Anda di halaman 1dari 14

1) Fentanyl

Efek terapi : Fentanyl digunakan sebagai obat bius untuk pasien yang akan melalukan
operasi.
Cara kerja : Fentanil merupakan bentuk sintetis dari turunan phenylpiperidine  yang
berinteraksi dengan reseptor μ-opioid serta beberapa dari reseptor δ dan κ-opioid yang
berlokasi di otak, spinal cord, dan jaringan lain.

1. Efek pada Sistem Saraf Pusat


Fentanil memiliki efek langsung pada pusat sistem pernapasan di batang otak yang
mengakibatkan berkurangnya respon dari peningkatan tegangan karbondioksida serta
stimulasi elektrik yang dapat berujung pada gagal nafas. 
Fentanil normalnya juga menyebabkan miosis (pinpoint pupil), namun apabila
terdapat midriasis pada pengguna opioid maka itu dapat menjadi tanda terjadinya
hipoksia pada pasien tersebut.
2. Efek pada Sistem Kardiovaskular
Fentanil akan menyebabkan vasodilatasi perifer sehingga individu yang mengonsumsi
obat ini akan rentan mengalami hipotensi ortostatik atau sinkop. Manifestasi klinis
lain yang dapat dilihat adalah flushing, mata merah, atau pruritus.
3. Efek pada Sistem Endokrin
Penggunaan fentanil dapat meningkatkan sekresi dari growth hormone,
prolactin  serta insulin dan glukagon. Selain itu, fentanil juga dapat menghambat
sekresi dari hormon adrenokortikotropik, kortisol, dan luteinizing hormone. Hal
tersebut mengakibatkan gangguan pada aksis hypothalamic-pituitary-gonadal yang
dimanifestasikan secara klinis dalam bentuk libido yang rendah, impoten dan
disfungsi erektil.
4. Efek pada Sistem Imun
Opioid seperti fentanil memiliki efek imunosupresif pada penggunaan jangka
panjang. 
5. Efek pada Saluran Gastrointestinal
Fentanil memiliki efek mengurangi motilitas otot yang dikaitkan dengan
meningkatnya tonus otot pada bagian antrum dari lambung dan duodenum yang dapat
menyebabkan konstipasi. Efek opioid lain yang terjadi pada saluran gastrointestinal
adalah berkurangnya sekresi dari pankreas dan biliar, dan peningkatan serum amilase.
Efek samping :
1. Depresi nafas
2. Otot menjadi kaku
3. Tekanan darah menurun
4. Detak jantung menurun
5. Mual dan muntah
6. Berhalusinasi.

Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki riwayat depresi
pernafasan, cedera kepala, dan asma akut. tidak boleh diberikan pada Ibu hamil dan
menyusui.
Dosis :
Anestesi
Dewasa : 50-100 mcg selama 30-60 menit sebelum operasi
Setelah operasi
50-100 mcg disuntikkan melalui otot, diulangi 1-2 jam bila perlu

Kadar obat : Fentanyl asetat 0,05 mg / mL

2) Estradiol
Efek terapi : Estradiol adalah obat untuk meringankan gejala menopause, seperti vagina
kering dan iritasi vagina, yang timbul akibat menurunnya kadar hormon estrogen yang
diproduksi oleh indung telur. Estradiol merupakan estrogen sintetis yang berfungsi
menggantikan estrogen alami yang produksinya turun dalam tubuh.
Cara kerja : Estradiol dihasilkan dari sel pada testis dan oleh jenis tertentu, dan bukti
menunjukkan bahwa mungkin bertanggung jawab untuk mencegah kematian spontan sel
sperma. Peningkatan kadar dapat memiliki efek negatif, termasuk jumlah sperma rendah. Pria
dengan kondisi genetik yang melibatkan kromosom seks, seperti Sindrom Klinefelter, sering
memiliki tingkat yang lebih tinggi dari normal. Estradiol yang mengatur produksi protein
tertentu juga memiliki interaksi yang kompleks dengan hati, termasuk mereka yang
bertanggung jawab untuk pembekuan darah.
Efek samping : Gelisah dan gugup,Depresi, Perubahan berat badan, Hipertensi, Sakit kepala,
Pingsan, Amenorrhea, Payudara membesar dan sensitif terhadap sentuhan, Keputihan, Rasa
tidak nyaman pada vagina, Perut kembung, Kram perut, Mual, Muntah, Mulut
kering,Perdarahan, Ejakulasi tertunda, Influenza , Bengkak kedua tungkai, Ruam kulit,
Munculnya bintik bintik pada kulit, Iritasi kulit pada daerah yang dioleskan estradiol
Kontraindikasi : Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau
memiliki kemungkinan untuk hamil.Estradiol dapat diserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang
menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Dosis : Estradiol tersedia dalam beberapa jenis sediaan dengan anjuran dosis yang
berbeda. Berikut anjuran dosis yang disarankan untuk setiap sediaan:
Sediaan tablet
1) Untuk mengobati kanker prostat, dosisnya 10 mg 3 kali sehari selama minimal 3 bulan.
2) Untuk mengatasi gejala menopause, dosisnya 1-2 mg/hari.
3) Sebagai pencegahan osteoporosis setelah menopause, dosisnya 0,5 mg/hari dalam
siklus regimen.
4) Untuk mengatasi hipogonadisme (kondisi ketika hormon seksual yang dihasilkan oleh
kelenjar seksual berada di bawah jumlah normal, dosis dalam bentuk senyawa valerate
adalah 10-20 mg per 4 minggu.
Sediaan untuk vagina
1) Untuk mengobati atrofi (pengeringan dan penipisan jaringan) vagina dan vulvular
(vagina bagian luar), dosis dalam bentuk krim adalah 2-4 gr/hari selama 2 minggu. Dosis
pemeliharaan sekitr 1 gr 1-3 kali seminggu.
2) Untuk mengobati atrofi setelah menopause dan gejala urogenital, dosis per ring vagina
mengandung 2 mg. Masukkan ring dan biarkan selama 90 hari.
3) Untuk mengobati atrofi vaginitis (peradangan pada vagina yang dapat mengakibatkan
gatal, nyeri, dan keluarnya cairan dari vagina), dosis per tablet mengandung 20 mcg.
Sisipkan 1 tablet sekali sehari selama 2 minggu. Dosis pemeliharaan adalah 1 tablet 2 kali
seminggu. Coba untuk dihentikan atau diturunkan dosisnya dengan interval 3-6 bulan.
Sediaan transdermal (digunakan pada permukaan kulit)
1) Untuk mengatasi gejala menopause, dosis per patch (koyo) 0,025 mg/hari. Gunakan
sekali seminggu. Coba untuk dihentikan atau diturunkan penggunaannya dengan interval
waktu 3-6 bulan.
2) Sebagai pencegahan osteoporosis setelah menopause, dosis koyo mengandung 14
mcg/hari. Gunakan 1-2 kali/minggu.
Kadar obat:
Pada wanita pramenopause, kadar estradiol normal adalah 30-400 pg/ml
Pada wanita pascamenopause, kadar estradiol normal adalah 0-30 pg/ml
Pada pria, kadar estradiol normal adalah 10-50 pg/ml

3) LIDOCAINE

Indikasi : Untuk meringankan gatal-gatal, kulit terbakar atau rasa sakit karena radang kulit.

Kontra Indikasi : Lidocaine dikontraindikasikan pada keadaan berikut ini:

• Hipersensitivitas terhadap lidocaine atau anestesi lokal tipe amide lainnya.

• Sediaan topikal sebaiknya tidak diberikan pada kulit yang inflamasi atau luka.

• Sindrom Adams-Stokes.

• Blok sinoatrial, atrioventrikular, atau interventrikular yang tidak terpasang pacemaker.

• Blok jantung komplit.

• Gagal jantung kronik.

• Hipovolemia

• Sindrom Wolf-Parkinson-White. [1]

Dosis : Pemberian dosis lidocaine disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.


Berikut anjuran dosis yang disarankan:

1. Untuk terapi aritmia, dosisnya 1-1,5 mg/kg. Dapat diberikan ulang jika diperlukan.
Dosis maksimal adalah 3 mg/kg.
2. Untuk terapi aritmia pada pasien yang lebih stabil, dosisnya 50-100 mg. Ulangi
pemberian jika diperlukan dan dosis maksimal 200-300 mg dalam 1 jam (1-4 mg per
menit melalui infus kontinyu).Dosis anestesi lokal dalam larutam 0,5% tanpa
epinephrine adalah 50-300 mg. Maksimal pemberian 4 mg/kg.
3. Dosis intra muskular aritmia ventrikular darurat adalah 300 mg, dan dapat diulang
setelah 60-90 menit jika diperlukan.
4. Untuk blokir saraf simpatetik, diberikan dalam larutan 1% dengan dosis 50 mg untuk
serviks dan 50-100 mg untuk lumbar.
5. Untuk anestesi pada gigi, dosisnya 20-100 mg melalui injeksi dan 10-50 mg dalam
bentuk spray.
6. Untuk terapi rasa nyeri karena penyakit herpes (transdermal patch 5%), dilekatkan
pada kulit 1 kali sehari selama 12 jam. Maksimal menggunakan 3 patch dalam 1 kali
penggunaan.
7. Untuk anestesi laring, 160 mg dalam satu kali dosis (spray).
8. Untuk anestesi topikal, digunakan salep 5% dengan dosis maksimal 20 gram dalam 24
jam, sedangkan gel 2% dengan dosis 120-220 mg

Efek samping : Efek CV (bradycardia, hipotensi, sumbatan jantung, arrhythmia, gagal


jantung, supresi batang sinus, peningkatan defibrilator, insufisiensi vascular, kejang urat
nadi); Efek CNS (agitasi, kecemasan, koma, kepeningan, mengantuk, euphoria, halusinasi,
lethargy, lightheadedness, paresthesia, psychosis, seizure, slurred speech).

Cara kerja : Lidocaine bekerja dengan cara memblokir perpindahan sinyal pada sistem saraf,
sehingga rangsangan sakit tidak akan diterima oleh otak.

Kadar : Dewasa: Gel 2% biasa digunakan sebelum pemasangan kateter urine. Untuk wanita,
60-100 mg. Untuk pria, 100-200 mg.

4) TULEBUTEROL

Efek samping : Anda mungkin merasa pusing, nyeri dada, perasaan berdebar-debar, dan
peningkatan denyut jantung. Juga bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, nyeri otot, masuk
angin, sakit tenggorokan, atau pilek.

Indikasi : asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran napas yang
reversibel.

Kontraindikasi : Takikardia sekunder dari kondisi jantung.

Dosis :

 Tablet
Dosis salbutamol dalam bentuk tablet untuk orang dewasa adalah 4 mg sebanyak 3-4
kali sehari. Dosis untuk orang lanjut usia atau pasien yang terkenal sensitif terhadap
produk ini: dimulai dengan 2 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
 Inhaler
Dosis yang umum diberikan pada orang dewasa adalah 1-2 semprotan dalam 1 kali
pemakaian. Dalam rentang waktu 24 jam, Anda sebaiknya tidak memakai inhaler
lebih dari 4 kali.
Apabila Anda mengidap asma dan mengalami serangan asma mendadak, Anda dapat
menyemprotkan inhaler salbutamol hingga 10 kali. Beri jeda selama 30 detik di antara
setiap semprotan.
 salbutamol untuk anak-anak:
Dosis salbutamol untuk anak 2-6 tahun: 1-2 mg tiga atau empat kali sehari
Dosis salbutamol untuk anak 6-12 tahun: 2 mg tiga atau empat kali sehari
Dosis salbutamol untuk anak di atas usia 12 tahun: 2-4 mg tiga sampai empat kali
sehari
Salbutamol sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah 2 tahun.
Dosis dan aturan pakai salbutamol dalam bentuk inhaler untuk anak-anak tidak
berbeda dengan orang dewasa.

Cara kerja : bekerja dengan melemaskan otot polos asma pada saluran udara yang spasme
akibat serangan asma. Sehingga membantu saluran udara terbuka. Albuterol mempengaruhi
seluruh saluran udara, dari trakea besar ke bronkiolus yang sangat kecil. Ia bekerja dalam
lima hingga delapan menit. Efeknya bertahan tiga hingga enam jam.

Kadar : 2,5 mg

5) Nikotine

Indikasi : membantu penghentian merokok, terapi ketergantungan nikotin.

Kontra indikasi : penyakit kardiovaskular berat, stroke (termasuk TIA), hamil, menyusui;
sediaan patches: penyakit kulit umum kronik; sediaan patch tidak untuk perokok yang hanya
kadang-kadang.

Efek Samping : mual, pusing, nyeri kepala, gejala mirip influenza, palpitasi, dispepsia,
insomnia, vivid dream, mialgia. Efek samping lain yang dilaporkan ialah: nyeri dada,
perubahan tekanan darah, cemas, mudah tersinggung, somnolen, gangguan konsentrasi,
dismenore; dengan sediaan patches: reaksi kulit. (hentikan bila berat).

Dosis :

1. Dosis Dewasa Biasa untuk Berhenti Merokok


> 45 kg:
a) Habitrol atau NicoDerm CQ: 21 mg / hari selama 6 minggu, kemudian 14 mg /
hari selama 2 minggu, kemudian 7 mg / hari selama 2 minggu.
b) Prostep: 22 mg / hari selama 4-8 minggu, kemudian 11 mg / hari selama 2 sampai
4 minggu.
c) Nicotrol: 15 mg / hari selama 6 minggu. Dosis diberikan lebih dari 16 jam. Patch
tidak boleh ditinggalkan di > 16 jam.
d) Permen karet Nicorette: sepotong 4 mg setiap 1-2 jam selama 6 minggu,
kemudian sepotong 4 mg setiap 2 sampai 4 jam selama 3 minggu, kemudian
sepotong 4 mg setiap 4-8 jam selama 3 minggu. Tidak lebih dari 24 potong / hari.
Kunyah permen karet perlahan selama minimal 30 menit. Sebaiknya tidak
digunakan> 6 bulan.
e) Permen pelega tenggorokan: 2-4 mg pastiles setiap 1 sampai 2 jam di mulut
sampai habis (sekitar 20 sampai 30 menit). Gunakan dengan minimum sesuai
yang disarankan dari 9 pelega tenggorokan / hari selama 6 minggu, kemudian 2-4
mg permen setiap 2 sampai 4 jam pada minggu ke 7 sampai 9. Pada awal minggu
10, kurangi dosis untuk satu permen setiap 4 sampai 8 jam. Jangan menggunakan
lebih dari 20 permen / hari. Untuk rencana penggunaan dalam 12 minggu
f) Nicotrol NS: 1-2 mg / jam (2-4 semprotan). Harus menggunakan setidaknya
sesuai dosis minimum yang disarankan dari 8 dosis / hari. Dosis maksimum 40 mg
(80 semprotan) / hari.
g) Nicotrol Inhaler: 6-16 kartrid per hari selama 3 bulan. Kemudian, secara bertahap
dosis harian dikurangi dan kurangi pemakaian inhaler selama 6 sampai 12
minggu. Sebaiknya tidak digunakan> 6 bulan.

2. <45 kg, perokok ringan, penyakit CV.:

a) Habitrol atau NicoDerm CQ: 14 mg / hari selama 6 minggu, kemudian 7 mg / hari


selama 2 minggu.
b) Prostep: 11 mg / hari selama 4 sampai 8 minggu.
c) Permen karet Nicorette: sepotong 2 mg setiap 1-2 jam selama 6 minggu,
kemudian satu potong 2 mg setiap 2-4 jam selama 3 minggu, kemudian satu
potong 2 mg setiap 4 sampai 8 jam selama 3 minggu. Tidak lebih dari 24 potong /
hari. Kunyah permen karet perlahan selama minimal 30 menit. Sebaiknya tidak
digunakan> 6 bulan.
d) Nicotrol NS: 1-2 mg / jam (2-4 semprotan).
e) Nicotrol Inhaler: 6-16 kartrid per hari selama 3 bulan. Kemudian, secara bertahap
kurangi dosis harian dan kurangi pemakaian inhaler selama 6 sampai 12 minggu.
Sebaiknya tidak digunakan> 6 bulan.

Mekanisme Kerja : Nikotin bekerja sebagai sebuah ligan agonis pada pada sebuah reseptor
yang bernama reseptor asetikolin nikotinik (nAChR). Reseptor ini merupakan reseptor
pertama yang diteliti secara ekstensif terkait dengan perannya dalam menyababkan
ketergantungan terhadap nikotin. Peran dari nikotin asetikolin reseptor (nAChR) dalam
meregulasi aktivitas neuronal dan motivasi perilaku sangat kompleks dan bervariasi pada
region otak. Aktivitas neuronal dan pelepasan neurotransmiter pada berbagai region pada
otak diregulasi oleh aktivitas kolinergik endogen dan mungkin dipengaruhi oleh nikotin
asetikolin reseptor (nAChR) eksogen baik agonis maupun antagonis. nACHR terdiri dari
kombinasi 5 sub unit yaitu sub-unit α, β, γ, δ, dan ε. Dari penelitian diketahui bahwa sub unit
α memiliki peranan yang sangat penting dalam peran nikotin sebagai ligan agonis karena
berfungsi sebagai sisi aktif utama Kombinasi sub-unit yang memiliki keterikatan yang tinggi
terhadap nikotin salah satunya (α4)3(β2)2. Jika sisi aktif nACHR yang mengandung
kombinasi (α4)3(β2)2 berikatan dengan nikotin maka kanal ion akan terbuka dan terjadi
pertukaran antara ion Na+ dan Ca+ dengan ion K+ Peristiwa ini akan menyebabkan
terjadinya depolarisasi. neuronal serta peningkatan frekuensi potensial aksi lalu akan memicu
terjadinya aktivasi sistem dopamin mesolimbik pada VTA. Aktivasi dari sistem ini akan
disertai dengan peristiwa modifikasi eksitabilitas intraseluler yang berpengaruh pada
perubahan kerja otak dan berujung pada peristiwa pelepasan neurotransmiter, khususnya
dopamin.

Kadar obat : 5% dari per 100 gram berat tembakau

6) TESTOSTERON

Indikasi : untuk penggantian hormon pada pria yang tidak mampu menghasilkan cukup
testosteron (misalnya, karena hipogonadisme).

kontraindikasi : Kontraindikasi testosteron dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan


kontraindikasi relatif.

1. Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut pada penggunaan testosteron, yaitu:
pria dengan kanker payudara atau kanker prostat
Riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau komponennya
Eritrositosis
PSA > 4 ng/ml atau munculnya nodul atau indurasi pada pemeriksaan rektal digital
Ibu hamil dan menyusui
2. Kontraindikasi Relatif
Kontraindikasi relatif pada penggunaan testosteron, yaitu:
Hematokrit >50%
Obstructive sleep apnea
Gagal jantung kongestif (kelas III atau IV)
Gejala saluran kemih bawah berat
Wanita usia subur yang berencana hamil atau tidak menggunakan kontraseps

Efek samping : Gatal , iritasi, dan ketidaknyamanan di situs aplikasi dapat terjadi selama
beberapa hari pertama saat tubuh Anda menyesuaikan diri dengan tambalan. Efek samping
lain mungkin termasuk jerawat , sakit kepala , rambut rontok , kecemasan , dan perubahan
hasrat seksual.

dosis :

1. Bentuk obat: Obat minum


Dosis awal: 120-160 mg testosterone undecylenate ester per hari.
Dosis lanjutan: 40-120 mg testosterone undecylenate ester per hari.
Bentuk obat: Suntikan otot (intramuskuler/IM)
Dosis testosterone sipionat: 50-400 mg setiap 2-4 minggu.
Dosis testosterone enantat: 50-400 mg setiap 2-4 minggu.
Bentuk obat: Implan bawah kulit (subkutan/SC)
Dosis Implan subkutan: 100-600 mg.
2. Bentuk obat: Transdermal patch
Dosis: 2,5-7,5 mg per hari atau tergantung pada jenis patch.

Cara kerja : Testosteron berikatan dengan reseptor androgen dalam bentuk testosteron dan
dihydrotestosterone (DHT). Selain berikatan dengan reseptor androgen, testosteron juga
dapat dikonversi menjadi estradiol dan mengaktivasi reseptor estrogen. Androgen endogen
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan organ kelamin laki-laki dan memelihara
karakteristik seks sekunder
7) Ethinylestradiol & Norelgestromin

Indikasi : kontrasepsi

Kontraindikasi : Tromboflebitis, gangguan tromboemboli, riwayat gangguan


tromboemboli vena dalam, penyakit arteri serebrovaskular atau koroner, penyakit katup
jantung dengan komplikasi, hipertensi berat, DM dengan keterlibatan vaskular, sakit
kepala dengan gejala neurologis fokal, pembedahan besar dengan imobilisasi
berkepanjangan.

Efek Samping : mual, muntah, sakit kepala, payudara mengeras, BB meningkat,


perubahan libido, reaksi kulit, hipertensi, penurunan fungsi hati, flek di awal siklus, iritasi
lensa kontak,perdarahan vagina, kelelahan, pruritus, kecemasan, pembengkakan.

Dosis :

Kontrasepsi Transdermal

 Tiap tambalan mengandung norelgestromin 6 mg dan etinilestradiol 0,75 mg: 1


tambalan baru diaplikasikan setiap minggu selama 3 minggu, diikuti dengan 1
minggu bebas koyo.
 Tambalan harus diterapkan pada hari yang sama setiap minggu
 Siklus berikutnya harus dimulai segera pada hari setelah minggu bebas patch,
terlepas dari apakah periode menstruasi sudah dimulai atau berakhir.
 Untuk pengguna baru, patch pertama harus digunakan hanya saat pasien mulai
menstruasinya.

Kadar : Patch Ortho Evra adalah perekat 20 cm 2 sekali seminggu yang mengandung 6,0
mg norelgestromin dan 0,75 mg etinil estradiol dan memberikan 150 µg / hari
norelgestromin dan 35 µg / hari etinil estradiol.

Cara kerja :

Deskripsi: Norelgestromin adalah progestogen. Ini digunakan sebagai komponen


progestogenik dari kombinasi patch transdermal kontrasepsi. Ethinylestradiol adalah
estrogen sintetis. Kontrasepsi kombinasi bekerja dengan menekan gonadotropin, sehingga
menyebabkan terhambatnya ovulasi. Ini juga dapat menyebabkan perubahan pada lendir
serviks dan endometrium.

Farmakokinetik:

Distribusi: Norelgestromin dan etinilestradiol terikat pada albumin.


Metabolisme: Baik norelgestromin maupun etinilestradiol dimetabolisme di hati.

Ekskresi: Waktu paruh norelgestromin dan etinilestradiol masing-masing adalah 28 dan


17 jam.

8) Clonidine

Indikasi : clonidine merupakan obat antihipertensi yang poten, baik yang diberikan tunggal
ataupun yang diberikan bersama dengan diuretika. Clonidine bekerja dengan cara
merangsang adrenoreseptor alfa-2 di otak yang mampu mereduksi respon saraf simpatik
dari sistem saraf pusat. Dengan masuk ke dalam aliran darah di otak obat ini dapat bekerja
di hipotalamus untuk menginduksi dan menurunkan tekanan darah, Penurunan rata-rata
tekanan darah sistolik 62, 50 mm Hg, sedang tekanan diastolik berkurang rata-rata 31 ,04 mm
Hg. menurunkan denyut jantung, menurunkan resistensi saraf perifer dan resistensi vaskular
ginjal.

efek samping : berupa mulut kering, kelemahan badan, konsdpasi, sedasi penurunan libido
Keluhan-keluhan tersebut pada umumnya menghilang setelah pengobatan berlangsung
beberapa minggu.

kontra indikasi :

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi
di bawah ini tidak boleh menggunakannya:

a) Diketahui memiliki riwayat hipersensitif atau alergi terhadap kandungan obat ini
b) Penderita bradikardia parah
c) Penderita sick sinus syndrom

indikasi : Clonidine adalah obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan
darah yang terkontrol dapat menurunkan risiko terjadinya stroke, serangan jantung, atau
gangguan ginjal. Obat ini dapat digunakan sebagai pengobatan tunggal atau dikombinasikan
dengan obat-obatan lain. Obat ini dapat digunakan untuk juga untuk Mengatasi hot flush atau
sensasi panas pada saat menopouse,Pencegahan sakit kepala vaskular sepeti
migrain,Mengurangi sakit parah yang diakibatkan kanker,Terapi meringankan dismenore
parah,Sebagai detoksifikasi pada pesien yang menjalani terapi pengurangan kecanduan
opioid, alkohol dan nikotin
Mekanisme kerja : antihipertensi clonidine ini diduga melalui dua jalan, efek sentral dan efek
perifer :

Efek sentral: bekerja sedatip di sentrum vasomotor dengan memodifikasi impuls


aferen yang menyebabkan outflow dari saraf simpatik menurun, sedang parasimpatik
naik. Refleks simpatik tetap intak (tidak berubah).

Efek Perifer bekerja di tunica media pembuluh darah, walaupun efek ini baru tampak
setelah beberapa hari pengobatan. menduga efeknya seperti preparat beta- blocker,
karena dapat menyebabkan bradikardia, di samping efek clonidine menjadi hilang
dengan pemberian alpha blocker, sedang (Nayler et al.1971) berpendapat bahwa
penurunan output jantung dan detak jantung juga merupakan manifestasi stimulasi
sentral dan bukan merupakan efek inotropik negatip. Penurunan rata-rata tekanan
darah sistolik 62, 50 mm Hg, sedang tekanan diastolik berkurang rata-rata 31 ,04 mm
Hg.

Dosis : pengobatan hipertensi dengan hidroklorida clonidine dosisnya harus disesuaikan


secara individual. Akan tetapi clonidine efektip dalam dosi s yang relatip sangat kecil

Hipertensi

 Secara intra Vena


Dosis dewasa: 150-300 mcg diberikan menggunakan injeksi subkutan selama 10 - 15
menit, dapat diulangi hingga maksimum 750 mcg dalam selang waktu 24 jam.
 Secara oral
Dosis dewasa: 50-100 mcg tiga kali sehari, dapat ditingkatkan sebanyak dua atau tiga
kali tergantung respon terhadap obat ini. Dosis perawatan: 300-1.200 mcg per hari,
beberapa orang mungkin membutuhkan hingga 1.800 mcg per hari. Maksimum
penggunaan per hari: 2.400 mcg.
 Secara transdermal
Dosis dewasa: dalam bentuk patch 100-300 mcg/hari. Gunakan patch sekali
seminggu.
Mengatasi hot flus menopouse dan mencegah migrain
 Dosis dewasa: 50 mcg dua kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 75 mcg dua kali
sehari jika tidak terjadi penurunan gejala setelah penggunaan 2 minggu
Mengatasi nyeri parah akibat kanker
 Dosis dewasa: menggunakan cara epidural (di infuskan langsung ke area
apidural tulang belakang) sebanyak 30 mcg/hari dikombinasikan dengan penggunaan
sedatif jenis opioid untuk mengatasi nyeri yang timbul. Dapat ditambahkan dosisnya
sesuai respon yang timbul.

Kadar : Clonidine 0.15 mg/tab

9) Nitroglycerine

Efek terapi : Nitroglycerin merupakan obat yang digunakan untuk


mencegah nyeri dada (angina) pada penderita penyakit jantung koroner. Obat ini
termasuk golongan nitrat yang bekerja merileksasi pembuluh darah dan
memperlebar pembuluh darah sehingga dapat mengalir lebih mudah ke jantung.

Efek samping : Obat nitroglycerin dapat menyebabkan efek samping yang sering
terjadi jika dikonsumsi seperti: sakit kepala, pusing, kepala ringan, mual, muntah,
kelemahan, hipotensi ortostatik, edema perifer, bradikardia, takikardia,
pingsan/sinkop, sulit bernapas, rhinitis, faringitis, xerostomia,
parestesia/kesemutan, kelemahan otot.

kontra indikasi : Jangan mengonsumsi obat ini jika mempunyai kondisi medis
seperti:Hipotensi, Sakit kepala berulang, Glaukoma

indikasi : Nitrogliserin sobat yang termasuk dalam golongan vasodilator, obat ini


bekerja dengan cara memperlebar diameter pembuluh darah.

cara kerja : Nitrogliserin atau gliseril trinitrat merupakan obat golongan nitrat
yang digunakan untuk mengurangi nyeri dada pada angina pektoris, edema paru
akut, dan hipertensi pulmonal. Angina disebabkan karena otot jantung tidak
mendapatkan aliran darah yang kuat, sehingga nitrogliserin bermanfaat
meredakan angina melalui venodilatasi untuk meningkatkan aliran darah ke
miokard.

Pengaruh nitrogliserin berperan dalam vasodilatasi, permeabilitas sel, fungsi


platelet, dan proses inflamasi. Nitrogliserin masuk ke dalam otot polos pembuluh
darah dan dikonversikan menjadi nitrit oksida yang menginduksi sintesis cGMP
dan vasodilatasi. Oleh karena itu, selain digunakan dalam kasus angina pektoris,
nitrogliserin juga digunakan pada kasus lainnya seperti edema paru akut dan
hipertensi pulmonal.

Dosis : Dosis yang diberikan mungkin bervariasi berdasarkan kondisi individu.


Selama pengobatan, dokter akan melihat respon terhadap pengobatan dan
melakukan penyesuaian dosis bila diperlukan.

Angina tidak stabil (intravena)

Dewasa: Awalnya, 5-15 mcg / menit dapat ditingkatkan menjadi 200 mcg /
menit.

Angina tidak stabil (tablet kunyah)

Dewasa: Hingga 5 mg.

Gagal jantung (tablet kunyah)

Dewasa: 5-25 mcg / menit

Serangan jantung (intravena)

Dewasa: 10-100 mcg / mnt, diawali dengan dosis rendah lalu ditingkatkan
sesuai dengan respon pasien

Tablet oral

Dewasa: 2,5-6,5 mg 3-4 kali sehari, sesuaikan menurut respons. Maksimal:


26 mg 4 kali sehari. (Mims)

Kadar : Glyceryl trinitrate (Nitroglycerin) 2.5 mg/tab

10) Scopalamine

Efek terapi : Scopolamine adalah obat yang digunakan untuk mencegah mual dan muntah.
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi sekresi organ-organ tertentu dalam tubuh seperti
lambung dan usus. Selain itu, obat ini juga bekerja mengurangi sinyal saraf yang memicu
perut untuk muntah.  Obat ini juga bekerja dengan menurunkan kontraksi usus dengan
menghambat aktivitas saraf parasimpatis.
Efek samping : Obat scopolamine dapat menyebabkan efek samping berupa takikardia,
penglihatan kabur, pusing, mengantuk, sembelit, mulut kering, kelelahan, sembelit,
tenggorokan kering, hidung kering, gatal, kembung, ruam, serta sulit mentoleransi panas. 

Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan kepada penderita glaukoma, miastenia gravis,


megakolon, hipertrofi prostat dengan kecenderungan retensi urin, porfiria, takikardia,
penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.

Indikasi :
1. Mual dan muntah yang berhubungan dengan mabuk perjalanan.
2. Mual dan muntah pasca operasi (PONV) terkait dengan pemulihan dari anestesi dan / atau
analgesia opiat dan pembedahan.

Cara kerja : Scopolamine bekerja pada sistem saraf pusat dengan memberikan rasa tenang
pada perut.

Dosis :
Scopolamine dalam sediaan oral :
1. Untuk mengatasi kram pada sistem berkemih, obat ini diberikan dalam bentuk
scopolamine butilbromida dosis 20 mg 4 kali sehari
2. Untuk mencegah babuk perjalanan, diberikan dalam bentuk scopolamine
hidrobromida dosis 300 mcg yang diminum 30 menit sebelum perjalanan lalu 300
mcg setiap 6 jam bila diperlukan. Dosis maksimal adalah 3 dosis dalam sehari.
Scopolamine yang diberikan melalyui intravena dan intramuskural:
1. Untuk mengatasi kram sistem berkemih, diberikan dalam bentuk scopolamine
butilbromida dengan dosis 20 mg, diulang 30 menit kemudian. Dosis maksimal
100 mg/hari
Scopolamine dalam sediaan subkutan
1. Untuk mencegah mual muntah diberikan scopolamine hidrobromida 0.3-0.6 mg
2. Pencegahan mual muntah sebelum operasi dibeirkan scooplamine hidrobrmoida
0.6 mg 3-4 kali sehari
Scopolamine dalam sediaan tetes mata
1. Untuk mengobati midriatik dan sikloplegik : 0.25% larutan scopolamine
hidrobromida 1-2 tetes 1 jam sebelum prosedur
2. Mengobati iridosiklitis yang diberikan dalam bentuk larutan scopolamine
hidrobromida 0.25% diberikan 1-2 tetes hingga 4 kali sehari
Scopolamine dalam sediaan transdermal
1. Untuk pencegahan mabuk perjalanan dosisnya 1 mg untuk 3 hari, tempelkan 4 jam
sebelum perjalanan.
Kadar : -

Anda mungkin juga menyukai