IDK II Ilham
IDK II Ilham
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu dasar keperawatan II
Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II. Makalah ini
berisikan tentang kondisi yang melemahkan pertahanan pejamu melawan mikro organisme dan infeksi
oportunistik, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Dalam
menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang saya hadapi. Namun berkat bimbingan dari Dosen,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Saya menyadari, sebagai seorang
mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan saya, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua
KATA PENGANTAR …………………………………………………………i
A. Simpulan ……………………………………………………………..11
B. Saran ………………………………………………………………....11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
patogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia.
Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respons imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologik
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga
respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraselular atau bakteri intraselular mempunyai
karakteristik tertentu pula Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi.
Pertahanan oleh diperantarai sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI) sangat penting dalam
mengatasi organisme intraseluler. Sel T CD4 akan berikatan dengan partikel antigen yang
dipresentasikan melalui MHC II pada permukaan makrofag yang terinfeksi bakteri intraseluler. Sel T
helper (Th1) ini akan mengeluarkan sitokin IFN γ yang akan mengaktivasi makrofag dan membunuh
organisme intraseluler, terutama melalui pembentukan oksigen reaktif intermediat (ROI) dan nitrit
oxide (NO). Selanjutnya makrofag tersebut akan mengeluarkan lebih banyak substansi yang
berperan dalam reaksi inflamasi kronik. Selain itu juga terjadi lisis sel yang diperantarai oleh sel T
CD8.
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan (‘opportunity’) yang
disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh untuk menimbulkan penyakit. Kerusakan
pada sistem kekebalan tubuh ini adalah salah satu akibat dari infeksi HIV, dan menjadi cukup berat
sehingga IO timbul rata-rata 7-10 tahun setelah kita terinfeksi HIV.
B. Rumusan Masalah
1. Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri
2. Infeksi Bakteri Ekstraseluler
3. Infeksi Bakteri Intraseluler
4. Bagaimana pertumbuhan dan pengendalian organisme?
5. Bagaimana cara menurunkan organisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri
2. Untuk mengetahui Infeksi Bakteri Ekstraseluler
3. Untuk mengetahui Infeksi Bakteri Intraseluler
4. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan pengendalian organisme
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menurunkan organisme
BAB II
PEMBAHASAN
Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif
selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah
basis dari vaksinasi.
Respons pejamu yang terjadi juga tergantung dari jumlah mikroba yang masuk.
Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya meliputi :
1. Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air mata, air liur, urin, asam
lambung serta lisosom dalam air mata
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi
mikroorganisme.
3. Innate immunity (mekanisme non-spesifik), seperti sel polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase akut, interferon, sel NK (natural
killer) dan mediator eosinofil
4. Imunitas spesifik , yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara umum
pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus, protozoa, jamur dan beberapa bakteri
intraselular fakultatif terutama membutuhkan imunitas yang diperani oleh sel yang
dinamakan imunitas selular, sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin membutuhkan
imunitas yang diperani oleh antibodi yang dinamakan imunitas humoral. Secara
keseluruhan pertahanan imunologik dan nonimunologik (nonspesifik) bertanggung jawab
bersama dalam pengontrolan terjadinya penyakit infeksi. Invasi Patogen Keberhasilan
patogen bergantung pada kemampuan
Invasi fatogen
Keberhasilan patogen bergantung pada kemampuannya untuk menghindar dari
respon imun. Patogen telah mengembangkan beberapa metode yang menyebabkan
mereka dapat menginfeksi sementara patogen menghindari kehancuran akibat sistem
imun.Bakteri sering menembus perisai fisik dengan mengeluarkan enzim yang
mendalami isi perisai, contohnya dengan menggunakan sistem tipe II sekresi. Sebagai
kemungkinan, patogen dapat menggunakan sistem tipe III sekresi. Mereka dapat
memasukan tuba palsu pada sel, yang menyediakan saluran langsung untuk protein
agar dapat bergerak dari patogen ke pemilik tubuh; protein yang dikirim melalui tuba
sering digunakan untuk mematikan pertahanan.
Strategi menghindari digunakan oleh beberapa patogen untuk mengelakan sistem
imun bawaan adalah replikasi intraselular (juga disebut patogenesis intraselular).
Disini, patogen mengeluarkan mayoritas lingkaran hidupnya kedalam sel yang
dilindungi dari kontak langsung dengan sel imun, antibodi dan komplemen. Beberapa
contoh patogen intraselular termasuk virus, racun makanan, bakteri Salmonella dan
parasit eukariot yang menyebabkan malaria ( Plasmodium falciparum) dan leismaniasis
( Leishmania spp.). Bakteri lain, seperti Mycobacterium tuberculosis, hidup didalam
kapsul protektif yang mencegah lisis oleh komplemen. Banyak patogen mengeluarkan
senyawa yang mengurangi respon imun atau mengarahkan respon imun ke arah yang
salah. Beberapa bakteri membentuk biofilm untuk melindungi diri mereka dari sel dan
protein sistem imun. Biofilm ada pada banyak infeksi yang berhasil, seperti
Pseudomonas aeruginosa kronik dan Burkholderia cenocepacia karakteristik infeksi
sistik fibrosis.
A. INFEKSI BAKTERI EKSTRASELULLER
B.Strategi pertahanan bakteri
Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi di luar sel, di dalam
sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di berbagai jaringan. Berbagai jenis bakteri
yang termasuk golongan bakteri ekstraseluler telah disebutkan pada bab sebelumnya.
Bakteri ekstraseluler biasanya mudah dihancurkan oleh sel fagosit. Pada keadaan
tertentu bakteri ekstraseluler tidak dapat dihancurkan oleh sel fagosit 9 karena adanya
sintesis kapsul antifagosit, yaitu kapsul luar (outer capsule) yang mengakibatkan adesi
yang tidak baik antara sel fagosit dengan bakteri, seperti pada infeksi bakteri berkapsul
Streptococcus pneumoniae atau Haemophylus influenzae. Selain itu, kapsul tersebut
melindungi molekul karbohidrat pada permukaan bakteri yang seharusnya dapat
dikenali oleh reseptor fagosit. Dengan adanya kapsul ini, akses fagosit dan deposisi C3b
pada dinding sel bakteri dapat dihambat. Beberapa organisme lain mengeluarkan
eksotoksin yang meracuni leukosit.
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas perawat. Perawat
harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah
obat tertentu aman dikonsumsi klien.
Obat adalah alat utama terapi yang digunakan oleh dokter untuk mengubati klien yang
memiliki maslah kesehatan. Walaupun obat dapat menguntungkan klien dalam masalah
kesehatannya, namun obat memiliki efek samping yang harus diketahui perawat. Dokter,
perawat dan ahli farmasi menggunakan standar kualitas dan permurnian obat yang digunakan
oleh pemerintahan Amerika Serikat, yaitu Pure Food and Drug Act (Undang-undang makanan
dan obat murni). Standar ini digunakan untuk memastikan klien menerima obat yang alami
dalam dosis yang aman dan efektif.
1. Kemurnian.
Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang
diperbolehkan dalam produksi obat.
2. Potensi.
Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
3. Bioavailability.
Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorpsi, dan
diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
4. Kemanjuran.
Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
5. Keamanan.
6. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.
Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan masalah kesehatan yang serius
bagi pengguna, keluarga, dan komunitas. Perawat memiliki kewajiban untuk memahami
masalah individu yang menyalahgunakan obat. Ketika perawat merawat seorang klien
yang diduga menyalahgunakan obat atau mengalami ketergantungan obat, perawat
harus menyadari nilai dan sikap klien terhadap penyalahgunaan obat seperti alasan klien
menggunakan obat tersebut agar perawat dapat mengidentifikasi dan memahami
masalah klien.
Perawat harus mengetahui karakteristik umum obat dalam setiap golongan. Setiap
golongan obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan pemantauan yang tepat.
Misalnya, Implikasi keperawatan yang berhubungan dengan pemberian diuretik yaitu
memantau masukan dan haluaran cairan,menimbang barat badan klien setiap hari, mengkaji
adanya edema pada jaringan tubuh, dan memantau kadar elektrolit serum.
TBC adalah contoh penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, flu merupakan infeksi
virus, athlete’s foot merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur, sementara malaria
disebabkan oleh parasit melalui gigitan nyamuk. Berbagai penyakit infeksi menular ini bisa
menyebar secara langsung maupun tidak langsung. Tiga cara penyebaran penyakit menular
secara langsung adalah:
Antar individu, yaitu ketika seseorang yang terinfeksi menyentuh, mencium, bersin,
atau batuk di sekitar orang yang tidak terinfeksi. Berbagai jenis mikroorganisme ini juga bisa
berpindah melalui darah, seperti lewat transfusi darah atau jarum suntik yang dipakai bersama.
Penularan antar individu yang terjadi lewat cairan tubuh, seperti misalnya ketika penderita
melakukan hubungan seksual, dan menyebabkan penyakit menular seksual.
Ibu kepada janin yang dikandungnya, yaitu melalui plasenta atau didapatkan dari
vagina ibu ketika bayi dilahirkan.Binatang kepada manusia, yaitu melalui cakaran atau gigitan
hewan yang ditemui atau hewan peliharaan yang telah terinfeksi. Anda juga bisa terinfeksi
toksoplasmosis ketika membersihkan kotoran kucing peliharaan.
Penyebaran penyakit infeksi secara tidak langsung bisa terjadi karena kuman dapat
tetap hidup pada benda-benda, seperti keran, gagang pintu, atau permukaan meja yang telah
tersentuh oleh penderita penyakit infeksi menular. Cara penyebaran lainnya adalah:Makanan
dan air yang terkontaminasi kuman, misalnya bakteri coli yang hidup pada daging yang tidak
dimasak atau tidak diolah dengan baik, atau Hepatitis A akibat sanitasi yang buruk saat
mengolah makanan maupun minuman.Gigitan serangga, misalnya nyamuk, kutu maupun kutu
rambut yang menggigit penderita lalu menggigit Anda.
Skabies misalnya, tungau ini bisa menyebabkan kudis yang perlu diwaspadai karena
dapat mewabah dengan mudah pada komunitas yang tinggal bersama seperti di asrama atau
pesantren.Penyakit infeksi akan lebih mudah terjadi jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh
yang rendah, misalnya akibat obat-obatan tertentu yang menekan sistem kekebalan tubuh,
menderita kanker, HIV/AIDS, atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen serta sel tumor.
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan
(‘opportunity’) yang disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan
tubuh untuk menimbulkan penyakit.
B. SARAN
1. Menjaga diri kita agar terhidar dari penyakit yang dapat melemahkan
pertahanan tubuh kita
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar.
3. Perlu dilakukan penelitian untuk mencari faktor risiko kejadian TB pada
pasien HIV/AIDS dengan mencantumkan semua faktor risiko kejadian TB,
baivasik faktor distal maupun faktor proksimal dengan metode obser .
DAFTAR PUSTAKA
Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc. Brock. TD. Madiqan. MT. 1991.
Biology of Microorganisms. Sixth ed. PrenticeHallInternational, Inc.