Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS JURNAL

PRE-EKLAMPSIA

DISUSUN OLEH:
Rexy Septadiansyah

21220055

Dosen Pembimbing :Imardiani, S.Kep., Ns., M.Kep.

INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Pre eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema,

dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi

dalam trimester ke-3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,

misalnya pada molahidatidosa. Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam

kehamilan ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan protein urine. Bisa

berhubungan dengan kejang (eklamsia) dan gagal organ ganda pada ibu,

sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan abrupsio

plasenta .Pre eklamsi ialah sekelompok penyulit yang timbul pada masa hamil,

persalinan, nifas, dan ditandai adanya hipertensi, protein uriadan edema.

B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI

Penyabab preeklampsi dan eklampsi sampai sekarang belum diketahui,

tetapi dewasa ini banyak ditemukan sebab pre eklampsi adalah iskemia

plasenta dan kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus,


, retensi natrium dan juga koagulasi intravaskuler.
Telah terdapat teori yang mencoba menerangkan sebab mustajab

penyakit pre eklamsi, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang

memuaskan. Teori yang dapat diterima antara lain: Sebab bertambahnya

frekuensi pada primigradivitas, kehamilan ganda, hidromnion dan

molahidatidosa, Sebab bertambahnya frekuensi dan makin tuanya kehamilan,

Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus, Sebab timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan

koma.

Faktor predisposisi pre eklamsia yang harus diwaspadai antara lain :

Nuliparitas, riwayat keluarga dengan eklamsia dan pre eklamsia, kehamilan

ganda, diabetes, hipertensi kronis dan molahidatidosa

C. PATOFISIOLOGI

Perubahan patofisiologi terjadi dalam sel endotel pada glomerulus tapi

hanya satu sentuh luka ini pada ginjal merupakan / mempunyai karakteristik

yang unik untuk pre eklampsi terutama pada wanita nulipara (85 % ), faktor

ginetik utama adalah tidak adanya peningkatan darah tapi bekunya perfusi

sekunder disebut sebagai vasospasme, vasospasme arteri mengurangi


diameter pembuluh darah yang mengganggu aliran darah keseluruhan organ

dan peningkatan tekanan darah fungsi tiap-tiap organ seperti plasenta, ginjal,

hati dan otak tertekan sekitar 40% - 60%.

Rusaknya perfusi plasenta diawali dengan cepatnya umur degeneratif

dari plasenta dan kemungkinan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)

pada janin. Hal tersebut penting mengingat rusaknya sintesis prostaglandin

mungkin salah satu faktor dalam PIH (Pregnancy Induced Hypertension ).

Aktivitas uterus dan sensitivitas oksitoksin harus dimasukkan dalam laporan

ketika memberikan obat. Hal ini digunakan untuk induksi / tambahan tenaga.

Berkurangnya perfusi ginjal menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus

dan mengakibatkan perubahan degeneratif pada glomerulus, protein, albumin

primer keluar bersama urine. Asam urat murni berkurang sodium dan air

tertahan. Menurunnya tekanan osmotik cairan plasma disebabkan oleh

menurunnya tingkat serum albumin. Volume intravaskuler berkurang sebab

cairan berpindah keluar dari bagian intravaskuler yang mengakibatkan

terjadinya hemokonsentrasi, meningkatnya kekebalan darah dan edema

jaringan. Nilai hematokrit meningkat yang disebabkan oleh hilangnya cairan

dari bagian intravaskuler.

Penurunan perfusi hati menyebabkan rusaknya fungsi hati. Edema hati

dan peredaran pembuluh darah dapat dialami oleh wanita hamil yang

menyebabkan terjadinya nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan

atas salah satu sebagian dari tanda eklampsia yang berat. Vasospasme arteri
dan penurunan aliran darah keretina menyebabkan gejala-gejala pada

penglihatan seperti skotoma (buta) dan kabur. Kondisi pada patologi yang

sama menyebabkan edema serebral dan perdarahan yang tidak teratur.

Ketidakteraturan menyebabkan sakit kepala, hiperrefleksi, adanya klonus

pada mata kaki dan kadang-kadang perubahan tersebut dapat berefek

(perubahan-perubahan emosi, perasaan dan perubahan kesadaran adalah

gejala yang ganjil dari edema serebral).

Edema paru disebabkan oleh preeklampsi adalah kategorikan dengan

edema general yang menyeluruh. Pemberian curah infus lewat intravena yang

atrogenik menyebabkan terjadinya kelebihan cairan. Lemah nadi cepat,

peningkatan laju respirasi, penurunan tekanan darah dan rales pada paru

menunjukkan kerusakan pembuluh darah dan rales pada paru menunjukkan

kerusakan pada sirkulasi darah. Cepatnya digitalisasi dan pemberian deuresis

dengan furosemide mungkin dianjurkan. Edema paru dan gagal jantung

kongestive pada hakekatnya hanya diterima sebagai indikasi untuk pemberian

terapi diuretik meningkatkan reduksi aliran darah intervillous yang akan

menyebabkan kesakitan pada janin dan kematian pada janin yang diakibatkan

oleh hipertensi. Resiko paling besar diedema paru terjadi 15 jam setelah janin

lahir.

D. MANIFESTASI KLINIK

Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Sibai menemukan

adanya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu wanita yang

memiliki riwayat eklampsi, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom


yang mengatur respons imun maternal. Faktor parental juga sedang diteliti.

1. Pre eklampsi ringan

a. Bila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan

diastolik 90 mmHg kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan

yang meninggi ini sekurangnya diukur dua kali dengan jarak 6 jam.

b. Protein urin sebesar 300 mm/dl dalam 24 jam atau > 1 gr/1 secara

rantom dengan memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada

2 waktu dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah bervariasi.

c. Edema dependent, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak

terdengar. Edema timbul dengan diketahui penambahan berat badan

yang sebanyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian

baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.

2. Pre eklampsi berat

a. Tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari

110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam

dengan ibu posisi tirah baring.

b. Proteinuria lebih dari 5 gr dalam urine 24 jam atau kurang lebih 3 pada

pemeriksaan dipstik setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak


menggunakan contoh urine yang diperoleh cara bersih dan berjarak

setidaknya 4 jam.

c. Oliguria ≤ 400 ml dalam 24 jam.

d. Gangguan otak atau gangguan penglihatan.

e. Nyeri ulu hati.

f. Edema paru/ sianosis.

3.Eklampsia

a. Kehamilan lebih dari 20 minggu atau persalinan atau nifas.

b. Tanda- tanda pre eklampsia (hipertensi, odema, protein uria)

c. Kejang dan koma

d. Terkadang disertai gangguan fungsi organ.


E.KOMPLIKASI

4. Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke plasenta

mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama

pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa

terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.

5. Perubahan pada ginjal. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah

kedalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glumerulus

berkurang. Pada penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan pre eklampsi

berupa: kelainan glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainan

pada tubulus-tubulus Henle, dan spasmus pembuluh darah ke glomerulus.


6. Hati. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan

nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,

terutama disekitar vena porta.

7. Otak. Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan

anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan

perdarahan.

8. Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada

arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.

9. Paru. Yaitu menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena

bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.

10.Jantung. Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium.

Sering ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.

E. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan

a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali

tanda-tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan

pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat

b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia

kalau ada faktor – faktor peredisposisi

c. Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan,


serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat

dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

2. Penanganan

Tujuan utama penanganan adalah:

a. Untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia

b. Hendaknya janin lahir hidup

c.Trauma pada janin semaksimal mungkin

Penanganan Pada Pre-Eklampsia Berat

a. Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

b. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan

uji kocok dan rasio L/S, maka penanganan adalah sebagai berikut :

1) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM

kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr IM setiap 4 jam

(selama tidak ada kontraindikasi)

2) Jika ada perbaikan jalannya penyaki, pemberian sulfas magnesikus

dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-

eklampsia ringan (kecuali ada kontraindikasi)

3) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,

serta BB ditimbang seperti pada pre-eklampsia ringan, sambil

mengawasi timbunya lagi gejala.


4) Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi

kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung

keadaan.
a) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan

paru janin maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada

kehamilan diatas 37 minggu.

b) Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan diatas 37 minggu.

c) Penderita rawat inap

 Istirahat mutlak dan ditempatkan pada kamar isolasi

 Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

 Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gr dibokong

kanan dan 4 gr d bokong kiri

 Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam

 Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif,

diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 kali

permenit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium

glukonas 10 % dalam amp 10 cc

5) Infus dextrosa 5 % dan ringer laktat

a) Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 amp IM dan

selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau

2 kali ½ tablet sehari

b) Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru

dan kegagalan jantung kongestif. Untuk ini dapat disuntikan 1

amp IV lasix
c) Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan

induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi


dipakai oksitosin ( pitosin atau sintosinon ) 10 satuan dalam infus

tetes

d) Kala II harus dipersingkat dengan VE atau FE, jadi ibu dilarang

mengedan

e) Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi

pendarahan yang disebabkan atonia uteri

f) Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,

kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam selama 24 jam

postpartum

g) Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC.


BAB II
PEMBAHASAN
1. KASUS
Pasien Ny. A datang ke RS dengan keluhan perut terasa kencang. menurut

pengakuan pasien mengalami jatuh dari kamar mandi sekitar pukul 09.30 wib pada tanggal

13 Mei 2020, kemudian diperiksakan ke bidan didekat rumah. Oleh bidan ibu diberi obat

penguat kandungan. Sore hari perdarahan sedikit kemudian pasien memeriksakan diri ke

rumah bersalin terdekat. Ini merupakan pengalaman kehamilan pertama bagi pasien

dengan usia kehamilan 9 ½ bulan. Di rumah bersalin tekanan darah pasien mengalami

peningkatan disertai bengkak sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan perut kencang sudah

dirasakan pasien sejak jam 02.00 WIB tanggal 15 Mei 2020. Kemudian pasien dirujuk ke

RS.M. Pasien masuk ruang bersalin RS.M tanggal 15 Mei 2020 pukul 04.30 WIB. Ketuban

merembes jam 04.30 WIB. Pasien mengatakan sedang menderita penyakit darah tinggi,

namun tidak sedang menderita penyakit menurun seperti kencing manis- menular seperti

penyakit kuning serta menahun seperti jantung dan ginjal. Ibu mengatakan tidak pernah

menderita penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi dan kencing manis, menular

seperti penyakit kuning serta menahun seperti penyakit jantung dan ginjal.

Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit menurun

seperti tekanan darah tinggi dan kencing manis, menular seperti penyakit kuning, menahun

seperti penyakit jantung dan ginjal dan tidak ada riwayat keturunan kembar maupun keracunan

kehamilan sebelumnya. Pasien mengalami menarche saat berusia 10 tahun, siklus mens 28 hari,

lamanya 6-7 hari, 2-3 kali ganti pembalut setiap penuh setiap hari, mens berbau anyir dan

berwarna merah segar, flour albus ada, warna bening, konsistensi kental, tidak bau, tidak

setiap hari, dan tidak gatal. Disminoretidak pernah, HPHT 29-08-2019.


2. PERTANYAAN KLINIS
Terapi apakah yang bisa dilakukan untuk kasus diatas?

3. PICO
P: Ny. A berusia 25 tahun

I: Pemberian terapi murottal

C: Tidak ada pembanding

O: Mengatasi kecemasan dan tekanan darah pada ibu hamil

4. SEARCHING LITERATURE (JOURNAL)


Setelah dilakukan Searching literature (journal) di Google scholar, didapatkan

1.710 journal yang terkait dan dipilih 1 jurnal dengan judul “Terapi Murottal Sebagai

Upaya Menurunkan Kecemasan Dan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Dengan

Preeklampsia”.

Dengan alasan:

a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus.

b. Jurnal tersebut up to data

5. VIA
Validity:

a) Desain : Penelitian deskriptif


b) Sampel : Responden studi kasus ini sejumlah 2 orang

c) Kriteria inklusi dan ekslusi :

Kriteria insklusi : semua ibu yang mengalami kecemasan dan tekanan

darah, bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi: pasien yang tidak memenuhi kriteria.

d) Randomisasi: Tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan sampel.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling

a. Importance dalam hasil


1) Karakteristik subjek : Karakteristik subjek dalam penelitian ini kecemasan dan

tekanan darah

2) Beda proporsi : Hasil penelitian kecemasan pada kedua responden sama-

sama mengalami penurunan skor kecemasan. Pada Ny A

skor kecemasan turun cukup drastis dari 31 poin menjadi 19

poin, sedangkan Ny KL dari 21 poin menjadi 19 poin. Ny A

mengalami penurunan status kecemasan dari cemas menjadi

tidak cemas. Sedangkan bahwa TD responden dari hari

pertama sampai hari ke 7 cenderung mengalami penurunan.

Penurunan TD lebih terlihat nyata pada Ny A, dimana

diastolik semakin turun menuju batas normal. Sedangkan

pada Ny KL tekanan darah cenderung naik turun, termasuk

tekanan diastoliknya.

3) Beda mean : Hasil penurunan mean sistol pretest posttest tertinggi

adalah 17.6 dan terrendah adalah 8.57 dengan rata-rata

12.19. Sedangkan besaran penurunan mean diastol tertinggi

adalah 10 dan terendah adalah 3,73 dengan rata-rata 6.23.


Dari hasil pengukuran sistol diastol pada waktu sebelum

dan sesudah perlakuan tersebut, menunjukkan adanya

pengaruh dari terapi murottal terhadap tekanan darah.

4) Nilai p value : Berdasarkan hasil perhitungan diketahui Terapi Murottal

Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan Dan Tekanan Darah

Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsia didapatkan p value

0,001<0,05 yang berarti ada pengaruh Terapi Murottal

Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan Dan Tekanan Darah

Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsia menunjukan bahwa

nilai p value 0,000 (p value > 0,000)

b. Applicability
1) Dalam diskusi

Mengidentifikasi hasil penelitian yang telah dilakukan, “Terapi Murottal

Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan Dan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil

Dengan Preeklampsia” Mendengarkan murottal Al-Qur’an dapat memberikan

pengaruh terhadap kecerdasan emosional, (EQ) kecerdasan intelektual (IQ), serta

kecerdasan spiritual (SQ) seseorang. Mendengarkan murottal akan menimbulkan

efek tenang dan rileks pada diri seseorang, sehingga akan turut memberikan

kontribusi dalam penurunan tekanan darah. Perasaan rileks dari mendengarkan

murottal juga dapat mempengaruhi kecemasan, seperti laporan dari salah satu hasil

penelitian bahwa, ada perbedaan rerata skor kecemasan sebelum dan sesudah

mendengarkan murottal.

1) Karakteristik klien : Kecemasan dan tekanan darah

2) Fasilitas biaya : Tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan


6. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus)
5) Berdasarkan jurnal yang berjudul “Terapi Murottal Sebagai Upaya

Menurunkan Kecemasan Dan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Dengan

Preeklampsia” pada tabel 5 dan 6 menunjukkan layak digunakan untuk

menjelaskan pengaruh pretest dengan posttest. Hal ini dibuktikan kecemasan

pada kedua responden sama-sama mengalami penurunan skor kecemasan. Pada

Ny A skor kecemasan turun cukup drastis dari 31 poin menjadi 19 poin,

sedangkan Ny KL dari 21 poin menjadi 19 poin. Ny A mengalami penurunan

status kecemasan dari cemas menjadi tidak cemas. Pretest posttest tekanan darah

tertinggi adalah 17.6 dan terrendah adalah 8.57 dengan rata-rata 12.19.

Sedangkan besaran penurunan mean diastol tertinggi adalah 10 dan terendah

adalah 3,73 dengan rata-rata 6.23. Dari hasil pengukuran sistol diastol pada waktu

sebelum dan sesudah perlakuan tersebut, menunjukkan adanya pengaruh dari

terapi murottal terhadap tekanan darah. Berdasarkan kasus, klien mengatakan

takut dengan kondisi janin nya. Klien tidak mau kehilangan calon bayi lagi untuk

kedua kalinya. Klien seharusnya diberikan penjelasan mengenai Terapi Murottal

Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan Dan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil

Dengan Preeklampsia.

Murottal (mendengarkan bacaan AlQur’an) adalah salah satu metode

penyembuhan dengan menggunakan Al-Qur’an. Mendengarkan murottal Al-

Qur’an dapat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosional, (EQ)

kecerdasan intelektual (IQ), serta kecerdasan spiritual (SQ) seseorang.

Mendengarkan murottal akan menimbulkan efek tenang dan rileks pada diri

seseorang, sehingga akan turut memberikan kontribusi dalam penurunan tekanan

darah (Kartini et al., 2017). Perasaan rileks dari mendengarkan murottal juga
dapat mempengaruhi kecemasan, seperti laporan dari salah satu hasil penelitian

bahwa, ada perbedaan rerata skor kecemasan sebelum dan sesudah mendengarkan

murottal (Handayani et al., 2014).


BAB III
KESIMPULAN
Murottal (mendengarkan bacaan AlQur’an adalah salah satu metode penyembuhan

dengan menggunakan Al-Qur’an. Mendengarkan murottal Al-Qur’an dapat memberikan

pengaruh terhadap kecerdasan emosional, (EQ) kecerdasan intelektual (IQ), serta kecerdasan

spiritual (SQ) seseorang. Mendengarkan murottal akan menimbulkan efek tenang dan rileks

pada diri seseorang, sehingga akan turut memberikan kontribusi dalam penurunan tekanan

darah (Kartini et al., 2017). Perasaan rileks dari mendengarkan murottal juga dapat

mempengaruhi kecemasan, seperti laporan dari salah satu hasil penelitian bahwa, ada

perbedaan rerata skor kecemasan sebelum dan sesudah mendengarkan murottal (Handayani et

al., 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik murottal upaya

menurunkan kecemasan dan tekanan darah pada ibu hamil dengan preeclampsia.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliani Retno Diki., dkk., 2018. Jurnal Teknik Murottal Upaya Menurunkan Kecemasan Dan

Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsia., Volume 8, Nomor 2

Nanda,2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. EGC

Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Mochtar, Rustam, (2013). Sinopsis Obstetri Fisiologi Dan Patologi Edisi 2 EGC : Jakarta

Mansjoer, Arif, Dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta

Anda mungkin juga menyukai