Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM

KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH


Rivelino KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM KERANGKA


PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

Rivelino
BPSDM KEMENDAGRI
E-mail : rivelinoyasyazier@gmail.com

ABSTRACT
The state and district financial management is an important part in the governmental arrangement in Indonesia.
To decide the problem of state and district financial status, it should be placed in the context of constitutional
and governmental system which is followed in Indonesia. The problem that would like to be investigated is
how is the relation between the central government and district government in the frame of state and district
financial management. This research used the investigation of normative law. The approach method used was
jurisdiction. The data compiling is conducted through literacy study. In this research, the compiled material
would be qualitatively analyzed. The result of this research has concluded that the basic law in applied the state
and district financial management is different. However, both are still in an inseparable relation since both are
conducted in the frame of Negara Kesatuan Republik Indonesia (United nation of Indonesia Republic).
Key words : State finance, district finance.

ABSTRAK
Pengelolaan keuangan negara dan daerah merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia. Untuk menentukan masalah kedudukan keuangan negara dan keuangan daerah seharusnya diletakkan
dalam konteks ketatanegaraan dan sistem pemerintahan yang dianut di Indonesia. Permasalahan yang hendak
diteliti adalah bagaimana hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam kerangka pengelolaan
keuangan negara dan keuangan daerah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Metode
pendekatan yang digunakan adalah yuridis. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Dalam penelitian
ini, bahan-bahan yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dasar
hukum pelaksanaan pengelolaan keuangan negara dan keuangan daerah memang berbeda namun keduanya
tetap berada dalam suatu hubungan tidak terpisahkan karena keduanya dilaksanakan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kata kunci : Keuangan negara, keuangan daerah

1
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 1 Maret 2017: 1-11

KARYA TULIS ILMIAH

PENDAHULUAN Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan


Tujuan negara sebagaimana tercantum dalam keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden
Alinea IV Pembukaan UndangUndang Dasar Negara kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yaitu Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD,
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. APBD.
Pembentukan suatu pemerintah Negara Republik Undang-Undang Keuangan Negara diharapkan
Indonesia sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 menjadi pedoman umum tentang pengelolaan
tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang keuangan negara dalam setiap tingkatan pemerintahan,
dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam baik pusat maupun daerah, serta berbagai unit
suatu sistem pengelolaan keuangan negara yang kuat. pemerintahan lainnya, baik di pusat maupun di daerah,
Sebagai konsekuensi pelaksanaan hak dan kewajiban- yang meliputi departemen, lembaga non departemen
kewajiban tersebut, pemerintah memerlukan dana dan badan usaha milik negara/daerah. Lebih daripada
yang cukup, yang harus disediakan dalam Anggaran itu, Undang-Undang Keuangan Negara diharapkan
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat menunjukkan keterkaitan sistem keuangan
mencapai hasil yang diharapkan seperti dikemukakan antar setiap elemen/ komponen yang terlibat dalam
di atas, diperlukan sebuah sistem pengelolaan pengelolaan keuangan negara tersebut.
keuangan negara yang harus sesuai dengan konstitusi Upaya untuk mewujudkan sistem pengelolaan
(UUD 1945) untuk menjaga kelangsungan kedaulatan keuangan negara/daerah yang tertib, efektif dan
negara dan meningkatkan kemakmuran masyarakat efisien, pemerintah telah mengundangkan paket
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan atas perundangundangan bidang keuangan negara setelah
hukum. diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Dalam Bab VIII Hal Keuangan, UUD 1945, antara 2003. Paket perundang-undangan yang dimaksud
lain disebutkan dalam Pasal 23 ayat (1) bahwa APBN adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor
setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang dan 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Peraturan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
23 A yang mengatur bahwa pajak dan pungutan Keuangan Daerah.
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara Arifin P. Soeria Atmadja mengemukakan
diatur dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenai bahwa sebelum tanggal 5 April 2003 pelaksanaan
keuangan negara sesuai dengan amanat Pasal 23 C pengelolaan keuangan negara masih didasarkan
diatur dengan undang-undang. pada aturan kolonial Hindia Belanda yang berlaku
Upaya untuk menyusun undang-undang yang berdasarkan aturan peralihan UUD 1945, yaitu
mengatur pengelolaan keuangan negara yang Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan
pada dasarnya telah dirintis sejak awal berdirinya nama ICW, Indische Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement
negara Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa voor het Administratief Beheer (RAB). Peraturan
penyelesaian undang-undang tentang keuangan perundangan tersebut dipandang tidak dapat
negara merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai mengakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi
upaya yang telah dilakukan selama ini dalam rangka dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan
memenuhi kewajiban konstitusional yang diamanatkan keuangan negara. Oleh karena itu, meskipun berbagai
oleh UUD 1945. ketentuan tersebut secara formal masih tetap
berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan
Secara resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
perundangan tersebut tidak lagi dilaksanakan. Ruang
telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU)
lingkup keuangan negara menurut Undang-Undang
tentang keuangan negara menjadi Undang-undang No.
Nomor 17 Tahun 2003 meliputi: (a.) Hak negara untuk
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Hal-hal dan/
memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan
uang, dan melakukan pinjaman; (b.) Kewajiban negara
negara yang diatur dalam undang-undang ini meliputi
untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak
asas umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan
2
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Rivelino KARYA TULIS ILMIAH

ketiga; (c.) Penerimaan Negara; (d.) Pengeluaran 1945 jo. Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 yang dimaksud
Negara; (e.) Penerimaan Daerah; (f.) Pengeluaran sebagai keuangan negara adalah yang ditetapkan
Daerah; (g.) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dalam Undang-Undang APBN. Dengan dasar
dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat penafsiran itu Arifin P. Soeria Atmadja menyimpulkan
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang secara tegas maksud keuangan negara sebagai APBN,
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang yang kemudian menjadi dasar pemeriksaan BPK dalam
dipisahkan pada perusahaan negara atau daerah; (h.) memeriksa keuangan negara. Hal ini berarti keuangan
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah lain di luar APBN tidak dapat dikategorikan sebagai
dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan keuangan negara.
dan/atau kepentingan umum; (i.) Kekayaan pihak lain RUMUSAN MASALAH
yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang
diberikan pemerintah.
ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana
UU Keuangan Negara secara tegas menyebutkan hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
bahwa keuangan daerah merupakan bagian dari Daerah dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
keuangan negara. Terbitnya Undang-Undang No. 17 dan keuangan daerah.
Tahun 2003 merupakan produk reformis di bidang
TUJUAN PENELITIAN
keuangan negara. Isi dan maksud pokok dari undang-
undang ini antara lain menyatukan pengaturan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
dua sistem dalam keuangan negara, yakni sistem menganalisis hubungan Pemerintah Pusat dan
pengelolaan keuangan negara dan sistem pengelolaan Pemerintah Daerah dalam kerangka pengelolaan
keuangan daerah. Namun jika ditelaah secara keuangan negara dan keuangan daerah.
mendalam latar belakang dan tujuan penyatuan METODE PENELITIAN
tersebut tidak ditemukan dalam UU No. 17 Tahun Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum
2003. normatif, yang akan mengkaji hubungan Pemerintah
Dalam Undang-undang ini tidak ditemukan Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
pengertian dari keuangan daerah, tetapi istilahnya ada keuangan negara dan keuangan daerah. Karena
dimuat dalam undang-undang ini. Bahkan lebih tidak penelitian ini merupakan penelitian normatif yang
selaras lagi (disharmoni) dalam Undang-Undang No. berupa studi pustaka, maka data dalam penelitian ini
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan adalah data yang diperoleh dari studi pustaka yang
Tanggungjawab Keuangan Negara, tidak ditemukan akan menghasilkan bahan hukum primer dan sekunder.
istilah keuangan daerah, pada hal keuangan daerah Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-
ini merupakan obyek pemeriksaan Badan Pemeriksa undangan yang terkait dengan permasalahan yang
Keuangan (BPK). diteliti, terutama UUD 1945, UU No. 17 Tahun 2003
Reformasi di bidang keuangan negara seperti tentang Keuangan Negara, UU No. 15 Tahun 2004
terbitnya UU No. 17 Tahun 2003 dan undang-undang tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
lainnya termasuk pengaturan sistem pengelolaan Keuangan Negara, UU No. 23 Tahun 2014 tentang
keuangan daerah yang telah dilekatkan di dalam sistem Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah
keuangan negara. Reformasi di bidang keuangan Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
negara membawa dampak yang serius, yakni Daerah.
kebaradaan keuangan daerah dalam sistem keuangan Bahan hukum berupa buku-buku literatur, disertasi,
negara, seperti tidak dimuatnya pengertian, lingkup jurnal yang relevan, risalah-risalah sidang DPR, tulisan-
dan hubungannya dengan keuangan negara. Akibat tulisan ilmiah, hasil-hasil seminar, penelitian terdahulu,
ketidakselarasan pengertian ini dapat berdampak juga internet, artikel, dan lain-lain.
pada sistem dan kewenangan pemeriksaan keuangan Metode pendekatan yang digunakan adalah
negara yang dilakukan oleh BPK.4 Disharmonisasi yuridis. Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui
pengaturan keuangan negara yang singkat dalam studi pustaka. Dalam penelitian ini, bahan-bahan yang
UUD 1945 dikemukakan oleh Arifin P. Soeria Atmadja terkumpul akan dianalisis secara kualitatif.
membawa masalah yuridis terhadap defenisi keuangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
negara, sehingga membuka penafsiran yang berbeda-
beda terhadap defenisi tersebut. Keuangan Negara
Namun dalam kerangka teoritis hukum keuangan Dalam Pasal 1 UU No. 17 Tahun 2003 ditegaskan
negara, berdasarkan penafsiran Pasal 23 ayat (1) UUD bahwa Keuangan Negara adalah semua hak dan
3
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 1 Maret 2017: 1-11
KARYA TULIS ILMIAH

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, keuangan negara adalah semua hak yang dapat dinilai
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa dengan uang. Demikian pula segala sesuatu (baik
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung berupa uang ataupun barang) yang dapat dijadikan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Ada milik negara berhubungan dengan hak-hak tersebut.
beberapa pendapat terkait dengan definisi keuangan Pengertian-pengertian keuangan negara seperti
negara. Pendapat dimaksud antara lain: tersebut di atas menjelaskan pula mengenai lingkup
Pertama, M. Ichwan mengemukakan bahwa keuangan negara. Terkait dengan pengertian keuangan
keuangan negara adalah rencana kegiatan secara negara, Riawan Tjandra mengemukakan : “Untuk
kuantitatif (dengan angka-angka di antaranya lebih memahami pengertian keuangan negara,
diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan terlebih dahulu perlu dipahami mengenai pengertian
dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu keuangan. Secara umum keuangan diartikan sebagai
tahun mendatang. segala aktivitas yang bertalian dengan pembayaran
Kedua, Geodhart mengemukakan bahwa keuangan uang. Pembayaran itu dimungkinkan apabila ada
negara merupakan keseluruhan undang-undang penerimaan terlebih dahulu. Oleh karena itu keuangan
yang ditetapkan secara periodik yang memberikan sering diartikan sebagai suatu sistem mengenai
kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan penerimaan dan pengeluaran uang.”
pengeluaran mengenai periode tertentu dan Bertolak dari alasan-alasan ini, yang dimaksud
menunjukkan pembiayaan yang diperlukan untuk keuangan negara adalah semua hal yang bertalian
menutup pengeluaran tersebut. Unsur-unsur dengan masalah penerimaan dan pengeluaran dari
keuangan negara menurut Geodhart meliputi : 1. suatu negara. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa
periodik; 2. pemerintah sebagai pelaksana anggaran; pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan
3. pelaksanaan anggaran mencakup dua wewenang, kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai
yaitu wewenang pengeluaran dan wewenang untuk dengan kedudukan dan kewenangannya, yang
menggali sumbersumber pembiayaan untuk menutup meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan; dan 4. pertanggungjawaban.
bentuk anggaran negara adalah berupa suatu undang- Dalam keuangan negara juga telah diatur secara
undang. jelas hubungan kewenangan dalam pengelolaan
Ketiga, Glenn A. Welsch mengemukakan bahwa keuangan negara. Presiden berkedudukan sebagai
budget adalah suatu bentuk statement dari rencana pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara.
dan kebijaksanaan manajemen yang dipakai dalam Kekuasaan tersebut dibantu oleh Menteri Keuangan,
suatu periode tertentu sebagai petunjuk atau blue menteri/pimpinan lembaga dan bank sentral.
print dalam periode itu. Fungsi anggaran negara berdasarkan kajian hukum
Keempat, John F. Due mengemukakan bahwa tata negara adalah perpaduan kedaulatan rakyat,
Budget adalah suatu rencana keuangan untuk suatu pemerintah dan DPR di mana pemerintah pada
periode waktu tertentu. Government budget (anggaran hakikatnya merupakan pelaksanaan kedaulatan rakyat
belanja pemerintah) adalah suatu pernyataan di bidang pemerintahan negara sehingga berwenang
megenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan dan mengajukan perancangan anggaran, DPR merupakan
penerimaan untuk masa mendatang bersama dengan pelaksanaan kedaulatan rakyat di bidang legislatif
data pengeluaran dan penerimaan yang sebenarnya khususnya bidang anggaran.
untuk periode mendatang dan periode yang telah Pengurusan terhadap keuangan negara terdiri atas
lampau. Unsur-unsur definisi John F. Due menyangkut pengurusan umum dan pengurusan khusus. Dalam
hal-hal berikut: 1. anggaran belanja yang memuat data pengurusan umum, pejabat yang melaksanakan
keuangan mengenai pengeluaran dan penerimaan pengurusan anggaran negara dapat diklasifikasikan
dari tahun-tahun yang sudah lalu; 2. jumlah yang atas dua macam, yaitu seperti berikut :
diusulkan untuk tahun yang akan datang; 3. jumlah
Pertama, otorisator adalah pejabat yang
taksiran untut tahun yang sedang berjalan; 4. rencana
mempunyai wewenang untuk mengambil tindakan/
keuangan tersebut untuk suatu peride tertentu.
keputusan yang dapat mengakibatkan uang negara
Kelima, Otto Ekstein mengemukakan bahwa keluar sehingga menjadi berkurang atau bertambah
anggaran belanja adalah suatu pernyataan rinci karena pungutan dari masyarakat. Wewenang untuk
tentang pengeluaran dan penerimaan pemerintah mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan
untuk waktu satu tahun. uang negara berkurang atau bertambah disebut
Keenam, Van der Kemp mengemukakan bahwa otorisasi. Otorisasi dapat diklasifikasikan menjadi
4
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Rivelino KARYA TULIS ILMIAH

dua macam, yaitu : (a). Otorisasi umum: otorisasi Dalam pengurusan khusus, yang ditunjuk untuk
yang berupa keputusan dan tindakan yang lazimnya menjalankan pengurusan itu adalah bendaharawan,
berbentuk peraturan umum. Contohnya: peraturan yang dibebani tugas pengurusan dan penyimpanan
pensiun dan UU Pajak. (b). Otorisasi yang berbentuk sebagian dari kekayaan negara berupa uang dan
surat keputusan yang khususnya mengikat orang/ barang. Dalam praktik, tugas pengurusan uang
pihak tertentu, misalnya surat keputusan pegawai diwujudkan dalam penerimaan, penyimpanan, dan
negeri dan otorisasi untuk proyek. pembayaran atas perintah ordonator. Pengurusan
Kedua, ordonator adalah pejabat yang melakukan barang meliputi penerimaan, penyimpanan,
pengawasan terhadap otorisator agar otorisator pengeluaran (penyerahan), dan pemeliharaannya.
tersebut dalam melaksanakan tindakan/keputusannya Bendaharawan dapat ditinjau dari dua segi, seperti di
selalu demi kepentingan umum. Tugas utama ordonator bawah ini:
adalah melaksanakan pengujian dan penelitian Pertama, ditinjau dari objeknya, yaitu a.
terhadap penerimaan maupun pengeluaran uang Bendaharawan uang, yaitu objek pengurusannya
negara. Oleh karena itu, ordonator dibedakan sebagai adalah uang negara; b. Bendaharawan barang,
berikut: a. Ordonator pengeluaran negara. Ordonator yaitu objek pengurusannya barang milik negara;
pengeluaran negara adalah pejabat yang dalam hal c. Bendaharawan uang dan barang, yang objek
ini ditunjuk Menteri Keuangan dan sebagai pelaksana pengurusannya baik uang maupun barang.
adalah Direktorat Jenderal Anggaran, yang untuk Kedua, ditinjau dari sudut tugasnya bendaharawan
daerah dilaksanakan oleh kantor perbendaharaan umum dan bendaharawan khusus. a. Bendaharawan
negara. Tugas ordonator pengeluaran negara ialah: umum, adalah bendaharawan yang mempunyai tugas
(1) Melakukan penelitian dan pengujian terhadap : (a) untuk menerima pendapatan negara yang terkumpul
Bukti-bukti penagihan, artinya apakah kuitansi/berita dari masyarakat, kemudian dari persediaan yang ada
acara serah terima barang maupun kontrak perjanjian akan dikeluarkannya lagi untuk kepentingan umum.
sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan (b) Contohnya, kepala kas negara, Bank Indonesia,
apakah bukti-bukti itu kadaluwarsa. (2) Membukukan kepala kantor pos dan bank lain yang ditunjuk
pada pos mata anggaran yang tepat artinya Menteri Keuangan. b. Bendaharawan khusus adalah
membukukan pengeluaran uang negara tersebut bendaharawan yang mengurus pengeluaran negara
pada pos mata anggaran yang sesuai dengan tujuan dari persediaan uang yang ada padanya dan diterima
pengeluaran. (3) Memerintahkan membayar uang, dari bendaharawan umum. Untuk itu ia diharuskan
hal ini dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah membuat pertanggungjawaban atas pengeluaran
Membayar (selanjutnya disebut SPM). Pengeluaran yang telah dilakukannya dengan mengirimkan surat
yang diperintahkan oleh ordonator ada dua macam, pertanggungjawaban (SPJ) yang dibuat tiap-tiap bulan.
yaitu: (1) pengeluaran negara dengan beban total,
Keuangan Daerah
artinya pengeluaran negara yang bukti penagihannya
telah diajukan terlebih dahulu kepada ordonator Pendekatan dalam memahami ruang lingkup
untuk diperiksa sehingga dapat dibukukan kepada pos keuangan daerah dapat dipandang dari sisi objek,
mata anggaran yang tetap; (2) pengeluaran negara subjek, proses dan tujuannya yaitu: Pertama, dari
dengan beban sementara, artinya uang dikeluarkan sisi objek, yang dimaksud keuangan daerah adalah
tanpa bukti penagihannya dikeluarkan terlebih dahulu semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
sehingga oleh ordonator dibukukan pada pos mata penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat
anggaran sementara. Pembukuan sementara ini dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
berubah sifatnya menjadi pembukuan dengan beban bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
tetap setelah bukti penagihannya dikirimkan kepada kewajiban daerah, dalam kerangka APBD.
ordonator atau setelah ordonator menerima Surat Kedua, dari sisi subjek, subjek keuangan daerah
Pertanggungjawaban (selanjutnya disebut SPJ). b. adalah mereka yang terlibat dalam pengelolaan
Ordonator penerimaan negara. Pelaksana ordonator keuangan daerah dalam hal ini pemerintah daerah
penerimaan negara adalah semua menteri yang dan perangkatnya, perusahaan daerah, dan badan lain
menguasai pendapatan negara. Tugas utamanya ialah yang ada kaitannya dengan keuangan daerah, seperti
mengawasi apakah penerimaan negara tersebut sesuai DPRD dan Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
dengan peraturan yang berlaku atau tidak. la juga disebut BPK). Ketiga, dari sisi proses, keuangan daerah
mengeluarkan surat keputusan yang mengakibatkan mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
penerimaan bagi negara. Atas dasar surat keputusan dengan pengelolaan objek mulai dari perumusan
ini juga diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM). kebijakan sampai dengan pertanggungjawaban.
5
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 1 Maret 2017: 1-11
KARYA TULIS ILMIAH

Keempat, dari sisi tujuan, keuangan daerah meliputi dan perencanaan; 3. Adanya dimensi penyelenggaraan
keseluruhan kebijakan, kegiatan dan hubungan dan pelayanan publik; dan 4. Adanya dimensi nilai
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/ atau uang dan barang (investasi dan inventarisasi).
penguasaan objek dalam rangka penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Indonesia
pemerintahan daerah.
Istilah pemerintah berasal dari kata “perintah”
Dari gambaran objek, subjek, proses dan tujuan yang berarti menyuruh melakukan sesuatu sehingga
tersebut di atas pada dasarnya berada pada satu dapat dikatakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan
kegiatan yang disebut dengan pengelolaan keuangan memerintah sesuatu negara (daerah negara) atau
daerah. Pengelolaan dimaksud mencakup keseluruhan badan tertinggi yang memerintah suatu negara seperti
kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, kabinet yang merupakan suatu pemerintah. Jadi,
pengawasan dan pertanggungjawaban. Dalam pemerintahan diartikan sebagai perbuatan (cara, hal
menjalankan pengelolaan tersebut dikenal adanya urusan dan sebagainya) memerintah.
kekuasaan pengelola. Pemegang kekuasaan mengelola
Secara etimologis pemerintahan dapat pula
keuangan di daerah adalah gubernur/bupati atau
diartikan sebagai tindakan yang terus menerus
walikota selaku kepala pemerintahan daerah.
(kontinu) atau kebijaksanaan yang menggunakan
Pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan suatu rencana maupun akal (rasio) dan tata cara
keuangan daerah tersebut kemudian dilaksanakan oleh tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dua komponen yaitu Kepala Satuan Kerja Pengelolaan dikehendaki.
Keuangan Daerah selaku pejabat pengelola APBN
Ada pula pakar yang menganggap bahwa
dan Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/
pemerintahan adalah suatu ilmu seni. Disebut sebagai
Barang Negara.
ilmu karena memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat
Dari ruang lingkup keuangan daerah, sebagaimana dipelajari dan diajarkan, memiliki objek material
diuraikan di atas, maka akan selalu melekat dengan dan formal, universal, sistematis dan khas (spesifik)
konsep anggaran terutama terkait dengan APBD dan dikatakan sebagai seni karena banyak pemimpin
yaitu suatu rencana keuangan tahunan daerah yang pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan,
ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. Rencana mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan
pemerintah daerah sebagaimana tertuang dalam APBD roda pemerintahan.
merupakan salah satu bentuk instrumen kebijakan
Dalam kata perintah ada dua pihak yang
ekonomi, yang mempunyai fungsi tersendiri yaitu:
terkandung dan memiliki hubungan yaitu pihak yang
Pertama, Fungsi Otorisasi mengandung memerintah yang memiliki wewenang dan pihak yang
pengertian bahwa anggaran menjadi dasar untuk diperintah yang memiliki ketaatan. Jadi pemerintah
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun dengan pemerintahan memiliki arti yang berbeda.
yang bersangkutan. Kedua, Fungsi Perencanaan Pemerintah adalah jawatan atau aparatur dalam
mengandung arti bahwa anggaran menjadi pedoman susunan politik sedangkan pemerintahan adalah tugas
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada kewajiban alat negara. Istilah penguasa dipakai pula
tahun yang bersangkutan. Ketiga, Fungsi Pengawasan untuk mewakili istilah “pemerintahlah yang berkuasa”.
mengandung arti bahwa anggaran menjadi pedoman
The Liang Gie menyatakan bahwa untuk
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
menghindarkan keraguan dalam memberikan
pemerintahan sesuai dengan ketentuan yang telah
pembatasan pengertian maka untuk istilah pemerintah
ditetapkan. Keempat, Fungsi Alokasi mengandung arti
menunjuk pada organnya sedangkan untuk istilah
bahwa anggaran harus diarahkan untuk mengurangi
pemerintahan menunjuk pada fungsinya. Dalam
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
praktiknya, ada dua pengertian tentang pemerintah
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
yaitu pemerintah dalam arti luas dan pemerintah
Kelima, Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa
dalam arti sempit.
kebijakan anggaran harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan. Keenam, Fungsi Stabilisasi Pengertian pemerintah dalam arti luas adalah
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah pengertian pemerintah yang didasarkan pada teori
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan klasik yang dikemukakan oleh Montesqieu dalam
keseimbangan fundamental perekonomian. Selain bukunya “L’espirit des Lois” (jiwa undang-undang)
berkaitan erat dengan APBD dalam keuangan daerah yang dikembangkan oleh Immanuel Kant dengan
tersebut melekat 4 (empat) dimensi : 1. Adanya sebutan trias politica yang membagi kekuasaan negara
dimensi hak dan kewajiban; 2. Adanya dimensi tujuan (membagi tugas pemerintahan) dalam tiga bidang

6
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Rivelino KARYA TULIS ILMIAH

kekuasaan negara dalam tiga bidang pokok yang keadilan sosial.


masing-masing berdiri sendiri, lepas dari kekuasaan Untuk mencapai maksud tersebut maka para
lainnya. Satu kekuasaan hanya mempunyai 1 (satu) pejabat di daerah-daerah membantu penyelenggaraan
fungsi saja : 1. Kekuasaan legislatif menjalankan fungsi pemerintahan pusat di daerah karena daerah Indonesia
membentuk undang-undang; 2. Kekuasaan eksekutif terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau
menjalankan undang-undang/ pemerintahan; dan 3. bersifat daerah administrasi. Ada beberapa pengertian
Kekuasaan yudikatif menjalankan fungsi peradilan tentang pemerintahan daerah atau lokal yang dapat
Pendapat lain sehubungan dengan arti pemerintah dirujuk dari beberapa pendapat berikut:
secara luas juga dikemukakan oleh van Vollenhoven Pertama, G.M. Harris dalam bukunya Comparative
yang menambahkan bagian ke 4 yaitu kepolisian pada Local Government mengatakan bahwa: “The term local
pembagian dari Montesqieu. Pembagian kekuasaan government may have one of two meanings, it may
yang disebut Tri Praja dari Montesqieu dan ajaran signify: (1) the government of all part of a country by
Catur Praja dari Van Vallenhoven jika digabungkan means of local agents appointed and responsible only
maka kewenangan pemerintahan dalam arti luas to the central government. This is part of centralized
adalah: 1. Membentuk perundangundangan sendiri system and my he called local state government. (2)
(zelfwetgeving); 2. Melaksanakan pemerintahan Government by local baddies, feely elected wich while
sendiri (zelf uitvoering); 3. Melaksanakan peradilan subjected to the supremacy of national government
sendiri (zelf rechtspraak); 4. Melaksanakan tugas are endowed in some respect with power, discreation
kepolisian sendiri (zelf politie). and responsibility, wich they can exercise without
Menurut Bagir Manan dan Kuntana Magnar bahwa control cover their decision by the higher authority, this
pemerintahan dalam arti luas ialah mencakup semua is called in many countries as communal autonomy”.
alat kelengkapan negara yang pada pokoknya terdiri Kedua, De Guman dan Tapales tidak mengajukan
dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan suatu batasan apapun tentang pemerintahan daerah,
yudisial atau alat-alat kelengkapan negara lain yang hanya mereka menyebutkan lima unsur pemerintahan
juga bertindak untuk dan atas nama negara. lokal sebagai berikut: 1. A local government is a
Dari pendapat beberapa pakar di atas political sub division of soverign nation or stat; 2. It is
dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan constituted by law; 3. It has governing body which is
pemerintahan dalam arti luas adalah semua aparatur/ locally selected; 4. Undertakes role making activities;
alat kelengkapan negara dalam rangka menjalankan dan 5. It perform service within its jurisdiction.
segala tugas dan kewenangan/kekuasaan negara Ketiga, Josef Riwu Kaho mendefinisikan local
baik kekuasaan legislatif, eksekutif, dan kekuasaan government sebagai berikut : “Bagian dari pemerintah
yudikatif sedangkan pengertian pemerintahan dalam suatu negara atau bangsa yang berdaulat yang
arti sempit adalah aparatur pemerintahan yang hanya dibentuk secara politis berdasarkan undang-undang
mempunyai tugas dan kewenangan eksekutif saja yang memiliki lembaga atau badan yang menjalankan
dengan kata lain pemerintahan dalam arti sempit pemerintahan yang dipilih masyarakat daerah tersebut,
tidak lain hanya pemerintah. Jadi dalam arti sempit, dan dilengkapi dengan kewenangan untuk membuat
pemerintahan negara tidak meliputi kekuasaan peraturan, memungut pajak serta memberikan
perundang-undangan, peradilan dan polisi. Kekuasaan pelayanan kepada warga yang ada di dalam wilayah
pemerintahan dalam arti sempit ini dikenal dengan kekuasaannya”.
istilah “bestuur”.
Dalam sejarahnya, di Indonesia pernah dikenal
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik istilah daerah swatantra, yang sekarang ini dikenal
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para pendiri dengan pemerintahan daerah. Pemerintahan umum
negara telah menjatuhkan pilihan pada prinsip pusat di daerah pada masa kemerdekaan disebut
pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan pamong praja, masa Belanda dipanggil dengan
pemerintahan negara Indonesia yang tujuannya jelas Binnenlandsbestuur, Bestuurdiants, pemerintahan
tercantum dalam alenia ke-4 Pembukaan Undang- pangreh, praja.
Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa “…
Pemerintahan khusus pusat di daerah disebut
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
jawatan atau dinas pusat di daerah atau dinas
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
vertikal. Jadi pemerintahan lokal tidak sama dengan
kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
pemerintahan daerah. Pemerintahan lokal meliputi
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
pamong praja, jawatan vertikal dan pemerintahan
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
daerah.
7
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 1 Maret 2017: 1-11
KARYA TULIS ILMIAH

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 mengartikan berkaitan dengan pengertian negara karena negara
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai itu merupakan tatanan hukum (legal order), maka
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang pengertian desentralisasi itu menyangkut berlakunya
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang sistem tatanan hukum dalam suatu negara. Ada kaidah-
menjadi kewenangan daerah otonom. kaidah hukum yang berlaku sah untuk seluruh wilayah
Daerah otonom menurut undang-undang ini negara yang disebut kaidah sentral (central norms)
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah dan ada pula kaidah-kaidah hukum yang berlaku sah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan dalam bagian-bagian wilayah yang berbeda yang
Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat disebut desentral atau kaidah lokal (decentral or local
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. norms). Jadi apabila berbicara tentang tatanan hukum
yang desentralistik, maka hal ini akan dikaitkan dengan
Secara yuridis formal, landasan hukum dari
lingkungan (wilayah) tempat berlakunya tatanan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia
hukum yang sah tersebut.
adalah Pasal 18 UUD 1945 yang mengamanatkan
beberapa hal yaitu: 1. Bahwa negara Republik Kedua, Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan
Indonesia terdiri atas daerah propinsi, daerah sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
propinsi terdiri atas daerah kabupaten dan kota yang kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi
undang-undang; 2. Pemerintah daerah tersebut baik vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada
propinsi maupun kabupaten dan kota mengatur dan gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas jawab urusan pemerintahan umum. Penyelenggaraan
otonomi dan tugas pembantuan; dan 3. Susunan dan pemerintahan daerah di Indonesia selain didasarkan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah pada asas desentralisasi juga didasarkan pada asas
diatur dalam undang-undang. dekonsentrasi, hal ini dapat dilihat dari rumusan
Pasal 18 ayat (5) UUD RI 1945 yang menyatakan
Untuk melaksanakan ketentuan mengenai
bahwa pemerintah daerah menjalankan otonomi
pemerintahan daerah yang diatur dalam Pasal 18
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
UUD 1945 maka dibentuklah peraturan-peraturan
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
yang terkait dengan pemerintahan daerah antara lain
pemerintah pusat.
yaitu: a. Sebelum amandemen UUD 1945 dibentuk
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Urusan pemerintah pusat yang perlu
pokok Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti diselenggarakan oleh perangkat pemerintah
dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang pusat sendiri, sebetulnya tercermin dalam pidato
Pemerintahan Daerah; b. Setelah amandemen UUD Soepomo di hadapan BPUPKI tanggal 31 Mei dengan
1945 dibentuk Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengatakan: “Maka dalam negara Indonesia yang
tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti berdasar pengertian negara integralistik itu, segala
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, terakhir dengan golongan rakyat, segala daerah yang mempunyai
keluarnya revisi Undang-undang Nomor 32 Tahun keistimewaan sendiri, akan mempunyai tempat dan
2014 yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 kedudukan sendiri sebagai bagian organik dari negara
tentang Pemerintahan Daerah. seluruhnya. Soal pemerintahan apakah yang akan
diurus oleh Pemerintah Pusat dan soal apakah yang
Dalam pelaksanaan otonomi, dikenal tiga bentuk
akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah, baik
asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
daerah besar maupun daerah kecil, itu semuanya
yakni :
tergantung dari pada “doellmatigheid” berhubungan
Pertama, Asas Desentralisasi. Desentralisasi adalah dengan waktunya, tempat dan juga soalnya.”
penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Dalam pengertian yang lain, Amrah Muslimin
Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas
menafsirkan dekonsentrasi sebagai pelimpahan
Otonomi.
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pejabat-
Pejabat-pejabat di daerah hanya melaksanakan pejabat bawahan dalam lingkungan administrasi
kehendak pemerintah pusat. Dalam sistem sentral, yang menjalankan pemerintahan atas nama
desentralisasi, sebagian kewenangan pemerintah pemerintah pusat, seperti gubernur, walikota dan
pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk camat. Mereka melakukan tugasnya berdasarkan
dilaksanakan. pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat pada
Menurut Hans Kelsen, pengertian desentralisasi alat-alat pemerintah pusat yang berada di daerah.
8
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Rivelino KARYA TULIS ILMIAH

Mengenai dekonsentrasi, Bagir Manan terkandung unsur otonomi (walaupun terbatas


berpendapat bahwa dekonsentrasi sama sekali tidak pada cara melaksanakan), karena itu daerah
mengandung arti bahwa dekonsentrasi adalah sesuatu mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri
yang tidak perlu atau kurang penting. Dekonsentrasi cara-cara melaksanakan tugas pembantuan. c.
adalah mekanisme untuk menyelenggarakan urusan Tugas pembantuan sama halnya dengan otonomi,
pusat di daerah. B. Hestu Cipto Handoyo & Y.Thresianti mengandung unsur penyerahan (overdragen)
memberikan tafsiran lain mengenai dekonsentrasi, bukan penugasan (opdragen). Perbedaannya, kalau
menurutnya dekonsentrasi pada prinsipnya adalah40 otonomi adalah penyerahan penuh sedangkan
1. merupakan manifestasi dari penyelenggaraan tugas pembantuan adalah penyerahan tidak penuh.
pemerintahan negara yang mempergunakan asas Menambahkan literatur yang ada, Sjachran Basah
sentralisasi; 2. menimbulkan wilayah-wilayah mengatakan bahwa tugas pembantuan (medebewind)
administratif yang tidak mempunyai urusan rumah adalah menjalankan ketentuan perundangundangan
tangga sendiri; 3. merupakan manifestasi dari yang lebih tinggi tingkat derajatnya dari pihak lain
penyelenggaraan tata laksana pemerintah pusat yang secara bebas.
ada di daerah. Desentralisasi adalah praktik yang telah mendunia
Ketiga, Asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dan merupakan bagian dari strategi setiap institusi
dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk yang berkehendak untuk efisien dalam persaingan
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan global.
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau Demikian pula halnya dengan negara Kesatuan
dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah Republik Indonesia, di mana desentralisasi menjadi
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan kewenangan dan terbagi menjadi bagian bagian yang
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah terintegrasi dalam wadah Negara Kesatuan Republik
provinsi. Indonesia yang diharapkan bergerak secara efisien dan
Menurut Irawan Soejito, tugas pembantuan itu efektif sehingga dapat mengatasi tantangan global.
dapat berupa tindakan mengatur (tugas legislatif) Otonomi adalah derivat dari desentralisasi, oleh
atau dapat pula berupa tugas eksekutif (beschikken). karena itu daerah otonom adalah daerah yang mandiri
Daerah yang mendapat tugas pembantuan diwajibkan dalam berprakarsa. Tingkat kemandirian dan turunan
untuk mempertanggung jawabkan kepada yang dari tingkat desentralisasi yang diselenggarakan
menugaskan. Amrah Muslim menafsirkan tugas menunjukkan bahwa semakin tinggi derajat
pembantuan (medebewind) adalah kewenangan desentralisasi semakin tinggi pula tingkat otonomi
pemerintah daerah menjalankan sendiri aturan-aturan daerah.
dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang Dari segi analisis hukum dengan diberlakukannya
lebih tinggi tingkatannya. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 daerah
Sementara itu, Bagir Manan mengatakan bahwa mempunyai peluang besar untuk menjabarkannya
pada dasarnya tugas pembantuan adalah tugas dalam tatanan operasional. Undang undang tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan tanpa ada peraturan pelaksanaan.
tingkat lebih tinggi (de uitvoering van hogere Dalam konteks ini otonomi daerah mempunyai arti
regelingen). Daerah terikat melaksanakan peraturan kebebasan untuk melaksanakan pembangunan.
perundangundangan termasuk yang diperintahkan Dengan kata lain daerah mempunyai peluang untuk
atau diminta (vorderen) dalam rangka tugas merumuskan langkah langkah pembangunannya
pembantuan. Tugas pembantuan dalam hal-hal sejalan dengan kepentingan negara kesatuan serta
tertentu dapat dijadikan semacam “terminal” menuju tidak berbenturan dengan undang undang yang
penyerahan penuh suatu urusan kepada daerah atau berlaku meliputi pengaturan atau perundang undangan
tugas pembantuan merupakan tahap awal sebagai sendiri, pelaksanaan sendiri. Dengan demikian daerah
persiapan menuju kepada penyerahan penuh. Bidang otonom adalah daerah yang berhak dan berkewajiban
tugas pembantuan seharusnya bertolak dari : a. Tugas mengatur mengurus rumah tangganya sendiri. Salah
pembantuan adalah bagian dari desentralisasi dengan satunya adalah pengelolaan keuangan daerah.
demikian seluruh pertanggungjawaban mengenai Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan
penyeleng-garaan tugas pembantuan adalah tanggung terlaksana secara optimal jika penyelenggara urusan
jawab daerah yang bersangkutan. pemerintahan diikuti dengan pencarian sumber-
b. Tidak ada perbedaan pokok antara otonomi sumber penerimaan yang cukup kepada daerah,
dan tugas pembantuan. Dalam tugas pembantuan dengan mengacu pada undang-undang tentang
9
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 1 Maret 2017: 1-11
KARYA TULIS ILMIAH

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan Ketiga, dalam Tinjauan Bentuk Negara. Indonesia
pemerintah daerah yang besarnya disesuaikan dan adalah negara kesatuan. Ini adalah ketegasan konstitusi
diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara yang tidak bisa ditawar. Dalam konsepsi negara
pemerintah dan daerah. Hubungan antara keuangan kesatuan, tidak ada pemisahan antara pemerintah
negara dan keuangan daerah diuraikan sebagai pusat dan pemerintah daerah. Pendelegasian
berikut: 1. Presiden selaku kepala pemerintahan kewenangan kepada pemerintah daerah tidak berarti
memegang kekuasaan pengelolaan negara yang pemerintah pusat tidak melakukan pengawasan
merupakan bagian kekuasaan pemerintah; 2. Presiden terhadap pelaksanaan pemerintahan daerah. Salah
kemudian menyerahkan kekuasaan tersebut kepada satu pengawasan yang dilakukan adalah dalam
kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) selaku pengelolaan keuangan daerah. Otonomi daerah yang
kepala pemerintahan daerah untuk mengelola dilaksanakan seluas-luasnya tetap dalam kerangka
keuangan daerahnya dan mewakili pemerintah negara kesatuan sehingga dalam hubungan pusat dan
daerah dalam pemilikan kekayaan yang terpisah; daerah dalam konsepsi ini adalah suatu hubungan
3. Hubungan antara pusat dan daerah menyangkut pengawasan.
hubungan pengelolaan pendapatan (revenue) dan PENUTUP
penggunaan (expenditure) baik untuk kepentingan
Otonomi daerah memberikan keleluasaan
pengeluaran rutin maupun pembangunan daerah
bagi daerah dalam rangka melakukan pengelolaan
dalam rangka memberikan pelayanan publik yang
keuangan, namun demikian otonomi daerah
berkualitas, responsibel dan akuntabel; 4. Konsep
ini tidak dilaksanakan dalam kerangka yang
hubungan antara pusat dan daerah adalah hubungan
bertentangan dengan bentuk negara kesatuan dan
administrasi dan hubungan kewilayahan. Hubungan
sistem pemerintahan presidential sehingga dalam
tersebut diatur sedemikian rupa melalui kewajiban
pengelolaan keuangan masih terdapat hubungan
pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan
yang erat antara pemerintah pusat dan daerah
kepada pemerintah daerah. Sehingga, semua sumber
karena pamerintah daerah merupakan penerima
keuangan yang melekat pada setiap urusan yang
delegasi dari pemerintah pusat dan pemerintah pusat
diserahkan ke daerah menjadi sumber keuangan
tetap harus melaksanakan pengawasan terhadap
daerah.
pengelolaan keuangan daerah agar pengelolaan yang
Dari keseluruhan uraian di atas penulis melihat dilaksanakan tetap berada dalam kerangka konstitusi
bahwa hubungan antara pemerintah pusat dan tanpa memudarkan kemandirian daerah dalam
pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan melaksanakan pengelolaan keuangan.
dapat ditinjau dari tiga aspek:
DAFTAR PUSTAKA
Pertama, dalam Tinjauan Yuridis. Pengelolaan
Basah, Sjachran, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan
Keuangan Negara di Indonesia didasarkan pada UU No.
Peradilan Administrasi di Indonesia, cet ke-3, Alumni,
17 Tahun 2003 dan dalam undang-undang ini secara
Bandung, 1997.
tegas telah disebutkan bahwa salah satu ruang lingkup
keuangan negara adalah keuangan daerah. Sebagai Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah, Lembaga
pelaksanaan dari hal ini maka ditetapkan PP No. 58 Administrasi Negara, Jakarta, 2008.
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Djafar Saidi, Muhammad, Hukum Keuangan
Secara yuridis dapat dikatakan bahwa hubungan pusat Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2008.
dan daerah dalam pengelolaan keuangan adalah Djumhana, Muhammad, Pengantar Hukum
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah didasarkan Keuangan Daerah, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2007.
pada PP No. 58 Tahun 2005 sebagai pelaksanaan dari Gde Artjana, I, “Upaya Membangun Akuntabilitas
UU No. 17 Tahun 2003. Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan
Kedua, secara Tinjauan Sistem Pemerintahan. Negara Di Lingkungan Militer Menuju Terciptanya Good
Presiden merupakan kepala pemerintahan sekaligus Governance Tantangan Dan Harapan”, dipaparkan
merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan dalam FGD SSR Propatria, tanggal 27 Februari 2007.
keuangan negara. Dengan diterbitkannya UU No. Ghandi, L.M. Harmonisasi Hukum Menuju Hukum
23 Tahun 2014 maka presiden mendelegasikan Responsif, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
kekuasaannya kepada kepala daerah selaku kepala Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
pemerintahan daerah dan salah satu kewenangan Jakarta, 1995.
yang didelegasikan adalah kewenangan pengelolaan
Jumung, Martin, Politik Lokal dan Pemerintahan
keuangan di daerahnya.
Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, Pustaka
10
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Rivelino KARYA TULIS ILMIAH

Nusatama, Yogyakarta, 2005. Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2008.


Kencana Syafii, Inu, Sistem Pemerintahan Riawan Tjandra, W., Hukum Keuangan Negara, PT
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Grasindo, Jakarta, 2006.
Kelsen, Hans, General Theory of Law and State, Riwu Kaho, Josef, Prospek otonomi Daerah
Russell & Russell, New York, 1945. di Negara RI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Liang Gie, The, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah 1998. Syarifin, Pipin dan Dedah Subaedah, Hukum
di Negara Republik Indonesia, Liberty, Yogyakarta, Pemerintahan Daerah, Pustaka Bani Quraisy, Bandung,
1993. 2005.
Muslimin, Amrah, Aspek-Aspek Otonomi Daerah, Soejito, Irawan, Hubungan Pemerintah Pusat dan
Alumni, Bandung, 1986. Pemerintah Daerah, Bina Aksara, Jakarta, 1981.
Manan, Bagir dan Kuntana Magnar, Peranan Syarifin, Pipin dan Dedah Subaedah, Hukum
Peraturan Perundang-Undangan dalam Pembinaan Pemerintahan Daerah, Pustaka Bani Quraisy, Bandung,
Hukum Nasional, Armico, Bandung. 1997. 2005.
Manan, Bagir, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Utama, Prabawa, Pemerintahan di Daerah, IND-
Menurut UUD 1945, Armico, Bandung, 1995. HILL.CO, Jakarta, 1991.
P. Soeria Atmadja, Arifin, tanpa tahun, “Hukum Utrecht, Pengantar Hukum Indonesia, Ichtiar Baru,
Keuangan Negara Pasca 60 Tahun Indonesia Merdeka”, Jakarta, 1986.
www. Pemantauperadilan.com, akses tanggal 2 Yamin, Muhammad, Proklamasi dan Konstitusi,
Desember 2009. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.
Perdana Wiratraman, Herlambang, Badan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemeriksa Keuangan dan Pertanggungjawaban Pemerintahan Daerah.
Keuangan Negara, Departemen Hukum Tata Negara

11

Anda mungkin juga menyukai