Askep TBC
Askep TBC
PENDAHULUAN
1
RSUD PANDAN tercatat penderita Tb paru berjumlah 1000 orang dalam kurun
waktu 2017 – 2018. Angka penderita Tb cukup signifikan oleh kerena itu kelompok
mengangkat kasus Tb paru sebagai asuhan keperawatan keluarga. Keluarga-keluarga tersebut
harus mendapat asuhan keperawatan yang tepat agar penyakit Tuberkulosis Paru dapat
dihambat penularannya.Walaupun usaha-usaha pemberantasan telah dilakukan, namun ada
beberapa faktor yang menghambat diantaranya : kemiskinan, keadaan sosial ekonomi yang
rendah, perumahan yang kurang memenuhi standar kesehatan, kepadatan penduduk serta
kurang mengetahui masyarakat dan keluarga, kurang minatnya masyarakat dan keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telahtersedia (Nasrul, Effendi, 1998).
Dilihat dari jenis penyakit dan komplikasi yang ditimbulkan, penyakit tuberculosis
paru dapat memberikan pengaruh negatif bagi penderita itu sendiri melainkan pada anggota
keluarga yang tidak menderita Tuberculosis Paru. Pengaruh keluarga meliputi aspek fisik,
psikologis dan sosial. Effendi (1998) mengatakan bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada keluarga yang mengambil keputusan dalam memecahkan masalah tersebut
adalah kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah ini peran
perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut.
Menurut Friedman (1998) keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan
anggota keluarganya, termasuk mengenal masalah tentang Tuerculosis paru, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan pengobatan yang tepat, memberikan keperawtan kepada
anggota keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi
kesehatan. Berkait dengan data tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan untuk memandirikan
keluarga dalam upaya perawatan mengatasi masalah TB Paru.
1. Manfaat Penulisan
2
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan penulis sebagai mahasiswa
keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penyakit TB
paru yang dimulai dari penyebab, serta upaya pencegahan penyakit TB paru agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang TB paru lebih dalam
sehingga dapat melakukan pencegahan serta mengantisipasi diri dari penyakit TB
paru.
BAB 2
3
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2. Etiologi
Penyebab dari penyakit TB Paru adalah kuman tahan asam Mycobacterium
tuberculosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 mm dan
table 0,3 – 0,6 IUm
2.1.3.Manifestasi Klinis
Gejala – gejala yang relevan pada Tuberkulosis paru adalah :
a. Emphyema
b. Effusi pleura
c. Pneumotoraks
d. Enteritis
e. Koch Pulmonal
f. Atelektasis
4
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis untuk tahap aktif penyakit
3. Foto Thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effuse cairan
1. Diet
Untuk mengganti sel – sel paru yang rusak karena adanya peradangan, maka
pasien dengan penyakit TB paru harus diberikan diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi
Protein ).
2. Operasi
Terapi bedah paru dilakukan pada penderita TB Paru.
1. Patofisiologi
Mycobacterium Tuberkulosis
5
Batuk Bersin Berbicara
Droplet / Infektion
Menyebar ke udara
MK : Resti Infeksi
MK: Nyeri
2. TEORITIS KEPERAWATAN
1. Data Dasar Pengkajian
6
1. Aktifitas
Gejala : kelelahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari,
menggigil dan berkeringat
2. Integritas Ego
Gejala : adanya faktor stress yang lama, masalah keuangan dan rumah.
5. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TBC
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan
6. Keamanan
Gejala : adanya kondisi immun, tes HIV positif
Tanda : demam rendah, gampang sakit,
7. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan diisolasi / penolakan karena penyakit yang ``1dideritanya adalah
penyakit yang menular.
Tanda : menarik diri dan tidak mau bersosialisasi
I. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamas
BAB 3
TINJAUAN KASUS
7
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata
Identitas pasien
Nama : Tn.M
Umur : 90 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kalangan
Tgl masuk R.S : 29 April 2019
No RM : 08-11-38
Pada awal bulan Agustus 2012, klien mulai mengeluh dengan penyakit yang
dideritanya, dan kemudian keluarga segera membawa klien berobat ke rumah sakit umum
Pandan. Disana klien menjadi pasien rawat inap kurang lebih 1 minggu.
1. Provokatif/paliative
2. Quantity/Quality
3. Region
8
2. Apakah menyebar : Tidak menyebar
4. Severity
1. Mengganggu aktivitas : Ya
Dialami sejak 2 tahun yang lalu, tetapi akhir- akhir ini tambah parah.
1. Penyakit yg pernah diderita keluarga : Tidak ada penyakit yang serius yang
diderita keluarga
5. Genogram
KET :
9
= Perempuan = Cerai
= Garis perkawinan
--------------:Tinggal serumah.
10
2. Posisi ( Pekerjaan ) : Dapat melakukan peran
sebagai ayah
3. Status( keluarga ) : Bisa berkumpul bersama
keluarga
4. Tugas / pekerjaan : Dapat bekerja kembali
2. Harapan pasien terhadap lingkungan
1. Sekolah : -
2. Keluarga : Dengan kondisi yang sekarang klien
berharap keluarga yang tenang
3. Masyarakat : klien berharap masyarakat tidak
berpikir negatif terhadap penyakitnya
4. Tempat / lingkungan kerja : klien berharap rekan kerjanya tidak
akan mengalami hal yang sama seperti yang klien rasakan sekarang.
3. Harapan pasien terhadap penyakit dan tenaga kesehatan
Semoga cepat sembuh, dan tenaga kesehatan mampu mengobati dengan baik.
5. Harga diri
Tanggapan pasien terhadap harga dirinya : Harga dirinya baik,
berhubung dengan penyakit yang pernah dialaminya wajar dan sudah faktor
umur.
4.Sosial
1. Hubunan dengan keluarga : Saat ini klien merasa keluarganya
masih peduli dengan dia ( klien ditemani oleh istri )
2. Hubungan dengan pasien lain : Baik, klien sering kontak
( komunikasi ) dengan pasien lain.
3. Dukungan keluarga : Sangat kuat dan memberi semangat
4. Reaksi saat interaksi : Dengan kontak mata
5. Spritual
1. Konsep tentang penguasa hidup : Agama yang dianutnya
2. Sumber kekuatan / harapan saat sakit : Allah Yang Maha Esa
3. Ritual agama yang dilakukan : Sholat 5 waktu
4. Kenyakinan terhadap kesembuhan :Yakin akan sembuh
5. Persepsi terhadap penyakitnya : Faktor Umur
11
1. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : CM ( compos mentis )
2. Tanda – tanda vital
1. TD : 130/70 Mmhg
2. HR : 80x/i ( Lokasi perhitungan Pada arteri radialis )
3. RR : 32x/i
4. Temp : 37,1 C ( Lokasi perhitungan pada axila )
5. TB : 160 Cm
Kepala
1. Bentuk : Kepala lonjong
2. Ubun – ubun : Ubun – ubun tertutup
3. Kulit kepala : Bersih
4. Nyeri kepala : Tidak ad nyeri kepala
1. Rambut
1. Penyebaran dan keadaan rambut : Merata pada seluruh kepala
2. Bau : Bau keringat
3. Warna : Putih merata
4. Wajah
1. Warna kulit : Sawo matang
2. Struktur wajah : Lonjong
2. Mata
1. Kelengkapan / kesimetrisan : Lengkap dan simetris
2. Pupil : Isokor kiri/kanan
3. Strabismus : Tidak ada
4. Refleks cahaya : Positif, klien merasa silau
bila terkena cahaya
5. Konjungtiva : Anemis karena kurang
darah Hb:9 gr%
6. Sklera : Ikterik (berwarna
kekuningan)
7. Palpera : Tidak edema pada palpebra
8. Pergerakan bola mata : Normal, kedua bola mata
dapat bergerak
9. Strabismus : Tidak ada strabismus
12
10. Tekanan bola mata : Tidak diukur
11. Ketajaman penglihatan : Klien tidak mampu membaca
3. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : Simetris
2. Mukosa : Pucat
3. Pernafasan cuping hidung : Pernafasan cuping hidung
4. Ketajaman penciuman : Mampu membedakan bau
alkohol dengan jeruk
4. Telinga
1. Bentuk telinga : Simetris ( lengkap kiri dan
kanan )
2. Keluhan : Tidak ada keluhan pada
telinga
3. Ketajaman pendengaran : Normal ( klien dapat
mendengar suara jarum
detik jam dibelakang telinga )
4. Alat bantu : klien tidak menggunakan
alat bantu dengar
5. Mulut dan faring
1. Mulut : Kotor
2. Mukosa : Kering
3. Bibir : Simetris atas / bawah
4. Lidah : Kotor banyak bercak
5. Gigi : Ada karies pada gigi, gigi
tidak lengkap
6. Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur ( 1x/hari )
7. Tenggorokan : Tidak Sakit menelan
6. Leher
1. Pembesaran kelenjar thyroid : kelenjar tiroid tidak membesar
2. Pembesaran kelenjar limfe : Tak ada ditemukan
3. Peningkatan vena jugularis : Tak ada ditemukan
4. Denyut nadi karotis : Teraba dengan jelas
3. Integumen
1. Kebersihan : Bersih ( Dilap 2x/hari )
13
2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Agak pucat
penyinaran matahari
4. Turgor : Kurang ( > 2 detik )
5. Kelembapan : Kering
6. Edema : Tidak ada edema
7. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
klien
8. Luka insisi : Tidak ada ditemukan
4. Payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris, ( Kiri dan kanan )
2. Warna payudara dan areola : Hitam kecoklatan
3. Axila dan klavicula : Normal tidak ada fraktur
5. Thorak / dada
1. Bentuk thorax : Normal dan simetris
2. Pemeriksaan thorax : Infiltrat
3. Pemeriksaan paru
1. Pola nafas : Tidak Teratur RR: 30x/i
2. Reaksi otot bantu nafas : ada, dengan cuping hidung
3. Perkusi thorax : sonor
4. Suara pernafasan : Ronci
5. Taktil premitus : Sama kiri / kanan
6. Keluhan : batuk produktif
1. Sesak nafas : Dipsnea
2. Saat : Berbaring
3. Tindakan yang mengurangi :setengah duduk / semi
fowler
4. Alat bantu napas :Oksigen 2-5 L / i
4. Pemeriksaan jantung
1. Nyeri dada : ya, ada nyeri dada saat
batuk
2. Irama jantung : Reguler dengan S1 dan S2
Mur mur gallop (-)
3. Pulsasi : Kuat
14
4. Bunyi jantung : S1 :Lup `
S2 : Dup
6. Abdomen
1. Bentuk abdomen : Soepel
2. Benjolan / massa : Tidak ada terdapat massa
3. Spidernevi : Tidak ada terdapat garis – garis
spidernevi
4. Peristaltik usus : 16x/i
5. Nyeri tekan : Tidak ada
6. Ascites : Tidak ada ascites
7. Hepar : Tidak teraba
8. Ginjal : Tidak teraba
9. Lien : Tidak teraba
10. Suara abdomen :timpani
7. Kelamin dan genetalia(klien tidak bersedia diperiksa)
1. Genetalia
1. Bentuk alat kelamin : Klien tidak bersedia diperiksa
2. Rambut pubis : Klien tidak bersedia diperiksa
3. Lubang uretra : Klien tidak bersedia diperiksa
4. Kelainan : Klien tidak bersedia diperiksa
2. Anus dan perineum
1. Lubang anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
2. Kelainan pada anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
3. Perineum : Klien tidak bersedia
diperiksa
15
f. sianosis :tidak ada
10.Neurologis
Kesadaran :Compos mentis
PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
1. Diagnosa medis : Haemaptoe Escause TB Paru
2. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
1. Laboratorium
No Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 29-04-2019 Eritrosit 7 – 10 <3
Leukosit 1–2 <5
Ureum 31 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Natrium 1,39 meg/dl 1,35 – 1,55 meg/l
Kalium 3,8 meg/l 3,6 – 5,5 meg/l
Hemoglobin 9gr % 14-16 gr %
AGDA
PH 7,90
PCo2 35,5 mmHg 7,35-7,45
Po2 99,4 mmHg 38-42 mmHg
CO2 22,3 mmol/L 85-100mmHg
BikarbonatHco3 23,4mmol/L 22-26mmol/L
Basa (BE) -1,9mmol/L 19-25mmol/L
Saturasi O2 76,6% (-2 –(+2)mmol/L
95-100%
2. Radiologi
1. Tanggal : 30 april 2019
2. Jenis : PA Thorax
3. Hasil : Infiltrat
1. PENATALAKSANAAN / TERAPI
16
dehidrasi.
1 gr / 12 jam
Mua
3 Vit K Untuk
menghentikan
1AMP/12
perdarah.
Rasa ngantuk
Mengurangi rasa
4 Ketorolak nyeri.
30gr/8jam
5 Ranitidine
50gr/8jam
3.2.ANALISA DATA
17
No Pengkajian Etiologi Masalah
1 DS : Slarang primer Bersihan jalan napas
1. klien mengatakan bahwa ia tidak efektif
lemas dan sesak (+) Tubercel
2. klien mengatakan bahwa ia
batuk dan mengeluarkan Tuberculosis Primer
darah
DO : Peradangan Pleura
3. Klien tampak lemah dan
sesak Produksi sekret
4. Pada saat batuk klien
mengeluarkan darah Sputum Meningkat
volumenya + 3 cc,
konsistensi: kental
5. RR : 32 x/i
6. Oksigen : 2-5L/i Sputum
kental
7. Dipsnoe
Data penujang
8. Hasil photo tórax: infiltrat
2 DS : Produksi sekret Nyeri
1. Klien mengatakan
bahwa dia nyeri dada
Sputum meningkat
2. Klien mengatakan
bahwa ia merasa sakit
pada daerah dada Rangsangan meningkat
setiap kali batuk
Kerusakan dinding
DO : alveolus
3 DS : Micobacterium
3.3.Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus ditandai dengan klien mertingis
kesakitan dan skala nyeri 7.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
3.4.Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan / Kriteria Intervensi dan Rasionalisasi
Hasil
19
dilakukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
Rasional:untuk mengurangi
perdarahan
20
DO : RR normal 16 – 20 mencegah kolaps
x/i
11. Skala nyeri yang 4. Tingkatkan tirah baring
Nyeri (-)
dirasakan klien ( 0-10 dan batasi aktifitas dan
HR normal (60 – 80)
) adalah 7 bantu aktifitas perawatan
12. Klien gelisah diri sesuai keperluan
13. Pada saat batuk terlihat Rasional : menurunkan
klien memegang konsumsi O2 / kebutuhan
daerah dadanya yang selama periode penurunan
nyeri pernapasan dapat menurunkan
14. RR : 32 x/i beratnya gejala.
15. HR : 96 x/i
Kolaborasi :
21
bahwa suhu tubuhnya terjadi pengobatan.
meningkat
3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
2. Klien mengatakan gelisah. beresiko
bahwa panasnya naik
R/ Orang- orang yang terpajan
turun
ini perlu program terapi obat
untuk mencegah penyebaran/
terjadinya infeksi
DO:
3.Kaji tindakan konrtol infeksi
1. Suhu tubuh klien
sementara
meningkat
R/ Dapat membantu menurunkan
2. Suhu: 38 c
rasa terisolasi pasien dan
3. Klien tampak membuang stigma sosial
gelisan sehubungan dengan penyakit
menular.
4. Eritrosit
meningkat 4.Awasi suhu sesuai indikasi
Kolaborasi:
R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.
22
Nama Pasien : Tn. M
Ruangan : FLAMBOYAN
23
23. Sputum kental rongga mulut klien Kolaborasi :
bagian dalam masih
5. Lembabkan udara /
terdapat sekret.
oksigen inspirasi.
Kolaborasi :
1. Melembabkan udara
09.30 deng`an pemberian
Wib O2 / oksigen inspirasi
Hasil : membran
mucosa lembab
09.40
klien diberikan obat
Wib Vit K.
Berikan obat
24
bahwa pada tingkat kesadaran 2.lakuakan tindakan menejemen
nyeri
ia merasa sakit 10.30 Hasil: kesadaran compos
pada daerah Wib mentis. 3.mengevaluasi perubahaqn pada
dadanya setiap kali tingakat kesadaran
batuk.
4. memberikan posisi yang
10.40 4.memberikan posisi yang
DO: nyaman
wib nyaman.
1.Skala nyeri yang Kolaborasi:
Hasil: nyeri berkurang
dirasakan klien 7
1. memberikan obat analgesik.
Kolaborasi:
2.Pada saat batuk
klien terlihat Memberikan obat analgetik
memegang daerah
Ketorolax 1 amp/8 jam
dadanya yang nyeri.
Hasil: nyeri berkurang.
3. HR: 96x/i
3.Resiko tinggi
infeksi berhubungan
dengan inflamasi.
DS:
1.Klien mengatakan
lemas dan suhu
tubuh meningkat
2.klien mengatakan
panasnya naik
turun.
11.00
DO:
wib
1.Suhu tubuh klien
meningkat
25
2.Suhu 38 c Mandiri:
26
BAB 4
PEMBAHASAN
27
pola kebiasaan sehari – hari yang meliputi pola tidur, eliminasi, makan / minum, personal
gygiene dan pola kegiatan / aktivitas. Pada tahap pengkajian ini pula penulis menyertakan
beberapa pemeriksaan penunjang atau diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendaptkan data – data dari pengkajian diatas, maka penulis menggolongkan
data tersebut kedalam data subjektif dan objetif, selanjutnya penulis menganalisa data
tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan pada kasus Tn.P
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang banyak
membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas / Istirahat
Klien lemah, nyeri tidak mampu beraktivitas atau bekerja, depresi, serta gangguan
konsentrasi.
2. Sirkulasi
Klien memiliki riwayat hipertensi, takikardi.
3. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas, pekarangsang, serta emosi tidak stabil
4. Eliminasi
Klien tidak mengalami diare.
5. Makanan / cairan
Klien mengalami hilang nafsu makan batuk yang mengeluarkan sekret dan darah serta
penurunan berat badan.
6. Neurosensori
Klien kesemutan, pusing, dan kelemahan tonus otot, peka rangsang dan adanya cemas
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidak menemukan adanya faktor resiko
terjadinya Tuuberkulosis paru
4.2.Diagnosa keperawatan
Dalam tahap diagnosa keperawatan ini penulis menemukan kesenjangan antara
landasan teoritis dengan tinjauan kasus. Adapun diagnosa keperawatan yang didapat pada
tinjauan teoritis adalah :
1. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
28
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pada saat melakukan pengkajian
tidak ditemukan adanya keluhan dan masalah klien yang berhubungan dengan
diagnosa diatas.
4.3.Intervensi
Pada tahap perencanaan untuk diagnosa nyeri tidak ditemui kesenjangan antara teori
dengan kasus, dimana semua intervensi yang ada pada kasus mengacu pada kasus.
Untuk diagnosa resiko tinggi terjadinya inflamasi/ infeksi, terdapat intervensi yang ada
diteori namun
qw tidak terdapat pada kasus yaitu :
1. Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang, misalnya :
1. Gerakan tersentak
2. Adanya kejang
3. Prestesia
Untuk diagnosa kerusakan komunikasi verbal b/d tindakan operasi semua intervesi
yang ada pada teori dapat dilakukan pola pada intervensi yang ada pada kasus
4.4.Implementasi
Pada tahap implementasi untuk diagnosa nyeri semua intervensi yang ada pada
rencana asuhan keperawatan mampu di implementasikan pada klien.
Untuk diagnosa resti terjadinya cidera / infeksi terdapat intervensi yang ada pada
rencana asuhan keperawatan namun tidak dapat di implementasikan pada klien yaitu :
Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang misalya , gerakan
tersentak , adanya kejang, prestesia berhubung karena klien sadar total ( CM ).
Pada diagnosa kerusakan komunikasi verbal semua intervensi yang terdapat pada teori
di implementasikan pada klien. Hali ini dapat dilakukan karena ketersediaan klien untuk
terlibat dalam proses keperawatan serta adanya dukungan dari keluarga.
4.5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Tn.P dilakukan selama 1 hari namun tidak terlalu
menunjukkan adanya kemajuan. Diantara ketiga diagnosa tersebut belum ada yang teratasi
karena pasien dioper keruangan RA 2.
29
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. P di ruang IGD RSUP HAM Medan
pada tanggal 13 September 2012, diketahui bahwa klien mengalami gangguan aktivitas /
istirahat dimana klien lemah, sulit istirahat, integritas ego klien terganggu dimana klien sering
labil (emosi), makanan dan cairan, klien kehilangan nafsu makan karena batuk berdahak dan
bercampur darah, neurosensorinya terjadi kelemahan otot dan tidak terdapat faktor resiko
keluarga terhadap kasus yang sama
2. Diagnosa
1. Berdasarkan data diatas maka dirumuskan diagnosa sebagai berikut :
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
30
3. Intervensi
Pada diagnosa Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi
sputum yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum.
Semua intervensi pada rencana asuhan keperawatan dari diagnosa diatas dapat dilaknakan
dengan baik. Sedangkan pada diagnosa resiko tinggi b/d proses pembedahan terdapat
intervensi yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan klien mampu/ sadar total.
4. Implementasi
1. Implementasi dapat dilakukan dengan baik walaupun tidak semua asuhan keperawatan
dapat direncanakan.
2. Partisifasi keluarga dan klien sangat mendukung dalam melakukan asuhan keperawatan
sekaligus terlaksananya implementasi keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dengan tim kesehatan lainnya
mendukung terlaksananya implementasi keperaawatan dengan baik.
5. Evaluasi
Tidak ada diagnosa keperawatan yang dapat diatasi karena klien dioperkan
keruangan rawat inap yaitu Rindu A 2.
Saran
5. Bagi Keluarga
Tetap memberi dukungan / dorongan dan semangat pada pasien dalam menghadapi
penyakitnya.
6. Bagi Perawat
Diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru“.
7. Bagi Institusi Pendidikan
Menanbah ilmu pengetahuan dan keterampilan pada khususnya penerapan
asuhankeperawatan klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru
8. Bagi Intalasi RS
Perlu meningkatkan SDM perawat khususnya dalam pengadaan pelatihan tentang perawatan
Tuberkulosis paru dan menyediakan prosedur perawatan :Tuberkulosis paru “ pada setiap
klien.
31