Anda di halaman 1dari 25

1

AKTIVITAS TOKSISITAS INVITRO BEBERAPA TANAMAN


FAMILI ANACARDIACEAE DENGAN METODE BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

NAMA : NISRINA
STAMBUK : 15020160079
PEMBIMBING : 1. Dr. HASNAENI, S.Si., M.Sc., Apt.
2. Dr. ASNI AMIN, S.Si., M.Farm., Apt.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki

keanekaragaman hayati. Hutan tropis Indonesia memiliki sekitar 30.000

jenis tumbuhan, dimana sebanyak 1.845 spesies telah diidentifikasi

memiliki khasiat sebagai obat (Abdullah, Mustikaningtyas & Widianingrum

2010, h. 75).

Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadis riwayat imam bukhori :

‫َما أَ ْن َز َل هللاُ َدا ًء إِاَّل أَ ْن َز َل َل ُه ِش َفا ًء‬


Artinya : “Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali Dia juga
menurunkan penawarnya”. (HR. Al-Bukhori).

Tumbuhan obat merupakan suatu tumbuhan yang mengandung zat

aktif pada salah satu atau seluruh bagiannya yang dapat dimanfaatkan

untuk mengobati suatu penyakit. Bagian tumbuhan yang dapat

dimanfaatkan meliputi daun, buah, bunga, biji, akar, rimpang, batang, kulit

kayu, dan getahnya (Sada & Tanjung 2010, h. 40). Dimana masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
2

menggunakannya dengan cara ditumbuk, direbus, diremas, dan

digosokkan (Susiarti, Rahayu & Royyani 2015, h. 214).

Salah satu tumbuhan yang dapat bermanfaat sebagai obat yang

banyak digunakan masyarakat secara turun temurun yaitu tumbuhan yang

berasal dari famili anacardiaceae. Dimana famili anacardiaceae ini

memiliki sekitar 60-80 genus dengan 600 species tumbuhan. Contoh

empat genus diantaranya yaitu genus mangifera, anacardium, spondias,

bouea, dan spesies dari keempat genus tersebut adalah mangga

(Mangifera indica), asam hambawang (Mangifera caesia), kasturi

(Mangifera casturi K.), kuweni (Mangifera odorata), jambu monyet

(Anacardium occidentale L.), kedondong (Spondias pinnata K.), dan

gandaria (Bouea macrophylla) (Latifah & Dharmono 2018, h.306).

Tumbuhan yang berasal dari famili anacardiaceae sendiri banyak

mengandung senyawa-senyawa kimia seperti senyawa terpen, saponin

dan fenolat (Rosyidah 2011, h.1). Selain itu, tumbuhan dari famili ini juga

memiliki berbagai aktivitas farmakologi yang telah dilakukan pengujian

sebelumnya yaitu diantaranya ekstrak kulit batang Mangifera indica yang

menunjukkan aktivitas melindungi sel T dari AICD secara in vitro

(Hernandez et al. 2007), sebagai antioksidan, antiinflamasi, mempunyai

efek imunomodulator dengan sifat racun yang rendah sampai 2000mg/kg

(Gonzalez et al. 2007).

Biasanya tumbuhan obat dapat bersifat toksik (Sangi dkk. 2012),

sehingga perlu dilakukan penelusuran mengenai pengujian toksisitas

untuk mengetahui pada konsentrasi minimum berapa tumbuhan tersebut

Universitas Muslim Indonesia


3

bersifat toksik (Tulangow 2016). Selain itu, dengan mengetahui aktivitas

toksisitas suatu tumbuhan, kita juga dapat mengetahui apakah tumbuhan

tersebut juga memiliki potensi sebagai antikanker, dimana pengujian

tahap awal yang perlu dilakukan yaitu uji toksisitas. Dan salah satu

metode awal yang dapat digunakan yaitu metode Brine Shrimp Lethality

Test (BSLT). BSLT merupakan metode awal yang banyak digunakan

dalam penelusuran aktivitas antikanker, dimana metode ini telah terbukti

memiliki korelasi dengan aktivitas antikanker. Selain itu, metode ini juga

mudah dikerjakan, murah, cepat, dan cukup akurat (Meyer et al. 1982).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana aktivitas toksisitas invitro beberapa tanaman famili

anacardiaceae dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu :

1. Apakah beberapa tanaman famili anacardiacea memiliki aktivitas

toksisitas terhadap A. salina L. ?

2. Berapa nilai LC50 (Lethal concentration 50) yang dapat menghambat

pertumbuhan A. salina L. ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk melakukan

literature review atau tinjauan pustaka mengenai aktivitas toksisitas

invitro beberapa tanaman famili anacardiaceae terhadap Artemia

salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).


Universitas Muslim Indonesia
4

2. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

potensi toksisitas invitro beberapa tanaman famili anacardiaceae

dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap A.

salina L.

3. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

nilai LC50 (Lethal concentration 50) dari beberapa tanaman famili

anacardiaceae yang dapat menghambat pertumbuhan larva udang (A.

salina L.).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut serta

menambah pengetahuan mengenai beberapa tanaman famili

anacardiaceae yang banyak mengandung senyawa berkhasiat.

2. Manfaat Praktis

Peneliti dapat mengetahui tingkat toksisitas dari beberapa

tanaman famili anacardiacea, dan memberikan informasi kepada

masyarakat khususnya bagi pengguna dan produsen obat tradisional

tentang keamanannya sebagai obat tradisional.

Universitas Muslim Indonesia


5

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dapat disusun suatu kerangka pemikiran

yang disajikan dalam bentuk bagan berikut ini :

Tanaman famili
anacardiaceae

Kandungan kimia antara lain


senyawa terpen, saponin dan
fenolat (Rosyidah 2011, h.1)

Aktivitas farmakologinya yaitu


diantaranya ekstrak kulit batang
Mangifera indica yang
menunjukkan aktivitas melindungi
sel T dari AICD secara in vitro
(Hernandez et al. 2007), sebagai
antioksidan, antiinflamasi,
mempunyai efek imunomodulator
dengan sifat racun yang rendah
sampai 2000mg/kg (Gonzalez et al.
2007).

Metode Brine Shrimp Lethality


Aktivitas Toksisitas
Test (BSLT)

Data Ilmiah

Universitas Muslim Indonesia


6

F. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu beberapa tanaman famili

anacardiaceae memiliki aktivitas toksisitas.

Universitas Muslim Indonesia


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Famili Anacardiaceae

Famili Anacardiaceae mempunyai sekitar 60-80 marga dengan 600

jenis (Latifah & Dharmono 2018, h.306). Steenis (2013) mendeskripsikan

lengkap bangsa mangga-manggaan ini. Tanaman berkayu dengan

saluran damar. Daun tersebar, tunggal atau menyirip ganjil. Daun

penumpu tidak ada. Tanaman berumah 1 atau 2. Bunga beraturan atau

sedikit tidak beraturan, berkelamin 1 atau 2, kadang-kadang berkelamin

campuran; dalam malai. Daun berkelopak 4-5, bersatu atau tidak bersatu.

Daun mahkota 4-5, berdaun lepas, atau tidak berdaun. Benang sari 10

atau 5, jarang lebih, seringkali mereduksi menjadi staminodia. Bakal buah

menumpang atau setengah tenggelam, beruang 1-10, seringkali 3-1,

seingkali miring, kadang-kadang bertangkai pendek; kadang-kadang

beberapa bakal buah lepas. Bakal biji per ruang satu. Buah batu.

a. Genus Mangifera

Menurut Steenis (2013), genus Mangifera berhabitus pohon

dengan tinggi 8-30 meter. Daunnya bertangkai dengan bentuk lanset

memanjang, dengan ujung runcing, memiliki tekstur seperti kulit,

dengan panjang 10-32 cm dan lebar 2-10 cm, pada kedua belah sisi

tulang daun tengah dengan jumlah 12-25 tulang daun samping; daun

yang muda menggantung lemas, dan berwarna ungu tua. Bunga

berkelamin campuran berumah satu. Memiliki tipe bunga malai dengan

Universitas Muslim Indonesia


8

panjang 6-40 cm, kadang-kadang berambut rapat; anak tangkai

berukuran 2-4 mm. Memiliki bunga yang kerapkali berbilangan 5.

Daun kelopak dengan bentuk bulat telur memanjang, berwarna

putih, kemudian kerapkali berwarna keunguan, dengan 3 tulang daun

berwarna kuning atau ungu, memiliki panjang 3-5 mm, benang sari

sama panjang dengan mahkota; staminodia sangat pendek, seperti

benang sari tertancap pada tonjolan dasar bunga. Tonjolan berbentuk

bantal. Buah sangat berubah-ubah bentuk, besar dan warnanya, bentuk

bola sampai ellipsoid, dengan pangkal yang miring, panjang 4-25 cm.

daging buah kuning atau orange, berserabut atau tidak. Bii batu

berdinding tebal, masa perbuahan juni-oktober; 1-500 mm, terutama di

daerah dengan musim kemarau yang kuat, ditanam untuk buahnya.

b. Genus Anacardium

Menurut Steenis (2013), genus ini berhabitus pohon yang

berbatang bengkok, bercabang dekat tanah; tinggi 8-12 m;

mengandung lem. Ranting hanya berdaun pada ujungnya. Daun

bertangkai, bulat telur terbalik, kebanyakan dengan pangkal runcing

dan ujung membulat, melekuk ke dalam, gundul, 8-22 kali 5-13 cm.

bunga berumah satu, berkelamin campuran. Malai berbentuk malai

rata, lebar 15-25 cm, berambut.

Daun pelindung bulat telur memanjang lebar, meruncing, panjang

0,5-1 cm. anak tangkai bunga 2-5 mm. kelopak berambut, tinggi 4-5

mm. daun mahkota runcing, berambut, putih, segera berganti warna

merah. Panjang lk I cm, tonjolan daun bunga sangat kecil. Bunga jantan

Universitas Muslim Indonesia


9

: tangkai sari panjang 1 cm; staminodia terkurung dalam mahkota; putik

rudimenter, terkurung dalam tabung benang sari. Benang sari panjang

lk 6 mm; staminodia 2-4 mm, bakal buah oval lebar. Tangkai buah

bentuk buah pir sampai bentuk jantung terbalik, kuning, kadang-kadang

bernoda merah, panjang 4-7,5 cm. Buah coklat tua, tinggi lk 3 cm.

Perbuahan terjadi antara Februari-November.

c. Genus Spondias

Menurut Steenis (2013), genus Spondias ini berhabitus pohon

yang menggugurkan daunnya; tinggi 10-40 m. anak daun 5-13, boleh

dikatakan berhadapan, bertangkai, memanjang, dengan pangkal

runcing, kadang-kadang miring dan ujung meruncing, tepi rata atau

sedikit beringgit, 8-20 kali 2,5-8 cm. bunga hampir selalu duduk,

berumah satu berkelamin campuran. Kelopak yang gundul berbagi,

daun mahkota panjangnya 3 mm dengan tulang daun tipis.

Benang sari atau staminodia 2 kali banyak daun mahkota,

tertanam dibawah tonjolon dasar bunga yang berbentuk cincin. Tangkai

putik pada bunga yang berkelamin 2 dan bunga betina 4-5. Buah

berbentuk bola atau bulat memanjang lebar, berwarna kuning

kejinggaan, tinggi 3-5 cm, pahit; biji diantara kerangkanya berserabut

banyak. Masa perbuahan antara bulan Juni-September.

d. Genus Bouea

Menurut Dasuki (1991), genus Bouea merupakan pohon dengan

getah bening menjadi hitam. Tidak ada tonjolan daun yang berlawanan,

distichous (dalam satu bidang sepanjang ranting). Bunga kecil,

Universitas Muslim Indonesia


10

ditempatkan dalam perbungaan bercabang kecil. Buah berukuran 3 cm,

berwarna oranye-merah dan merupakan buah berdaging. Pohon

setinggi 27 m dan diameter 55 cm. Batang berwarna coklat keabu-

abuan, atau berwarna gelap. Terminal (vegetatif) tunas berbentuk

ovoid, 4-6 x 3,5-5 mm, sisik dari pasangan luar biasanya lebih pendek

dari total panjang tunas. Daun coriaceous, ovate-lonjong sampai ke

langit-langit, atau elips hingga eliptik sempit, (11,5-) 14,5-30 dari (4-) 5-

8 cm (pada spesimen steril sampai 45 kali 13 cm).

Perbungaan aksiler dan berbentuk malai, panjang 4 - 12 cm.

Bunga tetramerus, kecil, cuping kelopak bundar telur melebar, daun

mahkota lonjong sampai bundar telur terbalik dan berwarna kekuningan

yang segera berubah menjadi coklat. Buah pelok, agak bulat, bergaris

tengah 2,5 - 5 cm, kuning sampai orange, rasanya asam sampai manis

dengan bau yang cukup khas (Steenis 2013).

B. Toksisitas

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat

pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis respon yang khas

dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan

informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi

pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis

penggunaannya demi keamanan manusia (Lestari dkk. 2017, h. 99).

Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model, berguna untuk

melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia

terhadap suatu sediaan uji hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan

Universitas Muslim Indonesia


11

secara mutlak untuk membuktikan keamanan suatu bahan pada manusia,

namun dapat memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan

membantu identifikasi efek toksik bila dipaparkan pada manusia. Faktor-

faktor yang menentukan hasil uji toksisitas secara in vivo dapat dipercaya

adalah pemilihan spesies hewan uji, galur dan jumlah hewan serta

penanganannya, cara pemberian sediaan, pemilihan dosis, efek samping

sediaan, tehnik dan prosedur pengujian (Lestari dkk. 2017, h. 100).

Pengujian toksisitas biasanya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

(Harmita & Radji 2008, h. 42) :

1. Uji toksisitas akut

Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji

sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas jangka pendek (subkronis)

Uji ini dilakukan dengan membrikan zat kimia tersebut berulang-

ulang biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka

waktu kurang lebih 10% masa hidup hewan, yaitu 3 bulan untuk tikus

dan 1 atau 2 tahun untuk anjing. Namun, beberapa peneliti

menggunakan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian

zat kimia selama 14 da 28 hari.

3. Uji toksisitas jangka panjang (kronis)

Percobaan jenis ini mencakup pemberian zat kimia secara

berulang selama 3-6 bulan atau seumur hidup hewan, misalnya 18

bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing

Universitas Muslim Indonesia


12

dan monyet. Memperpanjang percobaan kronis lebih dari 6 bulan tidak

akan bermanfaat, kecuali untuk percobaan karsinogenik.

C. Uraian Tentang BSLT

Uji toksisitas yang biasa dilakukan adalah BSLT (Brine-Shrimp

Lethality Test) karena senyawa-senyawa yang memiliki bioaktivitas

tertentu sering kali bersifat toksik terhadap larva udang. Oleh karena itu,

kemampuan untuk mematikan larva udang dapat digunakan sebagai uji

pendahuluan yang cepat dan sederhana untuk mengetahui bioaktivitas

suatu senyawa secara in vivo (Kristanti dkk. 2008, h. 148).

Meyer dan Ferrigni (1982) memanfaatkan A. salina L. untuk menguji

aktivitas biologis secara umum dan digunakan pertama kali oleh Institut

Kanker di Amerika Serikat. Penelitian-penelitian terhadap senyawa-

senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker memerlukan

biaya yang cukup besar, oleh karena itu pengujian dengan A. salina L. ini

dipakai sebagai uji pendahuluan. Apabila dalam pengujian menggunakan

A. salina L. Ini memperlihatkan hasil yang cukup baik, maka dapat

dilakukan pengujian lebih lanjut (Kristanti dkk. 2008, h. 148).

Brine Shrimp LethalityTest (BST) merupakan salah satu metode uji

toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif

yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai

bioassay guided fractionation dari bahan alam karena mudah, cepat,

murah, dan cukup reproduksibel. Beberapa senyawa bioaktif yang telah

berhasil diisolasi dan aktivitasnya dimonitor dengan BST menunjukkan

Universitas Muslim Indonesia


13

adanya korelasi terhadap suatu uji spesifik antikanker (Harmita & Radji

2008, h. 77).

Penggunakaan BST sebagai bioassay pertama kali dilaporkan oleh

tarpley untuk menentukan keberadaan residu insektisida, menentukan

senyawa anestetik, serta menentukan tingkat toksisitas air laut.

Selanjutnya, Meyer dan kawan-kawan menggunakan BST dalam

penapisan senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak tanaman

yang ditunjukkan sebagai toksisitas terhadap larva Artemia salina Leach.

Toksisitas ditentukan dengan melihat harga LC 50 yang dihitung

berdasarkan analisis probit. Ekstrak ditentukan dengan melihat LC 50 lebih

kecil atau sama dengan 1000 μg/mL (LC50 ≤ 1000 μg/mL) (Harmita & Radji

2008, h. 77).

Selain menggunakan pengerat untuk uji toksisitas, larva udang

(Artemia salina Leach) dapat juga digunakan untuk mengetahui sifat toksik

bahan alam. Metode yang menggunakan larva udang untuk uji toksisitas

disebut Brine Shrimp Lethality Test (BST) (Harmita & Radji 2008, h. 78).

D. Uraian Artemia salina Leach

1. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari larva udang (A. salina L.), yaitu (Mudjiman

1995) :

Divisi : Animal

Phylum : Arthropoda

Kelas : Crustaceae

Subkelas : Branchiopoda

Universitas Muslim Indonesia


14

Ordo : Anostraca

Familia : Arthemidae

Genus : Artemia

Species : Artemia salina Leach

2. Morfologi

Artemia salina, Leach diperdagangkan dalam bentuk telur istirahat

yang dinamakan kista. Kista ini bentuk bulatan-bulatan kecil berwarna

kelabu kecoklatan dengan diameter berkisar 200-300 μm (Mudjiman

1995).

Kista berkualitas baik, apabila diinkubasi dalam air berkadar

garam 5-70 permil akan menetas sekitar 18-24 jam. Artemia yang baru

menetas disebut nauplius, berwarna orange, berbentuk bulat lonjong

dengan panjang sekitar 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 0,002

mg. Nauplius berangsur–angsur mengalami perkembangan dan

perubahan morfologis dengan 15 kali pergantian kulit hingga menjadi

dewasa. Pada setiap pergantian kulit disebut instar (Mudjiman 1995).

Artemia dewasa biasanya berukuran panjang 1-2 cm yang

ditandai adanya tangkai mata yang jelas terlihat pada kedua sisi bagian

kepala, antena sebagai alat sensori, saluran pencernaan yang terlihat

jelas, dan 11 pasang thorakopoda. Pada Artemia jantan, antena

berubah menjadi alat penjepit, sepasang penis terdapat dibagian

belakang tubuh, sedangkan pada Artemia betina antena mengalami

penyusutan. Sepasang indung telur atau ovarium terdapat di kedua sisi

saluran pencernaan, dibelakang thorakopoda (Mudjiman 1995).

Universitas Muslim Indonesia


15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai selesai.

Dilaksanakan di Laboratorium Famakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian review studi literatur ini adalah metode narative

review yaitu suatu metode yang tidak memiliki panduan tertentu (non-

systematic review).

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Handphone, Laptop (Hp), dan seperangkat alat tulis menulis.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aplikasi

mendeley tipe free, jurnal nasional dan internasional ber ISSN (minimal

5 dan maksimal 10 jurnal).

D. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan Laptop

Adapun laptop yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laptop

merk hp yang dilengkapi dengan CPU, display, koneksi, RAM 4 GB,

dan software windows 10.


Universitas Muslim Indonesia
16

2. Menyiapkan software pengumpulan referensi

Adapun software yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

mendeley free.

3. Mengumpulkan literatur terkait aktivitas toksisitas bebepa tanaman

famili anacardiaceae

Pengumpulan literatur dilakukan dengan mencari dan

mendownload jurnal terkait, baik jurnal nasional yang ber ISSN maupun

internasional melalui google scholar, PubMed, Scopus, dan Web of

Science.

4. Menyiapkan literature dengan software mendeley

Jurnal yang telah didownload disimpan pada software mendeley

dengan cara pencarian literature mendeley harus diaktifkan secara

online, dengan cara klik literatur search, masukkan kata kunci (penulis,

judul, atau topik) dokumen yang diinginkan, tekan enter, kemudian klik

dokumen tersebut, dan save reference.

5. Menyusun buku skripsi secara sistematis

Menyusun buku skripsi dengan mengutip tulisan terkait dengan

tokpik skripsi berdasarkan jurnal yang telah didownload dengan

mengikuti buku petunjuk penulisan skripsi fakultas farmasi, dan pada

akhir kutipan dituliskan kode atau nama pengarang pada jurnal yang

dikutif, dan daftar referensi menggunakan mendeley secara otomatis

akan tampil didaftar pustaka dan akan dapat dibuka file jika diklik 2 kali

pada nama penggunaan yang dituliskan diakhir kutipan.

Universitas Muslim Indonesia


17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Uji Toksisitas beberapa Tanaman Famili Anacardiaceae

Berdasarkan jurnal yang telah dikumpulkan dan digunakan terdapat

beberapa tanaman famili anacardiaceae yang memiliki aktivitas toksisitas

invitro, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Nilai LC50 dari beberapa tanaman famili Anacardiaceae

No. Sampel Ektrak Nilai LC50


n-heksan 471,9543

Kulit batang Etil asetat 534,5209


1 ambacang (Mangifera Metanol 678,4221
foetida L.) Senyawa isolasi
{Triterpenoid (Mangiferens 22,1615
B)}
Kulit batang rengas
2 Etanol 96% 599,79
(Gluta renghas)
Daun Binjai
3 Etanol 70% 489.059
(Mangifera caesia)
Daun kedondong
4 pagar (Lannea Etanol 49,24
coromandelica)
Daun ramania (Bouea
5 Etanol 408,95
macrophylla G.)
Kulit batang kasturi
6 Metilen klorida 47,31
(Mangifera casturi)

B. Pembahasan

Toksisitas adalah kemampuan suatu ekstrak atau senyawa kimia

yang dapat menyebabkan toksik (racun) terhadap sistem biologi yang

dipaparnya. Sedangkan uji toksisitas yaitu suatu uji yang dilakukan untuk

mendeteksi efek toksik (racun) suatu senyawa kimia atau ekstrak

terhadap sistem biologi yang dipaparnya, selain data toksik yang diperoleh

kita juga dapat mengetahui tingkat keamanan dari suatu ekstrak


Universitas Muslim Indonesia
18

(senyawa) atau konsentrasi (dosis) minimum yang dapat berefek toksik

(racun) (Lestari dkk. 2017, h.99).

Salah satu metode skrining awal yang dapat digunakan dalam uji

toksisitas yaitu Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). BSLT merupakan

metode skrining awal untuk mendeteksi suatu senyawa aktif (bioaktif)

yang bersifat toksik dari bahan alam (Harmita & Radji 2008, h. 77). Selain

itu, metode ini juga merupakan metode awal yang banyak digunakan

dalam penelusuran aktivitas antikanker, dimana metode ini telah terbukti

memiliki korelasi dengan aktivitas antikanker. Dan metode ini juga mudah

dikerjakan, murah, cepat, dan cukup akurat (Meyer et al. 1982).

Hewan uji yang biasa digunakan dalam metode BSLT yaitu Artemia

salina L. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Juhaerih (2013),

salah satu alasan kenapa digunakannya A. salina L. sebagai hewan uji

yaitu karena larva ini memiliki kesamaan dengan mamalia, seperti

kesamaan pada struktur subunit RNA-polymerase II pada A. salina L.

mirip dengan RNA-polymerase II pada kelenjar timus anak sapi, hati tikus,

sel HeLa (salah satu sel kanker turunan dari sel epitel leher rahim

manusia) dan yeas.

Berdasarkan studi literatur (jurnal) yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel 1, bahwa beberapa tanaman yang berasal dari famili

anacardiaceae memiliki aktivitas toksisitas yang ditunjukkan dengan nilai

LC50 yang kurang dari 1000 ppm. Dimana suatu senyawa dapat dikatakan

toksik apabila memiliki nilai LC 50 ¿ 1000 ppm (Meyer et al. 1982), LC50

(Lethal concentration) yaitu suatu konsentrasi yang dapat menyebabkan

Universitas Muslim Indonesia


19

kematian dari hewan uji sebanyak 50% (Nursal, Wulandari & Rio 2016,

h.13).

Adapun tanaman yang dikaji dalam penelitian ini yaitu kulit batang

ambacang (Mangifera foetida L.), kulit batang rengas (Gluta renghas),

daun binjai (Mangifera caesia), daun kedondong pagar (Lannea

coromancelica), daun ramania (Bouea macrophylla G.), dan kulit batang

kasturi (Mangifera casturi). Yang dimana semua tanaman tersebut

merupakan tanaman yang berasal dari famili anacardiaceae dan telah

dilakukan pengujian toksisitas dengan menggunakan metode BSLT

sebelumnya. Dan tanaman-tanaman tersebut juga memiliki kandungan

senyawa kimia yang mirip satu sama lain, dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Tabel 2. Kandungan Senyawa Kimia Beberapa Tanaman Famili


Anacardiaceae
No
Tanaman Kandungan senyawa
.
Polifenol, saponin, senyawa isolasi (mangiferenes
A,mangiferenes B, mangiferzene glucoside,
mangiferolic acid, isomangiferolic acid,
mangiferonic acid, 27-hydroxymangi-feronic acid,
Kulit batang mangiferadiol, 24-oxocycloart-25-en-3b-ol, 3b
1 ambacang (Mangifera taraxerol, betulinic acid, ligballinol, (+)-
foetida L.) syringaresinol, vanillin, protocatechuic acid), 5,7
dihydroxychromone, quercetin, naringenin, (2S)-5,
7, 30, 50-tetrahydroxyflavanone, garbanzol, (+)-
aromadendrin dan (+)- taxifolin) (Santoni, Sabariah
& Efdi 2015, hh.1-2)
Kulit batang rengas Flavonoid, terpenoid, dan alkaloid (Nursal,
2
(Gluta renghas) Wulandari & Rio 2016, h.14)
Daun Binjai Flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, steroid,
3
(Mangifera caesia) alkaloid (Nadila, Istiana & Wydiamala 2017, h.62)
Daun kedondong
Flavonoid, fenol, triterpenoid (Rafiqah, Mastura &
4 pagar (Lannea
coromandelica) Hasibuan 2019, h.17)
Daun ramania (Bouea Flavonoid, fenol, alkaloid, steroid, terpenoid (Aryzki
5
macrophylla G.) & Susanto, h.81)
Kulit batang kasturi Terpenoid, steroid, saponin (Rosyidah dkk. 2012,
6
(Mangifera casturi) h.65), alkaloid (Marliani, Naima & Roni 2016, h.276)

Universitas Muslim Indonesia


20

Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa tanaman yang berasal

dari famili ancardiaceae memiliki kandungan senyawa kimia yang hampir

sama satu sama lain. Berdasarkan teori kemotaksonomi, menyatakan

bahwa species-species tanaman yang berasal dari genus dan famili yang

sama (dalam hal ini yaitu famili anacardiaceae) pada umumnya memiliki

kandungan senyawa kimia yang sama atau kerangka dasar yang sama.

Begitupun dengan bioaktivitas suatu senyawa, senyawa-senyawa dengan

kerangka dasar yang sama juga akan berpeluang memiliki bioaktivitas

yang sama (Mustikasari & Ariyani 2008, h.69).

Dan dikatakan bahwa suatu sampel yang berasal dari bahan alam

dapat bersifat toksik disebabkan karena adanya kandungan senyawa

kimia sebagai metabolit sekunder dalam sampel tersebut (Sangi, Momuat

& Kumaunang 2012, h.128). Salah satu senyawa kimia yang memiliki sifat

toksik yaitu flavonoid, selain itu flavonoid juga berguna pada manusia

sebagai antikanker, antimikrobia, antivirus, anti inflamasi, antioksidan,

antibakteri serta antiradang yang terkandung pada flavonoid diketahui

dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan infeksi sekunder.

Suatu senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan sel tumor dan

kanker manusia dan menunjukkan aktivitas anti-proliferatif terhadap 6

jenis sel kanker (Syahdana, Taufiqurrahman & Wydiamala 2017, h.40).

Flavonoid juga memiliki kemampuan dalam membunuh larva A.

salina L. dengan mekanisme sebagai stomach poisoning (racun perut),

ketika flavonoid masuk ke dalam tubuh larva maka akan mengakibatkan


Universitas Muslim Indonesia
21

larva tidak mampu memperoleh stimulus rasa sehingga tidak mampu

mengenali makanannya. Dimana senyawa ini akan menghambat reseptor

perasa pada daerah mulut larva sehingga mengakibatkan kematian pada

larva yang dikarenakan larva dalam kondisi kelaparan (Syahdana,

Taufiqurrahman & Wydiamala 2017, h.43).

Universitas Muslim Indonesia


22

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M, Mustikaningtyas, D, & Widianingrum, T 2010, ‘Inventarisasi


Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Hujan Dataran
Rendah Desa Nyamplung Pulau Karimunjawa’, Biosaintifika: Journal
of Biology & Biology Education, vol. 2, no. 2, pp. 75–81.

Aryzki, S & Susanto, Y n.d., ‘Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Ramania


( Bouea macrophylla Griffith) Asal Kalimantan Selatan’.

Gonzalez, JE et al. 2007, ‘Lack of in vivo embryotoxic and genotoxic


activities of orally administered stem bark aqueous extract of
Mangifera indica L. (Vimang®)’, Food and Chemical Toxicology, vol.
45, no. 12, pp. 2526–2532.

Harmita & Radji, M 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, 3rd edn, J Manurung
(ed.), EGC, Jakarta.
Hernandez, P et al. 2007, ‘Protective effect of Mangifera indica L.
polyphenols on human T lymphocytes against activation-induced cell
death’, Pharmacological Research, vol. 55, no. 2, pp. 167–173.
Juhaerih, E 2013, ‘UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL DAUN
KEMANGI ( Ocimum canum Sims ) TERHADAP LARVA Artemia
Salina Leach DENGAN METODE BRINE’.
Kristanti, AN et al. 2008, Buku Ajar Fitokimia, 1st edn, AN Kristanti (ed.),
Airlangga University Press, Surabaya.
Latifah, N& D 2018, ‘Keanekaragaman Genus Dan Spesies Tumbuhan
Dari Famili’, Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah,
vol. 3, no. 1, pp. 306–310.
Lestari, B et al. 2017, Buku Ajar Farmakologi Dasar, 1st edn, UB Press,
Malang.
Marliani, L, Naimah, A, & Roni, A 2016, ‘Penetapan Kadar Fenolat Total
dan Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun, Kulit Batang dan Kulit Buat
Katsuri (Mangifera casturi)’, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia ke-50, , no. April 2016, pp. 275–281.
Meyer, BN, Ferrigni, NR, & Putnam, JE 1982, ‘Brine shrimp: A convenient
general bioassay for active plant constituents’, Planta Medica, vol.
45, no. 1, pp. 31–34.
Mudjiman, A 1995, Makanan Ikan, PT. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Mustikasari, K & Ariyani, D 2008, ‘Studi Potensi Binjai (Mangifera caesia)
Dan Kasturi (Mangifera casturi) Sebagai Antidiabetes Melalui
Skrining Fitokimia Pada Akar dan Batang’, Sains dan Terapan Kimia,
vol. 2, no. 2, pp. 64–73.
Nadila, I, Istiana, I, & Wydiamala, E 2017, ‘Aktivitas Larvasida Ekstrak
Etanol Daun Binjai (Mangifera caesia) Terhadap Larva Aedes
aegypti’, Berkala Kedokteran, vol. 13, no. 1, p. 61.
Nursal, Wulandari, S, & Rio, S 2016, ‘Uji Toksisitas Ekstrak Kulit Batang
Rengas (Gluta renghas) Terhadap Larva Udang Artemia salina’, ,
Universitas Muslim Indonesia
23

vol. 13, no. 1, pp. 11–18.


Rafiqah, Mastura, & Hasibuan, MP 2019, ‘Uji Toksisitas Fraksi Etanol
Tanaman Obat yang Digunakan Masyarakat Menggunakan Metode
Brine Shrimp Lethality Test’, , vol. 2, pp. 14–20.
Rosyidah, K 2011, ‘ISOLASI DAN UJI SITOTOKSIK SENYAWA
LIMONEN’, , vol. 8, pp. 1–5.
Rosyidah, K et al. 2012, ‘AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI SAPONIN
DARI KULIT BATANG TUMBUHAN KASTURI (Mangifera casturi)’,
Alchemy, vol. 1, no. 2, pp. 65–69.
Sada, JT & Tanjung, DANRHR 2010, ‘Keragaman Tumbuhan Obat
Tradisional di Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara , Kabupaten
Supiori – Papua’, Jurnal Biologi Papua, vol. 2, no. 2, pp. 39–46.
Sangi, MS, Momuat, LI, & Kumaunang, M 2012, ‘UJI TOKSISITAS DAN
SKRINING FITOKIMIA TEPUNG GABAH PELEPAH AREN (Arenga
pinnata)’, Jurnal Ilmiah Sains, vol. 12, no. 2, p. 127.
Santoni, A, Sabariah, & Efdi, M 2015, ‘Isolasi dan elusidasi struktur
senyawa triterpenoid dari kulit batang ambacang’, Jurnal Riset Kimia,
vol. 9, no. 1, pp. 1–8.
Susiarti, S, Rahayu, M, & Royyani, MF 2015, ‘Pengetahuan dan
Pemanfaatan Tumbuhan Obat Masyarakat Tobelo Dalam di Maluku
Utara’, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, vol. 25, no.
4, pp. 211–218.
Syahdana, NL, Taufiqurrahman, I, & Wydiamala, E 2017, ‘Uji efektivitas
ekstrak etanol daun Binjai (Mangifera caesia) terhadap mortalitas
larva Artemia salina Leach’, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, vol. 1,
no. 1, pp. 39–44.
Tulangow, LF 2016, ‘Identifikasi Senyawa Fitokimia dan uji toksisitas
dengan metode BSLT ekstrak etanol bunga Ubu-Ubu (Hibiscus rosa-
sinensis L.) dari Maluku Utara’, Pharmacon, vol. 5, no. 3, pp. 175–
182,
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/1297
1>.

Dasuki UA 1991, Sistemik Tumbuhan Tinggi, Institut Teknologi Bandung,


Bandung.
Steenis CGGJ van 2013, Flora untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta.

Universitas Muslim Indonesia


24

LAMPIRAN

Universitas Muslim Indonesia


25

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai