Anda di halaman 1dari 24

ADICITA RANCANG RUANG

PLACEMAKING DI DERMAGA LABUHAN HAJI


“Bagaimana Proses Terbentuknya Public Space Bernuansa Wisata di Kawasan
Dermaga”

Disusun oleh :

Baiq Nita Aulia Rahmasani 17512147

Dosen Pembimbing:

Hastuti Saptorini Ir. M.A. 0524056001

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

PLACEMAKING DI DERMAGA LABUHAN HAJI


“Bagaimana Proses Terbentuknya Public Space Bernuansa Wisata di Kawasan
Dermaga”

Disusun oleh :

Baiq Nita Aulia Rahmasani 17512147

Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia

Menyetujui.
Pembimbing Yogyakarta, 2020

Hastuti Saptorini, Ir., M.A


DAFTAR ISI
SAMPUL..…………….........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………

DAFTAR ISI ........................................................................................................


ABSTRAKSI …..………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah....…………………………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………
1.4 Urgensi.………………………………………………………...……..
1.5 Luaran……….…………………………...……………………………
1.6 Manfaat………………………………………………………………..
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.................................................................................
2.1 Abandoned Water Front
2.2 Place making
2.3 Public Open Space
2.4 Pariwisata Pesisir
BAB 3 : METODE PENELITIAN………………………………………………
3.1 Metode dan Jenis Penelitian
3.2 Lokasi dan Objek Penelitian
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Teknik Analisis
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum dan Letak Kawasan
4.1.2 Gambaran Keadaan Sekitar Dermaga
4.2 Tipologi pengunjung dan Ragam Kegiatan Masyarakat (Kegiatan Wisata).
4.2 Sirkulasi dan Plotting Sebaran Aktivitas di Kawasan Dermaga
BAB V : KESIMPULAN DAN TEMUAN
ABSTRAK

Dermaga labuhan haji merupakan salah satu dermaga yang ada di pulau lombok, dermaga ini sudah
cukup lama tidak difungsikan (abandoned waterfront) sebagaimana fungsi sebuah dermaga. Hal ini
mengakibatkan masyarakat setempat memanfaatkan ruang-ruang terbuka baik di dalam dan di
sekitar kawasan Dermaga Labuhan Haji sebagai public space bernuansa wisata. Dermaga Labuhan
Haji memiliki banyak potensi yang menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk
menjadikannya tempat wisata, seperti view matahari terbit, laut lepas dan kawasan yang sudah
tertata. Pemanfaatan ruang dan perubahan pola aktivitas ini mengakibatkan terbentuknya ruang-
ruang dengan fungsi baru di dalam kawasan dermaga (placemaking). Dalam beberapa tahun terakhir
sudah banyak terjadi perubahan pada setting dan fungsi ruang di kawasan dermaga. Hal ini tentu
saja berpotensi menimbulkan masalah di masa depan jika pelabuhan kembali beroperasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah mencari tahu bagaimana proses terbentuknya kawasan wisata di Labuhan Haji
yang merupakan sebuah kawasan abandonment dan bagaimana suatu pola aktivitas baru pada sebuah
tempat bisa mempengaruhi dan membentuk ruang ruang dengan fungsi baru di dalamnya , sekaligus
tipologi pengunjung yang terlibat serta bagaimana konsep yang tepat untuk penanganan kedepannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan observasi
langsung di lapangan dan mengamati bagaimana aktivitas pengunjung yang ada di Dermaga Labuhan
Haji. Hasil akhir dari penelitian ini adalah ditemukannya pola aktivitas pengunjung yang membentuk
ruang-ruang dengan fungsi baru, ragam aktivitas wisata yang terbentuk di kawasan dermaga,
pengelompokan ruang dan waktu aktivitas yang terjadi di area dermaga.

Kata kunci : Abandoned Waterfront, Dermaga, pola aktivitas, placemaking, ruang public (public
space), wisata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lombok merupakan salah satu kepulauan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang memiliki banyak potensi wisata, terutama wisata bahari dan wisata pesisir.
Mengingat banyaknya destinasi wisata ini keberadaan moda transportasi laut sangat
penting untuk menghubungkan tempat-tempat wisata tersebut. Pentingnya moda
transportasi laut ini menyebabkan banyaknya pelabuhan dan dermaga yang ada di
Lombok. Salah satunya adalah Dermaga Labuhan Haji yang berada di Lombok
Timur.

Dermaga Labuhan Haji merupakan salah satu dermaga yang cukup


bersejarah dan memiliki banyak potensi untuk dijadikan tempat wisata. Pada era
1960-an, pelabuhan ini digunakan sebagai tempat pemberangkatan jamaah haji dan
merupakan salah satu gerbang utama jalur masuk perdagangan ke Lombok Timur
pad masa lampau. Proyek revitalisasi pelabuhan ini sudah dihentikan pada tahun
2010 dalam keadaan belum memenuhi standar kelayakan. Akibatnya Pelabuhan ini
sudah jarang beroperasi hingga saat ini. Minimnya aktivitas pelayaran dan kegiatan
di Pelabuhan ini mengakibatkan tempat ini saat ini sudah beralih fungsi sebagai
ruang publik bernuansa wisata untuk masyarakat sekitarnya baik untuk berjualan
(PKL), berolahraga, spot foto dan lain sebagainya. Pemanfaat Dermaga Labuhan
Haji sebagai public space bernuansa wisata untuk masyarakat setempat sudah
berlangsung lama, hal ini menyebabkan timbulnya persepsi di masyarakat bahwa
Dermaga Labuhan Haji merupakan salah satu ruang publik dan destinasi wisata
yang bersifat publik. Letak dermaga yang strategis dan memiliki potensi wisata
yang tinggi dan kebutuhan masyarakat setempat akan ruang public bernuansa wisata
ini mengakibatkan adanya perubahan pola aktivitas yang mengakibatkan
terbentuknya ruang-ruang dengan fungsi baru di dalam kawasan dermaga
(placemaking) yang mewadahi berbagai kegiatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses placemaking ruang publik bernuansa wisata di Dermaga
Labuhan Haji ?
2. Bagaimana tipologi pengunjung dan ragam aktivitas serta pola aktivitas
pengunjung yang membentuk ruang-ruang dengan fungsi baru di kawasan
dermaga sebagai public space bernuansa wisata ?
3. Bagaimana pengelompokan ruang yang ada di Dermaga Labuhan Haji ?

1.3 Tujuan
1. Mengkaji bagaimana proses placemaking ruang publik bernuansa wisata di
Dermaga Labuhan Haji.
2. Mengkaji tipologi pengunjung dan ragam aktivitas serta pola aktivitas
pengunjung yang membentuk ruang-ruang dengan fungsi baru di kawasan
dermaga sebagai public space bernuansa wisata.
3. Mengkaji bagaimana pengelompokan ruang yang ada di Dermaga Labuhan Haji.

1.4 Urgensi
Kebutuhan masyarakat akan public open space mendorong masyarakat
untuk memanfaatkan abandoned space pada suatu kawasan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang bagaimana
pengaruh kebutuhan dan pola kegiatan masyarakat terhadap terbentuknya ruang
ruang baru (placemaking) pada sebuah abandoned place.

1.5 Luaran
Diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat dipublikasi dengan format
berupa laporan kemajuan, laporan akhir, dan artikel ilmiah.

1.6 Manfaat
Diharapkan nantinya hasil penelitian dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan mengenai placemaking pada sebuah abandoned place dan dapat
bermanfaat bagi masyarakat sebagai pedoman pengelolaan terbentuknya ruang
publik baru pada suatu kawasan abandoned untuk menghasilkan ruang yang lebih
relevan dan bermanfaat.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Abandoned Waterfront
Secara terminologi abandoned dapat diartikan “terbengkalai’ atau tidak
terpakai lagi. Dalam hal ini abandoned architecture bisa berupa bangunan atau
kawasan yang sudah lama tidak difungsikan sebagaimana mestinya dan kehilangan
esensi kawasan atau tempat itu sendiri. Abandoned space atau bisa juga disebut
Lost space dapat diartikan sebagai sisa landscape sebuah kawasan yang sudah tidak
terstruktur seperti bangunan-bangunan bertingkat, plaza, abandoned waterfront,
bekas stasiun kereta dan lain sebagainya, yang sudah tidak terpakai lagi dan jauh
dari aktivitas masyarakat setempat. Abandoned space atau bisa juga disebut Lost
space. “Lost Sapce” juga dapat berupa suatu tanah di sepanjang jalan yang mana
tidak jelas kepemilikannya dan tidak ada yang peduli tentang pemeliharaannya. Di
satu sisi, lost space memiliki peluang besar bagi perancangan dan pembangunan
kembali sebuah kawasan untuk menemukan kembali banyak sumber daya
tersembunyi di kota kita. (Roger Trancik,1986) Ada lima faktor utama yang
menyebabkan hilangnya ruang pada sebuah tempat :

1. Ketergantungan yang meningkat pada mobil;


2. Sikap arsitek gerakan modern terhadap ruang terbuka;
3. Kebijakan zonasi dan penggunaan lahan dari periode pembaruan perkotaan
yang membagi kota;
4. Keengganan lembaga-lembaga kontemporer - publik dan swasta - untuk
bertanggung jawab atas lingkungan perkotaan publik; dan
5. Ditinggalkannya lokasi industri, militer, atau transportasi di inti kota

Sedangkan waterfront adalah suatu kawasan alami yang dinamis. Dinama


terdapat berbagai komunitas pengguna yang cukup kompleks dan saling berkaitan.
Waterfront juga dapat diartikan sebagai suatu muka kawasan akuatik dan
terestrial. Terkait dengan sejarah manusia dan penggunaan dari waktu ke waktu,
waterfront memiliki jenis dan tingkat kegunaan yang berbeda. Baik itu sebagai
koridor transportasi dan pelabuhan, pusat perdagangan, pusat perjalanan, tempat
rekreasi, dan masih banyak lagi. Waterfront merupakan bagian dari utilitas yang
krusial dalam hal perjalanan, perdagangan dan rekreasi untuk public.

2.2. Placemaking
Nick Beattie dalam karyanya yang berjudul Place and Placemaking (1985)
memaknai placemaking sebagai suatu penghubung antara manusia dengan
lingkungan fisik. Tujuan placemaking adalah untuk merubah suatu bagian dari
lingkungan fisik yang ditempati oleh manusia dan benda. Placemaking juga bisa
diartikan sebagai suatu proses transformasi ruang menjadi tempat yang memiliki
fungsi dan pengguna yang lebih spesifik. Jay Walljasper dalam bukunya berjudul “
The Great Neighborhood Book: A Do-it-Yourself Guide to Placemaking “
menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip utama dari konsep placemaking ,
beberapa diantaranya adalah :
1. The Community is the expert :
Dalam hal ini suatu komunitas atau pengguna yang menempati suatu
kawasan adalah yang paling paham akan kebutuhan suatu kawasan yang
ditempatinya.
2. You’re Creating a place, not a design :
Dalam hal management planning perencanaan suatu kawasan dan
keterlibatan masyarakat lokal menjadi faktor paling penting dalam
pembentukan suatu tempat.
3. Keberhasilan terbentuknya suatu kawasan bergantung pada inovasi dan
usaha dari pengguna kawasan / tempat.
4. Suatu desain kawasan atau tempat akan terus mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, terus mengalami perkembangan dan pembentukan fungsi
fungsi baru seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat/ pengguna.
2.3 Public Open Space
Public Open Space Dapat diartikan sebagai sebuah bagian dari kawasan
yang dimanfaatkan oleh warga setempat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan wadah untuk berinteraksi dan
berkomunikasi. Menurut Huat (1992), Public Space berdasarkan lokasinya dibagi
menjadi dua, yakni outdoor public space dan indoor public space. Dalam
keberhasilan perancangan ruang terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan
yang berdasarkan pada jenis kegiatannya (Whyte, 1980) :
1. Faktor Fisik, yaitu berkaitan dengan hubungan sebuah kawasan dengan
sirkulasi yang ada di dalamnya
2. Faktor visual, yang berkaitan dengan gambaran visual yang secara mudah
dipahami semua orang.
3. Faktor simbolis, yaitu kawasan yang mampu mengembangkan nilai-nilai
sejarah dan budaya.

Menurut Carr (1992), ruang terbuka publik berfungsi sebagai sarana dan
prasarana penunjang kegiatan sosial masyarakat seperti berkomunikasi, bermain
dan berwisata. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan di ruang
terbuka untuk dapat membantu manusia dalam mendapatkan kepuasan,
perlindungan, dan kehidupan sosial yang tertata dengan baik. Ruang publik bagi
pengguna seharusnya memiliki 3 nilai, yaitu :
1. Responsif (responsive); hal ini berkaitan dengan bagaimana sebuah ruang
publik didesain untuk mampu memenuhi kebutuhan penggunanya.mampu
memenuhi kebutuhan pengguna.
2. Demokratis (democratic); dapat melindungi hak hak komunitas
pengguna.
3. Meaningfull; hal ini berkaitan dengan bagaimana hubungan erat suatu
publik space terhadap konteks sosial budaya setempat.
2.4 Pariwisata Pesisir

Pariwisata pesisir menurut Dahuri et al (2004) pada bukunya yang berjudul


Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
mendefinisikan pariwisata pesisir sebagai semua jenis kegiatan rekreasi yang
dilakukan di sekitar pantai seperti : berenang, berselancar, berjemur, berdayung,
menyelam, snorkeling, beachcombing/reef walking, berjalan – jalan atau berlari
sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi. Terdapat
3 konsep inti dalam pariwisata pesisir yaitu “3S” (sun, sea dan sand), dimana
konsep menekankan wisata yang mengkombinasikan berbagai potensi alami di
sekitar pesisir baik itu laut, pantai, view di sekelilingnya yang tercipta dari
kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir bersih.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menjelaskan situasi


dan kondisi aktivitas wisata di kawasan dermaga Labuhan Haji.

3.2 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian berada di Dermaga labuhan Haji, Lombok Timur. Objek amatan
adalah warga sekitar dermaga Labuhan haji dan aktivitas- aktivitas yang dilakukan
di kawasan dermaga.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati aktivitas warga setempat di


kawasan dermaga Labuhan Haji. dan melakukan pengamatan terhadap pemanfaatan
kawasan dermaga sebagai public open space. Pengamatan dilakukan dan
didokumentasikan dalam bentuk foto agar dapat memberikan gambaran suasana
yang ada di kawasan dermaga.
3.4 Teknik Analisis
Data Hasil pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan analisis behaviour
mapping yang meliputi :
1. Ragam aktivitas wisata masyarakat di kawasan dermaga
2. Pemetaan pola kegiatan dan sebaran kegiatan warga setempat di kawasan
dermaga
3. Pemetaan area area di dalam dermaga yang dialihfungsikan sebagai
publik space.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum dan Letak Kawasan
Dermaga Pantai Labuhan Haji berada pada koordinat 8° 40’ LS dan 116°
34’ BT, yakni 7 km dari Kota Selong pusat pemerintahan Kabupaten Lombok
Timur. Dermaga Labuhan Haji merupakan salah satu dermaga yang cukup
bersejarah dan memiliki banyak potensi untuk dijadikan tempat wisata. Pada era
1960-an, pelabuhan ini digunakan sebagai tempat pemberangkatan jamaah haji dan
merupakan salah satu. Proyek revitalisasi pelabuhan ini sudah dihentikan pada
tahun 2010 dalam keadaan belum memenuhi standar kelayakan. Akibatnya
Pelabuhan ini sudah jarang beroperasi hingga saat ini. Minimnya aktivitas pelayaran
dan kegiatan di Pelabuhan ini mengakibatkan tempat ini saat ini sudah beralih
fungsi sebagai ruang publik bernuansa wisata untuk masyarakat sekitarnya baik
untuk berjualan (PKL), berolahraga, spot foto dan lain sebagainya. Letak dermaga
yang strategis dan memiliki potensi wisata yang tinggi dan kebutuhan masyarakat
setempat akan ruang public bernuansa wisata ini mengakibatkan adanya perubahan
pola aktivitas yang mengakibatkan terbentuknya ruang-ruang dengan fungsi baru
di dalam kawasan dermaga (placemaking) yang mewadahi berbagai kegiatan.

Labuhan Haji adalah pelabuhan alam, kapal berukuran besar harus tambat
dengan membuang sauh di tengah laut karena adanya dangkalan yang cukup luas
di depan Labuhan Haji. Fasilitas pelabuhan baru dibangun sejak tahun 2009 dengan
membuat pemecah gelombang (breakwater) dari garis pantai ke arah laut sepanjang
± 800 m di kiri dan kanan kolam pelabuhan. Sejauh ± 100 m di sebelah kiri (arah
Timur Laut) pelabuhan terdapat muara Sungai Belimbing.
4.1.2 Gambaran Keadaan Sekitar Dermaga
Labuhan Haji merupakan salah satu wilayah di Lombok timur yang terletak
di dekat pesisir pantai Labuhan Haji tepatnya di bagian paling timur kabupaten
Lombok timur. Pada era tahun 1960an pelabuhan ini dijadikan sebagai pelabuhan
tempat keberangkatan haji dan menjadi jalur pintu masuk perdagangan khususnya
Cina pada masa itu. Dermaga labuhan haji memiliki potensi alam yang cukup
mumpuni untuk dijadikan sebuah destinasi wisata pesisir, bentang alamnya yang
indah, dan memiliki banyak spot foto maupun spot menarik untuk menikmati
matahari terbit dan kawasan yang sudah tertata dan dilengkapi vegetasi perindang
menjadi daya tarik tersendiri bagi dermaga ini. Akan tetapi hal ini belum dibarengi
dengan penataan kawasan yang baik, pengelola belum melakukan penataan kegiatan
perdagangan di sekitar kawasan sehingga terkesan semrawut, dan masih banyak
sampah plastik mencemari pantai yang dibuang sembarangan oleh wisatawan
maupun oleh pedagang yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan.
4.2 Tipologi pengunjung dan Ragam Kegiatan Masyarakat (Kegiatan Wisata).

Minimnya aktivitas pelayaran dan dan kegiatan di Pelabuhan ini


mengakibatkan tempat ini saat ini sudah beralih fungsi sebagai public space
bernuansa wisata untuk masyarakat sekitarnya baik untuk berjualan (PKL),
berolahraga dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil pengamatan ada 3 kategori
pengunjung wisata yang mendatangi kawasan dermaga labuhan haji
1. Pengunjung atau masyarakat setempat dengan tujuan untuk menikmati
keindahan alam sekitar dermaga dan berolahraga
2. Pengunjung yang secara spesifik adalah seorang photographer
3. Pengunjung atau masyarakat setempat yang datang untuk berjualan

Ragam aktivitas yang terbentuk di kawasan dermaga memicu adanya beberapa


perubahan pemanfaatan ruang di kawasan dermaga ini, antara lain :

1. Pemanfaatan lapangan penumpukan dan artificial channel yang seharusnya


berfungsi sebagai tempat penumpukan peti kemas, kegiatan bongkar muat
barang dan jalur masuk ke kapal dijadikan tempat berkumpul komunitas
warga sekitar, dan tempat berjualan pedagang asongan dan pkl menjajakan
dagangannya tanpa ada aturan khusus.
2. Kurangnya fasilitas publik open space menjadikan kawasan dermaga ini juga
sering digunakan warga sekitar untuk melakukan kegiatan olahraga. Opens
pace di sisi utara kantor Unit penyelenggara sering dijadikan tempat
berkumpul dan berolahraga oleh warga setempat dan spot berjualan
pedagang kaki lima.
3. Area pemecah gelombang (breakwater) sering dimanfaatkan pengunjung
untuk menikmati sunrise dan menjadi spot foto yang paling diminati
terutama oleh para photographer profesional yang melakukan pemotretan di
dermaga ini.
4.2 Sirkulasi dan Plotting Sebaran Aktivitas di Kawasan Dermaga

Jl. P
e neda
Ga n
dor

J l.
HO
SC
okr
oa
m in
oto

an
b uh
r La
sa
Pa aji
H

aji
H
n
ha
bu
La
ya
Ra
Jl .

Untuk menuju dermaga ada beberapa jalur yang bisa dilewati oleh
pengunjung untuk sampai ke dermaga, di antaranya :

a) Pengunjung dari arah Jl Peneda Gandor berbelok kea rah selatan menuju
Jl. HOS Cokroaminoto dan terus lurus kearah selatan sejauh 1 km untuk
mencapai dermaga.
b) Pengunjung dari arah Jalan Raya Lebuhan Haji berbelok kea rah selatan
di persimpangan Pasar Induk Labuhan haji, dan terus lurus sejauh kea
rah selatan sejauh 290 m.
c) Pengunjung dari pusat kota selong hanya perlu mengikuti jalan utama
yaitu Jalan Hos Cokroaminoto sampai ke dermaga.
Tabel Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Jenis Kegiatannya

Waktu Kegiatan
Jenis
Tempat Kegiatan 5.30 – 11.00 – 16.00 –
Kegiatan 10.30 15.00 18.30
WITA WITA WITA
Open Space dan sepanjang
Olahraga jalan yang mengelilingi 🔴 🔴
Kantor Pengelola
Breakwater, Lapangan
Photography penumpukan barang, 🔴 🔴
Arthifical chanel
Sepanjang area trotoar di
Berjualan depan kantor pengelola, dan 🔴 🔴 🔴
area break water

Kumpul
komunitas/ Arthificial Chanel 🔴 🔴 🔴
Bersantai

Untuk memudahkan dalam


pengamatan, area dermaga dibagi
menjadi 3 area utama tempat
aktivitas berlangsung.
: Jalan Aspal

: Paving

: Area Trotoar

Plotting persebaran aktifitas block A

1). : Area ini merupakan area tempat parkiran, pengunjung yang memarkir
kendaraan di sini biasanya adalah pengunjung yang bertujuan untuk
berolahraga atau mengambil foto di area dengan susunan vegetasi yang
teratur.

2). : Area ini biasanya digunakan warga setempat untuk berolahraga


seperti senam pagi ataupun jogging di jalan aspal yang mengitari
kantor pengelola

Opens pace di sisi utara kantor unit pengelola ini sering dijadikan tempat
berkumpul dan berolahraga oleh warga setempat dan spot berjualan pedagang kaki
lima. Area ini menggunakan perkerasan paving dan ditanami pepohonan sehingga
cocok untuk digunakan berolahraga, seperti jogging, dan senam oleh masyarakat
sekitar. Jalan aspal yang mengitari area terbuka ini juga sering digunakan warga sekitar
sebagai “jogging track

3).
: Pada area disepanjang trotoar ini biasannya digunakan para
pedagang kaki lima menjajajkan dagangannya.
Plotting aktivitas block B

Lapangan penumpukan dan artificial channel yang seharusnya berfungsi sebagai


tempat penumpukan peti kemas, kegiatan bongkar muat barang dan jalur masuk
ke kapal dijadikan tempat wisata dan berkumpul komunitas warga sekitar.

Plotting aktivitas block C


Area pemecah gelombang (breakwater) dari garis pantai ke arah laut
sepanjang ± 800 m di kiri dan kanan kolam pelabuhan. Sejauh ± 100 m di sebelah
kiri (arah Timur Laut). Juga sering dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati
sunrise dan menjadi spot foto yang paling diminati terutama oleh para
photographer profesional yang melakukan pemotretan di dermaga ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN TEMUAN
Minimnya aktivitas pelayaran dan dan kegiatan di Pelabuhan ini
mengakibatkan tempat ini saat ini sudah beralih fungsi sebagai public space
bernuansa wisata untuk masyarakat sekitarnya baik untuk berjualan (PKL),
berolahraga dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil pengamatan ada 3 kategori
pengunjung wisata yang mendatangi kawasan dermaga labuhan haji
1. Pengunjung atau masyarakat setempat dengan tujuan untuk menikmati
keindahan alam sekitar dermaga dan berolahraga
2. Pengunjung yang secara spesifik adalah seorang photographer
3. Pengunjung atau masyarakat setempat yang datang untuk berjualan

Dari ketiga aktivitas tadi kemudian timbulah ruang ruang dengan fungsi baru
atau ruang-ruang yang mengalami pergeseran fungsi seperti opens pace di sisi utara
kantor Unit penyelenggara sering dijadikan tempat berkumpul dan berolahraga.
Jalan- jalan beraspal yang digunakan warga sebagai jogging track. Dan Lapangan
penumpukan dan artificial channel yang dijadikan sebagai tempat berkumpuk
komunitas warga dan bersantai. Dan sepanjang area breakwater pada dermaga yang
menjadi spot foto dan spot menikmati sunsrise terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

❏ Biasane, Dewi Indira. Potensi Pembangunan Pelabuhan Wisata Bahari


Di Kabupaten Sorong. Warta Penelitian Perhubungan, Volume 28, Nomor
4, Juli-Agustus 2016. Disadur pada tanggal 02 Januari 2021 melalui
https://www.researchgate.net/publication/329837102_Potensi_Pembangunan_Pel
abuhan_Wisata_Bahari_Di_Kabupaten_Sorong
❏ Ngabito, Meriyanti. 2013. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata
Pulau Saronde Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo. Disadur pada
tanggal 7 Desember 2020 melalui
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZGUwZTRj
ZjdkZmNiNTA3MDNmNzg3NjJmNWM3ZDZjOTdmMDQ5YjAwYw==.pdf
❏ Roger Trancik(1986) Finding Lost Space, Kanada:John Wiley & Sons Inc. ❏
Walljaspe, Jay. 2007. The Great Neighborhood Book: A Do-it-Yourself Guide to
Placemaking. Kanada : New Society Publisher

❏ Samadhi, GKS. 2012. Sensing the Waterfront & Understanding formation of the
City

❏ Syafriny, Reny. 2013. Ruang Tepi Laut Sebagai Destinasi Publik di Perkotaan.
Vol. 10 (1), 1-11

❏ Wasilah, Henny. 2017. Placemaking Process, Cultural and Identity Formation of


Community In Urban Coastal. Disadur pada tangga 7 November 2020 melalui
https://www.academia.edu/32883849/ PLACEMAKING _ PROCESS _
CULTURAL_AND_IDENTITY_FORMATION_OF_COMMUNITY_IN_URBAN_
COASTAL_AREAS_Case_Communities_of_Kenjeran

Anda mungkin juga menyukai