napas
tambahan.
7. Perut
Inspeksi : Simetris.
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/menit.
Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik.
Perkusi : Hipertimpan, perut kembung.

b. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Data Etiologi Problem
DS : Pasien Obstruksi atau Ketidakefektifan
mengatakan hidung adanya sekret yang jalan napas.
tersumbat dan hidung mengental.
terasa gatal.
DO : Mulut pasien
selalu terbuka agar
bisa bernapas.
DS : Pasien Kurangnya suplai
mengatakan nyeri oksigen.
kepala (pusing). Gangguan rasa nyeri
DO : Pasien terlihat dikepala
menyeringai
kesakitan.
P : Nyeri saat jalan
napas tidak efektif
atau saat beraktivitas.
Q : Nyeri seperti
tercengkram.
R : Dibagian kepala.
S : Skala nyeri >5.
T : Nyeri hilang
timbul.
TTV : Suhu 38°C,
TD 90/70 mmHg,
RR 25x/menit, Nadi
110x/menit
DS : Pasien Intake yang tidak Gangguan
mengatakan kurang adekuat. pemenuhan
nafsu makan dan kebutuhan nutrisi
kurang tertarik kurang dari
terhadap makanan. kebutuhan tubuh.
DO : Pasien tidak
nafsu makan.
A : BB SMRS = 47
kg, BB MRS = 45
kg.
B : Hasil
pemeriksaan
laboratorium,
penurunan kadar
protein dalam darah
tidak dalam batas
normal (<3,5 mg/dl),
Hb menurun (<1
mg/dl).
C : Turgor kulit
menurun (kembali >
2 detik) mukosa bibir
kering.
D. Penurunan nafsu
makan, porsi makan
tidak habis

Diagnosa :

1) Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan.
2) Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat.

c. Perencanaan

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan napas kembali 1) Auskultasi bunyi napas. 1) Obstruksi jalan
efektif dan normal. Catat adanya bunyi napas dan dapat atau
Kriteria hasil : Menunjukkan napas. Misal mengi, tak di
perilaku untuk memperbaiki kerkels, ronki. manifestasikan
bersihan jalan napas. 2) Kaji atau pantau adanya bunyi napas
Misal : Mengeluarkan sekret. frekuensi pernapasan. adventisius.
3) Kaji pasien untuk 2) Adanya beberapa
posisi yang nyaman. derajat dan dapat
Misal : peninggian ditemukan pada
kepala tempat tidur, penerimaan atau
duduk pada selama stres atau
persandaran tempat adanya infeksi akut.
tidur. Pernapasan dapat
4) Pertahankan polusi melambat dan
lingkungan minimum. frekuensi ekspirasi
Misal : debu, asap dan memanjang inspirasi
bulu bantal yang memendek.
berhubungan dengan 3) Peninggian kepala
kondisi pasien. tempat tidur
5) Tingkatkan masukan mempermudah fungsi
cairan 3000/ hari sesuai pernapasan dengan
dengan keadaan menggunakan
jantung, memberikan gravitasi.
air hangat. 4) Pencetus tipe reaksi
alergi pernapasan
yang dapat mentreger
episode akut.
5) Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret,
mempermudah
pengeluaran.
2. Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri, lokasi, 1) Untuk membantu
keperawatan selama 1x24 jam karakteristik, dan meringankan
diharapkan nyeri dapat integritas nyeri tingkat nyeri
berkurang atau hilang. dengan skala 0-10 diberikan edukasi.
Kriteria hasil : ditanyakan kepada 2) Cek tanda vital
1) Klien dapat pasien nyerinya apakah ada
mengetahui terjadinya urutan ke skala indikator terhadap
gangguan rasa berapa. Kaji tanda- nyeri yang timbul.
nyaman yang tanda vital. 3) Meningkatkan
berhubungan dengan 2) Lakukan masase pada kenaikan kadar
nyeri kepala. daerah nyeri. oksigen dalam
2) Klien mengatasi nyeri 3) Ajarkan teknit ottak untuk
tanpa bantuan. relaksasi misalnya meredakan rasa
3) Pasien dapat napas dalam. nyeri di kepala.
mengatasi sekret 4) Kolaborasi dengan 4) Kolaborasi dengan
tanpa bantuan. dokter dalam tenaga kesehatan
4) Klien dapat bergerak pemberian obat. lainnya untuk
dengan leluasa. memberikan oba
5) Tanda-tanda vital analgetik untuk
dalam batas normal. meningkatkan
tingkat
kenyamanan klien.
3. Nutrisi terpenuhi sesuai 1. Jelasakn tentang 1. Dengan
dengan kebutuhan tubuh. manfaat makan bila pemahaman klien
Kriteria hasil : dikatikan dengan akan lebih
1) Nafsu makan kondisi klien saat ini. kooperatif
membaik. 2. Anjurkan agar klien mengikuti aturan.
2) Keadaan umum mengkonsumsi 2. Untuk menghindari
membaik. makanan yang makanan yang
3) Klien tampak mau disediakan di rumah justru dapat
makan. sakit. mengganggu
3. Lakukan dan ajarkan proses
perawatan mulut penyembuhan
sebelum dan sesudah klien.
makan serta sebelum 3. Higiene oral yang
dan sesudah baik akan
intervensi atau meningkatkan
periksaan peoral. nafsu makan klien.
4. Tingkatkan 4. Makanan adalah
lingkungan yang bagian dari
menenangkan untuk peristiwa sosial,
makan dengan teman dan nafsu makan
jika memungkinkan. dapat meningkat
5. Berikan makanan dengan sosialisasi.
dalam keadaan 5. Makanan hangat
hangat. dapat
6. Berikan makanan meningkatkan
selinga (Mis. Keju, nafsu makan.
biskuit, buah-buahan) 6. Membantu
yang tersedia dalam memenuhi
24 jam. kebutuhan dan
7. Kolabrasi tentang meningkatkan
pemenuhan diet klien. pemasukan.
7. Meningkatkan
pengetahuan sesuai
dengan kondisi
klien.

d. Implementasi

Tanggal/jam No. diagnosa Implementasi Respon pasien


18 April 2015 1,2,3 1. Observasi tanda- DS : Pasien
(09.00) tanda vital dan kaji mengatakan bersedia
nyeri, lokasi, untuk diperiksa
karaktristik, dan DO : Pasien tampak
integritas nyeri tenang.
dengan skala 0-10. DO : Pasien
2. Memberikan jalan menerima tindakan
napas. yang diberikan.
3. Memberikan posisi DS : Napas pasien
yang lebih nyaman lebih efektif.
bisa dengan semi DS : Pasien bersedia
fowler. Agar melaksanakan nya.
mudah bernapas. DO : Pasien terlihat
4. Memberikan obat nyaman dan tenang.
sesuai hasil DO : Obat telah
kolaborasi, diminum, pusing (-),
monitor obat dan suhu berangsur-
respon angsur turun dan
sampingnya. normal.
DS : Pasien
kooperatif untuk
minum obat.
18 April 2015 2,3 1. Kaji nyeri, DS : Klien sudah
(11.00) karakteristik, dan tidak mengeluh
integritas nyeri nyeri. Klien
dengan skala (0-10). mengatakan skala
2. Mengkaji nutrisi nyeri pada skala 0.
pasien. DO : Klien tidak
3. Memberikan terlihat meringis
makanan dalam kesakitan.
porsi kecil dan DS : Pasien
frekuensi sedang. kooperatif dalam
4. Menjelaskan pada tindakan.
pasien dan keluarga DO : Berat badan
tentang manfaat berangsur-angsur
makanan bernutrisi. meningkat dan
pasien merasa segar
dan tidak lemas.
DS : Pasien tenang
selama makan.
DO : Pasien
menghabiskan
setengah porsi.
DS : Pasien
meneirma
penyuluhan yang
diberikan.
DO : Pasien mampu
menghindari
makanan yang
berisiko untuknya.
18 April 2015 2,3 1. Mengajarkan DS : Pasien dapat
(13.00) teknik relaksasi melakukan teknik
misalnya napas napas dalam.
dalam. DO : Pasien terlihat
2. Memberikan semangat.
antasida dana DS : Pasien
pemberian kooperatif untuk
nutrisi minum obat.
parenteral. DO : Pasien tidak
3. Memberikan meringis kesakitan.
posisi yang DS : Pasien bersedia
nyaman. melaksanakannya.
DO : Pasien terlihat
nyaman dan tenang.

e. Evaluasi

Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Ttd


18 April 2015 1. S : Pasien
mengatakan sekret
mulai hilang dan
jalan napas lebih
efektif.
O : Pasien tidak
membuka mulutnya
lagi untuk benapas.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di
hentikan.
18 April 2015 2. S : Pasien
mengatakan
kepalanya sudah
tidak nyeri lagi.
O : Klien tidak
terlihat meringis
kesakitan.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
18 April 2015 3. S : Pasien
mengatakan tidak
merasa lemas.
O : Wajah pasien
tidak tampak pucat
lagi.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan membedakan diri
(self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk kelangsungan hidup. Sistem imun
yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari faktor eksternal seperti mikroorganisme atau
toksin tetapi juga mencegah dan menolak serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena
autoimun.

Tak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu jika adanya gangguan pada sistem imunitas, biaya yang
dikeluarkan untuk berobat akan semakin mahal apabila gangguan sistem imunitas ini tidak diatasi.

Sebagai pelayan kesehatan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
guna membantu memperbaiki kondisi pasien. Serta memberikan edukasi pada pasien agar pasien
koperatif dalam menjaga kesehatannya.

2. Saran
Di jaman seperti sekarang ini banyak hal-hal yang mengakibatkan sistem dalam tubuh kita
mengalami gangguan. Seperti gangguan pada sistem imunitas ini. Gangguan ini di karenakan
faktor lingkungan serta bakteri, virus dan jamur yang ada dialam. Maka dari itu lebih baiknya
juka kita menjaga kesehatan kita sendiri dengan memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga
kesehatan.

Membangun lingkungan yang bersih serta udara yang segar. Karena bisa sewaktu-waktu
gangguan itu akan terjadi. Menghimbau pada masyarakat lainnya tentang gaya hidup sehat.
Alangkah baiknya jiga melangkah bersama menuju bangsa yang sehat.

Daftar Pustaka
1. Carpenito, Lynda Juall 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi
9. Jakarta : EGC.
2. Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
3. Price, Syilvia. 2005. Patofisiolois : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
4. McPhee, Stephen J. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai