Anda di halaman 1dari 9

Nama : Idman Gushaendri

NIM : 030001700138

Pertanyaan diskusi:

1. Jelaskan definisi syok

2. Jelaskan pembagian syok


Pembahasan

Pasien mengalami Hipertensi, takikardi dan luka bakar pada beberapa bagian tubuh

Berdasarkan data pada kasus yaitu pasien mengalami luka bakar pada area :

 Wajah & leher : 4,5 %


 Dada : 18%
 Tangan & paha depan : 18%

Persentase luka bakar adalah : 40,5%


Pada pasien didapatkan data bahwa luka bakarnya tampak kemerahan dan ada bula dibebrapa
tempat yang kemungkinan pasien mengidap luka bakar derajat II.

1. Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ABC


A. Pantensi airway pasien diperiksa, pada pasien yang terkait kebakaran/luka bakar perlu
di periksa apakah pasien mengalami trauma inhalasi atau tidak.
B. Perhatikan nafasnya, adakah tanda distres nafas, Bila fasilitas dilapangan, Pos
Lapangan ada, maka segera berikan suplemen oksigen kalau perlu nafas dibantu,
siapkan intubasi bila ada kecurigaan kuat adanya smoke inhalation injury.
C. Hati-hati korban luka bakar yang luas seringkali diketumukan dalam kondisi shock
hipovolemia, sesegera mungkin pasang double infus dan diguyur cairan kristaloid bila
diperhitungkan untuk transportasi memerlukan waktu lebih dari 30 menit.

2. Evaluasi dan perawatan luka bakar adalah bagian dari survei sekunder. Temuan
pemeriksaan fisik utama yang dicatat pada luka bakar adalah luasnya luka bakar,
dinyatakan sebagai persentase dari total luas permukaan tubuh yang terbakar (% TBSA),
dan kedalaman luka bakar, yang dinyatakan sebagai dangkal (atau derajat pertama),
ketebalan parsial. (atau derajat kedua) atau ketebalan penuh (atau derajat ketiga). Pasien
dengan luka bakar lebih dari 20% - 25% dari permukaan tubuh mereka harus ditangani
dengan resusitasi cairan IV yang agresif untuk mencegah syok akibat luka bakar.
Berbagai formula tersedia, seperti Brooke, Galveston, Rule of Ten, dll, tetapi Formula
yang paling umum adalah Formula Parkland Formula ini memperkirakan jumlah cairan
yang diberikan dalam 24 jam pertama, dimulai dari saat terjadinya luka bakar.

Rumus : 4 mL larutan ringer laktat × persentase total luas permukaan tubuh (% TBSA)
yang terbakar × berat pasien dalam kilogram = jumlah total cairan yang diberikan dalam
24 jam pertama.

3. Laboratorium
 Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
 Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
 GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
 Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
 Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
 Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
 Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
 Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
 BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
 Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
 EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
 Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
4. Tatalaksana lanjutan :
Awalnya, luka bakar itu steril. Fokuskan pengobatan pada penyembuhan cepat dan
pencegahan infeksi.
• Pada semua kasus, berikan profilaksis tetanus.
• Kecuali pada luka bakar yang sangat kecil, tutup semua bula.
• Setelah debridemen, bersihkan luka bakar dengan lembut menggunakan 0,25% (2,5 g /
liter) larutan klorheksidin, larutan setrimida 0,1% (1 g / liter), atau antiseptik ringan
berbahan dasar air lainnya.
• Jangan gunakan larutan berbahan dasar alkohol.
• Bersihkan dengan hati-hati dan lembut akan menghilangkan jaringan nekrotik yang
lepas. Oleskan selapis tipis krim antibiotik (silver sulfadiazine).
• Balut luka bakar dengan kain kasa dan kain kasa kering yang cukup tebal untuk
mencegah rembesan ke lapisan luar.
• Ganti balutan setiap hari (dua kali sehari jika mungkin) atau sesering yang diperlukan
mencegah rembesan melalui balutan.
• Periksa luka apakah ada perubahan warna atau perdarahan, yang mengindikasikan
mengembangkan infeksi.
• Selulitis di jaringan sekitarnya merupakan indikator infeksi yang lebih baik.
• Berikan antibiotik sistemik pada kasus infeksi luka streptokokus hemolitik
atau septikemia.
• Infeksi Pseudomonas aeruginosa sering menyebabkan septikemia dan kematian.
Obati dengan aminoglikosida sistemik.
• Gunakan perak sulfadiazin (salep yang dapat larut 1%) dengan balutan satu lapis.
• Mafenide asetat (11% dalam salep yang dapat larut) digunakan tanpa balutan. Saya t
menembus eschar tetapi menyebabkan asidosis. Agen-agen ini secara bergantian adalah
strategi yang tepat.
1. Definisi Syok

Syok adalah kondisi yang mengancam jiwa yang terjadi ketika tubuh tidak
mendapatkan aliran darah yang cukup. Kurangnya aliran darah berarti sel dan organ
tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi untuk berfungsi dengan baik.
Akibatnya, banyak organ bisa rusak. Syok membutuhkan perawatan segera dan bisa
memburuk dengan sangat cepat

2. Klasifikasi Syok
Klasifikasi syok yang dibuat berdasarkan penyebabnya:
1. Syok Hipovolemik atau oligemik Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak
akibat sekunder dari muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan
pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti penurunan preload berat, direfleksikan pada
penurunan volume, dan tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini
yang menyebabkan syok dengan menimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan
curah jantung yang tidak adekuat.
2. Syok Kardiogenik Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik.
Tekanan arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/
m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak tidak
berdaya, pengeluaran urin kurang dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
3. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk
mengisi selama diastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup (Stroke
Volume) dan berakhirnya curah jantung. Penyebab lain bisa karena emboli paru
masif.
4. Syok Distributif Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik yang
menyebabkan penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer. Patogenesis syok
septic merupakan gangguan kedua system vaskuler perifer dan jantung.
Referensi

1. W Hollén L, Coy K, Day A, Young A. Resuscitation using less fluid has no negative
impact on hydration status in children with moderate sized scalds: a prospective single-
centre UK study. Burns. 2017
2. Vivó C, Galeiras R, del Caz MD. Initial evaluation and management of the critical burn
patient. Med Intensiva. 2016
3. Jennes S, Hanchart B, Keersebilck E, Rose T, Soete O, François PM, Engel H, Van
Trimpont F, Davin C, Trippaerts M, Vanderheyden B, Etienne L, Lacroix C,
Teodorescu S, Mashaekhi S, Persoons P, Baekelandt D, Hachimi Idrissil S, Watelet JB.
Management of burn wounds of the head and neck region. B-ENT. 2016
4. Walsh K, Stiles K, Dheansa B. Concerns relating to the European resuscitation
guidelines for the first aid management of burns. Burns. 2016 Feb;42(1):240-
241. [PubMed]
5. Gupta N, Nusbaum J. Points & Pearls: Emergency department management of patients
with thermal burns. Emerg Med Pract. 2018 Feb 01;20(2):e1-e2. [PubMed]
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.
01.07/MENKES/555/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.
Tatalaksana Luka Bakar. 2019
7. Vincent JL, De Backer D. Circulatory shock. N Engl J Med. 2014

Anda mungkin juga menyukai