Anda di halaman 1dari 11

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI JANGGELAN

MELALUI EDUKASI DAN FASILITASI TEKNOLOGI


TEPAT GUNA RUMAH PENGERING
Suminah, Mujiyo, Budi Kristiawan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
Sum_anan@yahoo.com

Abstract

Janggelan commodity has provide increasingly perquisite, as demand continues to


rise over time. Leaves of Janggelan plant usually are used as raw material to produce black
grass jelly, but it also can be used for medicinal plants and materials for cosmetics. Janggelan
is one mainstay crop of farmer groups, has not developed optimally. The purpose of this
activity is to: (1) improve the quality of production leaves to be the super quality; (2)
overcome the drainage problems in the rainy season; (3) repair the problem of packaging; (4)
improvete management group. The method of programme is education and facilitation.
Education is done by: (1) providing extension to farmer groups about cultivation which
produces good quality of leaves; (2) introduction of appropriate dryers and packaging
equipment; (3) train in the use of tools, entrepreneurship, group dynamics, group
administration, group motivation, marketing management. Facilitation by providing
appropriate tools required by the group in order were needed to increase productivity.

Keywords: empowerment, dryer house, business management

Abstrak

Komoditas janggelan saat ini kian menjanjikan keuntungan, karena permintaan


komoditas janggelan terus meningkat dari waktu ke waktu. Daun janggelan biasanya
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi cincau hitam, selain itu dapat digunakan
untuk tanaman obat dan bahan untuk kosmetik. Tanaman janggelan sebagai salah satu
tanaman andalan bagi kelompok tani, selama ini belum dikembangkan potensinya secara
optimal. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk: (1) meningkatkan kualitas produksi daun
menjadi kualitas super; (2) mengatasi masalah pengeringan pada musim hujan; (3)
memperbaiki masalah kemasan; (4) meningkatkan manajemen kelompok. Metode yang
digunakan adalah edukasi dan fasilitasi. Edukasi dilakukan dengan cara: (1) memberikan
penyuluhan kepada kelompok tani cara budidaya janggelan yang baik sehingga kualitas
daunnya meningkat; (2) introduksi alat pengering tepat guna dan alat pengemas; (3)
pendampingan untuk pelatihan penggunaan alat, pelatihan kewirausahaan, dinamika
kelompok, administrasi kelompok, motivasi kelompok, manajemen pemasaran. Fasilitasi
dengan cara memberikan alat tepat guna yang diperlukan oleh kelompok diperlukan agar
produktivitasnya meningkat.

Kata kunci: pemberdayaan, rumah pengering, manajemen usaha


A. PENDAHULUAN mengandalkan air hujan atau juga sawah
Pemberdayaan merupakan suatu tadah hujan, sehingga penghasilan petani
proses yang pada hakikatnya bertujuan tidak maksimal. Untuk itu maka masyarakat
untuk terwujudnya ŠperubahanÅ. Oleh banyak yang menanam tanaman janggelan
karena itu, mulai dari titik mana kita melihat di lahan mereka. Tanaman janggelan sangat
bahwa individu tergerak ingin melakukan berpotensi untuk ditanam di Desa
suatu sikap dan perilaku kemandirian, Karangtengah yang posisinya berada di
termotivasi, dan memiliki ketrampilan yang ketinggian 600 dpl.
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan Kelompok Tani janggelan ŠKarya
dalam rambu-rambu nilai/norma yang TaniÅ dan ŠKarang MulyaÅ yang ada di
memberikannya rasa keadilan dan dusun Timbangan dan dusun Sampang desa
kedamaian dalam mencapai tujuan bersama Karangtengah kecamatan Karangtengah
untuk kesejahteraan. Dalam kaitannya kabupaten Wonogiri ini sudah lama
dengan kehidupan masyarakat yang dibentuk, namun tidak ada perkembangan
dinamis, pemberdayaan lebih merupakan dalam mengelola budidaya tanaman
suatu upaya untuk memberikan kemampuan janggelan maupun cara mengangani pasca
sekaligus kesempatan kepada masyarakat panennya. Kenyataannya sampai saat ini,
untuk ikut berperan aktif dalam proses keberadaan kedua kelompok tersebut belum
pembangunan. bisa meningkatkan penghasilan anggotanya.
Desa Karangtengah meliputi 8 dusun Sementara banyak hal yang seharusnya
yang terdiri dari: dusun Timbangan, dapat dilakukan oleh kelompok tani
Sampang, Wonoleren, Karanganyar, Duren, janggelan misalnya, terkait dengan
Niten, Posong, dan Ngampel. Desa pemasaran daun janggelan. Pemasaran hasil
Karangtengah Kecamatan Karangtengah selama ini hanya dibeli oleh pedagang
dilihat dari segi geografis wilayahnya sangat pengumpul yang datang ke rumah-rumah
tidak menguntungkan karena wilayahnya petani yang dibeli dengan harga yang relatif
didominasi pegunungan sehingga dari segi murah.
ekonomi sangat tidak menguntungkan. Mata Tanaman janggelan sebagai salah
pencaharian masyarakat mayoritas petani satu andalan sumber pendapatan masyarakat
dengan lahan pertanian berupa tegalan yang di Karangtengah selama ini belum
dikembangkan potensinya secara optimal, panen, namun tetap dilakukan petani dari
meskipun hasil produksinya sudah dapat pada daun tersebut busuk di lahan.
dipasarkan ke mana-mana seperti Bandung, Sedangkan harga daun janggelan yang
Semarang, bahkan sampai luar jawa. sudah dikeringkan harga per kg berkisar
Selama ini daun janggelan dibeli antara Rp 9.000,- sampai dengan Rp 10.000,
oleh pedagang pengumpul yang datang ke untuk kualitas super atau Grid A. Untuk
rumah-rumah anggota kelompok Tani kualitas biasa atau Grid B harga per kg
ŠKarya TaniÅ maupun kelompok tani sekitar Rp 4.000,- sampai dengan Rp 5.000,-
ŠKarang MulyaÅ yang dijual baik dalam , basah Rp 300,- sd Rp 1.500,-, biasanya
bentuk basah maupun dalam bentuk kering. petani menjual dalam bentuk kering campur
Penjualan dalam bentuk basah per kg batang.
berkisar antara Rp 300,- sampai dengan Rp Selain itu, sampai saat ini para petani
1.500,-, hal ini tetap dilakukan oleh para masih banyak menjual curah tanpa kemasan
petani karena mereka tidak dapat yang marketable sehingga harga jualnya
mengeringkan karena musim penghujan. juga relatif rendah. Dari pedagang
Apabila tetap mereka keringkan dengan pengumpul daun janggelan kering kemudian
mengandalkan panas matahari di musim di kemas dan dijual ke pasar Purwantoro
hujan sangat tidak efisien karena petani dengan harga jual per kg sekitar Rp 15.000,-
harus menjemur di saat ada panas kemudian sampai dengan Rp 20.000,-. Harga beli daun
mengambil lagi saat ada hujan, sehingga janggel kering di Solo untuk kualitas murni
harus dua kali kerja untuk proses (tanpa batang) Rp 27.000,- dengan batang
penjemuran. Selain itu kualitas daun juga Rp 25.000,-. Harga jual murni Rp 22.000,-,
tidak baik, dan bahkan banyak daun dengan batang Rp 14.000,-. Hal ini
janggelan yang dibuang petani karena disebabkan karena pengetahuan dan
busuk. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para ketrampilan anggota kelompok tani
pedagang dari luar daerah untuk membeli janggelan masih sangat terbatas, sehingga
daun janggelan basah yang kemudian kondisi ini diperlukan adanya intervensi dan
mereka keringkan sendiri karena harganya pendampingan dari pihak lain seperti
sangat murah, dan bahkan untuk para petani perguruan tinggi dan dinas terkait.
harga tersebut tidak dapat menutup biaya
Sistem budidaya tanaman janggelan lagi bahkan mereka sampai menolak para
juga masih sederhana artinya belum dikelola pembeli dari luar daerahnya.
dengan baik dan benar, padahal sistem Untuk itu maka dalam kegiatan ini
budidaya ini sangat mempengaruhi kualitas tim pengabdian bertujuan untuk melakukan
daun. Biasanya mereka menanam disela-sela pemberdayaan agar kelompok tani janggelan
tanaman pokok seperti ketela pohon, tanpa meningkat pengetahuan, ketrampilan dan
ada perawatan. Meskipun demikian jumlah sikapnya dalam mengembangkan usaha
produksi saat panen bisa mencapai antara 15 daun janggelan sehingga produksinya
ton sampai dengan 20 ton daun janggelan meningkat, volume penjualnya juga
baik dalam bentuk basah. meningkat, pendapatannya meningkat yang
Selain itu, di desa Karangtengah ini pada akhirnya kelompok tani janggelan
juga masih banyak masyarakat usia ŠKarya MajuÅ dan Karang MulyaÅ desa
produktif 15 ± 55 tahun yang belum Karangtengah kecamatan Karangtengah
memupunyai pekerjaan tetap kabupaten Wonogiri menjadi kelompok
(penggangguran). Hal ini merupakan yang mandiri.
persoalan tersendiri dalam pembangunan
yang harus segera dicarikan pemecahannya. B. METODE PELAKSANAAN
Kondisi ini sangat memungkinkan untuk Berdasarkan kondisi yang dihadapi
diintegrasikan dengan usaha pengemasan oleh kelompok tani janggelan dalam
maupun pemasaran, jika kelompok tani mengembangkan usaha tani komoditas
tersebut memiliki kemampuan untuk janggelan tersebut, maka metode yang
packing (mengemas) dan memasarkan dilakukan untuk memecahkan berbagai
sendiri hasil produksinya. Dengan demikian permasalahan adalah sebagai berikut.
semua permasalahan tadi dapat diatasi, 1. Fasilitasi Teknologi Tepat Guna
karena kelompok tani janggelan ŠKarya Rumah Pengering
MajuÅ maupun ŠKarang MulyaÅ memiliki Untuk mengatasi kendala proses
potensi yang besar untuk dapat berkembang, pengeringan ketika musim penghujan yaitu
karena potensi bahan baku yang melimpah dengan introduksi alat tepat guna pengering
di daerah tersebut dan mengginggat daun janggelan yang memiliki kapasitas
pemasaran produksi juga tidak ada masalah 1000-2000 kg/batch, dengan ukuran 5 x 3 x
3,5 m yang selanjutnya masyarakat kurang lebih memakan waktu sekitar dua
diharapkan dapat membuat di rumah sampai tiga hari. Dengan demikian, secara
masing-masing. Alat tersebut dapat otomatis akan meningkatkan volume
mengeringkan daun janggelan selama penjualan dan menjamin kontinuitas
kurang lebih 4-6 jam. Selain itu, alat (keberlanjutan) produksi usaha daun
pengering ini bisa menggunakan sumber janggelan kering, meskipun musim
panas dari kayu bakar sehingga lebih efesien penghujan. Gambar Iptek Rumah Pengering
dibandingkan dengan proses penjemuran disajikan pada Gambar 1.
dengan sinar matahari secara langsung yang

Gambar 1. Ipteks Rumah Pengering Daun Janggelan

2. Edukasi Peningkatan Kemampuan anggota dalam kelompok, motivasi


Pelatihan dan pendampingan wirausaha, dan pembukuan/administrasi
dilakukan kepada kelompok tani janggelan usaha kelompok, dan manajemen
dalam pengembangan wirausaha daun pemasaran. Penyadaran pada anggota
janggelan kering. Dalam hal ini kelompok kelompok bahwa mulai dari proses budidaya
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sampai dengan pemasaran produk, apabila
tentang kewirausahaan, dinamika kelompok dapat dikelola oleh kelompok akan lebih
yang mengambarkan peran masing-masing efesien.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN mengendalikan produk agar mencapai
1. Penggunaan Alat Pengering persyaratan yang dikehendaki oleh proses
Metode dengan cara pengeringan berikutnya. Secara garis besar fenomena
merupakan metode paling tua dari semua penting dalam pengeringan yaitu terjadinya
metode pengawetan yang ada. Contoh perpindahan massa (keluarnya uap air dari
makanan yang mengalami proses bahan ke udara di sekelilingnya). Salah satu
pengeringan ditemukan di Jericho dan alat pengeringan yang dapat digunakan
berumur sekitar 4000 tahun. Metode ini juga untuk daun janggelan adalah teknologi alat
merupakan metode yang sederhana, aman, tepat guna rumah pengering.
dan mudah. Dan dibandingkan dengan Hasil pendataan terhadap waktu
metode lain, metode ini memiliki daya tahan pengeringan daun janggelan, diperoleh hasil
yang lama dan tidak memerlukan perlakuan bahwa alat teknologi tepat guna rumah
khusus saat penyimpanan. pengering dapat menghemat waktu dari 3
Pengeringan merupakan proses hari pengeringan (efektif 8 jam/hari= 24
mengurangi kadar air bahan sampai batas jam) menjadi setengah hari pengeringan
dimana perkembangan mikroorganisme dan (efektif 6 jam). Hal ini berarti anggota
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan kelompok dapat menhemat waktu
pembusukan terhambat atau terhenti. pengeringan sebanyak 75% dari penggunaan
Semakin banyak kadar air dalam suatu rumah pengering tersebut.
bahan, maka semakin cepat pembusukannya Selain itu, yang lebih penting adalah
oleh mikroorganisme. Dengan demikian ketika musim hujan tiba petani janggelan
bahan yang dikeringkan dapat mempunyai masih tetap eksis, artinya petani tidak
waktu simpan yang lebih lama dan mengalami musim paceklik lagi, karena
kandungan nutrisinya masih ada. pada musim hujan biasanya petani tidak
Pengeringan atau penurunan kadar memanen daun janggelannya padahal pada
air biasanya dilakukan dengan tujuan saat itu kualitas daun sangat baik. Kalaupun
mengawetkan produk sehingga bisa ada beberapa petani yang terpaksa memanen
disimpan lebih lama tanpa mengalami biasanya dijual basah dengan harga yang
kerusakan yang berlebihan, meningkatkan sangat murah, atau kalau mau mengeringkan
nilai ekonomis suatu produk dan sangat tidak efisien waktu dan tenaganya.
Pengeringan daun jangelan pada musim daun yang busuk. Untuk lebih jelasnya hasil
hujan biasanya selama 5 sampai 6 hari, penggunaan alat tepat guna rumah
itupun hasilnya tidak optimal karena banyak pengeringan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Alat Tepat Guna Rumah Pengering Daun Janggelan


No Aktivitas Mitra Sebelum IbM Sesudah IbM
1. Pengeringan Hanya dilakukan pada Bisa dilakukan sepanjang
musim kemarau musim
2. Waktu pengeringan 24 jam (ketika kemarau), 48 6 jam, jadi efisien 75%
jam (ketika musim hujan)
3. Kualitas produk Tingkat kerusakan 20% sd Tingkat kerusakan 10% sd
30% 15%
4. Manajemen penjualan Tidak dikelola kelompok Dikelola oleh kelompok
daun
5. Bentuk penjualan Curah Rp 300,- sd Rp Dibeli kelompok Rp
daun basah 1500,- per kg 1.500,- sd Rp 2.500,- per kg
6. Bentuk penjualan Curah dengan harga Rp Kemasan press Rp 10.000,- sd
daun kering 4.000,- sd Rp 5.000,- per kg Rp 12.000,- (campur
(belum memiliki alat pres) batang/kualitas B)
Kualitas B (murni) Rp
18.000,- sd Rp 20.000,-
7. Manajemen kelompok Belum ada usaha kelompok Ada usaha yang dikelola
kelompok lengkap dengan
pembukuan usaha

Berkaitan dengan kualitas produk, bisa saat terinjak-ijak oleh siapapun yang
semula kualitas daun janggelan para petani lewat, termasuk kucing, ayam, maupun
memang kurang baik. Setelah daun anjing. Ketika daun sudah kering karena
janggelan di panen kemudian di jemur di sering terinjak atau terlindas maka banyak
halaman atau bahkan di jalan, yang setiap daun yang hancur sehingga kerusakkannya
menurut informan bisa mencapai 20 % sd oleh kelompok dan dijual dalam bentuk
30%. Setelah ada kegiatan IbM, meskipun kering.
musim penghujan mereka masih bisa Bentuk penjualan semula hanya
mengeringkan dengan alat teknologi dalam bentuk curah, setelah ada IbM dalam
sederhana rumah pengering. Biasanya saat bentuk kemasan press, sehingga harga
musim hujan kualitas daun bagus, karena jualnya bisa naik. Kelompok juga dibekali
belum tumbuh bunga, dan batang masing dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam
sedikit. Penggunaan alat rumah pengering membuat pembukuan yang baik dan rapi.
selain dapat mengefisienkan waktu juga
mengurangi prosentase kerusakan daun 2. Edukasi Untuk Peningkatan
menjadi 10% sd 15%. Kemampuan
Untuk penjualan daun janggelan Evaluasi terhadap pengetahuan dan
kering semula mereka menjual ke tengkulak ketrampilan anggota kelompok tentang
dengan harga yang relatif rendah dan dijual usaha daun janggelan dilakukan juga dengan
sendiri-sendiri. Setelah ada kegiatan IbM membandingkan sebelum ada kegiatan IbM
penjualan dilakukan secara kolektif oleh dan sesudah ada kegiatan IbM.
kelompok. Bahkan ketika musim penghujan
tiba kelompok membeli daun janggelan
basah dari petani kemudian dikeringkan

Tabel 2. Peningkatan Kemampuan Kelompok


No Aktivitas Mitra Sebelum IbM Sesudah IbM
1. Budidaya tanaman Sederhana, kurang ada Ada perawatan yang baik,
janggelan perawatan, kualitas produk kualitas produk lebih baik
rendah
2. Kewirausahaan Belum mengetahui bagai- Bisa mengelola usaha
mana mengelola usaha secara secara berkelompok
kelompok
3. Motivasi usaha Rendah (pasrah apa adanya, Motivasi meningkat (mau
harga produk rendah) mengelola usaha)
4. Dinamika kelompok Kelompok pasif, pengurus Dapat menjalankan tugas
fungsinya kurang sesuai fungsinya
5. Pemasaran Tahunya hanya menjual ke Di jual ke Solo dan dikelola
tengkulak secara perorangan oleh kelompok
6. Pembukuan Belum ada pembukuan Ada pembukuan kelompok
kelompok

Pengetahuan tentang bagaimana cara membuat pembukuan yang baik, terutama


budidaya daun janggelan yang baik kurang pembukuan yang berkaitan dengan
diperlukan oleh kelompok karena perawatan keuangan usaha.
tanaman janggelan ini termasuk mudah.
Tetapi setelah diberi penyuluhan tentang D. SIMPULAN DAN SARAN
jarak tanam dan perlakuan setelah panen, Simpulan
mereka antusias untuk melakukannya Keberadaaan kelompok tani
dengan harapan produksi mereka janggelan di desa Karangtenggah sebagai
meningkat. Demikian juga dengan pelaku usaha daun janggelan saat ini sudah
pengetahuan dan ketrampilan tentang dapat memberikan kontribusi pada
bagaimana mengelola sebuah usaha secara peningkatan pendapatan anggotanya.
berkelompok mereka peroleh dari adanya Meskipun ada beberapa kendala yang harus
kegiatan IbM. dihadapi dalam menjalankan usaha daun
Pembukuan kelompok sebagai janggelan, sehingga diperlukan adanya
kelompok yang sudah lama terbentuk dukungan dari berbagai pihak. Kegiatan
namun kondisinya masih sangat sederhana, pengabdian Ipteks bagi Masyarakat ini telah
artinya hanya ada buku tamu, dan catatan memfasilitasi kebutuhan kelompok tani
simpan pinjam. Dimana catatan ditulis janggelan dengan memberikan solusi sesuai
dibuku kecil dan ditulis tidak rapi serta tidak kebutuhan. Solusi pemecahan masalah
ada pengelompokan tentang penerimaan dan tersebut diberikan mulai dari meningkatkan
pengeluaran serta peruntukan dana. Tetapi pengetahuan dan ketrampilan produksi,
setelah ada kegiatan IbM, dimana kelompok mengembangkan kelompok usaha daun
diberi pelatihan tentang bagaimana janggelan, sampai dengan pemasaran.
Upaya tersebut dilakukan dengan Kejuruan, Direktorat Pendidikan
menstimulasi kelompok dengan introduksi Menengah Kejuruan.
inovasi atau teknologi alat tepat guna rumah Susanto, T. Bambang, H, Suhardi, 1994,
pengering, serta memberikan pengalaman Fisiologi dan Teknologi Pasca
belajar melalui kemitraan dan Panen Yogyakarta: Akademika.
pendampingan. Taib, G., Said, G., dan Wiraatmadja, S.,
1988, Operasi Pengeringan pada
Saran Pengolahan Hasil Pertanian,
Wirausaha daun janggelan bagi Jakarta: PT Mediyatama Sarana
kelompok tani janggelan di desa Perkasa.
Karangtengah tidak akan berhasil tanpa
adanya motivasi yang kuat dari anggota
kelompok untuk mengembangkan usaha
tersebut. Semangat, kerja keras, disiplin dan
pantang menyerah merupakan modal untuk
melakukan suatu usaha. Kegiatan IbM ini
tidak akan optimal hasilnya jika tidak ada
tindak lanjutnya. Untuk itu, diperlukan
pendampingan usaha secara kontinyu oleh
dinas terkait.

E. DAFTAR PUSTAKA
Sumoprastowo, 2004, Memilih dan
Menyimpan Sayur-Mayur, Buah-
Buahan, dan Bahan Makanan,
Jakarta: Bumi Aksara.
Supryono, 2003, Mengukur Faktor-Faktor
Dalam Proses Pengeringan.Proyek
Pengembangan Sistem dan Standar
Pengelolaan Sekolah Menengah

Anda mungkin juga menyukai