ANTIHIPERTENSI
Disusun oleh:
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya
sehingga makalah yang berjudul Tumbuhan Obat Anti Hipertensi dalam Pembelajaran
ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etnobotani yang diampu oleh ibu Hj. Ivoni
Susanti,M.Pd.Si.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah
ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian, semoga makalah ini dapat
diterima sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Kriteria Tumbuhan Obat AntiHipertensi...................................................3
B. Macam-Macam Tumbuhan Obat Anti Hipertensi.....................................4
1. Belimbing Wuluh................................................................................4
2. Seledri..................................................................................................5
3. Bayam Kucing.....................................................................................6
4. Ketepeng Kecil....................................................................................7
5. Bawang Putih.......................................................................................7
6. Mindi Kecil..........................................................................................8
7. Mengkudu............................................................................................9
8. Murbei.................................................................................................9
9. Pulai.....................................................................................................10
10. Pule Pndek...........................................................................................12
11. Tempuyung..........................................................................................12
BAB III
PENUTUP............................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan obat adalah suatu jenis tumbuhan yang sebagian, seluruh tumbuhan, dan
eksudat (sel) tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat, bahan, atau ramuan obat-
obatan (Utami 2013). Tumbuhan obat sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Pemanfaatan tumbuhan obat masih dianggap
berperan penting terutama bagi masyarakat.
Pada umumnya yang dimaksud tumbuhan obat tradisional adalah ramuan dari
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat. Obat tradisional merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang yang berakar kuat dalam budaya bangsa dan dalam
pengobatan masih berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Penggunaan tumbuhan obat secara tradisonal pada umumnya memiliki efek samping
yang jauh lebih rendah tingkat bahannya dibandingkan dengan obat-obat dari sintetik
(Mukhlisah dalam Faulina, 2013:7).
Indonesia tergolong tinggi untuk kasus hipertensi dimana prevalensi hipertensi yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di
Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan di Jawa tengah (26,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui kuisioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, jadi ada 0,1 persen
yang minum obat sendiri, responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi
sedang mengkonsumsi obat hipertensi sebesar 0,7 persen. Jadi prevalensi di Indonesia
sebesar 26,5 persen (25,8%+0,7%) (Riskesdas, 2013)
Di negara-negara berkembang penyakit kardiovaskular berkontribusi lebih besar
terhadap kedaruratan global pada tahun 1990, faktor resiko utama penyakit
kardiovaskular adalah hipertensi dan diabetes, sebagai faktor resiko yang penting,
hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung koroner 5 kali dan stroke 10 kali
(Setiawan, 2006). Hipertensi sendiri dapat menyebabkan resiko serangan stroke,
gangguan fungsi ginjal, penyakit arteri, penyempitan arteri koroner, serangan jantung
(Syarif, et al., 2008).
Seperti yang kita ketahui obat- obat tersebut merupakan obat-obat yang dibuat dari
bahan-bahan kimiawi, yang mana memiliki efek samping terhadap tubuh kita, sehingga
perlu upaya untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan dari efek samping tersebut.
1
Banyak langkah alternatif yang telah dicoba melalui tanaman herbal, sebagai sumber
penyembuhan hipertensi (Widyaningsih & Andi, 2014).
Keunggulan dari pengobatan herbal sendiri yaitu bahan dasarnya yang bersifat
alami, sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin (Utami, 2008).
Kelebihan obat tradisional, dibandingkan obat modern antara lain efek sampingnya
relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek paling
mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih
sesuai untuk penyaki-penyakit metabolik dan degeneratif (Katno, 2004).
B. Rumusan Msalah
1. Macam-macam tumbuhan apa saja yang bisa digunakan untuk obat anti hipertensi?
2. Seperti apa kriteria tumbuhan obat antihipertensi?
3. Bagian tumbuhan yang mana yang bisa digunakan sebagai obat anti hipertensi?
4. Bagaimana cara pengelolahan nya?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memehami serta dapat mengelola tumbuhan obat anti hipertensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Diuretika, mengurangi jumlah air dalam plasma darah dengan cara dibuang sebagai
urine.
4. Anti-andrenegik, menurunkan produksi, sekresi dan efektivitas hormon adrenalin.
Vasodilator, melancarkan peredaran darah dengan cara meningkatkan volume
pembuluh darah dan organ-organ yang diisi darah.
Tujuan pengobatan hipertendi dengan tanaman obat adalah mengobati hipertensi
dengan memperbaiki penyebabnya sesuai filosofi tanaman obat sebagai obat
konstruktif, yaitu memperbaiki/ membangun organ atau sistem yang rusak yang
mengakibatkan terjadinya hipertensi. Tetapi mengingat 90% - 95% penyebab hipertensi
tidak diketahui (hipertensi esensial) maka kerja dari tanaman obat dalam
memperbaiki/membangun organ/sistem yang rusak juga tidak diketahui. Sebagai
akibatnya, karena penyebab hipertensi yang tidak diketahui ini dipastikan lebih dari satu
penyebab maka terdapat banyak tanaman obat yang ternyata cocok untuk banyak
penderita yang berbeda satu sama lain, penderita satu cocok dengan tanaman tertentu
dan penderita yang lain cocok dengan tanaman lain. Namun demikian pada beberapa
tanaman obat hipertensi dapat diketahui fungsinya dalam menurunkan tekanan darah,
seperti antara lain :
- Diuretikum, sangat banyak jenis
- Anti-andrenergik
- Vasodilator
Tetapi selain fungsi-fungsi yang sudah diketahui tersebut tidak diketahui fungsinya
dalam memperbaiki/ membangun organ atau sistem yang rusak sebagai penyebab
sebenarnya dari hipertensi. Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan
hipertensi karena umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain mengobati hipertensi
juga mengobati penyakit penyerta atau penyakit komplikasi sebagai akibat tekanan
darah tinggi.
4
(Gambar 1. Belimbing Wuluh)
a. Bagian Yang Digunakan
Buah
b. Cara Pemakaian
Tiga buah dicuci lalu dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 3 gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum setelah makan
pagi.
c. Komposisi
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa asam, sejuk.
Menghilangkan sakit (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu, anti
radang, peluruh kencing, astringent. KANDUNGAN KIMIA: Batang: Saponin,
tanin, glucoside, calsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase. Daun:
Tanin, sulfur, asam format, peroksidase, calsium oksalat, kalium sitrat.
(Gambar 2. Seledri)
a. Bagian yang dipakai
Daun dan tangkai
b. Cara Pemakaian
5
Cukup rebus 250 gram herba seledri segar hingga mendidih, dan konsumsi
sehari sekali. Harap diperhatikan, buah seledri dilaporkan mempunyai efek
terhadap siklus menstruasi dan bersifat sebagai bahan aborsi. Karena itu, tidak
boleh dikonsumsi ibu hamil dan menyusui. Cara lain dengan mengkonsumsi
sebagai jus. Sebanyak 100 gram seledri segar di jus ditambah madu secukupnya,
diminum sehari dua kali pagi dan sore.
c. Kandungan Kimia
Flavonoid: apigenin, apiin, isokuersetin, Efek antihipertensi: Apigenin
memiliki efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek
hipotensi. Penelitian lain menunjukkan efek hipotensif dari herba seledri
berhubungan dengan integritas saraf simpatik. Interaksi dengan obat lain:
Antikoagulan seperti aspirin, dalteperin, dan warfarin akan menambah efek
antikoagulan terjadi resiko pendarahan. Interaksi lain dengan obat tetrasiklin
dan klorpromazin meningkatkan fotosensitivitas
6
4. Ketepeng Kecil (Cassia tora Linn.)
7
a. Penggunaan secara umum
Dosis rata-rata harian umbi bawang putih segar adalah 4 g (1 siung bawang
putih 2 kali sehari), sedangkan minyak esensial 8 mg. Untuk hipertensi: Dosis
efektif serbuk bawang putih adalah 200-300 mg 3 kali sehari. Penggunaan
bawang putih dianjurkan bersamaan dengan makanan lain, untuk menegah rasa
tidak enak pada sal cerna.
b. Efek antihipertensi
Senyawa Aliin dalam bawang putih memiliki khasiat antihipertensi dengan
efek vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan tertutupnya kanal Ca (Ca
Channel Blocker) dan terbukanya kanal K sehingga terjadi hiperpolarisasi,
dengan demikian otot akan relaksasi. Sebuah penelitian menyebutkan
pemakaian bawang putih dalam masakan dapat menekan hipertensi dengan
pemakaian sebanyak 134 g per bulan (Qidway, W., et al, 2003)
8
(margosina), kaempferol, resin, tanin, n-triacontane, ß-sitosterol, dan triterpene
kulinone. Kulit akar kurang toksik dibanding kulit kayu. Biji mengandung resin
yang sangat berracun, 60% minyak lemak terdiri dari asam stearat, palmitat,
oleat, linoleat, laurat, valerianat, butirat, dan sejumlah kecil minyak esensial
sulfur. Buah mengandung sterol, katekol, asam vanilat, dan asam bakayanat.
Daun mengandung alkaloid paraisina, flavonoid rutin, zat pahit, saponin, tanin,
steroida, dan kaemferol.
9
2) Buah murbei segar sebanyak 30 g direbus dengan 2 gelas air selama 15
menit mendidih, dinginkan, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum
sehari dua kali sama banyak.
c. Komposisi
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Daun bersifat pahit,
manis, dingin, masuk meridian paru dan hati. Buah bersifat manis, dingin,
masuk meridian jantung, hati, dan ginjal. Kulit akar bersifat manis, sejuk, masuk
meridian paru. Ranting bersifat pahit, netral, masuk meridian hati.
KANDUNGAN KIMIA : Daun murbei mengandung ecdysterone, inokosterone,
lupeol, beta-sitosterol, rutin, moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin, alfa-,
beta-hexenal, cis-beta-hexenol, cis-lamda-hexenol, benzaidehide, eugenol,
linalool, benzyl alkohol, butylamine, aceto'ne, trigonelline, choline, adenin,
asam amino, copper, zinc, vitamin (A, B1, C. dan karoten), asam klorogenik,
asam fumarat, asam folat, asam formyltetrahydrofolik, dan mioinositol. Juga
mengandung phytoestrogens. Bagian ranting murbei mengandung tanin dan
vitamin A. B uahnya mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam
linoleat, asam stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit
batang mengandung (1) triterpenoids: alfa-,beta-amyrin, sitosterol, sitosterol-
alfa- glucoside. (2) Flavonoids: morusin, cyclomorusin, kuwanone A,B,C,
oxydihydromorusin. (3) Coumarins: umbelliferone, dan scopoletin. Kulit akar
mengandung derivat flavone mulberrin, mulberrochromene, cyclomulberrin,
cyclomulberrochromene, morussin, dan mulberrofuran A. Juga mengandung
betulinic acid, scopoletin, alfa-amyrin, beta-amyrin, undecaprenol, dan
dodecaprenol. Biji: urease. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian :
Eedysterone berkhasiat hipoglikemik.
10
(Gambar 9. Tanaman Pulai)
a. Bagian Yang Digunakan
Kulit kayu.
b. Cara Pemakaian
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo
sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing-masing 1/4
genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu
dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2
1/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kaii minum. Setiap kaii minum
cukup 3/4 gelas.
c. Komposisi
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya
pahit, tidak berbau. KANDUNGAN KIMIA : Kulit kayu mengandung alkaloida
ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin,
ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung
pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek
Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai
dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi Unair,
1987). 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi
telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara
invitro menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65
mg/ml (Thresia Ranti, jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1 99 1). 3. Pemberian
infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci
mempunyai efek hipoglikernik (Sulina, Jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1978).
11
10. Pule Pandak (Rauvolfia serpentine [L.] Bentham ex. Ku)
12
(Gambar 11. Tanaman Tempuyung)
a. Bagian Yang Digunakan
Daun dan seluruh bagian tanaman.
b. Cara Pemakaian
Daun tempuyung segar sebanyak 5 lembar dicuci lalu diasapkan sebentar.
Makan sebagai lalap bersama makan nasi. Lakukan 3 kali sehari.
c. Kandungannya
Ekstrak etanol daun tempuyung dosis 300 mg/kgBB mempunyai daya
diuresis sebesar 6‚850 ml‚ sedangkan furosemid dosis 0‚72 mg/kg‚ yang
termasuk dalam diuretik kuat‚ memiliki daya diuresis sebesar 6‚575 ml. Selain
itu‚ tempuyung juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Darah tinggi adalah penyakit yang ditunjukkan oleh tekanan darah
seseorang yaitu sistolik di atas 140 mm Hg dan diastolik di atas 90 mm Hg. Dari
pengertian di atas diketahui bahwa darah tinggi didefinisikan berdasarkan ukuran
dan bersifat generalisasi. Selain itu definisi ini juga bersifat umum sehingga belum
mencakup usia, berat badan, pola hidup, lingkungan dan faktor genetis. Sekitar 90
– 95 % kasus penyakit hipertensi belum dapat diketahui penyebabnya. Tidak dapat
diketahui mengapa seorang menderita hipertensi. Hipertensi seperti itu disebut
Hipertensi esensial.
Menurunkan tekanan darah dilakukan dengan cara:
1. Pengeblok Kalsium
Memperlancar peredaran darah dan menurunkan jumlah air dalam darah
dengan cara mengeblok kalsium agar kalsium kembali ke otot dan tidak
mengikat air serta tidak mengendap di pembuluh darah.
2. Menurunkan tahanan pembuluh darah tepi
3. Diuretika, mengurangi jumlah air dalam plasma darah dengan cara dibuang
sebagai urine.
4. Anti-andrenegik, menurunkan produksi, sekresi dan efektivitas hormon
adrenalin. Vasodilator, melancarkan peredaran darah dengan cara meningkatkan
volume pembuluh darah dan organ-organ yang diisi darah.
Macam macam tumbuhan yang mengandung senyawa yang bisa dijadikan sebagai
oabat antihipertensi antara lain Belimbing Wuluh, Seledri, Bawang Putih,
tempuyung, Mindi kecil, Murbei, Pulai, Mentimun, Pule pendek, Ketepeng kecil,
Bayam Kucing, Dan lainnya.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Utami, P. 2013. Diet Aman dan Sehat Berkat Herbal. Jakarta : Fmedia
Faulina, N. 2013. Kajian Jenis Tumbuhan Obat Hipertensi yang Digunakan Oleh
Masyarakat di Kemukiman Lancok Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.
Banda Aceh: Skripsi tidak diterbitkan.
Wijayakusuma, HM. Hembing, Setiawan, D. (1995). Ramuan Tradisional Obat Darah
Tinggi, Percetakan Swadaya, Jakarta: 45.
Soedibyo, Mooryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan : Manfaat dan Kegunaan. Jakarta :
Balai Pustaka.
Iskandar Yoppi, 2009. [Online]
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/tumbuhan_obat_antihipertensi.
pdf
Kusyanti, Hasanuddin, Djufri. 2016. [Online]
https://media.neliti.com/media/publications/187314-ID-pemanfaatan-tumbuhan-obat-
hipertensi-dan.pdf
15