Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pelayanan kefarmasian klinik dan
pengelolaan perbekalan farmasi. Pelayanan kesehatan menurut (Depkes RI, 2009)
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok
dan atupun masyarakat. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan penyelenggraan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Upaya pelayanan kesehatan yang
diselenggrakan oleh rumah sakit seperti pelayanan rawat inap, rawat jalan, pelayanan
gawat darurat, pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik dan non medik.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit memiliki 5 revenue center, diantaranya
pelayanan rawat jalan danr rawat inap, pelayanan gawat darurat, instalasi laboratorium,
instalasi radiologi dan instalasi farmasi. Salah satu tugas utama instalasi farmasi adalah
pengelolaan, pelayanan, sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang
digunakan di rumah sakit. Apabila tugas ini tidak dikelola dengan baik dan penuh
tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa kualitas pelayanan rumah sakit dan
pemasok rumah sakit akan menurun.
Dalam menjamin mutu pelayanan kefarmasian harus dilakukan pengendalian
perbekalan farmasi yang bertanggung jawab. Menurut permenkes no. 58 tahun 2014
bahwa pengendalian mutu kefarmasian meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin kegiatan
sesuai dengan rencana, salah satunya untuk mencegah terjadinya kekosongan stok
perbekalan farmasi saat dibutuhkan. Apabila ditemukan stock obat yang kosong maka
penyebabnya akan dipastikan dan diatasi sehingga masalah tersebut dapat segera
dikendalikan dan diminimalkan kerugian.
B. Tujuan
Tujuan dari evaluasi ini yaitu untuk mengetahui persentase permintaan obat dari
depo yang terlayani oleh gudang dan mengetahui persentase kekosongan obat di gudang
(tidak terlayani).

C. Manfaat
Evaluasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan obat di gudang
farmasi RSUD Margono Soekarjo.

Anda mungkin juga menyukai