Anda di halaman 1dari 24

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Imunisasi

a. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit, dengan memasukan kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukan kuman atau bibit

penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan anti body yang

pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit

penyakit yang menyerang tubuh (Marmi, 2012).

b. Tujuan Imunisasi

Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar

dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan

oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan

imunisasi,antara lain (Marmi, 2012)

1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.

2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

3) Imunisasi menurunkan angka morbiditas ( angka kesakitan ) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita.

c. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi yaitu sebagai berikut:

6
7

1) Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit

dan kemungkinan cacat atau kematian.

2) Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila

orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak

yang nyaman.

3) Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

(Marmi, 2012)

d. Jenis-Jenis Imunisasi

Marmi (2012), membagi imunisasi menjadi dua bagian yaitu pasif

dan aktif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan

terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak

bekerja membentuk kekebalan tetapi hanya menerimanya saja.

1) Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah

dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon

spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,

sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan

meresponya. Contohnya imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau

campak.
8

2) Imunisasi Pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh

dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang

dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari

plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui

placenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi

mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh

imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)

pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah

yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut

menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah

placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap

campak.

2. Konsep Imunisasi Dasar

a. Pengertian Imunisasi dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada

semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi

tubuhnya dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi

dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh

penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis,

campak dan hepatitis B (Proverawati, 2010).


9

b. Jenis-Jenis imunisasi Dasar

1) Imunisasi BCG

Merupakan imunisasi yang mengandung jenis kuman TBC yang

masih hidup tapi telah dilemahkan. Imunisasi BCG bertujuan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberculosis (TBC),.

Imunisai ini diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur dua bulan,

dengan dosis 0,05 ml, vaksin BCG diberikan secara intracutan

didaerah lengan atas. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil”, maka

setelah beberapa minggu ditempat suntikan akan timbul benjolan

kecil. Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari

infeksi M.tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran

penyakit lebih lanjut.

2) Imunisasi DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus

yaitu Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Difteri merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat

ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian

atas. Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Pertusis

merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordetella

Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang

rangsang batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja

rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama. Tetanus

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium


10

Tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada

lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Vaksin ini

diberikan melalui injeksi intramuskular, suntikan diberikan pada paha

tengah luar.

Serangan batuk lebih sering pada malam hari, batuk terjadi

beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara

“hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah. Batuk bisa

mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis disebut juga dengan

“batuk seratus hari”.

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

kuman Clostridium tetani. Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak

bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena

pemotongan tali pusar tanpa alat yang steril atau dengan cara

tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang

terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang

dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau luka

terkontaminasi spora kuman tetanus.

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi

intramuskular. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau

subkutan dengan dosis 0,5 cc. Dapat memberikan efek samping ringan

dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada

tempat penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat bayi menangis


11

hebat karena kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran

menurun, terjadi kejang, dan shock.

3) Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit

poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan

kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi

jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

Diantara dua sampai lima persen penderita polio akan meninggal

akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang masih bertahan hidup.

Polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan, air

atau tangan. Cara pemberian imunisasi Polio diberikan secara oral

sebanyak 1-2 tetes. Pada umumnya tidak terdapat efek samping.

4) Imunisasi Campak

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat

disebabkan oleh sebuah virus yang bernama virus campak. Penularan

melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita. Gejala –

gejalanya adalah demam, batuk pilek dan bercak-bercak merah pada

permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak

mula-mula timbul dipipi bawah telingah yang kemudian menjalar

kemuka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Cara pemberian imunisasi

campak adalah disuntikan secara subkutan dilengan kiri dengan dosis


12

0,5 ml. Efek sampingnya yaitu demam, diare, dan ruam setelah 7-12

hari pasca imunisasi.

5) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit yang

disebabkan virus Hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini

menular pada darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang

terinfeksi. Cara pemberian imunisasi ini yaitu memberikan suntikan

secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml. Efek sampingnya adalah

demam ringan, perasaan tidak enak pada pencernaan, dan reaksi nyeri

pada daerah suntikan. (Proverawati, 2010)

c. Jadwal Imunisasi

Tabel 1
program pengembangan Imunisasi

Umur Vasinasi/imunisasi
0-7 hari HB0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB 3, Polio 4
9 bulan campak
13

Menurut Ranuh (2011), jadwal kunjungan imunisasi:

1) Hepatitis B (uniject)

Kementrian kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin

HepB-0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan

dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB umur 2,3 dan 4 bulan.

2) Polio

Polio-0 di berikan saat lahir sesuai pedoman PPI atau pada

kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan

imunisasi yang tinggi. Kuntuk imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan

umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari

4 minggu.

3) BCG

Imunisasi BCG diberikan pada umur < 2 bulan, sebaiknya pada

anak dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif.

4) DPT/Hepatitis B

Kementrian kesehatan memberikan vaksin kombinasi DTwP

dengan Hepatitis B (DTwP/HepB) dengan imunisasi nasional.

Pemberian vaksin kombinasi DPT/Hepatitis B, dengan maksud untuk

mempersingkat jadwal dan mengurangi jumlah suntikan. Pemberian

kombinasi DTwP/Hep B yaitu pada umur 2,3 dan 4 bulan

5) Campak

Campak 1 di berikan pada usia 9 bulan, sedangkan campak 2 di

berikan pada usia 6 tahun pada program BIAS SD kelas 1.


14

3. Pengetahuan

a. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan indra peraba. Akan

tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telingan (Novita, 2011).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai

hasil penggunaan pancainderanya, pengetahuan sangat berbeda dengan

kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition) dan penerangan-

penerangan yang keliru (missinformation). Pengetahuan adalah segala

apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh

setiap manusia (Mubarak, 2012).

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari dan mampu memberikan suatu pelajaran baik itu

berbentuk sosial ekonomi, budaya dan spritual sehingga dapat menjadi


15

pembeda setiap karakter masing-masing individu tergantung dengan

seberapa banyak ilmu yang diambil dari setiap pembelajaran yang

diberikan baik dari sekolah, lingkungan, orang tua atau keluarga dan

teman sebaya.

b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak, (2012) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula

mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang

memiliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami

perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar


16

pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu

perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan

timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan

fungsi organ pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir

seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

4) Minat

Minat sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan

yang lebih mendalam.

5) Pengalamanan

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang

cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.

Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara

psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan

membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini

akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita

hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai


17

sikap menjaga kebersihan lignkungan, maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

c. Tingkatan pengetahuan

Menurut Novita, (2011) Pengetahuan dalam domain kognitif

terbagi manjadi enam tingkatan yaitu sebagai berikut:

1) Tahu (Know)

Tahun diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall)

terhadap rangsangan yang sudah diberikan. Tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

objek tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya, misalnya: ibu hamil pada saat minum tablet Fe


18

menggunakan air jeruk atau air putih dengan tujuan supaya tablet

Fe bisa efektif untuk mencegah kurang darah (anemia).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis disini berarti suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Sintesis dapat diartikan juga suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan oleh

pendidikan yang sangat terbatas selain itu pengetahuan tentang

kesehatan dan informasi akan menimbulkan motivasi bagi setiap

individu, dengan motivasi yang didapatkan oleh setiap individu akan

menggerakkan diri masing-masing untuk mencari lebih banyak

informasi yang dirasa perlu untuk diketahui. Informasi yang telah

diperoleh manusia akan dijadikan bahan pertimbangan bagi manusia


19

dari sisi keuntungan dan kerugiannya baik secara materil maupun

spiritual karena setiap manusia akan bertindak apabila lebih banyak

keuntungan dari pada kerugian.

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket dengan menanyakan isi materi yang ingin di ukur dari

objek penelitian responden (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran

pengetahuan menurut Arikunto (2008), berdasarkan standar yaitu:

a. Baik

Responden memiliki pengetahuan yang baik jika mampu

menjawab 76-100% pertanyaan dengan benar

b. Cukup

Responden memiliki penegetahuan yang kurang jika menjawab 56-

75% pertanyaan dengan benar

c. Kurang :

Responden memiliki penegtahuan yang kurang jika menjawab ≤

55% pertanyaan dengan benar

4. Konsep Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan karakteristik psikologi manusia yang

memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, banyak

faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan


20

tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu Motivasi merupakan

perasaan atau pikir an yang mendorong seseorang melakukan

pekerjaan atau menjalankan kekuasaan dalam berperilaku.

Menurut Siagian (2012), Motivasi merupakan daya

pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau

dan rela untuk menyerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian

atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan

kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Komponen Motivasi

1) Komponen dalam

Yaitu perubahan dalam diri seseorang, keadaan tidak

merasa puas, ketegangan psikologis.

2) Komponen luar

Merupakan apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang

menjadi arah tingkah lakunya. Jadi komponen dalam adalah

kebutuhan/keinginan yang ingin dipuaskan dan komponen luar

adalah tujuan yang hendak dicapai (Hamzah, 2013).

c. Unsur-Unsur Motivasi

1) Motivasi merupakan tenaga dinamis manusia, dimana

kemunculannya memerlukan rangsang baik dari dalam maupun dari

luar.
21

2) Motivasi seringkali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi.

3) Motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif

pencapaian tujuan.

4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri

manusia (Hamzah, 2013).

d. Ciri-Ciri Motivasi

1) Penggunaan perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan -

tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang

suatu perilaku tertentu saja, tetapi merangsang berbagai

kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan-

tanggapan yang berbeda-beda.

2) Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang

bervariasi dengan kekuatan penentu. Rangsang yang lemah

mungkin saja menimbulkan reaksi yang hebat atau bahkan

sebaliknya.

3) Motivasi mengarahkan perilaku dan tujuan tertentu.

4) Pengaruh positif menyebabkan perilaku tertentu cenderung

diulang kembali.

5) Kekuatan perilaku akan melemah apabila akibat dari perbuatan

itu bersifat tidak enak (Hamzah, 2013).

e. Jenis Teori Motivasi

1) Teori hirarki kebutuhan


22

Motivasi seseorang tergantung pada pemenuhan susunan

hierarkis kebutuhan, kebutuhan menentukan cara bagaimana

orang bertingkah laku dan memotivasi din mereka sendiri.

Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi sebelum bergerak ke

arah kebutuhan yang lebih tinggi.

2) Teori higiene - hirarki yang lebih jauh

Ada dua kategori imbalan yang dapat menghubungkan

dengan hierarki kebutuhan Maslow yaitu imbalan yang memenuhi

kebutuhankebutuhan tingkat yang lebih rendah seperti pembayaran

dan kondisi kondisi yang berlaku sebagai bagian dari faktor

higiene. Kekurangan apapun imbalan akan alam menciptakan

ketidakpuasan tetapi profesi yang memadai harus mendorong

motivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik atau kepuasan

kerja. Imbalan seperti prestasi, tanggung jawab, kesadaran dan

kerja yang menarik, dialamatkan pada kebutuhan-kebutuhan

Maslow yang lebih tinggi dan dipandang sebagai faktor yang

mendorong seseorang melakukan pekerjaan yang dapat

menentukan kesuksesan atau kegagalannya.

3) Teori persamaan

Ketidaksamaan tidak hanya mendorong para pekerja

untuk menghindari ketidakadilan, tetapi memperhatikan terhadap

persamaan juga mendorong beberapa manager untuk berusaha


23

menciptakan hubungan yang sebanding antara mereka sendiri

dengan karyawan lainnya.

4) Teori harapan

Kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat

dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan

timbal balik antara apa yang ia inginkandan butuhkan dari hasil

pekerjaan tersebut (Hamzah, 2013).

5. Hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status imunisasi

dasar pada balita seperti faktor karakteristik ibu yang mempengaruhi

pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu akan pentingnya

program imunisasi, faktor jarak rumah ke tempat pelayanan imunisasi.

Kendala utama untuk keberhasilan program imunisasi dasar balita

yaitu rendahnya kesadaran ibu balita yang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, dan peran ibu dalam menyukseskan program imunisasi

dinilai masih kurang (Proverawati, 2010).

Menurut Proverawati (2010) pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar balita akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Hal

ini juga merupakan faktor dominan dalam keberhasilan imunisasi

dasar bayi, dengan pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu maka

akan menimbulkan kepercayaan pada ibu tentang kesehatan. Program

imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh -sungguh dan

berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan


24

komitmen yang tinggi terhadap imunisasi, masalah pengertian dan

keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi

halangan yang besar jika pengetahuan yang baik, peningkatan imunisasi

melalui pengetahuan orang tua telah menjadi strategi popular

diberbagai Negara (Atikah Proverawati, 2010).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010), faktor – faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai -nilai ,

tradisi dan sebagainya.

Fitriyanti Ismet (2013), menyatakan tingginya tingkat

pengetahuan responden tentang imunisasi dasar dipengaruhi oleh kualitas

pelayanan yang baik dari petugas kesehatan dalam hal memberikan

informasi atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang tentang imunisasi, memungkinkan orang tersebut

untuk mengaplikasikan pengetahuannya yakni dalam hal ini

mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Hal ini didukung oleh teori

Suryanto (2007) yang menyatakan bahwa informasi adalah salah satu

organ pembentuk pengetahuan. Semakin banyak seseorang memperoleh

informasi, maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya

semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang

pengetahuannya.

Pendapat Ismet (2013) yang menyatakan semakin baik

pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga


25

makin baik pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh

seseorang akan dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan dan

daya pikir serta sikap seseorang yang kemudian diwujudkan kedalam

tindakan, sedangkan faktor sikap mendorong/memotivasi seseorang

untuk berprilaku.

Menurut Isna Hikmawati (2011), melalui ilmu pengetahuan ibu

akan lebih memiliki kesadaran dan mudah menerima sesuatu hal yang

bermanfaat untuk perbaikan dalam dirinya. Semakin tinggi pengetahuan

seseorang sehingga dapat menyebabkan mudah mendapatkan ide -ide

dan teknologi khususnya pelayanan kesehatan, sebaliknya pengetahuan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

perubahan hidup sehat.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai

dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan adalah salah satu

usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di

dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

menentukan pola fikir dan wawasan seseorang. Pendidikan memiliki

peranan yang penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia

dianggap akan memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

6. Hubungan motivasi ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan


26

yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis

timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang

disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik

Menurut Siagian (2007), motivasi merupakan daya pendorong

yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk

menyerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,

tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka

pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan

sebelumnya.

Motivasi merupakan karakteristik psikologi manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, banyak faktor yang

menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku

manusia dalam arah tekad tertentu Motivasi merupakan perasaan atau pikir

an yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan

kekuasaan dalam berperilaku

Menurut Tampemewa, (2015) yang melakukan penelitian tentang

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu Tentang Imunisasi

dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan di Pusat Kesehatan

Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado. Didapatkan hasil bahwa ada

hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi ibu dengan sttaus

imunisasi anak usia 12-24 bulan. Variabel yang paling dominan


27

berpengaruh dengan status imunisasi anak usia 12-24 bulan adalah

pengetahuan ibu

B. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis diatas maka peneliti

menetapkan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan
Kelengkapan
imunisasi dasar
Motivasi ibu

Gambar 1.
Kerangka konsep penelitian
28

C. Definisi Operasional Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep maka peneliti

merumuskan definisi operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 2.
Definisi operasional penelitian

Variabel Definisi Cara ukur Alat Hasil ukur Skala


operasiona ukur ukur
V. Dependent
Kelengkapan Imunisasi yang Penyebaran Koesio 0 = Tidak Nominal
imunisasi diberikan pada Keusioner ner lengkap
dasar balita usia 0 1 = Lengkap
-12 bulan,
meliputi
Imunisasi HB,
BCG,Polio,
DPT dan
campak
V. Indevendent
Pengetahuan Segala sesuatu Membagika Kuesione 0 : Kurang, Ordinal
yang diketahui n Kuesioner r apabila dapat
ibu balita menjawab <
tentang 56% benar.
pengertian, 1 : Cukup,
tujuan, manfaat, apabila dapat
jadwal menjawab 56-
imunisasi dasar 75% benar.
dengan mengisi 2 : Baik, apabila
kuesioner dapat
menjawab 76-
29

100% benar
Motivasi ibu Dorongan bagi Penyebaran Kuesio 0:Motivasi Nominal
responden Kuesioner ner Unfavorable,
untuk Jika skor ≤
mendapatkan Mean
imunisasi
1:Motivasi
Favorable,
Jika skor >
Mean

D. Hipotesis

Ho1: Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada

bayi di wilayah kerja puskesmas penago II Kabupaten Seluma

Ha1: Ada hubungan Pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

di wilayah kerja puskesmas penago II Kabupaten Seluma

Ho2: Tidak ada hubungan motivasi ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada

bayi di wilayah kerja puskesmas penago II Kabupaten Seluma

Ha2: Ada hubungan motivasi ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

di wilayah kerja puskesmas penago II Kabupaten Seluma

Anda mungkin juga menyukai