Uas Arr (F) - 17512147 - Baiq Nita Aulia R - Paper
Uas Arr (F) - 17512147 - Baiq Nita Aulia R - Paper
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing:
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Menyetujui.
Pembimbing Yogyakarta, 2020
Dermaga labuhan haji merupakan salah satu dermaga yang ada di pulau lombok, dermaga ini sudah
cukup lama tidak difungsikan (abandoned waterfront) sebagaimana fungsi sebuah dermaga. Hal ini
mengakibatkan masyarakat setempat memanfaatkan ruang-ruang terbuka baik di dalam dan di
sekitar kawasan Dermaga Labuhan Haji sebagai public space bernuansa wisata. Dermaga Labuhan
Haji memiliki banyak potensi yang menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk
menjadikannya tempat wisata, seperti view matahari terbit, laut lepas dan kawasan yang sudah
tertata. Pemanfaatan ruang dan perubahan pola aktivitas ini mengakibatkan terbentuknya ruang-
ruang dengan fungsi baru di dalam kawasan dermaga (placemaking). Dalam beberapa tahun terakhir
sudah banyak terjadi perubahan pada setting dan fungsi ruang di kawasan dermaga. Hal ini tentu
saja berpotensi menimbulkan masalah di masa depan jika pelabuhan kembali beroperasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah mencari tahu bagaimana proses terbentuknya kawasan wisata di Labuhan Haji
yang merupakan sebuah kawasan abandonment dan bagaimana suatu pola aktivitas baru pada sebuah
tempat bisa mempengaruhi dan membentuk ruang ruang dengan fungsi baru di dalamnya , sekaligus
tipologi pengunjung yang terlibat serta bagaimana konsep yang tepat untuk penanganan kedepannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan observasi
langsung di lapangan dan mengamati bagaimana aktivitas pengunjung yang ada di Dermaga Labuhan
Haji. Hasil akhir dari penelitian ini adalah ditemukannya pola aktivitas pengunjung yang membentuk
ruang-ruang dengan fungsi baru, ragam aktivitas wisata yang terbentuk di kawasan dermaga,
pengelompokan ruang dan waktu aktivitas yang terjadi di area dermaga.
Kata kunci : Abandoned Waterfront, Dermaga, pola aktivitas, placemaking, ruang public (public
space), wisata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lombok merupakan salah satu kepulauan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang memiliki banyak potensi wisata, terutama wisata bahari dan wisata pesisir.
Mengingat banyaknya destinasi wisata ini keberadaan moda transportasi laut sangat
penting untuk menghubungkan tempat-tempat wisata tersebut. Pentingnya moda
transportasi laut ini menyebabkan banyaknya pelabuhan dan dermaga yang ada di
Lombok. Salah satunya adalah Dermaga Labuhan Haji yang berada di Lombok
Timur.
1.3 Tujuan
1. Mengkaji bagaimana proses placemaking ruang publik bernuansa wisata di
Dermaga Labuhan Haji.
2. Mengkaji tipologi pengunjung dan ragam aktivitas serta pola aktivitas
pengunjung yang membentuk ruang-ruang dengan fungsi baru di kawasan
dermaga sebagai public space bernuansa wisata.
3. Mengkaji bagaimana pengelompokan ruang yang ada di Dermaga Labuhan Haji.
1.4 Urgensi
Kebutuhan masyarakat akan public open space mendorong masyarakat
untuk memanfaatkan abandoned space pada suatu kawasan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang bagaimana
pengaruh kebutuhan dan pola kegiatan masyarakat terhadap terbentuknya ruang
ruang baru (placemaking) pada sebuah abandoned place.
1.5 Luaran
Diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat dipublikasi dengan format
berupa laporan kemajuan, laporan akhir, dan artikel ilmiah.
1.6 Manfaat
Diharapkan nantinya hasil penelitian dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan mengenai placemaking pada sebuah abandoned place dan dapat
bermanfaat bagi masyarakat sebagai pedoman pengelolaan terbentuknya ruang
publik baru pada suatu kawasan abandoned untuk menghasilkan ruang yang lebih
relevan dan bermanfaat.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Abandoned Waterfront
Secara terminologi abandoned dapat diartikan “terbengkalai’ atau tidak
terpakai lagi. Dalam hal ini abandoned architecture bisa berupa bangunan atau
kawasan yang sudah lama tidak difungsikan sebagaimana mestinya dan kehilangan
esensi kawasan atau tempat itu sendiri. Abandoned space atau bisa juga disebut
Lost space dapat diartikan sebagai sisa landscape sebuah kawasan yang sudah tidak
terstruktur seperti bangunan-bangunan bertingkat, plaza, abandoned waterfront,
bekas stasiun kereta dan lain sebagainya, yang sudah tidak terpakai lagi dan jauh
dari aktivitas masyarakat setempat. Abandoned space atau bisa juga disebut Lost
space. “Lost Sapce” juga dapat berupa suatu tanah di sepanjang jalan yang mana
tidak jelas kepemilikannya dan tidak ada yang peduli tentang pemeliharaannya. Di
satu sisi, lost space memiliki peluang besar bagi perancangan dan pembangunan
kembali sebuah kawasan untuk menemukan kembali banyak sumber daya
tersembunyi di kota kita. (Roger Trancik,1986) Ada lima faktor utama yang
menyebabkan hilangnya ruang pada sebuah tempat :
2.2. Placemaking
Nick Beattie dalam karyanya yang berjudul Place and Placemaking (1985)
memaknai placemaking sebagai suatu penghubung antara manusia dengan
lingkungan fisik. Tujuan placemaking adalah untuk merubah suatu bagian dari
lingkungan fisik yang ditempati oleh manusia dan benda. Placemaking juga bisa
diartikan sebagai suatu proses transformasi ruang menjadi tempat yang memiliki
fungsi dan pengguna yang lebih spesifik. Jay Walljasper dalam bukunya berjudul “
The Great Neighborhood Book: A Do-it-Yourself Guide to Placemaking “
menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip utama dari konsep placemaking ,
beberapa diantaranya adalah :
1. The Community is the expert :
Dalam hal ini suatu komunitas atau pengguna yang menempati suatu
kawasan adalah yang paling paham akan kebutuhan suatu kawasan yang
ditempatinya.
2. You’re Creating a place, not a design :
Dalam hal management planning perencanaan suatu kawasan dan
keterlibatan masyarakat lokal menjadi faktor paling penting dalam
pembentukan suatu tempat.
3. Keberhasilan terbentuknya suatu kawasan bergantung pada inovasi dan
usaha dari pengguna kawasan / tempat.
4. Suatu desain kawasan atau tempat akan terus mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, terus mengalami perkembangan dan pembentukan fungsi
fungsi baru seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat/ pengguna.
2.3 Public Open Space
Public Open Space Dapat diartikan sebagai sebuah bagian dari kawasan
yang dimanfaatkan oleh warga setempat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan wadah untuk berinteraksi dan
berkomunikasi. Menurut Huat (1992), Public Space berdasarkan lokasinya dibagi
menjadi dua, yakni outdoor public space dan indoor public space. Dalam
keberhasilan perancangan ruang terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan
yang berdasarkan pada jenis kegiatannya (Whyte, 1980) :
1. Faktor Fisik, yaitu berkaitan dengan hubungan sebuah kawasan dengan
sirkulasi yang ada di dalamnya
2. Faktor visual, yang berkaitan dengan gambaran visual yang secara mudah
dipahami semua orang.
3. Faktor simbolis, yaitu kawasan yang mampu mengembangkan nilai-nilai
sejarah dan budaya.
Menurut Carr (1992), ruang terbuka publik berfungsi sebagai sarana dan
prasarana penunjang kegiatan sosial masyarakat seperti berkomunikasi, bermain
dan berwisata. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan di ruang
terbuka untuk dapat membantu manusia dalam mendapatkan kepuasan,
perlindungan, dan kehidupan sosial yang tertata dengan baik. Ruang publik bagi
pengguna seharusnya memiliki 3 nilai, yaitu :
1. Responsif (responsive); hal ini berkaitan dengan bagaimana sebuah ruang
publik didesain untuk mampu memenuhi kebutuhan penggunanya.mampu
memenuhi kebutuhan pengguna.
2. Demokratis (democratic); dapat melindungi hak hak komunitas
pengguna.
3. Meaningfull; hal ini berkaitan dengan bagaimana hubungan erat suatu
publik space terhadap konteks sosial budaya setempat.
2.4 Pariwisata Pesisir
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian berada di Dermaga labuhan Haji, Lombok Timur. Objek amatan
adalah warga sekitar dermaga Labuhan haji dan aktivitas- aktivitas yang dilakukan
di kawasan dermaga.
Labuhan Haji adalah pelabuhan alam, kapal berukuran besar harus tambat
dengan membuang sauh di tengah laut karena adanya dangkalan yang cukup luas
di depan Labuhan Haji. Fasilitas pelabuhan baru dibangun sejak tahun 2009 dengan
membuat pemecah gelombang (breakwater) dari garis pantai ke arah laut sepanjang
± 800 m di kiri dan kanan kolam pelabuhan. Sejauh ± 100 m di sebelah kiri (arah
Timur Laut) pelabuhan terdapat muara Sungai Belimbing.
4.1.2 Gambaran Keadaan Sekitar Dermaga
Labuhan Haji merupakan salah satu wilayah di Lombok timur yang terletak
di dekat pesisir pantai Labuhan Haji tepatnya di bagian paling timur kabupaten
Lombok timur. Pada era tahun 1960an pelabuhan ini dijadikan sebagai pelabuhan
tempat keberangkatan haji dan menjadi jalur pintu masuk perdagangan khususnya
Cina pada masa itu. Dermaga labuhan haji memiliki potensi alam yang cukup
mumpuni untuk dijadikan sebuah destinasi wisata pesisir, bentang alamnya yang
indah, dan memiliki banyak spot foto maupun spot menarik untuk menikmati
matahari terbit dan kawasan yang sudah tertata dan dilengkapi vegetasi perindang
menjadi daya tarik tersendiri bagi dermaga ini. Akan tetapi hal ini belum dibarengi
dengan penataan kawasan yang baik, pengelola belum melakukan penataan kegiatan
perdagangan di sekitar kawasan sehingga terkesan semrawut, dan masih banyak
sampah plastik mencemari pantai yang dibuang sembarangan oleh wisatawan
maupun oleh pedagang yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan.
4.2 Tipologi pengunjung dan Ragam Kegiatan Masyarakat (Kegiatan Wisata).
Jl. P
e neda
Ga n
dor
J l.
HO
SC
okr
oa
m in
oto
an
b uh
r La
sa
Pa aji
H
aji
H
n
ha
bu
La
ya
Ra
Jl .
Untuk menuju dermaga ada beberapa jalur yang bisa dilewati oleh
pengunjung untuk sampai ke dermaga, di antaranya :
a) Pengunjung dari arah Jl Peneda Gandor berbelok kea rah selatan menuju
Jl. HOS Cokroaminoto dan terus lurus kearah selatan sejauh 1 km untuk
mencapai dermaga.
b) Pengunjung dari arah Jalan Raya Lebuhan Haji berbelok kea rah selatan
di persimpangan Pasar Induk Labuhan haji, dan terus lurus sejauh kea
rah selatan sejauh 290 m.
c) Pengunjung dari pusat kota selong hanya perlu mengikuti jalan utama
yaitu Jalan Hos Cokroaminoto sampai ke dermaga.
Tabel Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Jenis Kegiatannya
Waktu Kegiatan
Jenis
Tempat Kegiatan 5.30 – 11.00 – 16.00 –
Kegiatan 10.30 15.00 18.30
WITA WITA WITA
Open Space dan sepanjang
Olahraga jalan yang mengelilingi 🔴 🔴
Kantor Pengelola
Breakwater, Lapangan
Photography penumpukan barang, 🔴 🔴
Arthifical chanel
Sepanjang area trotoar di
Berjualan depan kantor pengelola, dan 🔴 🔴 🔴
area break water
Kumpul
komunitas/ Arthificial Chanel 🔴 🔴 🔴
Bersantai
: Paving
: Area Trotoar
1). : Area ini merupakan area tempat parkiran, pengunjung yang memarkir
kendaraan di sini biasanya adalah pengunjung yang bertujuan untuk
berolahraga atau mengambil foto di area dengan susunan vegetasi yang
teratur.
Opens pace di sisi utara kantor unit pengelola ini sering dijadikan tempat
berkumpul dan berolahraga oleh warga setempat dan spot berjualan pedagang kaki
lima. Area ini menggunakan perkerasan paving dan ditanami pepohonan sehingga
cocok untuk digunakan berolahraga, seperti jogging, dan senam oleh masyarakat
sekitar. Jalan aspal yang mengitari area terbuka ini juga sering digunakan warga sekitar
sebagai “jogging track
3).
: Pada area disepanjang trotoar ini biasannya digunakan para
pedagang kaki lima menjajajkan dagangannya.
Plotting aktivitas block B
Dari ketiga aktivitas tadi kemudian timbulah ruang ruang dengan fungsi baru
atau ruang-ruang yang mengalami pergeseran fungsi seperti opens pace di sisi utara
kantor Unit penyelenggara sering dijadikan tempat berkumpul dan berolahraga.
Jalan- jalan beraspal yang digunakan warga sebagai jogging track. Dan Lapangan
penumpukan dan artificial channel yang dijadikan sebagai tempat berkumpuk
komunitas warga dan bersantai. Dan sepanjang area breakwater pada dermaga yang
menjadi spot foto dan spot menikmati sunsrise terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
❏ Samadhi, GKS. 2012. Sensing the Waterfront & Understanding formation of the
City
❏ Syafriny, Reny. 2013. Ruang Tepi Laut Sebagai Destinasi Publik di Perkotaan.
Vol. 10 (1), 1-11