Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MANAJEMEN PROYEK

Disusun oleh :

YESHE ANGGRAINI
(1815011101)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Soal 1 :

Membandingkan UU jasa konstruksi No.18 Tahun 1999 dan Mencari UU terbaru No.2 Tahun
2017 tentang jasa konstruksi bangunan :

Jawabannya :

Perkembangan manajemen mutu di industri konstruksi di adalah diterbitkannya


UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang kemudian diikuti oleh peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya. Peraturan- peraturan yang mengharuskan/mendasari
pelaksanaan penerapan manajemen mutu dan sejenisnya pada industri konstruksi di
Indonesia serta pedoman-pedoman dalam penerapan manajemen mutu, antara lain:

a. Undang-undang Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
c. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

d. Keputusan Menteri Kimpraswil No.349/KPTS/M/2004 yang berkaitan


dengan penjaminan mutu serta SNI 19-9001-2001 (ISO 9001 : 2000);
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum PU No.43/PRT/M/2007 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Kontrak Jasa Konstruksi;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.04/PRT/M/2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia;
g. Surat Keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional
No.75/KPTS/LPJK/D/I/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan jasa
Konstruksi;
h. Surat Keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional
No.200/KPTS/LPJK/D/I/2004 tentang Norma Untuk Jasa Perencanaan Dan
Pengawasan Konstruksi;
i. Buku Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Bagi Jasa
Pelaksana Konstruksi dan Jasa Konsultan Konstruksi, yang diterbitkan oleh
LPJK.

Penyelenggaraan proyek Jasa Konstruksi yang dilakukan olehpemerintah diatur dalam


Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Seiiring dengan pertumbuhan
sektor konstruksi di Indonesia maka terhadap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi tersebut dilakukan evaluasi dan perbaikan yang kemudian diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Dengan banyaknya perubahan substansi atau materi dan sistematika perundangan
maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, dalam lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
angka 237 disebutkan bahwa: ”Jika suatu Peraturan Perundang-undangan
mengakibatkan:
1. sistematika Peraturan Perundang-undangan berubah;
2. materi Peraturan Perundang-undangan berubah lebih dari 50% (lima puluhpersen);
atau
3. esensinya berubah,

Peraturan Perundang-undangan yang diubah tersebut lebih baik dicabut dandisusun kembali
dalam Peraturan Perundang-undangan yang baru mengenai masalah tersebut.
Mempertimbangkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tersebut maka dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Bab XVI Ketentuan Penutup Pasal 104 huruf b
disebutkan bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833) dicabut dan
dinyatakantidak berlaku.
B. PERMASALAHAN
Dengan diubahnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi maka terjadi banyak banyak perubahan baik dari segi sistematika dan
materi peraturan perundangan tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan hukum ini yaitu bagaimana
perbandingan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

C. PEMBAHASAN
Konstruksi secara umum dipahami sebagai segala bentuk
pembuatan/pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, bendung, jaringan irigasi,
gedung, bandara, pelabuhan, instalasi telekomunikasi, industri proses, dan
sebagainya) serta pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur. Namun
demikian, konstruksi dapat juga dipahami berdasarkan kerangkaperspektif dalam
konteks jasa, industri, sektor atau kluster. Sektor konstruksi dikonsepsikan sebagai
salah satu sektor ekonomi yang meliputi unsur perencanaan, pelaksanaan,
pemeliharaan, dan operasional berupa transformasi

dari berbagai input material menjadi suatu bentuk konstruksi. Industri konstruksisangat
esensial dalam kontribusinya pada proses pembangunan, dimana hasil produk industri
konstruksi seperti berbagai sarana, dan prasarana merupakan kebutuhan mutlak pada
proses pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Konstruksi secara luas
yang terdiri dari pelaksanaan kegiatan di lapangan beserta pihak stake holder seperti
kontraktor, konsultan, material supplier, plant supplier, transport supplier, tenaga kerja,
asuransi, danperbankan dalam suatu transformasi input menjadi suatu produk akhir
yang mana dipergunakan untuk mengakomodasi kegiatan sosial maupun bisnis dari
society.
Berdasarkan Peraturan Perundangan Jasa Konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi. Konsultansi Konstruksi diartikan
sebagai layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputipengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi
suatu bangunan. Sedangkan Pekerjaan Konstruksi diartikan sebagai keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputipembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.4
Dengan perubahan peundang-undangan tentang Jasa Konstruksi maka pengertian
Jasa Konstruksi mengalami perubahan yang awalnya Jasa Konstruksi meliputi layanan
jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasanpekerjaan konstruksi saat ini Jasa
Konstruksi hanya meliputi layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan
konstruksi.
Dengan diubahnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang JasaKonstruksi
maka terjadi banyak banyak perubahan baik dari segi sistematika dan materi peraturan
perundangan tersebut yaitu sebagai berikut.

I. Sistematika Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 terdiri dari 12 bab dan 46 pasal
sedangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 terdiri dari 14 bab dan 106 pasal.
Hal tersebut karena terjadi penambahan bab yang tidak diatur secara rinci sebelumnya dalam
peraturan yang lama yaitu bab yang mengatur tentang tanggung jawab dan kewenangan, bab
yang mengatur tentang keamanan, kesehatan dan keberlanjutan konstruksi, bab yang mengatur
tentang tenaga kerja konstruksi dan bab yang mengatur tentang sistem informasi jasa
konstruksi.
Perbandingan dari segi sistematika dapat dilihat pada tabel berikut.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017


1999 tentang Jasa Konstruksi tentang Jasa Konstruksi

BAB I Ketentuan Umum BAB I Ketentuan Umum


BAB II Asas dan Tujuan BAB II Asas dan Tujuan
BAB III Usaha Jasa Konstruksi BAB III Tanggung Jawab dan
Kewenangan
BAB IV Pengikatan Pekerjaan BAB IV Usaha Jasa Konstruksi
Konstruksi
BAB V Penyelenggar Pekerjaan BAB V Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Konstruksi aan
BAB VI Kegagalan Bangunan BAB VI Keamanan,
Keselamatan,
Kesehatan dan Keberlanjutan Konstruksi
BAB VII Peran Masyarakat BAB VII Tenaga Kerja Konstruksi
BAB VIII Pembinaan BAB VIII Pembinaan
BAB IX Penyelesaian Sengketa BAB IX Sistem Informasi Jasa
Konstruksi
BAB X Sanksi BAB X Partisipasi Masyarakat
BAB XI Ketentuan Peralihan BAB XI Penyelesaian Sengketa
BAB XII Ketentuan Penutup BAB XII Sanksi Administrasi
BAB XIII Ketentuan Peralihan

II. Asas Jasa Konstruksi


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang pada awalnya sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 berlandaskan asas asas kejujuran dan keadilan,
manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan, dan
keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara, pada Undang–Undang Nomor
2Tahun 2017 ditambah dengan asas kesetaraan, profesionalitas, kebebasan, pembangunan
berkelanjutan dan wawasan lingkungan.

Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 menyebutkan asaskesetaraan


maksudnya adalah bahwa kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kesetaraan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa. Asas
profesionalitas adalah bahwa penyelenggaraan Jasa Konstruksi merupakan kegiatan profesi
yang menjunjung tinggi nilai profesionalisme. Asas kebebasan adalah bahwa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdapat kebebasan berkontrak antaraPenyedia Jasa dan
Pengguna Jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Asas pembangunan
berkelanjutan adalah bahwa penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan dengan
memikirkan dampak yang ditimbulkan pada lingkungan yang terjaga secara terus menerus
menyangkut aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Dan yang dimaksud asas wawasan
lingkungan adalah bahwa penyelenggaraan Jasa Konstruksi memperhatikan dan
mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
III. Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
a. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi adalah untuk :
b. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kokoh, handal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan jasa konstruksi
yang berkualitas.
c. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
d. Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi. Dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 terdapat penambahan dari
tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi adalah untuk :

a. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatanpublik dan


menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun.
b. Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik.
c. Menciptakan integrasi nilai tambah dari sepuluh tahapanpenyelenggaraan.

IV. Tanggung Jawab dan Kewenangan


Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 belum dibahas mengenai tanggung
jawab dan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang Jasa Konstruksi.
Sehubungan dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah maka untuk urusan pemerintahan dibagi menjadi urusan pemerintahan absolut,
urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan
absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat. Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah
menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
Dengan adanya pembagian kewenangan antara kewenangan yang dimiliki oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
maka dalam dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 diatur mengenai tanggung
jawab dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten. Hal ini tidak diatur sebelumnya dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1999. Pasal 4 ayat (1) mengatur tentang tanggung jawab Pemerintah Pusat, dalam
ayat (2) disebutkan pelaksana dari tanggung jawab Pemerintah Pusat tersebut

dilaksanakan oleh menteri yang berkoordinasi dengan menteri teknis terkait. Bagian
Kedua Kewenangan Paragraf 1 Pasal 5 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6),
(7) dan (8) mengatur mengenai kewenangan Pemerintah Pusat.
Paragraf kedua Pasal 7 menyebutkan kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi pada
sub-urusan jasa konstruksi meliputi penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi dan
penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan daerah provinsi. Paragraf
ketiga Pasal 8 menyebutkan kewenangan Pemerintah Dearah Kabupaten/Kota pada sub-
urusan jasa konstruksi meliputi penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi,
penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota,
penerbitan izin usaha nasional kualifikasi kecil, menengah dan besar dan pengawasan
tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.

Soal 2 :
Mencari kualitas dan mutu menurut ISO terbaru :
Jawabannya:
ISO 9000 series merupakan standar Internasional mengenai sistem manajemen mutu.
Standar ini juga berisi unsur-unsur legal wajib yang bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman
bagi perusahaan. ISO 9000 series mencakup beberapa standar diantaranya ISO 9001, ISO
9004, dan ISO 19011.Satu-satunya standar yang dapat disertifikasi adalah standar ISO 9001,
sedangkan untuk yang lainnya tidak ditujukan untuk mendapat sertifikat atau kontrak.
Organisasi atau perusahaan yang merancang, memproduksi, dan memberikan produk dalam
bentuk barang atau jasa yang telah bersertifikat ISO 9001 tetap harus mengimplemenstasikan
ISO 9004 dan ISO 19011 sebagai dasar strategi manajemennya.Sejak diterbitkan pertama kali
pada tahun 1987, ISO 9001 telah mengalami empat kali perubahan, yaitu pada tahun 1994,
tahun 2000, tahun 2008, dan terakhir tahun 2015 yang berlaku sampai saat ini. ISO 9001
merupakan standar yang berisi persyaratan untuk sistem manajemen mutu yang membantu
perusahaan atau organisasi agar lebih efisien dan kepuasan konsumen meningkat (International
Organization for Standarization, 2015).
Perusahaan harus memahami persyaratan yang terdapat di dalam ISO 9001 dan
mengetahui cara menerapkannya, serta mampu bertahan pada sistem yang telah diterapkan
agar persyaratan tersebut dapat terus menerus terpenuhi. Standar ini digunakan untuk
memastikan bahwa perusahaan telah melakukan pengawasan dan penjaminan pada
semua kegiatan operasinya yang akan mempengaruhi kualitas produk yang
diberikan Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam perusahaan jasa
merupakan suatu langkah yang tepat untuk memenangkan persaingan.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah bersertifikat ISO 9001:2015 adalah PT
Tritama Bina Karya. Perusahaan ini bergerak di bidang penyedia jasa tenaga kerja ke luar
negeri. PT Tritama Bina Karya menerapkan standar tersebut sejak 14 Desember 2016. Hal ini
dilakukan sebagai bukti bahwa perusahaan telah berusaha menghasilkan tenaga kerja yang
berkualitas.
Penerapan ISO 9001:2015 berpengaruh baik internal maupun eksternal perusahaan.
Pengaruh internal seperti adanya standarisasi prosedur kerja dan pengaruh eksternal yaitu
meningkatnya persepsi konsumen terhadap kualitas tenaga kerja dari PT Tritama Bina Karya.
Penerapan standar dan persyaratan dalam ISO 9001:2015 akan mempengaruhi kegiatan
promosiperusahaan.
Keberhasilan kegiatan promosi tersebut akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas
konsumen terhadap PT Tritama Bina Karya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam Menunjang Pemasaran (Studi pada PT Tritama Bina
Karya)”.

Tujuan dari sistem manajemen mutu adalah untuk meyakinkan konsumen bahwa
produk yang dihasilkan perusahaan mampu memenuhi persyaratan dari pembeli.
Menurut International Organization for Standarization, sistem manajemen mutu adalah cara
suatu perusahaan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan (baik
langsung maupun tidak langsung) untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Hadiwiardjo dan Wibisono (1996:18) menyebutkan, perusahaan yang menjalankan sistem
manajemen mutu cenderung menunjukkan sifat-sifat berikut:
1. Adanya suatu filosofi bahwa mencegah lebih baik daripada mendeteksi, koreksi, dan hasilnya;
2. Komunikasi yang konsisten di dalam proses dan antara produksi, pemasok, dan pembeli;
3. Pemeliharaan dokumen-dokumen yang cermat dan pengendaliannya kritis secara efisien
4. Kesadaran mutu dari semua karyawan; Kepercayaan manajemen yang sangat tinggi.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015


Rothery (2000) mengatakan “ISO 9000 series adalah suatu sistem manajemen mutu
yang pertama dan terpenting, sistem global untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu
organisasi atau perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan
yang berkesinambungan”. ISO 9000 series mencakup beberapa standar yaitu ISO 9001, ISO
9004, dan ISO 19011.
Sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1987, standar ini sudah mengalami empat
kali perubahan. Semua standar ISO selalu ditinjau dan direvisi secara berkala untuk
memastikan persyaratan di dalamnya tetap relevan terhadap
kondisi pasar. Versi terbaru ISO yang saat ini berlaku adalah ISO 9001:2015, menggantikan
versi sebelumnya yaitu ISO 9001:2008.
Revisi ini bertujuan agar standar ISO 9001:2015 bisa diterapkan pada semua jenis
perusahaan. Perubahan yang terlihat pada ISO 9001:2015 dibandingkan dengan versi
sebelumnya adalah strukturnya disesuaikan dengan struktur di dalam Annex SL, yaitu High
Level Structure (HSL) yang menjadi acuan dasar bagi semua struktur sistem
manajemen mutu yang diterbitkan ISO, sehingga memudahkan perusahaan untuk
menggunakan sistem manajemen yang lain.
Selain itu pasal-pasal yang terdapat di dalam ISO 9001:2015 berfokus pada berpikir
berdasar risiko (risk based thinking), di mana perusahaan diharapkan mampu memahami cara
berpikir berdasar risiko secara lebih rinci dan
dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan dan peningkatan sistem manajemen mutu serta
proses bisnisnya
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 berisi tentang:
1. Penekanan pada keterlibatan kepemimpinan
2. Pengarahan risiko dan peluang perusahaan secara terstruktur
3. Menggunakan bahasa, struktur dan istilah yang umum dan sederhana, sehingga memudahkan
organisasi yang menggunakan beberapa sistem manajemen
4. Pengarahan manajemen rantai pasokan yang lebih efektif
5. Lebih mudah digunakan untuk perusahaan jasa dan perusahaan yang berbasis pengetahuan
International Organization for Standarization menyebutkan ada 7 prinsip yang
mendasari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015, yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan,
keterlibatan orang, pendekatan proses, improvement, pengambilan keputusan berdasarkan
bukti, dan manajemen hubungan.

Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015


Perusahaan resmi bersertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 sejak tanggal
14 Desember 2016. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 pada PT Tritama Bina
Karya adalah suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki sistem manajemennya yang belum
terstruktur. Hal ini dilakukan agar manajemen perusahaan lebih rapi sehingga pencapaian
tujuannya lebih mudah.
Langkah awal yang dilakukan perusahaan adalah memberikan kesadaran karyawan
terhadap pentingnya menjaga kualitas produk agar eksistensi perusahaan tetap terjaga.
Kesadaran setiap individu yang terlibat dalam memahami pentingnya sistem manajemen
membuat prosedur dan pertanggungjawaban kerja setiap bagian dalam struktur organisasi
perusahaan semakin jelas.

Hambatan Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015


Beberapa hambatan dialami PT Tritama Bina Karya dalam menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Walaupun sudah memiliki sertifikat ISO sejak akhir tahun
2016, perusahaan belum bisa sepenuhnya menerapkan prinsipprinsip yang tertuang di
dalamnya. Perusahaan menyadari bahwa hambatan ini dapat diatasi apabila semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan bisnis perusahaan.
Hambatan-hambatan ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sumber daya manusia yang terbatas,
2. Struktur organisasi sudah jelas, namun terlalu banyak pekerjaan dalam satu divisi sehingga
fokus karyawan mudah terbagi,
3. Tidak ada sosialisasi untuk pihak eksternal dari perusahaan.
4. Kurangnya pengetahuan karyawan mengenai sistem yang baru,
5. Karyawan tidak menjalankan prosedur yang diberikan secara konsisten, bahkan tidak
menjalankan prosedur tersebut sama sekali,
6. Pelaksanaan prosedur belum jelas dan tidak rinci.

Analisis Penerapan ISO 9001:2015


Ada tujuh prinsip di dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang harus
diterapkan, yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan
proses, improvement, pengambilan keputusan berdasarkan bukti, dan manajemen hubungan,
yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Fokus Pelanggan
PT Tritama Bina Karya sangat mengutamakan kebutuhan dari agency dan pengguna
jasanya. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan setiap kriteria yang diajukan sehingga
perusahaan dapat selalu memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggannya.
Perusahaan berusaha untuk selalu memantau dan meninjau persyaratan dari mitra usahanya.
Persyaratan yang diberikan oleh pelanggan ini didapatkan dari hasil riset dan hasil
pertemuan dengan pihak yang bersangkutan. Kriteria yang diharapkan ini selanjutnya dapat
dipenuhi dan dijadikan sebagai standar pelayanan perusahaan.
Dengan memberikan fokus lebih pada kebutuhan pelanggan, perusahaan mampu menjaga
reputasi dan kerja sama dengan mitra usahanya dengan baik selama bertahun-tahun.
2. Kepemimpinan
Sesuai dengan prinsip ini, pimpinan PT Tritama Bina Karya telah menetapkan satu arah
tujuan yang harus dilaksanakan setiap unit perusahaan untuk menghasilkan kualitas jasa
terbaiknya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesepakatan dan keterlibatan setiap unit
dalam struktur organisasi perusahaan untuk menyelaraskan strategi dan kebijakan yang
digunakan.
Dengan adanya ketetapan ini, setiap kegiatan dalam proses bisnis perusahaan memiliki
standar yang harus dipatuhi sehingga setiap unitnya dapat terus memenuhi target yang
diinginkan.
3. Keterlibatan Orang
Dalam hal ini, karyawan PT Tritama Bina Karya belum sepenuhnya memahami
pentingnya manajemen mutu dalam operasional perusahaan. Hal ini disebabkan karena
sumber daya manusia yang terbatas pada setiap divisinya sehingga penerapan sistem ini
dianggap tidak terlalu mendesak. Padahal apabila prinsip ini diterapkan dengan baik pada
setiap unit perusahaan, kegiatan perbaikan dan kerja sama antar unitnya akan semakin baik
dan dapat menghasilkan lingkungan kerja yang nyaman.
4. Pendekatan Proses
PT Tritama Bina Karya belum dapat memerapkan prinsip ini sepenuhnya. Meski telah
dijelaskan job description dari masing-masing unit perusahaan, kegiatan bisnis yang
dijalankan perusahaan belum berjalan secara terstruktur. Hal ini dikarenakan beban
pekerjaan yang tidak seimbang dan sumber daya manusia yang kurang.
Walau belum bisa berjalan dalam suatu proses yang saling terkait, setiap unit berusaha
semaksimal mungkin agar tetap menghasilkan output yang memuaskan dan memenuhi
targetnya
5. Improvement (Perbaikan)
Sesuai dengan prinsip ISO 9001:2015, perusahaan yang sukses tentu memiliki fokus
untuk perbaikan berkelanjutan. Perbaikan kinerja perusahaan ini diupayakan dengan
peningkatan profesionalisme pengurus dan staf dengan bantuan konsultan manajemen.
Perusahaan juga mengadakan pelatihan untuk karyawannya agar lebih memahami
penggunaan ISO 9001:2015.
6. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Bukti
Saat ini PT Tritama Bina Karya belum menerapkan prinsip ini dalam proses
pengambilan keputusannya. Dalam hal ini, top management memiliki hak penuh dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan
perusahaan sebagaimana yang telah disebutkan dalam job description-nya.
Meski begitu, karyawan juga memiliki hak untuk mengutarakan pendapatnya yang
kemudian akan ditinjau kembali sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan
akhir.
7. Manajemen Hubungan
Sesuai dengan tujuan awal bahwa ISO digunakan PT Tritama Bina Karya untuk
memudahkan pencapaian tujuannya, dimana tujuan utama perusahaan adalah untuk
meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja. Peningkatan ini didukung dengan
konsistensi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara menjaga
kepercayaan dengan mitra baik agency dan calon pengguna jasa, serta kepercayaan dari
calon tenaga kerja yang akan dikirimkan.
Fasilitas pelatihan yang layak, nyaman, dan bersih membuat para calon tenaga kerja
tidak tertekan. Selain memberikan fasilitas yang memadai, perlindungan hak-hak TKI juga
sangat dijunjung baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Perusahaan secepat mungkin menangani masalah yang dihadapi calon tenaga kerja
maupun komplain dari agency dan pengguna jasa. Dengan menjaga kepercayaan ini,
perusahaan mampu memenuhi permintaan tenaga kerja dan mampu menarik minat dari
calon tenaga kerja
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam Menunjang Pemasaran
Sesuai dengan kebijakan perusahaan, penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan agar lebih terstruktur dan
menghasilkan mutu produk yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Tetapi sangat disayangkan dalam prakteknya perusahaan belum sepenuhnya menjalankan
sistem ini secara menyeluruh, sehingga belum ada perubahan yang signifikan pada sistem
pemasaran perusahaan.
Meski demikian, kinerja manajemen pemasaran perusahaan telah mampu menjaga
konsistensi perusahaan dalam menghasilkan jasa yang sesuai dengan persyaratan mitra
usahanya Dapat disimpulkan bahwa meski penerapan ISO 9001:2015 di PT Tritama Bina
Karya belum maksimal, perusahaan sudah mampu menjalankan manajemen pemasarannya
dengan baik.
Selain itu, setelah perusahaan memiliki sertifikat ISO 9001:2015, daya saing perusahaan
meningkat dan citra perusahaan menjadi lebih baik. Perusahaan berharap ke depannya
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 lebih menyeluruh dan membawa
pengaruh-pengaruh yang positif untuk kegiatan bisnis perusahaan.

Soal 3 :
Perbedaan antara efektif dan efisien :
Jawabannya:
- Kaitannya dengan Sumber Daya dan Biaya

Seperti telah disebut di atas, suatu pekerjaan dianggap efektif ketika kamu
melakukan beberapa tindakan untuk memenuhi target yang diharapkan. Di sini kamu
tidak perlu pusing atas sumber daya atau biaya yang harus tersedia.

Sebaliknya, pekerjaan dipandang efisien ketika mampu memanfaatkan sumber


daya yang ada dan telah mengalami penyesuaian. Sebisa mungkin kamu tidak
mengeluarkan biaya berlebihan selain biaya yang telah direncanakan sebelumnya.

- Perbedaan Proses

Pekerjaan yang efektif belum tentu dilakukan secara efisien. Demikian


sebaliknya karena pendekatan keduanya terhadap proses jelas berbeda. Oleh karena itu,
kamu perlu berusaha efektif dengan maksimal guna mencapai tujuan sesuai harapan.
- Perbedaan Tujuan

Perbedaan efektif dan efisien berikutnya adalah tujuan. Efektif menitikberatkan


pada hasil. Tujuan pekerjaan efektif adalah hasil memuaskan sesuai harapan. Namun,
efisien menekankan pada proses. Tujuan pekerjaan akan efisien jika dilakukan dengan
menghemat tenaga, biaya, dan waktu demi mencapai hasil maksimal.

- Perbedaan Upaya

Tindakan penghematan biaya, waktu, atau tenaga tidak berlaku saat kamu
berbicara soal efektivitas. Apapun bisa kamu lakukan asal bisa mencapai hasil menurut
targetnya. Sementara, efisiensi mengharuskan kamu menimbang soal biaya, tenaga, dan
waktu. Kamu perlu mengelolanya dengan baik agar bisa mencapai hasil tanpa perlu
melakukan tindakan boros.

Anda mungkin juga menyukai