Anda di halaman 1dari 80

STRATEGI ORANGTUA DALAM PENANAMAN AKHLAK ANAK

DI DESA BONTOJAI KECAMATAN TAMALATEA


KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
RANA FAUZIAH
NIM: 10519217914

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1440 H/2018 M
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rana Fauziah


NIM : 10519217914
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Kelas :D

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, dan 3 maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perrjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 19 Muharram 1440 H


29 September 2018 M

Yang membuat pernyataan

Rana Fauziah
NIM:10519217914

vi
ABSTRAK

RANA FAUZIAH 10519217914 Strategi Orang Tua Dalam Penanaman


Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto. Di Bimbing Oleh Mustahidang Usman Dan Abd Rahman
Bahtiar
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui akhlak anak di
Desa bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto (2) Untuk
mengetahui Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa
Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto 3) Untuk mengetahui
Hambatan Apa Yang Di Hadapi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak
Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, lokasi dan obyek penelitian yang digunakan bertempat di
desa bontojai kecamatan tamalatea kabupaten jeneponto, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan fokus penelitian yaitu strategi orang tua dan
penanaman akhlak anak, instrument penelitian yang digunakan yakni
pedoman observasi, pedoman wawancara,catatan dokumentasi, tekhnik
pengumpulan yang digunakan yakni kepustakaan meliputi kutipan langsung
dan kutipan tidak langsung, dan lapangan meliputi obsevasi, wawancara,
tekhnik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Akhlak anak di desa


Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ini masih harus
dilakukan pembinaan dan pembimbingan serta memberikan contoh yang baik
dimulai dari sejak dini, sehingga akhlak anak ketika sudah dewasa dapat
terkontrol dengan baik. Adapun strategi orang tua dalam penanaman akhlak
anak dapat dilakukan dengan melalui keteladanan diantaranya jujur,
beribadah, kemudian nasehat diantaranya hargai orang tua, sopan santun.
Sedangkan dalam hal pembiasaan diantaranya mebiasakan anak mebaca al-
Qur’an, membiasakan anak mengucapkan salam ketika hendak masuk dan
meninggalkan rumah. Adapun hambatan yang dihadapi orang tua dalam
penanaman akhlak anak yaitu kurangnya pemahan dan pengetahuan agama
dari orang tua itu sendiri, pengaruh lingkungan, kurangnya perhatian dari
orang tua itu sendiri, dan lain-lain. Dari kedua hal tersebut ada sebagian
orang tua yang sadar tentang pentingnya menanamkan akhlak pada anak,
dan ada juga sebagian orang tua yang belum sadar betapa pentingnya
menanamkan akhlak pada anak.

KATA KUNCI : Strategi Orang Tua, Penanaman Akhlak Anak

vii
KATA PENGANTAR

َ ‫ﺎء َﻭ ْﺍﻟ ُﻣ ْﺭ‬


َ‫ﺳ ِﻠﻳْﻥ‬ ِ ‫ﺳﻼَ ُﻡ َﻋﻠَﻰ ﺃ َ ْﺷ َﺭ‬
ِ ‫ﻑ ﺍْﻷ َ ْﻧﺑِ َﻳ‬ ‫ﺻﻼَﺓ ُ َﻭﺍﻟ ﱠ‬ ‫ْﺍﻟ َﺣ ْﻣ ُﺩ ِ ِ َﺭﺏّ ِ ْﺍﻟ َﻌﺎ َﻟ ِﻣﻳْﻥَ َﻭﺍﻟ ﱠ‬
‫ﺻ ْﺣ ِﺑ ِﻪ ﺃ َ ْﺟ َﻣ ِﻌﻳْﻥَ ﺃ َ ﱠﻣﺎ َﺑ ْﻌ ُﺩ‬
َ ‫َﻭ َﻋ َﻠﻰ ﺍ َ ِﻟ ِﻪ َﻭ‬
Penulisan skripsi dengan judul “Strategi Orang Tua Dalam

Penanaman Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto” Di maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam prodi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa

kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar

terselesaikannya laporan skripsi ini, khususnya penyusun sampaikan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Ahmad Amiruddin dan ibu

Nirmawati, dengan segala kerendahan dan kemuliaan hati telah

mendidik, membesarkan, dan mendukung seluruh proses perjalanan

Studi penulis, yang telah menjadi inspirasi terbesar dalam hidup

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. DR. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM. Rektor universitas

Muhammadiyah Makassar

vii
3. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd. I, Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Amirah Mawardi,S.Ag,.M.Si., Dan Nurhidayah S.Pd.I, M.Pd,I Ketua

dan Sekertaris prodi Pendidikan Agama Islam yang telah banyak

membantu penulis dalam pelayanan akademik serta memberikan

pengarahan,petunjuk motivasi dan doa pada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Mustahidang Usman, M. Si dan Ahmad Abd. Rahman Bahtiar,

S.Ag, M.A Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah membimbing

dan memberikan ilmu kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi.

6. Seluruh dosen serta jajaran civitas akademik Fakultas Agama Islam

Universitas muhammadiyah Makassar.

7. Bapak kepala Desa dan masyarakat desa Bontojai yang telah

menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan kegiatan penelitian ini sampai selesai.

8. Kakanda, Rekan-rekan dan adek-adek yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu pula yang telah memberikan bantuan terbesar dalam

penyelesaian skripsi penulis terkhusus teman-teman mahasiswa

angkatan 2014 yang juga telah memberikan motivasi kepada penulis

untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.

viii
9. Special thank’s untuk sahabat-sahabat penulis Venny, Nurjannah,

Subandiah, Awaliyah, Wahyuni, Ilham, Rahim, Haeran, Jumsar, dan

Adrian yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Terakhir ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada mereka yang

tidak penulis sebutkan satu-persatu tetapi telah banyak membantu

baik dalam bentuk moril maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua pihak yang telah membantu memperoleh balasan dari

Allah SWT, Amin.

Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini


masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan
kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan
kualitas dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan.

Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang telah penyusun


curahkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya
dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Makassar 6 Muharram 1440 H


16 September 2018 M

penulis

viiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .......................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................... vi
ABSTRAK .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Orang Tua ....................................................... 7
1. Pengertian Strategi ................................................. 7
2. Pengertian Orang Tua ............................................ 8
3. Tanggung Jawab Orang Tua .................................. 11
4. Prinsip-prinsip Orang Tua Dalam Membina Anak ... 16
B. Penanaman Akhlak Anak ............................................. 20
1. Pengertian Akhlak ................................................... 20
2. Dasar-Dasar Akhlak dan Tujuan Pendidikan Akhlak 22
3. Macam-Macam Ahklak ........................................... 26
4. Pengertian Anak ..................................................... 28
5. Pelaksanaan Pendidikan Agama Pada Anak .......... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................ 32
B. Lokasi dan Obyek Penelitian ........................................ 32
C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian ....... 32
D. Sumber Data ................................................................ 33
E. Instrumen Penelitian ..................................................... 34
F. Teknik Pengumpulan data ............................................ 36

ix
G. Teknik Analisis Data ..................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................. 38
B. Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto ..................................................................... 44
C. Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa
Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto .......... 45
D. Hambatan Yang dihadapi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak
Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto ................................................................................ 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 53
B. Saran ............................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 55


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel I Batas wilayah Desa Bontojai ...........................................................


38
Tabel II Luas dan Rincian wilayah Desa Bontojai ................................
39
Tabel III Jumlah jiwa penduduk Desa Bontojai setiap Dusun........................
39
Tabel IV Jumlah kepala keluarga Desa Bontojai berdasarkan
mata pencaharian ................................................................
40
Tabel V Sarana dan Prasarana Desa Bontojai ................................
42
Tabel VI Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Bontojai
Periode 2016 - 2021................................................................
43

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan amanah yang diletakkan Allah di tangan orang

tuanya. Mereka bertanggung jawab terhadap anak-anaknya di hadapan

Allah. Jika amanah itu dipelihara dengan baik dengan memberikan

pendidikan yang baik dari anak yang diasuhnya maka pahala lah yang

akan diperolehnya tetapi sebaliknya jika mereka menelantarkan amanah

itu maka mereka akan dapat ganjarannya.

Ketika seorang anak baru dilahirkan kedunia ini ia tetap

bergantung dan membutuhkan ibunya, sama seperti suatu bagian yang

menempel pada keseluruhannya. Anak itu harus diberi makan seperti

yang biasa ia dapatkan melalui darah ibunya ketika ia masih jadi janin.

Pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan

sosial anak adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Nasihat ini

dapat membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu dan

mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak

yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Maka tidak

heran kita mendapatkan Al-Qur’an brbicara tentang jiwa dan mengulang-

ulang dalam beberapa ayat dan tempat.1

1
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam,
(Semarang: CV. As-Syifa, 1981), h. 65

1
2

Pendidikan akhlak pada anak-anak harus dilakukan sedini

mungkin.Sehingga ketika dewasa anak tersebut mempunyai akhlak yang

mulia.Orang tua terutama ibu mempunyai peran paling penting dalam

mendidik anaknya, karena ia merupakan madrasah pertama bagi anak-

anaknya. Seorang anak ibarat kertas putih bersih tanpa noda, sedangkan

orang tua mempunyai kebebasan untuk memberikan warna apapun

sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Baik dan buruknya akhlak anak

tergantung pada pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya.

Oleh karena itu, orang tua maupun guru yang akan mendidik

anak di rumah maupun disekolahan harus mempunyai metode, agar

nantinya bisa mendidik anak dengan baik dan menjadi anak yang shalih-

shalihah. Metode pendidikan akhlak diantaranya adalah metode

pembiasaan, metode keteladanan, metode nasihat dan metode perhatian.

Kemudian untuk strategi pendidikan akhlak yakni dibagi menjadi dua yaitu

pendidikan langsung dan pendidikan tidak langsung. Pendidikan langsung

diantaranya adalah keteladanan,anjuran, latihan. Pendidikan tidak

langsung diantaranya adalah larangan, hukuman, hadiah dan

pengawasan.

Suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas akhlaknya, jika

akhlaknya sudah rusak, niscaya hancurlah bangsa tersebut.2 Olehnya itu

selain tanggung jawab dari anak itu sendiri, akhlak anak merupakan

tanggung jawab orang tua dan orang disekitar lingkungan anak.

2
Al Islam, 2009, Krisis Akhlak Umat Islam, http://blok.re.or.id/krisis-akhlak-umat-
islam, Juli 2014
3

Ada banyak kesalahan penyimpangan yang terjadi dalam

keluarga yang sering diremehkan oleh para kepala keluarga serta

anggota-anggotanya. Padahal, kesalahan tersebut dapat menjauhkan

keluarga dari ketentraman, kebahagiaan dan keberkahan. Namun

ironisnya tidak sedikit keluarga yang justru menganggap kesalahan

maupun penyimpangan tersebut adalah hal yang biasa yang wajar terjadi

misalnya, menonton acara-acara yang kurang baik di TV yang membuat

moral anak menjadi rusak.

Jika para orang tua tidak dapat memikul tanggung jawab dan

amanat yang diberikan pada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-

faktor yang dapat menimbulkan kelainan pada ana serta upaya

penanggulangannya maka akan terlihat suatu generasi yang bergelimang

dosa dan penderitaan dalam masyarakat.

Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan

untuk belajar yaitu mengalami peubahan-perubahan, mulai saat lahir

sampai mencapai umur tua. Sudah tentu, perubahan-perubahan yang

diharapkan akan terjadi adalah perubahan yang bercorak positif yaitu

perubahan yang semakin mengarah ke taraf kedewasaan. Hal ini

kelihatannya sudah jelas dengan sendirinya, namun ternyata perlu dikaji

lebih lanjut. Suatu proses belajar juga dapat menghasilkan suatu

perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang dapat dipandang bercorak

negatif. 3

3
Winkel W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo,1996), h , 1
4

Pada era globalisasi dan informasi seperti sekarang ini

perubahan sosial merupakan suatu keniscayaan, perubahan ini tidak

dapat dibendung lagi dengan segala akses positif maupun negatifnya.

Pada saat ini banyak keluhan yang disampaikan orang tua mengeluhkan

tentang perilaku sebagian para anak yang amat mengkhawatirkan.

Kekerasan didikan orang tua merampas kemerdekaan anaknya,

adat dalam masyarakat yang kolot dan bodoh yang belum pandai

menghargai pertumbuhan seseorang.4

Masyarakat Desa Bontojai masih terdapat anak-anak yang

akhlaknya kurang bagus. Maka hendaknya mendapat pengawasan,

pengarahan serta pendidikan dari semua pihak khususnya pihak keluarga

yaitu orang tua agar mereka tidak tersesat kejalan yang menyimpang dari

norma Negara maupun norma agama, sehingga benar-benar menjadi

manusia yang bertanggung jawab serta mampu memikul beban sebagai

generasi penerus perjuangan bangsa. Maka dapat disimpulkan orang tua

harus mempunyai strategi dalam penanaman akhlak anak di usia 6-12

tahun

Betapa pentingnya strategi orang tua sebagai peletak dasar pola

penanaman akhlak anak . Sedang lembaga-lembaga yang lain hanya

memberikan isinya saja ,untuk selanjutnya akan ditentukan sendiri bentuk

dan warnanya oleh anak itu sendiri.5

4
Hamka, Pribadi, ( Jakarta: Bulan bintang, 1980), h. 17
5
Sujanto Agus , Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara ,2009),h, 10.
5

Dengan dasar itulah penulis merasa perlu dan tertarik untuk

meneliti fenomena di atas yang kemudian di tuangkan dalam bentuk

skripsi dengan judul “ Strategi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak

di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya

yaitu :

1. Bagaimana akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?

2. Bagaimana bentuk strategi orang tua dalam penanaman

akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto ?

3. Apa saja hambatan yang dihadapi orang tua dalam

penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas

maka tujuan penelitiannya yaitu :

1. Untuk mengetahui akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?


6

2. Untuk mengetahui bentuk strategi orang tua dalam

penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi orang tua dalam

penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat

penulisannya yaitu

1. Kegunaan praktis ,yaitu dalam hal ini penulis berusaha agar

dapat menemukan strategi orang tua dalam penanaman

akhlak anak yang lebih efektif .

2. Kegunaan ilmiah, yaitu dalam hal ini agar penulis dapat

menambah ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di

bangku pendidikan/kuliah.

3. Penelitian ini diharapkan menjadi sesuatu yang dapat

meningkatkan strategi orang tua dalam penanaman akhlak

anak khususnya Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi Orang Tua

1. Pengertian Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing.

Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukstristono (1995),

strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi strategi strategi yang

sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar

strategi, Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat kompetensi inti

sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi yang

terjemahannya seperti berikut ini:

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan

sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa

depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang

dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya

kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen

7
8

memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu

mencari kompetensi inti di dalambisnis yang dilakukan.1

2. Pengertian Orang Tua

Orang tua dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata orang tua

mempunyai arti sebagai berikut : Ayah Ibu kandung, Orang yang dianggap

tua (cerdik, pandai, ahli, dsb), orang-orang yang dihormati dan disegani

dikampung”.2

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh

dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian

keluaga, karenaorang tua merupakan bagian keluarga besar yang

sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.3Keluarga dalam hubungannya dengan anak

diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat

memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di

dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini

langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari

melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual.Ahmad Tafsir

berpendapat bahwa :

1
Husein Umar, strategi management in action (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama 2001), h. 31
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op, chit, h. 629.
3
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan islam (Cet. VI; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), h. 35.
9

“Orang tua adalah pendidikan utama dan pertama dalam hal


penanaman keimanan bagi anak, disebut pendidikan utama karena
besar sekali pengaruhnya. Disebut-sebut pendidikan pertama
karena merekalah yang pertama yang mendidik anaknya,. Di
sekolah, pesantren, dan guru agama yang diundang adalah institusi
pendidikan dan orang yang sekedar membantu orang tua”4

Pada awalnya penciptaannya seorang anak lahir dalam keadaan

suci dan bertauhid murni,ia mempunyai fitrah untuk beragama.

Sebagaimana FirmanAllah Swt. dalam Q.S. Ar-Rum [30] ayat 30 :

È,ù=y⇐Ï9 Ÿ≅ƒÏ‰ö7s? Ÿω 4 $pκöŽn=tæ }¨$¨Ζ9$# tsÜsù ÉL©9$# «!$# |NtôÜÏù 4 $Z ‹ÏΖym ÈÏe$#Ï9 y7yγô_uρ óΟÏ%r'sù

∩⊂⊃∪ tβθßϑn=ôètƒ Ÿω Ĩ$¨Ζ9$# uŽsYò2r&  ∅Å3≈s9uρ ÞΟÍhŠs)ø9$# ÚÏe$!$# šÏ9≡sŒ 4 «!$#

Terjemahnya:

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah dengan selurus-


lurusnya, sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah,
yang Allah menciptakan manusia atas fitrah itu. Itulah agama yang
lurus. Namun kebanyakan orang tua tidak mengetahuinya.”5

Pendidikan berawal dari rumah,di mana seorang anak tumbuh

dari didikan orang tuanya. Dan rumah yang didambakan setiap anak

adalah rumah layaknya surga, yaitu suasana yang penuh kasih sayang

sehingga memberikan rasa aman kepada anak untuk bertumbuh

kembang. Sebagai tugas dan kewajiban orang tua adalah untuk

membahagiakan anak di dunia sampai akhirat.

Mengenai tugas dan kewajiban orang tua Amir Daen

Indrakusuma, mengatakan :

4
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam perspektif islam, (bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 95.
5
Al-Quran dan Terjemahnya. (Cet X; Bandung: Diponegoro, 2010), h. 407.
10

“Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah merupakan


peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari
kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.” 6

Penanaman pandangan hidup keagamaan sejak masa kanak-

kanak adalah tindakan yang tepat dilakukan oleh orang tua, karena masa

kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk perkembangan jiwa

anak menuju kedewasaan melalui penanaman nilai-nilai keagamaan.

Pada masa kanak-kanak tindakan orang tua yang terpenting adalah

meresepkan dasar-dasar hidup beragama, seperti dengan membiasakan

anak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan orang tuanya, agar

anaknya tertanam untuk mencintai kegiatan yang dilakukan orang tuanya.

Hal ini akan bisa terlaksana apabila adanya hubungan yang harmonis

antara sesama anggota keluarga.7

Hubungan dalam keluarga antara orang tua dengan anak

didasarkan atas hubungan alamiah, dilaksanakan dalam bentuk kasih

sayang yang murni, rasa kasih sayang antara oang tua dengan anaknya.

Rasa kasih sayang yang demikian akan menjadi sumber kekuatan

yangmendorongnya untuk selalu memberikan bimbingan dan pertolongan

terhadap kebutuhan anak secara wajar.8

Bimbingan dan pertolongan yang diberikan orang tua terhadap

anak secara berlebihan justru akan membahayakan perkembangan jiwa

6
Amir Daen Indrakusuma, pengantar ilmu pendidikan, (Bandung: CV Pustaka,
1973), h. 27.
7
Syamsuddin, Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak Berkualitas, (Cet. I;
Makassar Alauddin University Press, 2014), h. 18
8
Abdullah ibnu sa’ad Al-fatih, langkah praktis mendidik anak sesuai tahapan
usia, (bandung: irsyad baitus salam, 2007), h, 100.
11

anak, seperti rasa canggung bila berhadapan dengan orang lain,ragu-ragu

dalam bertindak, membawa kepada sikap menggantungkan diri kepada

orang lain dan sikap negatif lainnya.

3. Tanggung Jawab Orang Tua

Ditilik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap

anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa

dipikulkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat

umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah

merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan

yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan

pelimpahan dari tanggung jawab orang tua karena satu dan lain tidak

mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.9

Allah Swt. berfirman dalam Q.S Al-Ahzab [33] ayat 67-68:

È÷x ÷èÅÊ öΝÍκÌE#u !$oΨ−/u‘ ∩∉∠∪ gŸξ‹Î6¡¡9$# $tΡθ=|Êr'sù $tΡu!#uŽy9ä.uρ $uΖs?yŠ$y™ $uΖ÷èsÛr& !$¯ΡÎ) !$oΨ−/u‘ (#θä9$s%uρ

∩∉∇∪ #ZŽÎ7x. $YΖ÷ès9 öΝåκ÷]yèø9$#uρ É>#x‹yèø9$# š∅ÏΒ

Terjemahnya:

“Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah


menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu
mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).”

“Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat
dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.10

9
Zakiah Darajat, dkk., loc. cit, h. 38
10
Al-Qur’an Alkarim Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005),
h. 427
12

Berdasarkan penjelasan pada poin sebelumnya bahwa orang tua

merupakan pendidik pertama bagi anak. Oleh karena itu, orang tua

memiliki tanggung jawab yang sangat penting terhadap anaknya.

Pendidikan pertama yang harus diberikan oleh orang tua kepada

anaknya adalah tentang cara anak itu mengenal Tuhannya dalam artian

pendidikan Aqidah, karena pendidikan Aqidah akan melahirkan keimanan

dari sang anak dan menjadikan anak tersebut memiliki akhlak yang terpuji.

Orang tua hendaknya menyadari bahwa anak yang ada padanya adalah

titipan Allah Swt. Maka, orang tua bertanggung jawab dalam

kesejahteraan jasmani maupun rohani.

Allah Swt. berfirman dalam Q.S An-Nisa’ [4] ayat 9:

©!$# (#θà)−Gu‹ù=sù öΝÎγøŠn=tæ (#θèù%s{ $¸ ≈yèÅÊ Zπ−ƒÍh‘èŒ óΟÎγÏ ù=yz ôÏΒ (#θä.ts? öθs9 šÏ%©!$# |·÷‚u‹ø9uρ

∩∪ #´‰ƒÏ‰y™ Zωöθs% (#θä9θà)u‹ø9uρ

Terjemahnya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir tehadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.”11

Ayat tersebut dapat diketahui bahwa kelemahan ekonomi,

kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak,

akibat kekurangan makanan yang bergizi: merupakan tanggungjawab

kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam memberikan solusi dan

11
Ibid, h: 78
13

kemurahan. Yaitu untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi

hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang

tua itu meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat

desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap

kesejahteraannya.

Allah Swt. berfirman dalam Q.S Maryam [19] ayat 59:

$†‹xî tβöθs)ù=tƒ t∃öθ|¡sù ( ÏN≡uθpꤶ9$# (#θãèt7¨?$#uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãã$|Êr& ì#ù=yz öΝÏδω÷èt/ .ÏΒ y#n=sƒm *
Terjemahnya:

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang


menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui kesesatan.12

Ayat tersebut menceritakan bahwa setelah Allah menceritakan

tentang golongan orang-orang yang beruntung, yaitu para Nabi dan para

pengikut mereka yang menegakkan hukum-hukum dan perintah-perintah

Allah, serta menunaikan fardhu-fardhu ketentuan Allah, lagi meninggalkan

berbagai ancaman-Nya; Dia menyebutkan bahwa: Fakhalafa mim

ba’diHim khalfun (“Akan datang sesudah mereka satu generasi,”) yaitu

generasi (kurun) lain; adlaa’ush shalaata (“Yang menyia nyiakan shalat,”)

dan jika mereka menyia-nyiakannya, maka kewajiban-kewajiban lain pasti

lebih diremehkan. Karena shalat adalah tiang agama dan sebaik-baik

amal seorang hamba. Kemudian, mereka pasti akan menuruti

kesenangan dan kelezatan dunia, serta senang dengan kehidupan dunia,

12
Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005), h. 309
14

mereka merasa tenteram di dalamnya. Mereka itu akan ditimpa “ghayya,”

yaitu kerugian pada hari Kiamat.

Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut

Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut:

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang


paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan
merupakan dorongan alami untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan
falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh
peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan
setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai
dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.13
Bagi anak-anak keluarga merupakan lingkungan sosial pertama

yang dikenalnya, karena sejatinya setap anak terlahir fitrah dan keluarga

yang menjadi penentu. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal

bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Hal tersebut sesuai sabda

Rasulullah saw. sebagai berikut:

‫ ُﻣ ُﺭﻭﺍ ﺃ َ ْﻭ َﻻ َﺩ ُﻛ ْﻡ‬:‫ﺳﻠﱠ َﻡ‬


َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋ َﻠ ْﻳ ِﻪ َﻭ‬ َ ِ ‫ﺳﻭ ُﻝ ﱠ‬ ُ ‫َﻋ ْﻥ ﺃ َ ِﺑﻲ ُﻫ َﺭﻳ َْﺭﺓ َ َﻗﺎ َﻝ َﺭ‬
‫ﻋ ْﺷ ٍﺭ‬ َ ‫ َﻭ ُﻫ ْﻡ ﺃ َ ْﺑﻧَﺎ ُء‬،‫ َﻭﺍﺿ ِْﺭﺑُﻭ ُﻫ ْﻡ َﻋ َﻠ ْﻳ َﻬﺎ‬، َ‫ﺳﺑْﻊِ ِﺳ ِﻧﻳﻥ‬
َ ‫ﺻ َﻼﺓِ َﻭ ُﻫ ْﻡ ﺃ َ ْﺑﻧَﺎ ُء‬
‫ِﺑﺎﻟ ﱠ‬
‫ﺎﺟﻊ‬
ِ ‫ﺿ‬َ ‫ِﺳ ِﻧﻳﻥَ َﻭ َﻓ ِ ّﺭﻗُﻭﺍ َﺑ ْﻳ َﻧ ُﻬ ْﻡ ِﻓﻲ ْﺍﻟ َﻣ‬

‫) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻭﺩﺍﻭﺩ‬

13
Zakiah Darajat, dkk., loc. cit, h. 38
15

Artinya:
“Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat di waktu dia berumur
tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau sudah berumur sepuluh
tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya
antara anak laki-laki dan perempuan)”. (HR. Abu Daud)14

Rasulullah menjelaskan dalam hadits ini bahwa orang tua harus

memerintahkan anaknya untuk shalat mulai dari berumur tujuh sampai

sepuluh tahun. Orang tua bisa introspeksi diri apakah kewajiban ini sudah

ditunaikan sebelum dia minta anaknya berbakti kepadanya dan minta hak-

haknya selaku orang tua. Jangan sampai dia cuma ingat kewajiban

anaknya untuk berbakti kepada dirinya, sementara dia belum menunaikan

kewajibannya sepenuhnya selaku orang tua terhadap anaknya.

Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa

keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh

karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan

tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada

semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu

mengazankan ke telinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama

yang baik, mengajarkan membaca al-Qur’an, membiasakan shalat serta

bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama.15

Hukuman dan penghargaan dari orang tua yang diberikan

terhadap tingkah lakunya, banyak memberikan perhatian pada anak

dalam belajar bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupan

14
Abu daud, Op, chit. h, 75.
15
Jalaluddin, Psikologgi Agama (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 220.
16

sehari-hari. Tingkah laku yang mendapat penghargaan dari orang tua

akan menimbulkan pengertian kepada anak bahwa tingkah laku tersebut

diterima oleh lingkungannya. Sebaliknya, hukuman yang diberikan oleh

orang tua memberikan pengertian pada anak bahwa tingkah laku tersebut

tidak dikehendaki.16

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, orang tua tanggung

jawab utama dalam pendidikan anak. Hal itu telah dijelaskan dalam sisi

agama maka penting diperhatikan oleh setiap orang tua cara-cara

mendidik anak yang baik agar tanggung jawabnya terlaksana, anak-anak

pun dapat menerima haknya dengan baik.

4. Prinsip-prinsip orang tua dalam membina anak

Untuk menghindari perkembangan jiwa yang tidak wajar,Islam

mengajarkan mengenai beberapa prinsip yang akan dilakukan orang tua

dalam membina putra-putrinya.

Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Anak ketika baru lahir berada dalam keadaan tidak berdaya dan

dalam keadaan fitrah dengan potensi-potensi untuk bertumbuh

dan berkembang. Hal ini mengundang bantuan dan pengaruh

orang tua untuk mengarahkan dan memanfaatkannya sesuai

dengan perkembangan dan kesiapan anak untuk menerimanya

berlandaskan nilai-nilai dan norma-norma Islam.

16
Syamsuddin, Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak Berkualitas, loc.
cit, h. 34.
17

b. Hubungan dan suasana kekeluargaan yang memberikan rasa

aman dan cinta kasih kepada anak.Suasana rumah tangga yang

baik ditandai oleh hubungan dan suasana kekeluargaan yang

harmonis, sehingga setiap anggotanya merasakan aman dan

tentram yang diliputi oleh rasa cinta kasih sayang.Seperti yang

dikatakan oleh Musthafa Fahmi :

“Kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan yang ingin


dipenuhi oleh anak, si anak memerlukan suatu perasaan bahwa
ada kasih sayang yang memberikan kehangatan baginya.”17

Perasaan aman dalam jiwa meliputi tiga syarat pokok, yaitu :

kasih sayang, penerimaan, dan kestabilan. Perasaan anak bahwa ia

disayangi orang tuanya adalah sangat penting bagi pertumbuhannya, baik

dari segi emosi, biologi maupun mental anak.

Kasih sayang tidak dapat berperan baik dalam membuat anak

merasa aman, kecuali apabila anak merasa bahwa dirinya diterima dalam

keluarga, ia mendapat tempat dalam keluarga dan anak merasa orang

tuanya telah berkorban untuk kebahagiaannya. Adapun kestabilan

keluaraga juga sangat penting bagi pencapaian rasa aman anak. Semakin

harmonis hubungan antar anggota keluarga maka pertumbuhan anak

akan semakin stabil pula. Dan sebaliknya apabila lingkungan keluarga itu

17
Mustafa Fahmi, kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
(Jakarta: bulan bintang, 1974), h. 56.
18

goncang, tidak ada kesesuaian, miskin dari nilai-nilai moral, maka

pertumbuhan anak terhambat, jiwanya goncang dan tidak stabil.18

c. Orang tua adalah pendidik yang bertanggung jawab atas

pembinaan anak-anaknya. Syariat Islam telah menjadikan orang

tua bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak dengan

dasar bahwa anak adalah amanah Tuhan untuk dipelihara dan

akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan kelak.

d. Kewibawaan orang tua sebagai pendidik anaknya

dirumah.Orang tua yang memiliki kewibawaan adalah orang tua

yang mengetahui norma dan perilaku yang baik serta berusaha

hidup sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini, sehingga

anak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan pribadi orang

tuanya. Tingkat kewibawaan orang tua terhadap anak-anaknya

sebanding dengan tingkat realisasi nilai dan norma dalam

pribadinya.

e. Orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya. Orang tua dalam

mendidik anak-anaknya tidak cukup hanya dengan nasehat-

nasehat, dalam arti memberikan pengetahuan tentang nilai dan

sikap yang baik saja, akan tetapi harus dimulai dengan mendidik

diri sendiri, yaitu dengan memberi contoh terlebih dahulu kepada

18
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian (Peran Moral Intelektual, Emosional
dan Sosial Sebagai Wujud Integras Membangun Jati Diri), (Cet. II; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), h.78
19

anak-anaknya.19 Sikap dan perilaku terpuji orang tua terhadap

anaknya mencerminkan ia mempunyai kepribadian luhur yang

akan dijadikan contoh ideal bagi perilaku pribadinya sehari-hari.

f. Penanaman budi pekerti yang baik dalam keluarga adalah tugas

utama oang tua terhadap anaknya.Seseorang yang berbudi

pekerti baik adalah seseorang yang perbuatan dan perilakunya

sesuai dengan nilai dan norma yang baik yang berlaku dalam

masyarakat. Untuk tercapainya keseimbangan antara norma

dalam keluarga dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sehubungan dengan hal itu, maka orang tua di rumah selalu

menanamkan akhlak yang baik agar anak hidup serasi dan bahagia dalam

lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai ciri pokok seseorang

yang berakhlak mulia adalah rasa tanggung jawab.

Tanggung jawab adalah mengetahui nilai dan norma, terutama

hak dan kewajiban dan berusaha hidup sesuai dengan nilai dan norma

yang diyakini. Akhlak baik yang ditopang oleh pengetahuan dan

ketrampilan yang bermanfaat akan tercermin dalam bentuk amal kebaikan

yang dampaknya akan kelihatan dalam kehidupan pribadinya di

lingkungan keluarga serta dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya.20

Di tangan orang tualah (ibu apak), anak-anak akan menjadi

amanah, kabar gembira, musuh, cobaan, hiburan, fitnah dan perhiasan

dunia atau menjadi baik atau buruk. Mereka akan tumbuh dan
19
Rahmat Suyud, Pokok-pokok Ilmu Jiwa Perkembangan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah IAIN SUKA,1978), h. 30.
20
WJs. Poerwadarminta, Op. Cit, h. 38.
20

berkembang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang luhur, dan

tingkah laku yang ditanamkan oleh orang tuanya

B. Penanaman Akhlak Anak

1. Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab, jamak dari kata khuluq

atau al-khaliq yang artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat.21 Sedangkan secara terminologis akhlak adalah perbuatan yang

menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela,

tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.22

Akhlak mengajarkan kita untuk meraih keutamaan bagi diri

sendiri dengan berakhlak baik, patuh kepada kewajiban, manusiawi,

berbudi, setia, berwatak baik, riang gembira, dan jujur. Selain itu, agama

juga mengajarkan untuk mempertahankan hak-hak kita dengan tidak

melampaui batas (tidak merampas hak milik, kehormatan, atau pun nyawa

orang lain). Selain itu, agama mengajarkan kita untuk berusaha mengejar

ilmu pengetahuan dan, pada akhirnya, dengan akhlak yang baik dapat

menegakkan keadilan dalam segala urusan dan melaksanakannya secara

wajar.23

21
Kementerian agama, buku siswa akidah akhlak ,( jakarta : kementerian
agama , 2014) ,h. 31
22
A. Rachman Assegaf , Studi Islam Kontekstual, (Yogyakarta: Gama Media,
2005) ,h. 161
23
Muhammad Husain Thabathabai’i, inilah islam ( Jakarta: Sadra Press,
2011), h. 18.
21

Untuk memperjelas pemahaman tentang pengertian akhlak,

penulis merasa perlu memperdalam tentang pengertian akhlak dari

beberapa ahli, antara lain:

1. Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah suatu


sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)
2. Ibnu Maskawaih memberikan definisi akhlak sebagai keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih
dulu
3. Ahmad amin memberikan definisi akhlak sebagai kehendak
yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.24

Dari uraian diatas, akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang,

yaitu keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut

benar-benar telah melekat sifat-sifat yang merlahirkan perbuatan-

perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-

angan lagi. Kunci akhlak sesorang itu berada pada jiwa orang itu sendiri,

jika jiwanya baik, maka akan melahirkan perbuatan atau akhlak yang baik.

Sebaliknya, apabila jiwanya buruk akan melahirkan akhlak yang buruk.

Oleh karena itu, untuk mengetahui baik buruknya akhlak seseorang bisa

dilihat dari perbuatannya dan gerak-geraknya secara lahiriyah.

2. Dasar-dasar Akhlak dan Tujuan Pendidikan Akhlak

Setiap kali disebut akhlak, maka yang dimaksud adalah akhlak

yang didasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah, bukan yang

24
Nur khalisah latuconsinah, Aqidah Akhlak Kontemporer (Makassar;
Alauddin University Press 20014), h. 209.
22

lainnya.25Dalam konsep akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan buruk,

terpuji atau tercela, semata-mata berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-

Hadits. Oleh karena itu dasar dan pembinaan akhlak ada dua, yaitu Al-

Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu

sendiri.26 Segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya

pada hakikatnya adalah untuk mencapai kebahagiaan, sedangkan

kebahagiaan, menurut sistem akhlak yang islami dapat dicapai dengan

jalan menuruti perintah-Nya dengan cara menjalankan segala

perintahNya, dan menjahui segala laranganNya, sebagaimana yang

tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an

dan Al-Hadits.

Islam menganjurkan agar kita berakhlak positif dengan

mencontoh perilaku Nabi SAW, karena dalam diri beliau terdapat suri

teladan yang baik. Dasar akhlak Islam berdasarkan Al-Qur’an.

a) Al-Qur’an

Firman Allah dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 21 :

tx.sŒuρ tÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9

∩⊄⊇∪ #ZŽÏVx. ©!$#

Terjemahnya:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

25
Ibid, h. 113.
26
Kementerian Agama, Op.cit, h. 33
23

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut


Allah.27

Dalam surah Al-Qalam [68] ayat 4 menjelaskan :

∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7¯ΡÎ)uρ

Terjemahnya :
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.28

b) Al-Hadits

Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi akhlakul

karimah. Banyak hadits yang menerangkan dan menunjukkan masalah

akhlakul karimah. Rasulullah sendiri benar-benar memiliki akhlakul

karimah.

sebagaimana yang diajarkan di dalam Al-Qur’an. Sabda Rasulullah :

ْ‫ﺳﻠﱠ َﻡ ﺃ َ ْﻛ َﻣ ُﻝ ْﺍﻟ ُﻣﺅ‬


َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋ َﻠ ْﻳ ِﻪ َﻭ‬ ُ ‫َﻋ ْﻥ ﺃ َ ِﺑﻲ ُﻫ َﺭﻳ َْﺭﺓ َ َﻗﺎ َﻝ َﻗﺎ َﻝ َﺭ‬
َ ِ ‫ﺳﻭ ُﻝ ﱠ‬
(‫ﺳﺎ ِﺋ ِﻬ ْﻡ ُﺧﻠُﻘًﺎ )ﺍﻟﺗﺭﻣﺫﻯ‬ َ ‫ﺎﺭ ُﻛ ْﻡ ِﻟ ِﻧ‬
ُ ‫ِﺧ َﻳ‬

Artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang
memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang
terbaik akhlaknya.(HR.At-Tirmidzi)29

Rasulullah SAW bersabda:


27
Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya,
2014),h. 420.
28
Ibid, h. 564
29
Isngadi, Islamologi Populer, (Surabaya:Bina Ilmu,1984),h. 109
24

‫ﺳﻠﱠ َﻡ َﻳﻘُﻭ ُﻝ َﻣﺎ ِﻣ ْﻥ‬


َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋ َﻠ ْﻳ ِﻪ َﻭ‬ َ ‫ﻲ‬ ‫ﺳ ِﻣ ْﻌﺕُ ﺍﻟﻧﱠ ِﺑ ﱠ‬
َ ‫ﺍء َﻗﺎ َﻝ‬ِ ‫َﻋ ْﻥ ﺃ َ ِﺑﻲ ﺍﻟﺩ ْﱠﺭ َﺩ‬
‫ﺏ ُﺣ ْﺳ ِﻥ‬َ ‫ﺎﺣ‬
ِ ‫ﺻ‬ َ ‫ﻖ َﻭ ِﺇ ﱠﻥ‬ ِ ُ‫ﺍﻥ ﺃَﺛْ َﻘ ُﻝ ِﻣ ْﻥ ُﺣ ْﺳ ِﻥ ْﺍﻟ ُﺧﻠ‬
ِ َ‫ﺿ ُﻊ ِﻓﻲ ْﺍﻟ ِﻣﻳﺯ‬ َ ‫َﻲءٍ ﻳُﻭ‬ ْ ‫ﺷ‬
‫ﺻ َﻼ ِﺓ‬ ‫ﺻ ْﻭ ِﻡ َﻭﺍﻟ ﱠ‬‫ﺏ ﺍﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﺎﺣ‬ ِ ‫ﺻ‬ ِ ُ‫ْﺍﻟ ُﺧﻠ‬
َ َ‫ﻖ َﻟ َﻳ ْﺑﻠُ ُﻎ ِﺑ ِﻪ َﺩ َﺭ َﺟﺔ‬
(‫)ﺍﻟﺗﺭﻣﺫﻱ‬
Artinya:
Abu Darda’ meriwayatkan: Aku mendengar Nabi Muhammad saw
berkata, “Tak ada yang lebih berat pada timbangan (Mizan, di hari
Pembalasan) dari pada akhlak yang baik. Sungguh, orang yang
berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan
sholat.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi)30
Tujuan pendidikan akhlak adalah mencapai kebahagiaan

kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia

maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah dan

mu’amalah ma’annas, insya Allah akan memperoleh rida-Nya. Orang

mendapat rida Allah niscaya akan memperoleh jaminan kehidupan baik di

duniawai maupun ukhrawi.31

Tujuan pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al

Thoumy Al- Syaibani “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah

menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat),

kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan,

kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa

yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan

pendidikan Islam itu sendiri.

30
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedia Muslim, (Jakarta: Darul
Falah,2004),h. 218
31
Alwan Khoiri dkk, Akhlak/ Tasawuf, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2005), hlm.7
25

Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan

pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik

laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat,

perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya)

dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan

perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan

bahwa perbuatan itu benar-benar keji).

Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan

pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia,

berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan

santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala

perbuatannya, suci murni hatinya”.32 Tujuan di atas selaras dengan tujuan

pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

32
Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam,Terj.
Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm.346.
26

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

3. Macam-macam Akhlak

Penggolongan akhlak secara garis besar ada dua, yaitu : akhlak

mahmudah artinya segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang

terpuji) dan akhlak mazmummah artinya segala macam sikap dan tingkah

laku yang tercela.33 Oleh karena itu sikap dan tingkah laku yang lahir

adalah merupakan cermin atau gambaran dari pada sifat atau kelakuan

batin.

a. Akhlak Mahmudah

Akhlak Mahmudah Adalah akhlak baik atau akhlak terpuji.

Firman Allah dalam QS. An-Nahl [16] ayat 90 :

Ï!$t±ósx ø9$# Çtã 4‘sS÷Ζtƒuρ 4†n1öà)ø9$# “ÏŒ Ç›!$tGƒÎ)uρ Ç≈|¡ômM}$#uρ ÉΑô‰yèø9$$Î/ ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) *

∩⊃∪ šχρ㍩.x‹s? öΝà6¯=yès9 öΝä3ÝàÏètƒ 4 Äøöt7ø9$#uρ ̍x6Ψßϑø9$#uρ

Terjemahan:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.34

Adapun akhlak terpuji yang harus dimiliki seorang muslim


adalah:
a) Berani dalam segala hal yang positif;

33
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf ,(Bandung : Pustaka Setia, 1999),h. 109
34
Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya,
2014),h. 277
27

b) Adil dan bijaksana dalam menghadapi dan memutuskan

sesuatu;

c) Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri;

d) Jujur, benar dan amanah;

e) Ikhlas, dan pemaaf;

f) Tawadu’ (rendah hati);

g) Mengutamaan perdamaian daripada perselisihan, dll.

h) Menjauhi sifat iri hati dan dengki.35

b. Akhlak Mazmummah

Akhlak mazmummah secara Linguistik adalah “tercela” atau


36
tidak terpuji. . Seseorang seharusnya menjauhi akhlak tercela. Berikut
adalah beberapa akhlak tecela yang harus dijauhi, antara lain:
a) Zalim terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Allah

b) Kikir dengan hartanya dan tidak mau bersedekah

c) Suka berbuat dosa dan permusuhan

d) Pendendam dan sulit memaafkan oranglain

e) Kufur terhadap nikmat Allah

f) Tidak mau berkorban untuk kepentingan agama, negara, dan

masyarakat.37

35
Kementerian agama,op. cit h. 49
36
Nur khalisah latuconsinah,op.cit h. 381
37
Kementerian agama,op. cit h. 66-67
28

4. Pengertian Anak

Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai

pengertian anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang kecil

ataupun manusia yang belum dewasa.38

Sedangkan menurut R.A Kosnan, anak-anak yaitu manusia

muda dalam umur muda, jiwa dan perjalanan hidupnya, karena mudah

terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.39

Hak anak menurut Tahun Internasional Anak 1979:


1. Haknya untuk menerima kasih sayang dan pengertian.
2. Untuk mendapat gizi yang cukup.
3. Pelayanan kesehatan yang memadai.
4. Menikmati pendidikan.
5. Kemungkinan untuk bermaindan berkreasi.
6. Mempunyai nama dan kebangsaan.
7. Menikmati prioritas pertama untuk ditolong dalam keadaan
musibah.
8. Belajar menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
mendapat kesempatan untuk menyumbangkan bakat-bakat
pribadi.
9. Dibesarkan dalam lingkungan kesejahteraan dan kerukunan,
dan menikmati hak-hak tersebut diatas tanpa membedakan
jenis kelamin, warna kulit, tingkat sosial, kebangsaan dan,
nasionalisme.40

5. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak

Untuk menyongsong kecerahan hidup masa depan anak

pelaksanaan pendidikan agama sangat penting. Dalam hal ini, maka Prof.

Dr. Zakiah Drajat memberikan kunci suksesnya sebagai berikut:

38
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:
Amirko, 1984), h.25
39
R.A.Koesnan, susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung:
Sumur, 2005), h.113
40
Dra. Suryanah, keperawatan anak untuk siswa spk, (Jakarta, penerbit buku
kedoteran BGC 1996), h. 1
29

a. Pembinaan pribadi anak

Hal ini dapat diusahakan melalui pendidikan formal maupun

informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan,

pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan

pembinaan pribadinya. Orang tua adalah Pembina pribadi yang pertama

dan utama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara

hidupnya dan perlakuan mereka, merupakan unsur pendidikan yang tidak

langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak

yang sedang bertumbuh itu. Sikap anak terhadap guru agama dan

pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya

terhadap agama dan guru agama. Jika guru agama mampu membina

sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan

akhlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja

mudah dan anak telah mempunyai pegangan atau dalam menghadapi

berbagai kegoncangan yang biasa terjadi.

b. Perkembangan Agama pada anak

Hal ini sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang

dilaluinya terutama pada masa-masa pertumbuhan yang awal dari umur 6-

12 tahun. Seorang anak yang pada masa anak tidak mendapat didikan

agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti

setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negative terhadap agama.

Anak mulai mengenail Tuhan melalui orang tua dan lingkungan

keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat


30

mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Hubungan anak

dengan orang tuanya mempunyai pengaruh dalam perkembangan agama

si anak. Anak yang merasakan adanya hubungan hangat (akrab) dengan

orang tuanya merasa bahwa dia disayangi dan dilindungi serta mendapat

perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan mengikuti

kebiasaan orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung taat beragama.

Untuk membina perkembangan agama pada anak-anak ini.

c. Pembiasaan pendidikan pada anak

Hal ini sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-

latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Yang akan

membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan

bertambah jelas dan kuat yang pada akhirnya tidak dapat tergoyahkan

lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Kebiasaan dan

latihan keagamaan sejak kecil yang dapat membuat anak cenderung

kepada melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk, yang hal ini

akan dapat membentuk sikap, membina moral, dan pribadi anak menjadi

manusia yang taat beragama.

Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut pelaksanaan

ibadah harus dibiasakan sejak kecil, yang hal ini akan menumbuhkan jiwa

rasa senang melakukan ibadah. Pembiasaan dalam melaksanakan

pendidikan agama pada anak sangat penting dalam pembentukan pribadi,

akhlak dan agama pada umumnya, yang akan memperbanyak unsur


31

agama dalam pribadinya dan memudahkan anak dalam memahami

ajaran-ajaran agama.41

41
Bakir Yusuf Barmawi, pembinaan kehidupan beragama islam pada anak,
(Semarang: Dina Utama Semarang, 1993), h, 40-41.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah analisis

kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen ) dimana peneliti adalah

instrumen kunci ,pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowbaal ,tehnik pengumpulan dengan trianggulasi

(gabungan) ,analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekanka makna daripada generalisasi.1

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontojai

Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto dan yang menjadi objek

penelitian dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak di Desa Bontojai

Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah:

a. Strategi Orang Tua

1
Sugiyono , metode penelitian pendidikan (cet.25;Bandung : Alfabeta ,2017 )
h, 15

32
33

b. Penanaman Akhlak Anak usia 6-12 tahun

2. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi Deskripsi Fokus Penelitian adalah:

a. Strategi orang tua

Strategi orang tua dalam menanamkan akhlak anak harus

dilakukan sedini mungkin. Karena orang tua bertanggung

jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan

melindungi anak serta bertanggung jawab atas terwujudnya

kesejahteraan anak.

b. Penanaman akhlak anak

Penanaman akhlak anak harus jugadilakukan sedini

mungkin agar seorang anak tidak berkarakter buruk apalagi

sampai menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan

dengan kekerasan mereka menganggap masalah akan

selesai, padahal akan menimbulkan kekerasan yang lain.

D. Sumber Data

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data Primer

“Data primer menurut sugiono adalah sumber data yang

langsung memberikan data yang langsung, memberikan data

kepada pengumpul data”.2 Berdasarkan pengertian di atas maka

2
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2006). h.105
34

dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data utama yang

didapatkan langsung dari apa yang diteliti. Adapun data primer

dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan

untuk memperoleh data dari respon den dimana yaitu orang tua

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut sugiyono dalah data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui

orang lain atau mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan

menggunakan literature yang dilakukan terhadap banyak buku dan

diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan

penelitian. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah

penelitian yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement

data primer yaitu kepala Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto.

E. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus

betul-betul direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga

menghasilkan data empiris sebagaimana adanya sebab penelitian akan

berhasil apabila banyak mengunakan instrument agar data tersebut dapat

menjawab pertanyaan. Penelitian dan menguji hipotesis, maka penulis

menggunakan beberapa teknik pedoman observasi, wawancara, dan

dokumentasi.
35

a. Pedoman observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan

sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian

dilakukan pencatatan.3 Observasi diartikan sebagai usaha mengamati

fenomena-fenomena yang akan di selidiki baik itu secara langsung

maupun secara tidak langsung dengan mengfungsikan secara alat indera

dari pengamatan untuk mendapatkan informasi dan data akan diperlukan

tanpa bantuan dan alat lain. Sedangkan observasi tidak langsung adalah

pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa

yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui filem,

rangkaian slide, atau rangakian photo. Dalam menggunakan teknik

observasibaik langsung maupun tidak langsung diharapkan

mengfungsikan setiap slat indera untuk mendapatkandata yang lengkap .

b. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi antara respon untuk

menemukan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap

muka dan bercakap-cakap secara lisan dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaan yang menghubungkan dengan informasi yang

diperlukan dengan jarak yang dibutuhkan secara lisan pula, memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil

bertatap muka antara sipenannya atau pewancara dengan si pengaruh

atau responden yang menggunakan alat panduaan wawancara.


3
P. Joko Subagyo, metodologi dalam teori dan praktek (Jakarta: rineka cipta,
2004),h. 63.
36

c. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan

atau kejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama dan teknik

pengumpulan data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan

sebagainya. Dalam hal ini penulis menggunakan catatan dokumentasi

untuk memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang lebih akurat dan

dapat dipertanggung jawabkan.

F. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara: Riset lapangan, yaitu cara penghitungan data dengan penulis

lagsung turun ke lapangan. Dalam hal ini Desa bontojai kecamatan

tamalatea kabupaten jeneponto guna mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu data yang

dikumpulkan ini bersifat emperis. Kemudian dalam penelitian lapangan ini

penulis menggunakan teknik-tekni pengumpulan data, sebagai berikut;

1. observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki.4

2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.5

4
Nana Syaohdih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h 220.
5
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011). h 330.
37

3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari

referensi yang membahas tentang objek peneliitian.6

G. Tekhnik Analisis Data

Pada tahapan ini data yang telah dikumpulkan baik melalui

penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, terlebih dahulu

diolah kemudian dianalisis. Dalam pengolahan analisis data ini,

dipergunakan beberapa metode, yaitu:

1. Metode induktif yaitu, suatu metode penulisan yang berdasarkan

pada hal-hal yang bersifat khusus dan hasil analisa tersebut dapat

dipakai sebagai kesimpulan yang bersifat umum.7

2. Metode deduktif yaitu, metode penulisan atau penjelasandengan

bertolak dari pengetahuan bersifat umum. Atau mengolah data dan

meganalisa dari hal-hal yang sifatnya umum guna mendapatkan

kesimpulan yang bersifat khusus.8

3. Metode komperatif, yaitu analisis data yang membandingkan

pendapat yang berbeda kemudian pendapat tersebut di rumuskan

menjadi kesimpulan yang bersifat objektif.9

6
Burhan Bungin.Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121.
7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet, XXX; Yogyakarta: Andi Offset,
1987), h. 42
8
Ibid, h. 36
9
Winarno Surachman, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar, Metode, dan
teknik.(Bandung: Tarsita, 1990), h.. 135
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Desa Bontojai

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bontojai merupakan salah satu desa yang masuk dalam

wilayah kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi

Selatan dengan luas wilayah 3,6 km2.

Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:

Tabel I

Batas Wilayah Desa

Batas Desa Kecamatan

Sebelah Utara Ujung Batu Tamalatea

- Bontomanai
Sebelah Selatan Tamalatea
- Bontojai

Sebelah Barat Kassika Tamalatea

Sebelah Timur Bonto Baddo Tamalatea

(sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

Jeneponto tahun 2016)

38
39

Tabel II

Luas dan Rincian Wilayah

No Rincian wilayah Jumlah (Ha)

1. Luas daerah pemukiman 80,10

2. Luas daerah perkebunan 97,41

3. Luas daerah persawahan 35,00

(sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto tahun 2016)

2. Jumlah Penduduk Desa Bontojai

Desa Bontojai merupakan desa yang berpenduduk cukup padat,


dan terdiri dari 5 Dusun 10 RK. Hal ini dapat dilihat dari hasil pendataan
yang dilakukan oleh kader masyarakat (KPM) tercatat jumlah penduduk
desa Bontojai sekitar 2758 jiwa. Perempuan 1377 jiwa, laki-laki 1381 jiwa
dari 797 KK.

Tabel III

Jumlah Jiwa Penduduk Desa Bontojai untuk Setiap Dusun

Dusun Dusun Dusun Dusun Dusun Bt.


Bt.manai Bt.jai Ujung Batu Kassika baddo

P L P L P L P L P L

381 405 359 361 226 225 225 216 186 174

Total 786 Total 720 Total 451 Total 441 Total 360

(sumber data: hasil densus penduduk Desa Bontojai tahun 2016)


40

Tabel IV

Jumlah Kepala keluarga di Desa Bontojai berdasarkan

Jenis Mata Pencaharian

Jenis Dusun Dusun Dusun Dusun Dusun


Kelamin Bt.Manai Bt.jai Ujung Kassika Bt.Baddo
Batu
Laki-laki 405 361 225 216 174

Perempua
381 359 226 225 186
n

Jual-jualan 15 15 8 5 4

Petani
- 5 85 68 70
rumput laut

Bengkel 2 1 - - -

Jual ikan 3 5 2 1 -

Nelayan - - 30 13 17

Tukang
10 15 5 5 5
ojek/bentor

Petani 120 81 - - -

Tukang
- 4 - - -
kayu

Sopir 15 10 5 5 5

PNS 8 9 5 3 3

Guru ngaji 5 5 2 2 2
41

Tidak
punya 15 18 11 9 10

pekerjaan
Tukang
9 15 - - -
batu

(sumber data: hasil sensus penduduk Desa Bontojai tahun 2016)

3. Sarana, Prasarana dan Tingkat Pendidikan

Masyarakat desa Bontojai sebagian besar tamatan SD,

sebagian lagi tamatan SMP, SMA, bahkan malah tidak sekolah sama

sekali atau putus sekolah. Hanya sebagian yang bisa melanjutkan ke

perguruan tinggi. Dari hasil sensus, rata-rata tingkat pendidikan keluarga

miskin hanya dapar menempuh pendidikan dasar, bahkan banyak yang

tidak tamat. Hal ini dipengaruhi oleh desakan ekonomi, faktor lingkungan

bahkan faktor rendahnya kemauan anak-anak untuk menuntut ilmu. Selain

itu banyak anak-anak yang putus sekolah karena perkawinan di usia

muda.

Tabel V

Sarana dan Prasarana Desa Bontojai

No Sarana dan Prasarana Volume

1. Kantor Desa 1 Unit

2. TK/PAUD (TK YASPIT Bontojai) 1 Unit

3. SD/MI ( SD Inpres 228 Bontomanai) 1 Unit

4. SMP/MTs (MTs Borong Tala) 1 Unit


42

5. SMA/MA (SMA YASPIT Bontojai) 1 Unit

6. Pasar Desa -

7. Jalan Poros Desa 3 km

8. Dekker Plat 2 Unit

9. Jalan Tani 3000 m

10. Drainase 6000 m

11. Jalan Setapak Paving Blok 5000 m

12. Masjid 5 Unit

13. Posyandu 5 Unit

14. Pustu 1 Unit

15. Sumur Perpipaan 1 Unit

16. Bak Penampung 3 Unit

(sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan TamalateaKabupaten

Jeneponto tahun 2016)

4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bontojai

Tabel VI

Struktur organisasi pemerintahan desa Bontojai

periode 2016-2021

No Nama Jabatan

1. Muh. Sahrir Kepala Desa

2. Misbahuddin Sekretaris Desa

3. Hasni S KAUR TU
43

4. Indarwansyah KAUR Keuangan

5. Al Munawir, S.Pdi KAUR Perencanaan

6. Tahiruddin KASI Pemerintahan

7. Muh. Suking, S.Pdi KASI Pelayanan

8. Ratnawati KASI KESRA

9. Sulaeman Kadus Bontomanai

10. Juruddin Kadus Bontojai

11. Jamaluddin Kadus Ujung Batu

12. Baharuddin Kadus Kassika

13. Salehuddin Kadus Bonto Baddo

(sumber data: Kantor Desa Bontojai)

5. Visi dan Misi Desa Bontojai

a. Visi Desa Bontojai

“Melayani masyarakat desa Bontojai secara menyeluruh

demi terwujudnya desa yang beriman untuk menuju desa

yang sehat, maju, aman, dan sejahtera”.

b. Misi Desa Bontojai

Berdasarkan Visi pembangunan desa Bontojai yang

ditetapkan misi-misi untuk mewujudkan Visi berdasarkan

bidang-bidang pembangunan desa Bontojai tahun 2016-

2021 sebagai berikut:

1) Meningkatlkan keimanan dan ketaqwaan seluruh

masyarakat desa Bontojai


44

2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) baik

kualitas maupun kuantitas

3) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

B. Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

Jeneponto

Akhlak anak harus selalu mendapatkan perhatian karena anak

dalam proses berkembang sehingga memerlukan bimbingan,

pemahaman dan wawasan tentang dirinya dan lingkungan. Proses

perkembangan anak tidak selalu berjalan mulus. Itulah mengapa akhlak

anak dalam kehidupan sehari-harinya terkadang tidak sesuai yang

diharapkan oleh orang tua karena tidak sesuai dengan norma-norma dan

ajaran Islam.

Peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Iskandar sebagai

salah seorang tokoh masyarakat mengenai akhlak anak di desa Bontojai

ini beliau mengatakan bahwa:

Akhlak anak di desa ini masih memprihatinkan karena masih ada


beberapa anak yang akhlaknya perlu dibina dan di bimbing dengan
baik. Meskipun ada juga sebagian anak yang akhlaknya sudah
bagus tapi mereka masihg cenderung labil, sehingga ketika berada
di lingkungan yang kurang mendukung akan berpengaruh terhadap
tingkah dan perilakunya.

Akhlak anak saat ini masih perlu dibina dan di bimbing dengan

baik agar tidak salah langkah. Sementara ungkapan oleh ibu Ratna S.Ag
45

sebagai salah seorang guru agama di SD inpres 228 Bontomanai

mengatakan bahwa:

Akhlak anak di desa ini sudah lumayan bagus, tercermin dari


sebagian besar anaknya sopan dan santun dalam kehidupan
sehari-hari. Karena para orangtua selalu mananmkan nilai-nilai
akhlak dan tata cara menghargai orang yang lebih tua.

Dikutip dari pernyataan ibu Ratna S.Ag bahwa akhlak anak saat

ini sudah lumayan bagus. Kemudian bapak Sirajuddin selaku tokoh

Agama di Desa Bontojai mengatakan bahwa:

Akhlak anak di desa ini masih perlu dibina dengan baik karena
sering saya mendengar mereka membentak orang yang lebih tua
darinya, seperti tidak ada rasa hormatnya kepada yang lebih
dituakan, padahal sering pak imam dusun menyampaikan nasehat
kepada anak-anak di desa bontojai ini.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat

menyimpulkan bahwa akhlak anak di desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto ini masih harus dilakukan pembinaan dan

pembimbingan serta memberikan contoh yang baik dimulai dari sejak dini,

sehingga akhlak anak ketika sudah dewasa dapat terkontrol dengan baik.,

C. Strategi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa

Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto

Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-

anaknya, karena merekalah yang mula-mula memberikan bimbingan dan

arahan. Umumnya dalam rumah tangga bukan berpangkal dari kesadaran

dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan ia lahir

secara kodrat. Situasi pendidikan ini terwujud berkat adanya pergaulan


46

dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang

tua dan anak.

Orang tua dalam hal ini ibu dan ayah memegang peranan atas

pengaruh pendidikan bagi keluarganya, terutama bagi anak-anaknya.

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya berkembang secara

sempurna. Anak yang dilahirkannya diharapkan menjadi anak yang sehat,

kuat, berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman.

Upaya untuk mencapai tujuan di atas, orang tualah yang

mempunyai tanggung jawab yang besar nterhadap pertumbuhan dan

perkembangan anaknya. Sejak anak lahir, orang tua selalu memberikan

arahan, mulai dari memperkenalkan sesuatu sampai kepada

memahaminya.

Peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Abdul Yakin

salah seorang tokoh masyarakat mengenai strategi orang tua dalam

penanaman akhlak anak, bapak Abdul Yakin mengatakan bahwa:

Sebagai orang tua strategi yang saya gunakan dalam penanaman


akhlak anak saya yaitu dengan cara menjadi tauladan bagi anak
saya, baik dalam hal sifat, sikap maupun kebiasaan lainnya yang
positif sebab orang tua merupakan contoh yang akan dianut oleh
anak-anak hingga dewasa nanti, jika kita ingin anak-anak bersikap
sopan, bertutur kata yang lembut dan baik, jujur, rajin beribadah
maka kita harus bersikap yang sama sebagai panutan.1

Berdasarkan wawancara di atas di pahami bahwa dengan

menjadi teladan bagi anak merupakan salah satu strategi yang dapat

membantu dalam menanamkan akhlak pada anak. Karena dengan

1
Abdul Yakin, wawancara, pada hari senin tanggal 27 Agustus 2018
47

menjadi teladan bagi anak, anak akan mengingat apa yang pernah kita

lakukan atau ucapkan. Contohnya bersikap sopan, dan bertutur kata yang

baik, jujur dan rajin beribadah.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan ibu Nurmiati, S.Pd

sebagai salah seorang guru di sekolah Madrasah Aliyah di MTs Borong

Tala yang menyatakan:

Kita sebagai orang tua mempunyai peranan penting didalam


keluarga, harus berupaya menjadi teladan bagi anak-anak dengan
memberikan contoh-contoh dan pembiasaan yang baik dan islami
dalam hal ibadah yakni shalat dan membaca Al-Qur’an dan beretika
seperti , mendidik anak berperilaku baik, membiasakan anak
bersikap sopan, bertutur kata yang baik, suka menolong, saling
menghargai dan menghormati, serta memberikan teladan yang
baik, agar menjadi anak yang shaleh, berilmu, beriman dan
berakhlak mulia.2

Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa memberikan

keteladanan yang baik terhadap anak adalah penopang dalam upaya

menanamkan nilai-nilai akhlak bagi anak. Oleh karena itu, dalam membina

dan mendidik anak tanpa memberikan teladan yang baik, akhlak anak

tidak akan berhasil.

Sedangkan menurut ibu Basmiwati (IRT) mengatakan bahwa:

Senantiasa memberikan nasehat kepada anak merupakan salah


satu strategi yang baik dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak,
olehnya itu sebagai orang tua harus berusaha semaksimal mungkin untuk
sering bercerita dan memberikan nasehat kepada anak-anaknya, dari
pada mengambil tindakan menghukum dan membiarkan anak begitu saja
apabila melakukan kesalahan. Strategi yang dilakukan orang tua dalam
memberikan nasehat kepada anak adalah dengan menghargai orang tua,
bersikap sopan santun, Contohnya mengikutkan anak pada kegiatan
pengajian (TPA), membiasakan anak mendengarkan ceramah.3

2
Nurmiati, wawancara, pada hari senin tanggal 27 Agustus 2018
3
Basmiwati, wawancara, pada hari selasa tanggal 28 Agusutus 2018
48

Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa strategi yang baik

dalam menanamkan akhlak pada anak yaitu dengan memberikan

nasehat. karena dengan memberikan nasehat kepada anak, membuat

anak lebih memahami apa yang kita sampaikan. Contohnya mengikutkan

anak pada kegiatan pengajian (TPA), membiasakan anak mendengarkan

ceramah.

Sementara ungkapan dari ibu Mariati (IRT) bahwa strategi orang

tua dalam penanaman akhlak anak yaitu:

Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan misalnya membiasakan


anak shalat dan membaca Al-Qur’an, mengucapkan salam pada
waktu masuk dan meninggalkan rumah, melafalkan basmalah
setiap memulai kegiatan dan melafalkan alhamdulillah setelah
menyelesaikan suatu pekerjaan atau setiap mendapat nikmat Allah
swt. Karena dengan adanya pembiasaan itu akan menjadi contoh
dan membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Dan
pembiasaan akan terbentuk bila dilatih dan di ulang-ulang.4

Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu

strategi dalam menanamkan akhlak pada anak yaitu salah satunya

dengan melakukan pembiasaan. Karena dengan adanya pembiasaan

akan membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Contohnya

membiasakan anak untuk melakukan shalat dan membaca al-Qur;an.

Dari hasil wawancara tersebut peneliti mengambil kesimpulan

bahwa strategi orang tua dalam penanaman akhlak anak di Desa Bontojai

Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto yaitu dengan melalui

keteladanan diantaranya jujur, beribadah, kemudian nasehat diantaranya

4
Mariati, wawancara, pada hari rabu tanggal 29 Agustus 2018
49

hargai orang tua, sopan santun. Sedangkan dalam hal pembiasaan

diantaranya mebiasakan anak mebaca al-Qur’an, membiasakan anak

memberikan salam ketika hendak masuk ataupun mau keluar dari rumah..

Penanaman akhlak anak sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak ketika

telah dewasa dapat menjadi anak yang diharapkan. Penanaman akhlak

anak sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak ketika telah dewasa dapat

menjadi anak yang diharapkan. Keteladanan, memberikan nasehat, dan

pembiasaan dalam menanamkan akhlak anak merupakan strategi yang

berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,

kepribadian serta tingkah laku anak.

Serta dalam penanaman akhlak anak, orang tua sebagai

pendidik pertama dan utama haruslah mempunyai landasan keilmuan

agama sebagai landasan utama mengajarkan hal-hal yang sudah diatur

dalam agama yang nantinya seorang anak tidak hanya akan paham

denga ilmu agama bahkan akan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-

hari untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

D. Hambatan yang Dihadapi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak

Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten

Jeneponto

Terkadang ada orang tua yang jarang sekali berbicara secara

pribadi dengan anaknya. Ketika anak membuat kesalahan mereka hanya

mendiamkannya, karena mereka terkadang berpikir begitulah cara untuk

menhukum anak. Ada juga orang tua yang kebanyakan berbicara mereka
50

selalu menceramahi remaja dengan aturan-aturan yang membelenggu

menurut anak sehingga mereka bosan.

Peneliti mengajukan pertanyaan kepada ibu Johra (IRT)

mengenai hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak

anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto, ibu

Johra mengatakan bahwa:

Kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua


menjadi hambatan dalam menanamkan akhlak bagi anaknya. Ini
mengingat banyaknya kasus yang terjadi pada anak karena
kemerosotan moral dan akhlak yang tidak baik. Dalam hal ini peran
orang tua sangat penting untuk mengajarkan dan menanamkan
moral dan akhlak yang baik dalam pembentukan karakter dan
kepribadian yang baik bagi seorang anak.5

Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu yang

menjadi hambatan orang tua dalam penanaman akhlak anak adalah

kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua. Jika orang

tua kurang pemahaman dan pengetahuan agamanya akan susah untuk

menanamkan akhlak pada anak itu sendiri. Karena pemahan dan

pengetahuan agama sangat penting bagi orang tua dalam mendidik anak.

Sementara ungkapan oleh ibu Dahlia (IRT) mengatakan bahwa:

Pengaruh lingkungan sangat kuat sekali pengaruhnya terhadap


akhlak anak, sehingga orang tua hendaknya dapat mengontrol
akhlak anak dalam kesehariannya. Peran lingkungan yang sangat
berpengaruh dalam akhlak anak, maka orang tua dapat
memberikan landasan yang kuat kepada anak melalui pendidikan
agama dan memberikan kasih sayang yang penuh kepada anak,
agar anak tidak terpengaruh dengan lingkungannya.6

5
Johra, wawancara, pada hari kamis tanggal 30 Agustus 2018
6
Dahlia, wawancara, pada hari jumat tanggal 31 Agustus 2018
51

Dari wawancara di atas di pahami bahwa pengaruh lingkungan

menjadi hambatan orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak.

Setiap orang tua harus mengontrol akhlak anak dalam kesehariannya.

Karna peran lingkungan sangatlah berpengaruh dalam akhlak anak.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak Baharuddin

sebagai kepala dusun Kassika beliau mengatakan bahwa:

Pengaruh pergaulan anak dilingkungannya serta media seperti


televisi mulai mengkhawatirkan para orang tua akan dampak
negatifnya. Anak-anak adalah peniru yang akan meniru apa yang
dilihat dan didengar dari lingkungannya, sehingga terkadang anak
ketika ke asyikan bermain dan nonton televisi itu terkadang susah
diatur baik waktu beribadah, belajar, makan, tidur, dan lain-lain.7

Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu

hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman aklak anak adalah

pengaruh pergaulan anak dilingkungan serta media seperti televisi.

Karena anak biasanya meniru apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar.

Sementara menurut ibu Syambriati (IRT) mengatakan bahwa:

Kami menyadari bahwa didalam membimbing anak dalam hal ini


menanamkan nilai-nilai akhlak bagi anak, orang tua harus
senantiasa berkumpul dengan anak, bermain bersama, serta shalat
berjamaah bersama dan lain-lain, akan tetapi adanya faktor
kesibukan yang lain sehingga waktu kami dirumah jarang, jadi
perhatian kami terhadap anak kurang.8

Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa yang menjadi

hambatan orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak adalah

kurangnya perhatian dari orang tua. Karena jika orang tua tidak

7
Baharuddin, wawancara, pada hari sabtu tanggal 1 September 2018
8
Syambriati, wawancara, pada hari sabtu tanggal 1 Sepetember 2018
52

memberikan perhatian, anak akan merasa bahwa dia tidak di sayang.

Maka dari itu perhatian dari orang tua sangatlah penting.

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa Hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak anak

di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto yaitu

kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua, pengaruh

lingkungan, dan kurangnya perhatian dari orang tua itu sendiri. Karena

dengan adanya kendala tersebut membuat orang tua jadi sulit untuk

menananamkan akhlak pada anaknya. Sedangkan orang tua adalah

pendidik pertama dan utama di dalam keluarga. Maka dari itu, orang tua

harus berupaya keras dalam menanamkan akhlak pada anak.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan ini tentang strategi orang

tua dalam penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Akhlak anak di desa Bontojai Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto ini masih harus dilakukan pembinaan

dan pembimbingan serta memberikan contoh yang baik

dimulai dari sejak dini, sehingga akhlak anak ketika sudah

dewasa dapat terkontrol dengan baik.

2. Strategi orang tua dalam penanaman akhlak anak di desa

Bontojai kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto

dengan melalui keteladanan diantaranya jujur, beribadah,

kemudian nasehat diantaranya hargai orang tua, sopan

santun. Sedangkan dalam hal pembiasaan diantaranya

membiasakan anak membaca al-Qur’an, membiasakan anak

mengucapkan salam ketika hendak masuk dan meninggalkan

rumah. Penanaman akhlak anak sebaiknya dilakukan sejak

dini agar kelak ketika telah dewasa dapat menjadi anak yang

diharapkan. Pendidikan keteladanan, memberikan nasehat,

dan pembiasaan dalam menanamkan akhlak anak


53
54

3. merupakan strategi yang berpengaruh dalam mempersiapkan

dan membentuk aspek moral, kepribadian serta tingkah laku

anak.

4. Hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak

anak di desa Bontojai kecamatan Tamalatea Kabupaten

Jeneponto yaitu kurangnya pemahaman dan pengetahuan

agama orang tua, pengaruh lingkungan, dan kurangnya

perhatian dari orang tua itu sendiri.

B. Saran-saran

Setelah penulis melakukan penelitian, ada beberapa hal yang

peneliti ingin kemukakan sebagai bentuk saran, yaitu :

1. Para orang tua hendaknya mampu dan mau menjadikan diri

mereka sebagai panutan dalam berperilaku yang baik

sehingga para anak pun mampu meniru dari perilaku orang

tuanya.

2. Penanaman akhlak anak harus selalu dilakukan,jangan

pernah bosan menanamkan akhlak mereka agar mereka tidak

terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak

terjadinya dekadensi moral bagi para anak-anak kita.

3. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan akhlak anak dengan

menanamkan nilai-nilai ajaran Islam sedini mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Al-fatih, Abdullah ibnuSa’ad, 2007. Langkah praktis mendidik anak sesuai


tahapan manusia, bandung: irsyad baitus salam,
Abdullah NashihUlwan, 1993. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,
Get.2;semarang: CV Asy-Syifa.

Arikunto, sosiologi suatu pengantar, (Jakarta: UI Press, 1982)

Barmawi, Bakir Yusuf, 1993. Pembinaan kehidupan beragama islam pada


anak, Semarang: Dina Utama Semarang.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik dan Ilmu social lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Chaplin, J.P, 2008. Kamus Lengkap Psikologi: Terj. Kartini Kartono, Judul
asli, Dictionary of Psychology Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Drajat, Zakiah, 1996. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang
------------------------. 1996. Ilmu Pendidikan Islam Get.1;Bandung:
Bumiaksara.

------------------------. 2006.Ilmu Pendidikan Islam. Cet. VI; Jakarta: PT


BumiAksara
Fahmi, Mustafa, 1974. Kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jakarta: bulanbintang,
Hadi, Sutrisno,1987 Metodologi Research,Cet, XXX; Yogyakarta: Andi
Offset,

Indrakusuma, Amir Daen, 1973. Pengantari llmu pendidikan, Bandung: CV


Pustaka

55
56

Jalaluddin, 1996. Psikologgi Agama. Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada,
Kementerian agama, buku siswa akidah akhlak ,( jakarta : kementerian
agama , 2014)

Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya,


2014)
Mubayidh, Makmun. 2010. Kecerdasan dan kesehatan Emosional Anak,
Terj. Dari Adz-Dzaka’ Al-AthifiWa Ash-Shihhah Al-Athifiyah oleh
Muhammad Muchson Anasy, Jakarta: Pustaka AlKautsar
Mujib, Abdul dan Mudzakir, jusuf. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mustafa, A, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

Prastowo Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011).
Suharsono, 2003. Mencerdaskan Anak. Depok: Inisiasi Press

Syamsuddin, 2014. Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak


Berkualitas,Cet. I; Makassar Alauddin University Press
Sugiyono , metode penelitian pendidikan (cet.25;Bandung : Alfabeta
,2017 )
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2006)
Subagyo Joko, metodologi dalam teori dan praktek (Jakarta: rineka cipta,
2004)

Syaohdih Sukmadinata Nana. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2010)

Sutrisno Hadi Sutrisno, Metodologi Research, (Cet, XXX; Yogyakarta:


Andi Offset, 1987)
Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1994)
57

Sukmadinata, Nana syaohdih 2010. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: Remaja Rosdakarya
Syafaat, Aat, 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam, Get.2;Jakarta:
karisma putra utama offset

Tafsir, Ahmad, Ilmu pendidikan dalam perspektif islam, Bandung: Remaja


Rosdakarya,
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan ( Cet. 1; Jakarta: Prenadamedia
Group,2011)

Zainuddindan I,MJamhari, 1999. Akidah dan Ibadah. Bandung; Pustaka


Setia,
PEDOMAN WAWANCARA

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana akhlak anak di desa ini dalam kehidupan sehari-hari ?

2. Apakah bapak/ibu menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik kepada

anaknya ?

3. Apakah perlu menanamkan akhlak pada anak ?

4. Bagaimana peran masyarakat dalam pembinaan akhlak anak ?

5. Apakah menurut bapak/ibu pengetahuan orang tua berpengaruh

terhadap penanaman akhlak anak ?

6. Bagaimana strategi bapak/ibu dalam penanaman akhlak anak ?

7. Menurut bapak/ibu apa hambatan yang dihadapi orang tua dalam

penanaman akhlak anak ?


Dokumentasi pada saat wawancara

(dokumentasi kantor desa Bontojai)

(dokumentasi kantor desa Bontojai)


(papan informasi kantor desa Bontojai)

(wawancara dengan ibu Ratna, S.Ag)


(wawancara dengan ibu Basmiati)

(wawancara dengan ibu Mariati)


(wawancara dengan bapak Iskandar)

(wawancara dengan ibu Dahlia)


RIWAYAT HIDUP

RANA FAUZIAH, lahir di Biak, 7 November 1996, Anak pertama

dari 4 bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Ahmad

Amiruddin dan Ibu Nirmawati. Penulis memulai pendidikan

formal pada tahun 2002 di SD YAPIS I Biak dan tamat pada

tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di MTS DDI Babussalam Biak dan tamat pada tahun 2011. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SMK YAPIS Biak, hingga akhirnya tamat pada tahun

2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi dan terdaftar

sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Agama

Islam JurusanPendidikan Agama Islam Program Strata satu (S1).

Atas ridho Allah SWT dan dengan kerja keras, pengorbanan serta kesabaran pada

tahun 2018 Penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 Dengan judul skripsi “Strategi

Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan

Tamalatea Kabupaten Jeneponto”.

Anda mungkin juga menyukai