Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Tuberculosis adalah penyakit langsung yang mengenai parenkim paru yang


disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis
mengenai paru tapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit
kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Di samping
proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru
sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang
menyebabkan berbagaimacam kelainan faal paru (Supardi, 2006).
Indonesia berada pada tingkat ke 3 terbesar didunia dalam jumlah penderita
Tuberkulosis (TB), setelah India dan Cina. Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat
menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari, atau 140.000 per tahun, dan
kurang lebih ¼ juta penduduk diduga terinfeksiTB setiap tahun ( Jakarta Pos, 2008).
Hasil survey Prevalensi TB paru di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka
prevalensi TB BTA positif secara Nasional adalah sebesar 110 per 100.000 penduduk. Secara
regional prevalensi TB BTA positip di Indonesia di kelompokan dalam 3 wilayah yaitu
wilayah Sumatra dengan angka prevalensi TB sebesar 160 per 100.000 penduduk, wilayah
Jawa dan Bali dengan angka prevalensi TB sebesar 110 per 100.000 penduduk, dan wilayah
Indonesia Timur dengan angka prevalensi TB sebesar 210 per 100.000 penduduk. Khusus
untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah sebesar 68 per 100.000 penduduk
(Depkes, 2008).
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif ,penderita TB
kebanyakan dari kelompok sosiol ekonomi rendah. Dari tahun 1995 - 1998, cakupan
penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse
Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat jangka pendek / setiap hari, baru
mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994)
cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%.
Karena pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasalalu
kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara
meluas atau Multi Drug Resistance (MDR).

1
RSUD PANDAN tercatat penderita Tb paru berjumlah 1000 orang dalam kurun
waktu 2017 – 2018. Angka penderita Tb cukup signifikan oleh kerena itu kelompok
mengangkat kasus Tb paru sebagai asuhan keperawatan keluarga. Keluarga-keluarga tersebut
harus mendapat asuhan keperawatan yang tepat agar penyakit Tuberkulosis Paru dapat
dihambat penularannya.Walaupun usaha-usaha pemberantasan telah dilakukan, namun ada
beberapa faktor yang menghambat diantaranya : kemiskinan, keadaan sosial ekonomi yang
rendah, perumahan yang kurang memenuhi standar kesehatan, kepadatan penduduk serta
kurang mengetahui masyarakat dan keluarga, kurang minatnya masyarakat dan keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telahtersedia (Nasrul, Effendi, 1998).
Dilihat dari jenis penyakit dan komplikasi yang ditimbulkan, penyakit tuberculosis
paru dapat memberikan pengaruh negatif bagi penderita itu sendiri melainkan pada anggota
keluarga yang tidak menderita Tuberculosis Paru. Pengaruh keluarga meliputi aspek fisik,
psikologis dan sosial. Effendi (1998) mengatakan bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada keluarga yang mengambil keputusan dalam memecahkan masalah tersebut
adalah kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah ini peran
perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut.
Menurut Friedman (1998) keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan
anggota keluarganya, termasuk mengenal masalah tentang Tuerculosis paru, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan pengobatan yang tepat, memberikan keperawtan kepada
anggota keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi
kesehatan. Berkait dengan data tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan untuk memandirikan
keluarga dalam upaya perawatan mengatasi masalah TB Paru.

1.2. Tujuan Penulisan


a. Mahasiswa akan mampu untuk melakukan pengkajian pada klien dengan penderita
TB Paru.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah TB Paru.
c. Merencanakan intervensi keperawatan kepada klien dengan masalah TB
Paru berdasarkan prioritas masalah
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan TB Paru.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan TB Paru.

1. Manfaat Penulisan

2
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan penulis sebagai mahasiswa
keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penyakit TB
paru yang dimulai dari penyebab, serta upaya pencegahan penyakit TB paru agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik

2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang TB paru lebih dalam
sehingga dapat melakukan pencegahan serta mengantisipasi diri dari penyakit TB
paru.

3. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tentang penyakit TB
paru serta penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang lebih baik

4. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Diharapkan dapat menambah informasi tentang penyakit TB paru serta
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang lebih baik

BAB 2

3
TINJAUAN TEORITIS

1.Tinjauan Teoritis Medis


2.1.1.Defenisi
TB paru adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Brunner, Suddarth 2001)

2.1.2. Etiologi
Penyebab dari penyakit TB Paru adalah kuman tahan asam Mycobacterium
tuberculosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 mm dan
table 0,3 – 0,6 IUm

2.1.3.Manifestasi Klinis
Gejala – gejala yang relevan pada Tuberkulosis paru adalah :

1. Batuk berdahak > 3 minggu


2. Turgor kulit jelek
3. Malnutrisi
4. Nyeri dada
5. Demam tinggi
6. Keringat pada malam hari
7. Batuk berdarah
8. Malaise
9. Anorexia
10. BB menurun
1. Komplikasi TB Paru
Komplikasi dari TB paru adalah sebagai berikut :

a. Emphyema
b. Effusi pleura
c. Pneumotoraks
d. Enteritis
e. Koch Pulmonal
f. Atelektasis

2.1.4. Pemeriksaan Diagnostik


1. Kultur sputum

4
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis untuk tahap aktif penyakit

2. Tes kulit / Mantoux test


Menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif

3. Foto Thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effuse cairan

4. Histologi atau kultur jaringan


Termasuk untuk pembersihan gaster dan urine serta cairan serebrospinal dan
biopsi kulit. Positif untu Mycobacterium tuberculosis

5. Pemeriksaan fungsi paru


Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural ( TB paru kronis luas )

2.1.5. Penatalaksanaan Medis


a. Pengobatan
TB paru terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam waktu jangka
lama, penderita dengan gejala klinis dapat meminum 2 obat untuk mencegah
timbulnya strain yang resisten

b. Bedrest dengan lingkungan yang sehat


Pada pasien dengan TB paru diberikan istirahat yang cukup dan lingkungan
dengan udara yang sehat.

1. Diet
Untuk mengganti sel – sel paru yang rusak karena adanya peradangan, maka
pasien dengan penyakit TB paru harus diberikan diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi
Protein ).

2. Operasi
Terapi bedah paru dilakukan pada penderita TB Paru.

1. Patofisiologi
Mycobacterium Tuberkulosis

5
Batuk Bersin Berbicara

Droplet / Infektion

Menyebar ke udara

Terhisap masuk ke paru – paru melalui hidung

MK : Resti Infeksi

Berkembang biak dalam sitoplasma makropage

Tubercel Slarang Primer Meluas Meluas

Tuberculosis primer Tuberculosis primer

Peradangan pleura Tuberculosis derman

Produksi secret MK : tidak efektif bersihan jalan napas

Sputum Meningkat MK : Kurang penegtahuan tentang

Pencegahan dan penanganan

Rangsangan meningkat MK : Resti pertukaran gas

Kerusakan dinding alveolus

MK: Nyeri

BB Menurun MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. TEORITIS KEPERAWATAN
1. Data Dasar Pengkajian

6
1. Aktifitas
Gejala : kelelahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari,
menggigil dan berkeringat

Tanda : takikardi, takipnea dan dispnea

2. Integritas Ego
Gejala : adanya faktor stress yang lama, masalah keuangan dan rumah.

Tanda : menyangkal, ketakutan dan mudah tersinggung

3. Makanan dan Cairan


Gejala : kehilangan nafsu makan dan makanan tidak dapat dicerna

Tanda : Turgor kulit buruk, anoreksia

4. Nyeri dan ketidaknyamanan


Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk terus menerus

Tanda : berhati – hati pada daerah yang sakit

5. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TBC
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan

6. Keamanan
Gejala : adanya kondisi immun, tes HIV positif
Tanda : demam rendah, gampang sakit,
7. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan diisolasi / penolakan karena penyakit yang ``1dideritanya adalah
penyakit yang menular.
Tanda : menarik diri dan tidak mau bersosialisasi
I. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamas
BAB 3
TINJAUAN KASUS

7
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata
Identitas pasien
Nama : Tn.M
Umur : 90 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kalangan
Tgl masuk R.S : 29 April 2019
No RM : 08-11-38

3.1.3. Keluhan Utama

Batuk berdahak bercampur darah, Warna sputumnya merah, Konsistensinya kental


Volumenya + 3cc , Sesak nafas RR:32x/i O2: 2-5 liter, Berkeringat (+)

3.1.4. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pada awal bulan Agustus 2012, klien mulai mengeluh dengan penyakit yang
dideritanya, dan kemudian keluarga segera membawa klien berobat ke rumah sakit umum
Pandan. Disana klien menjadi pasien rawat inap kurang lebih 1 minggu.

3.1.5. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Provokatif/paliative

1. Apa penyebabnya : Tidak diketahui pasien

2. Hal yang mempebaiki keadaan : Berobat

2. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan : Lemas

2. Bagaimana dilihat : Klien tampak lemas

3. Region

1. Dimana lokasinya : di paru paru

8
2. Apakah menyebar : Tidak menyebar

4. Severity

1. Mengganggu aktivitas : Ya

5. Time ( Kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya )

Dialami sejak 2 tahun yang lalu, tetapi akhir- akhir ini tambah parah.

3.1.6. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

6. Penyakit yang pernah dialami : Demam

7. Pengobatan / tindkan yang dilakukan : Berobat jalan di RS Pandan

8. Pernah dirawat / operasi : Klien pernah dirawat di RS Pandan

3.1.7. Riwayat Kesehatan KeluargaU]0

1. Penyakit yg pernah diderita keluarga : Tidak ada penyakit yang serius yang
diderita keluarga

2. Anggota keluarga yang meninggal : Ya, ada yaitu istri klien

3. Lingkungan keluarga dan komunitas : Lingkungan dan komunitas klien agak


kumuh

4. Perilaku yg mempengaruhi kesehatan : merokok

5. Genogram

KET :

= Laki –laki = Meninggal

9
= Perempuan = Cerai

= Klien = Garis keturunan

= Garis perkawinan

--------------:Tinggal serumah.

3.1.8. Riwayat / Keadaan Fisikososial


1. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia, bahasa daerah
2. Persepsi pasien dgn penyakitnya : Faktor umur
3. Konsep diri
1. Gambaran diri ( Body image )
1. Tanggapan dengan tubuhnya : Klien merasa tubuhnya yang Sekarang
tidak seperti yang dulu
2. Bagian tubuh yang disukai : Klien menyukai seluruh
anggota tubuhnya
3. Bagian tubuh yang tidak disukai : Klien merasa menyukai seluruh
anggota tubuhnya
4. Persepsi tentang kehilangan tubuhnya : Klien tidak kehilangan anggota
tubuhnya
2. Identitas ( personal identinity )`3’
1. Status dalam keluarga : Sebagai kepala keluarga dan Ayah dari
4 anak
2. Kepuasan terhadap status : Saat ini pasien tidak mampu
menjalankan statusnya sebagai sumi dan ayah
3. Kepuasan terhadap jenis kelamin : Klien merasa puas dengan jenis
kelaminnya
3. Peran
1. Tanggapan tentang perannya : Saat ini perannya digantikan anak
2. Kemampuan melaksanakan perannya : Klien tidak mampu melakukan
perannya sebagai kepala keluarga dan ayah karena sakit yang dideritanya.
3. Kepuasan melaksanakan perannya : Kurang puas karena tidak bisa
melakukan perannya seperti biasa
4. Ideal diri
1. Harapan pasien terhadap
1. Tubuhnya : Kembali seperti semula

10
2. Posisi ( Pekerjaan ) : Dapat melakukan peran
sebagai ayah
3. Status( keluarga ) : Bisa berkumpul bersama
keluarga
4. Tugas / pekerjaan : Dapat bekerja kembali
2. Harapan pasien terhadap lingkungan
1. Sekolah : -
2. Keluarga : Dengan kondisi yang sekarang klien
berharap keluarga yang tenang
3. Masyarakat : klien berharap masyarakat tidak
berpikir negatif terhadap penyakitnya
4. Tempat / lingkungan kerja : klien berharap rekan kerjanya tidak
akan mengalami hal yang sama seperti yang klien rasakan sekarang.
3. Harapan pasien terhadap penyakit dan tenaga kesehatan
Semoga cepat sembuh, dan tenaga kesehatan mampu mengobati dengan baik.
5. Harga diri
Tanggapan pasien terhadap harga dirinya : Harga dirinya baik,
berhubung dengan penyakit yang pernah dialaminya wajar dan sudah faktor
umur.
4.Sosial
1. Hubunan dengan keluarga : Saat ini klien merasa keluarganya
masih peduli dengan dia ( klien ditemani oleh istri )
2. Hubungan dengan pasien lain : Baik, klien sering kontak
( komunikasi ) dengan pasien lain.
3. Dukungan keluarga : Sangat kuat dan memberi semangat
4. Reaksi saat interaksi : Dengan kontak mata

5. Spritual
1. Konsep tentang penguasa hidup : Agama yang dianutnya
2. Sumber kekuatan / harapan saat sakit : Allah Yang Maha Esa
3. Ritual agama yang dilakukan : Sholat 5 waktu
4. Kenyakinan terhadap kesembuhan :Yakin akan sembuh
5. Persepsi terhadap penyakitnya : Faktor Umur

11
1. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : CM ( compos mentis )
2. Tanda – tanda vital
1. TD : 130/70 Mmhg
2. HR : 80x/i ( Lokasi perhitungan Pada arteri radialis )
3. RR : 32x/i
4. Temp : 37,1 C ( Lokasi perhitungan pada axila )
5. TB : 160 Cm
Kepala
1. Bentuk : Kepala lonjong
2. Ubun – ubun : Ubun – ubun tertutup
3. Kulit kepala : Bersih
4. Nyeri kepala : Tidak ad nyeri kepala
1. Rambut
1. Penyebaran dan keadaan rambut : Merata pada seluruh kepala
2. Bau : Bau keringat
3. Warna : Putih merata
4. Wajah
1. Warna kulit : Sawo matang
2. Struktur wajah : Lonjong
2. Mata
1. Kelengkapan / kesimetrisan : Lengkap dan simetris
2. Pupil : Isokor kiri/kanan
3. Strabismus : Tidak ada
4. Refleks cahaya : Positif, klien merasa silau
bila terkena cahaya
5. Konjungtiva : Anemis karena kurang
darah Hb:9 gr%
6. Sklera : Ikterik (berwarna
kekuningan)
7. Palpera : Tidak edema pada palpebra
8. Pergerakan bola mata : Normal, kedua bola mata
dapat bergerak
9. Strabismus : Tidak ada strabismus

12
10. Tekanan bola mata : Tidak diukur
11. Ketajaman penglihatan : Klien tidak mampu membaca
3. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : Simetris
2. Mukosa : Pucat
3. Pernafasan cuping hidung : Pernafasan cuping hidung
4. Ketajaman penciuman : Mampu membedakan bau
alkohol dengan jeruk
4. Telinga
1. Bentuk telinga : Simetris ( lengkap kiri dan
kanan )
2. Keluhan : Tidak ada keluhan pada
telinga
3. Ketajaman pendengaran : Normal ( klien dapat
mendengar suara jarum
detik jam dibelakang telinga )
4. Alat bantu : klien tidak menggunakan
alat bantu dengar
5. Mulut dan faring
1. Mulut : Kotor
2. Mukosa : Kering
3. Bibir : Simetris atas / bawah
4. Lidah : Kotor banyak bercak
5. Gigi : Ada karies pada gigi, gigi
tidak lengkap
6. Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur ( 1x/hari )
7. Tenggorokan : Tidak Sakit menelan

6. Leher
1. Pembesaran kelenjar thyroid : kelenjar tiroid tidak membesar
2. Pembesaran kelenjar limfe : Tak ada ditemukan
3. Peningkatan vena jugularis : Tak ada ditemukan
4. Denyut nadi karotis : Teraba dengan jelas
3. Integumen
1. Kebersihan : Bersih ( Dilap 2x/hari )

13
2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Agak pucat
penyinaran matahari
4. Turgor : Kurang ( > 2 detik )
5. Kelembapan : Kering
6. Edema : Tidak ada edema
7. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
klien
8. Luka insisi : Tidak ada ditemukan
4. Payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris, ( Kiri dan kanan )
2. Warna payudara dan areola : Hitam kecoklatan
3. Axila dan klavicula : Normal tidak ada fraktur
5. Thorak / dada
1. Bentuk thorax : Normal dan simetris
2. Pemeriksaan thorax : Infiltrat
3. Pemeriksaan paru
1. Pola nafas : Tidak Teratur RR: 30x/i
2. Reaksi otot bantu nafas : ada, dengan cuping hidung
3. Perkusi thorax : sonor
4. Suara pernafasan : Ronci
5. Taktil premitus : Sama kiri / kanan
6. Keluhan : batuk produktif
1. Sesak nafas : Dipsnea
2. Saat : Berbaring
3. Tindakan yang mengurangi :setengah duduk / semi
fowler
4. Alat bantu napas :Oksigen 2-5 L / i
4. Pemeriksaan jantung
1. Nyeri dada : ya, ada nyeri dada saat
batuk
2. Irama jantung : Reguler dengan S1 dan S2
Mur mur gallop (-)

3. Pulsasi : Kuat

14
4. Bunyi jantung : S1 :Lup `
S2 : Dup
6. Abdomen
1. Bentuk abdomen : Soepel
2. Benjolan / massa : Tidak ada terdapat massa
3. Spidernevi : Tidak ada terdapat garis – garis
spidernevi
4. Peristaltik usus : 16x/i
5. Nyeri tekan : Tidak ada
6. Ascites : Tidak ada ascites
7. Hepar : Tidak teraba
8. Ginjal : Tidak teraba
9. Lien : Tidak teraba
10. Suara abdomen :timpani
7. Kelamin dan genetalia(klien tidak bersedia diperiksa)
1. Genetalia
1. Bentuk alat kelamin : Klien tidak bersedia diperiksa
2. Rambut pubis : Klien tidak bersedia diperiksa
3. Lubang uretra : Klien tidak bersedia diperiksa
4. Kelainan : Klien tidak bersedia diperiksa
2. Anus dan perineum
1. Lubang anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
2. Kelainan pada anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
3. Perineum : Klien tidak bersedia
diperiksa

8. Muskuloskletal / Ekstremitas atas dan bawah


1. Kesimetrisan otot :simetris kiri / kanan
2. Kemampuan gerak sendi :bebas
3. Kekuatan otot : 1 2 3 4 5 12345
12345 12345
d. fraktur : tidak ada
e. edema :tidak ada edema

15
f. sianosis :tidak ada
10.Neurologis
Kesadaran :Compos mentis
PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
1. Diagnosa medis : Haemaptoe Escause TB Paru
2. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
1. Laboratorium
No Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 29-04-2019 Eritrosit 7 – 10 <3
Leukosit 1–2 <5
Ureum 31 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Natrium 1,39 meg/dl 1,35 – 1,55 meg/l
Kalium 3,8 meg/l 3,6 – 5,5 meg/l
Hemoglobin 9gr % 14-16 gr %

AGDA
PH 7,90
PCo2 35,5 mmHg 7,35-7,45
Po2 99,4 mmHg 38-42 mmHg
CO2 22,3 mmol/L 85-100mmHg
BikarbonatHco3 23,4mmol/L 22-26mmol/L
Basa (BE) -1,9mmol/L 19-25mmol/L
Saturasi O2 76,6% (-2 –(+2)mmol/L
95-100%

2. Radiologi
1. Tanggal : 30 april 2019
2. Jenis : PA Thorax
3. Hasil : Infiltrat

1. PENATALAKSANAAN / TERAPI

NO NAMA OBAT DOSIS FUNGSI EFEK SAMPING

1 IVFD Ringer Laktat 20 tts Mengembalikan Panas, infeksi pada


keseimbangan tempat penyuntikan
elektrolit pada

16
dehidrasi.

2 Inj. Cefotaxime 1000mg Antibiotic Mual, gangguan GI

1 gr / 12 jam

Mua

3 Vit K Untuk
menghentikan
1AMP/12
perdarah.

Rasa ngantuk
Mengurangi rasa
4 Ketorolak nyeri.

30gr/8jam

Tukak lambung Pusing.

5 Ranitidine

50gr/8jam

3.2.ANALISA DATA

17
No Pengkajian Etiologi Masalah
1 DS : Slarang primer Bersihan jalan napas
1. klien mengatakan bahwa ia tidak efektif
lemas dan sesak (+) Tubercel
2. klien mengatakan bahwa ia
batuk dan mengeluarkan Tuberculosis Primer
darah
DO : Peradangan Pleura
3. Klien tampak lemah dan
sesak Produksi sekret
4. Pada saat batuk klien
mengeluarkan darah Sputum Meningkat

volumenya + 3 cc,
konsistensi: kental
5. RR : 32 x/i
6. Oksigen : 2-5L/i Sputum
kental
7. Dipsnoe
Data penujang
8. Hasil photo tórax: infiltrat
2 DS : Produksi sekret Nyeri

1. Klien mengatakan
bahwa dia nyeri dada
Sputum meningkat
2. Klien mengatakan
bahwa ia merasa sakit
pada daerah dada Rangsangan meningkat
setiap kali batuk

Kerusakan dinding
DO : alveolus

9. Skala nyeri (0-10) adalah 7


10. Klien tampak meringis
kesakitan
11. Klien tampak gelisah
12. HR: 96x/i
13. Pada saat batuk klien melihat
18
dadanya yang nyeri

3 DS : Micobacterium
3.3.Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus ditandai dengan klien mertingis
kesakitan dan skala nyeri 7.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
3.4.Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan / Kriteria Intervensi dan Rasionalisasi
Hasil

1 Tidak efektifnya bersihan Dalam waktu 3 x 24 Mandiri :


jalan napas berhubungan jam diharapkan
Kaji fungsi pernapasan
dengan produksi sputum dengan
Rasional : penurunan bunyi
yang banyak, secret yang dilakukannya
napas dapat menunjukkan
kental ditandai dengan intervensi
ronkhi dan atelektasis
keperawatan berikut
DS :
maka bersihan jalan Catat kemampuan untuk
klien mengatakan bahwa napas klien efektif mengeluarkan mucosa, batuk
ia lemas dan sesak efektif, volume sputum dan
klien mengatakan bahwa hemoptisis
ia batuk dan Kriteria hasil : Rasional : pengeluaran sulit
mengeluarkan darah bila sekret tabal, sputum
1. Volume sputum
DO : darah kental, atau darah
berkurang atau
segar diakibatkan oleh
Klien tampak lemah dan (-)
kerusakan paru atau luka
sesak 2. Bunyi napas normal
bronkial
Pada saat batuk klien
3. Sputum dapat
mengeluarkan darah dikeluarkan Berikan posisi semi fowler
TD : 110 / 70 mmHg melalui batuk Rasional : posisi
HR : 90 x/i efektif memaximalkan expansi paru
RR : 32 x/i 4. Dispnea (-) dan menurunkan upaya
Sputum kental pernapasan

Bersihkan sekret dari mulut dan


trakea
Rasional : mencegah
obstruksi, penghisapan dapat

19
dilakukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret

Kolaborasi :

1. Lembabkan udara / oksigen


inspirasi
Rasional : mencegah
pengeringan membran
mukosa, membantu
pengenceran sekret

2. Berikan obat agen mukolitik


Rasional : agen mukolitik
menurunkan kekentalan
sekret paru untuk untuk
memudahkan pemberitahuan

3. Beri obat Vit K

Rasional:untuk mengurangi
perdarahan

2 Nyeri berhubungan Dalam waktu 3 x 24 Mandiri :


dengan kerusakan jam diharapkan
1. Kaji skala nyeri
dinding alveolus dengan
Rasional : untuk mengetahui
ditandai dengan dilakukannya
sejauh mana tingkat nyeri nya
intervensi
DS :
keperawatan berikut 2.Lakukan teknik menejemen
KLien mengatakan bahwa maka kerusakan nyeri:Teknik napas dalam.
ia merasakan nyeri pertukaran gas tidak Rasional: untuk mengurangi rasa
pada dadanya terjadi. nyeri.
10. Klien mengatakan bahwa
3.Evaluasi perubahan pada
ia merasa sakit pada
tingkat kesadaran
daerah dadanya setiap Kriteria hasil :
Rasional : Membuat tahanan,
kali batuk
Nyeri berkurang mencari udara luas untuk

20
DO : RR normal 16 – 20 mencegah kolaps
x/i
11. Skala nyeri yang 4. Tingkatkan tirah baring
Nyeri (-)
dirasakan klien ( 0-10 dan batasi aktifitas dan
HR normal (60 – 80)
) adalah 7 bantu aktifitas perawatan
12. Klien gelisah diri sesuai keperluan
13. Pada saat batuk terlihat Rasional : menurunkan
klien memegang konsumsi O2 / kebutuhan
daerah dadanya yang selama periode penurunan
nyeri pernapasan dapat menurunkan
14. RR : 32 x/i beratnya gejala.
15. HR : 96 x/i

Kolaborasi :

1. Berikan oksigen tambahan


yang sesuai
Rasional : alat dalam
memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan ventilasi
paru

2. Awasi GDA / nadi oksimetri


Rasional : penurunan
kandungan pCO2 atau
peningkatan pCO2
menunjukkan kebutuhan
untuk intervensi / perubahan
program terapi.

3 Resiko tinggi infeksi Dalam waktu 3 x 24 Mandiri


berhubungan dengan jam diharapkan
1.kaji patologi penyakit atau
inflamasi
1.Suhu tubuh klien penyebab infeksi
DS: normal
R/ membantu klien menyadari
1. Klien mengatakan 2.infeksi tidak bahwa pentingnya prosedur

21
bahwa suhu tubuhnya terjadi pengobatan.
meningkat
3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
2. Klien mengatakan gelisah. beresiko
bahwa panasnya naik
R/ Orang- orang yang terpajan
turun
ini perlu program terapi obat
untuk mencegah penyebaran/
terjadinya infeksi
DO:
3.Kaji tindakan konrtol infeksi
1. Suhu tubuh klien
sementara
meningkat
R/ Dapat membantu menurunkan
2. Suhu: 38 c
rasa terisolasi pasien dan
3. Klien tampak membuang stigma sosial
gelisan sehubungan dengan penyakit
menular.
4. Eritrosit
meningkat 4.Awasi suhu sesuai indikasi

5. Eritrosit 7-10 R/ Reaksi demam indikator


adanya infeksi lanjut.

Kolaborasi:

1.berikan obat infeksi

Contoh: obat utama : Isoniazid /


INH, etambutol, rifamfin

R/ untuk infeksi pada risiko


terjadi infeksi

2.Awasi pemeriksaan lab

Contoh: hasil usap sputum

R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.

22
Nama Pasien : Tn. M

Ruangan : FLAMBOYAN

3.5.Catatan perkembangan : Kamis, 02 MEI 2019

Dx. Keperawatan Waktu Implementasi Evaluasi

Tidak efektifnya Mandiri : S : klien mengatakan bahwa ia


bersihan jalan napas masih merasa sesak oleh
09.00 1. Mencatat fungsi
berhubungan karena batuknya, klien
Wib pernapasan
dengan produksi mengatakn masih ada sekert
Hasil : irama tidak
sputum yang pada jalan napasnya
teratur, nafas cepat dan
banyak, secret yang
dangkal, RR 32 x/i O : Klien sesak, RR : 32 x/i,
kental ditandai
( Normal 16 – 20 x/i) sputum (+), iaram tidak teratur
dengan
A : masalah belum teratasi
DS :
P : Intervensi dilanjutkan
2. Mencatat
16. klien mengatakan Mandiri :
kemampuan untuk
bahwa ia lemas
mengeluarkan mucosa, 1. Kaji fungsi
dan sesak
batuk efektif, volume pernapasan
17. klien mengatakan 09.10
sputum dan hemoptisis 2. Catat kemampuan
bahwa ia batuk Wib
Hasil : klien mampu untuk mengeluarkan mucosa,
dan
batuk efektif batuk efektif, volume sputum
mengeluarkan
dan hemoptisis
darah
3. Berikan posisi semi
DO :
3. Memberikan posisi fowler.
18. Klien tampak lemah semi fowler
dan sesak Hasil : klien mampu
19. Pada saat batuk berbaring dalam posisi 4. Bersihkan sekret dari
klien semi fowler, mulut dan trakea.
mengeluarkan
darah
20. TD : 110 / 70 4. Membersihkan sekret
mmHg dari mulut dan trakea
21. HR : 90 x/i 09.20 Hasil : sekret dapat
22. RR : 32 x/i Wib keluar sebagian, pada

23
23. Sputum kental rongga mulut klien Kolaborasi :
bagian dalam masih
5. Lembabkan udara /
terdapat sekret.
oksigen inspirasi.

Kolaborasi :

1. Melembabkan udara
09.30 deng`an pemberian
Wib O2 / oksigen inspirasi
Hasil : membran
mucosa lembab

09.40
klien diberikan obat
Wib Vit K.

Batuk tetep bercampur


darah.
09.50
wib

Berikan obat

2.Nyeri Mandiri: S : klien mengatakan nyeri pada


berhubungan dadanya sudah berkurang.
10.00 1.Mengkaji skala nyeri (1-
dengan kerusakan
Wib 10 ) O:Skala nyeri 5.
dnding alveolus
Hasil : 7 HR:86x/i
DS:
10.10 2.Lakukan tindakan A: masalah sebagian teratasi
1.klien mengatakan
wib menejemen nyeri : teknik
bahwa ia merasakan P: intervensi di lanjutkan.
nafas dalam
nyeri pada dadanya
Mandiri:
Hasil: masih nyeri
2.klien mengatakan 10.20
1.kaji skala nyeri
Wib 3.Mengevaluasi perubahan

24
bahwa pada tingkat kesadaran 2.lakuakan tindakan menejemen
nyeri
ia merasa sakit 10.30 Hasil: kesadaran compos
pada daerah Wib mentis. 3.mengevaluasi perubahaqn pada
dadanya setiap kali tingakat kesadaran
batuk.
4. memberikan posisi yang
10.40 4.memberikan posisi yang
DO: nyaman
wib nyaman.
1.Skala nyeri yang Kolaborasi:
Hasil: nyeri berkurang
dirasakan klien 7
1. memberikan obat analgesik.
Kolaborasi:
2.Pada saat batuk
klien terlihat Memberikan obat analgetik
memegang daerah
Ketorolax 1 amp/8 jam
dadanya yang nyeri.
Hasil: nyeri berkurang.
3. HR: 96x/i

3.Resiko tinggi
infeksi berhubungan
dengan inflamasi.

DS:

1.Klien mengatakan
lemas dan suhu
tubuh meningkat

2.klien mengatakan
panasnya naik
turun.
11.00
DO:
wib
1.Suhu tubuh klien
meningkat

25
2.Suhu 38 c Mandiri:

3.Klien tampak 11.10 1.Kaji tanda – tanda


gelisah wib penyebab infeksi

4.Eritrosit Hasil : infensi beresiko


meningkat tinggi
S:klien mengatakan suhunya
5.Eritrosit 7-10 2.Mengkaji patologi
berkurang
penyakit atau penyebaran
11.30 infeksi O:Suhu tubuh berkurang

Wib Hasil: klien menyadari Hasil: 37C


perlunya mematuhi program
A: Masalah sebagian teratasi
pengobatan.
11.40 P: Intervensi dilanjutkan di
3.Mengawasi suhu sesuai
Rindu A 2.
Wib indikasi
Mandiri:
Hasil: suhu turun
1.kaji penyebab infeksi
12.00 Kolaborasi
2.Mengkaji patologi penyakit
Wib 1.membri obat anti inflamasi
atau penyebaran infeksi.
Hasil: suhu berkurang
3.Mengawasi suhu sesuai
2.Memberikan obat indikasi
antibiotik
Kolaborasi
Hasil : belum teratasi
1.Memberi obat anti inflamasi

2.Memberikan obat antibiotik.

26
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah kelompok selesai melakukan Asuhan Keperawatan pada Th.P dengan


“TUBERKULOSIS PARU‘’ diruang IGD RSUP Haji Adam Malik, penulis akan membahas
kesenjangan yang terdapat pada teoritis dan tindakan kasus.
Pada tahap ini pembahasan dapat meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelakasanaanserta evaluasi.
4.1.Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis melakukan anamnese terhadap pasien dan keluarga yang
meliputi riwayat kesehatan klien dimasa lalu sekarang serta dan keadaan fisiko sosial pasien.
Pada tahap ini penulis juga melakukan pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, anamnese serta

27
pola kebiasaan sehari – hari yang meliputi pola tidur, eliminasi, makan / minum, personal
gygiene dan pola kegiatan / aktivitas. Pada tahap pengkajian ini pula penulis menyertakan
beberapa pemeriksaan penunjang atau diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendaptkan data – data dari pengkajian diatas, maka penulis menggolongkan
data tersebut kedalam data subjektif dan objetif, selanjutnya penulis menganalisa data
tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan pada kasus Tn.P
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang banyak
membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas / Istirahat
Klien lemah, nyeri tidak mampu beraktivitas atau bekerja, depresi, serta gangguan
konsentrasi.
2. Sirkulasi
Klien memiliki riwayat hipertensi, takikardi.
3. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas, pekarangsang, serta emosi tidak stabil
4. Eliminasi
Klien tidak mengalami diare.
5. Makanan / cairan
Klien mengalami hilang nafsu makan batuk yang mengeluarkan sekret dan darah serta
penurunan berat badan.
6. Neurosensori
Klien kesemutan, pusing, dan kelemahan tonus otot, peka rangsang dan adanya cemas
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidak menemukan adanya faktor resiko
terjadinya Tuuberkulosis paru

4.2.Diagnosa keperawatan
Dalam tahap diagnosa keperawatan ini penulis menemukan kesenjangan antara
landasan teoritis dengan tinjauan kasus. Adapun diagnosa keperawatan yang didapat pada
tinjauan teoritis adalah :
1. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus

28
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pada saat melakukan pengkajian
tidak ditemukan adanya keluhan dan masalah klien yang berhubungan dengan
diagnosa diatas.
4.3.Intervensi
Pada tahap perencanaan untuk diagnosa nyeri tidak ditemui kesenjangan antara teori
dengan kasus, dimana semua intervensi yang ada pada kasus mengacu pada kasus.
Untuk diagnosa resiko tinggi terjadinya inflamasi/ infeksi, terdapat intervensi yang ada
diteori namun
qw tidak terdapat pada kasus yaitu :
1. Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang, misalnya :
1. Gerakan tersentak
2. Adanya kejang
3. Prestesia
Untuk diagnosa kerusakan komunikasi verbal b/d tindakan operasi semua intervesi
yang ada pada teori dapat dilakukan pola pada intervensi yang ada pada kasus
4.4.Implementasi
Pada tahap implementasi untuk diagnosa nyeri semua intervensi yang ada pada
rencana asuhan keperawatan mampu di implementasikan pada klien.
Untuk diagnosa resti terjadinya cidera / infeksi terdapat intervensi yang ada pada
rencana asuhan keperawatan namun tidak dapat di implementasikan pada klien yaitu :
Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang misalya , gerakan
tersentak , adanya kejang, prestesia berhubung karena klien sadar total ( CM ).
Pada diagnosa kerusakan komunikasi verbal semua intervensi yang terdapat pada teori
di implementasikan pada klien. Hali ini dapat dilakukan karena ketersediaan klien untuk
terlibat dalam proses keperawatan serta adanya dukungan dari keluarga.
4.5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Tn.P dilakukan selama 1 hari namun tidak terlalu
menunjukkan adanya kemajuan. Diantara ketiga diagnosa tersebut belum ada yang teratasi
karena pasien dioper keruangan RA 2.

29
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. P di ruang IGD RSUP HAM Medan
pada tanggal 13 September 2012, diketahui bahwa klien mengalami gangguan aktivitas /
istirahat dimana klien lemah, sulit istirahat, integritas ego klien terganggu dimana klien sering
labil (emosi), makanan dan cairan, klien kehilangan nafsu makan karena batuk berdahak dan
bercampur darah, neurosensorinya terjadi kelemahan otot dan tidak terdapat faktor resiko
keluarga terhadap kasus yang sama
2. Diagnosa
1. Berdasarkan data diatas maka dirumuskan diagnosa sebagai berikut :
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

30
3. Intervensi
Pada diagnosa Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi
sputum yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum.
Semua intervensi pada rencana asuhan keperawatan dari diagnosa diatas dapat dilaknakan
dengan baik. Sedangkan pada diagnosa resiko tinggi b/d proses pembedahan terdapat
intervensi yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan klien mampu/ sadar total.
4. Implementasi
1. Implementasi dapat dilakukan dengan baik walaupun tidak semua asuhan keperawatan
dapat direncanakan.
2. Partisifasi keluarga dan klien sangat mendukung dalam melakukan asuhan keperawatan
sekaligus terlaksananya implementasi keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dengan tim kesehatan lainnya
mendukung terlaksananya implementasi keperaawatan dengan baik.
5. Evaluasi
Tidak ada diagnosa keperawatan yang dapat diatasi karena klien dioperkan
keruangan rawat inap yaitu Rindu A 2.

Saran
5. Bagi Keluarga
Tetap memberi dukungan / dorongan dan semangat pada pasien dalam menghadapi
penyakitnya.
6. Bagi Perawat
Diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru“.
7. Bagi Institusi Pendidikan
Menanbah ilmu pengetahuan dan keterampilan pada khususnya penerapan
asuhankeperawatan klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru
8. Bagi Intalasi RS
Perlu meningkatkan SDM perawat khususnya dalam pengadaan pelatihan tentang perawatan
Tuberkulosis paru dan menyediakan prosedur perawatan :Tuberkulosis paru “ pada setiap
klien.

31

Anda mungkin juga menyukai