Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AYAT – AYAT AL-QUR’AN,HADIST,dan PENDAPAT PARA


ULAMA TENTANG KOMUNIKASI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan
I Dosen pengampu: Saryomo,S.Kep.Ns.,M.Si

Oleh :
Tia Sintia
NIM. C1914201113

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Komunikasi”. Dan juga kami berterimakasih kepada
Saryomo,S.Kep.Ns.,M.Si. selaku dosen mata kuliah “Komunikasi Dalam
Keperawatan I” yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan tentang “Komunikasi menurut ayat – ayat Al-
Qur’an,Hadist,dan Para ulama”. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang lain.
Sebelumnya saya mohon maaf bila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Tasikmalaya, 02 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Komunikasi menurut ayat – ayat Al-Qur’an. . .....................................3
a. Prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an....................................... 4
b. Etika komunikasi dalam Al-Qur’an.......................................... 8
B. Komunikasi menurut Hadist.......................................................................9
a. Prinsip komunikasi dalam Hadist...............................................9
C. Komunikasi menurut para ulama..............................................................10
a. Komunikasi Dakwah......................................................................12
b. Unsur – Unsur Dakwah..................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan,komukasi sangatlah penting kegunaan dan
pengaruhnya dalam segala aspek bidang,baik manusia sebagai hamba,anggota
masyarakat,anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang
universal.Tanpa kita sadari atau kita sadari kehidupan sehari – hari manusia
tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi baik secara
lisan,tulisan,isyarat(lambang – lambang dan gerak tubuh).
Sebagai seorang muslim sangat baik jika kita menggunakan
komunikasi yang islami yaitu komunikasi berakhlak Al-karimah atau
beretika.Komunikasi yang berakhlak Al-karimah berarti komunikasi yang
bersumber kepada Al-Qur’an,Hadist (sunah nabi).Komunikasi dalam islam
adalah proses penyampaian pesan – pesan secara baik dan benar dengan
menggunakan etika.Dengan pengertian demikian maka komunikasi dalam
islam menekankan pada unsur pesan,yakni risalah atau nilai – nilai islam dan
cara(how).Dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika)
dalam al-qur’an dan hadist ditemukan berbagai panduan agar komunikasi
berjalan dengan baik dan efektif.Kita dapat mengistilahkannya sebagai
kaidah,prinsip atau etika berkomunikasi dalam perspektif islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi?
2. Bagaimana komunikasi menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana komunikasi menurut Hadist?
4. Bagaimanakah menurut para ulama?

1
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini :
1. Agar dapat mengetahui bagaimana komunikasi dalam Al-
Qur’an,Hadist,dan para ulama
2. Supaya tahu juga bagaimana etika dan prinsip komunikasi sesuai
dengan Al-Qur’an,Hadist,dan para ulama

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Dalam Ayat – ayat Al-Qur’an


Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah
manusia.Untuk mengetahui bagaimana manusia seharusya berkomunikasi. Al-
Qur’an memberikan kata kunci(keyconcept) yang berhubungan dengan hal itu.
Al-Syaukani, misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan
berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al-Qur’an untuk
komunikasi ialah al-qaul. Dari al-qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan
prinsip, qaulan sadidan yakni kemampuan berkata benar atau berkomunikasi
dengan baik.Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya,
membentuk jaringan interaksi sosial,dan mengembangkan kepribadiannya.
Para pakar komunikasi sepakat dengan para psikolog bahwa kegagalan
komunikasi berakibat fatal baik secara individual maupun sosial.Secara
individual, kegagalan komunikasi menimbulkan frustasi; demoralisasi,
alienasi,dan penyakit-penyakit jiwa lainnya. Secara sosial, kegagalan
komunikasi menghambat saling pengertian, menghambat kerja sama,
menghambat toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-norma sosial Al-
Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia.Dalam QS. Al-
Rahman (55) / 1 – 4:
(٤ ) (٣ ) (٢ ) (١ )
Artinya :
(tuhan) yang Maha pemurah,
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.
Dia menciptakan manusia.
Mengajarnya pandai berbicara.

3
a. Prinsip Komunikasi
Al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir mengartikan al-bayan sebagai
kemampuan berkomunikasi.Untuk mengetahui bagaimana orang-orang
seharusnya berkomunikasi secara benar (qaulan sadidan), harus dilacak kata
kunci (keyconcept) yang dipergunakan Al-Qur’an untuk komunikasi. Selain
al-bayan, kata kunci untuk komunikasi yang banyak disebut dalam Al-Qur’an
adalah “al-qaul” dalam konteks perintah (amr), dapat disimpulkan bahwa ada
6 prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an yakni qaulan sadidan (QS. 4: 9: 33:
70), qaulan balighan (QS. 4:63), qaulan mansyuran (QS. 17:28), qaulan
layyinan (QS. 20:44), qaulan kariman (QS. 17:23), dan qaulan marufan (QS.
4:5).
1. qaulan sadidan (perkataan benar) dalam urusan anak yatim dan keturunan,
yakni QS. 4: 9 sebagai berikut

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Allah memerintahkan qaulan sesudah takwa, sebagaimana firman Allah
dalam QS. 33/70:

Artinya : Hai orang – orang yang beriman,bertakwalah kamu kepada Allah


dan katakanlah perkataan yang benar.
Jadi, Allah swt memerintahkan manusia untuk senantiasa bertakwa yag
dibarengi dengan perkataan yang benar.Nanti Allah akan membalikkan
amal-amal kamu, mengampuni dosa kamu.Siapa yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya niscaya ia akan mencapai keberuntungan yang besar.
Jadi,perkataan yang benar merupakan prinsip komunikasi yang terkandung
dalam Al-Qur'an dan mengandung beberapa makna dari pengertian benar.
Al-Qur’an menyatakan bahwa berbicara yang benar, menyampaikan pesan

4
yang benarbenar adalah prasyarat untuk kebesaran, kebaikan,
kemaslahatan dan amal. Apabila ingin sukses dalam karir, ingin
memperbaiki masyarakat, maka kita harus menyebarkan pesan yang benar.
Dengan perkataan lain, masyarakat menjadi rusak apabila isi pesan
komunikasi tidak benar, apabila isi pesan komunikasi tidak benar, apabila
orang menyembunyikan kebenaran karena takut menghadapai
establishmen atau rezim yang menegakkan sistemnya di atas penipuan atau
penutupan kebenaran menurut Al-Qur’an tidak akan bertahan lama.
2. Qaulan Baligha (Perkataan yang membekas pada jiwa)
QS. An Nisa ayat 63 :
Yang artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif,mudah dimengerti,langsung ke pokok masalah (straight to the
point), dan tidak berbelit - belit atau bertele-tele.Agar komunikasi tepat
sasaran,gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan
dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh komunikan.”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia
harus menjelaskan dengan bahasa kaumnya”(QS.Ibrahim:4).Gaya bicara
dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus
dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan.
Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara
di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan
bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa
jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass
communication).

5
3. Qaulan Ma’rufa ( ) ) perkataan yang baik
QS. Al Ahzab ayat 32
Artinya :“Hai isteri-isteri Nabi,kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa.Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan
ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”
Qaulan Ma’rufa bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan
menimbulkan kebaikan.Dalam beberapa konteks dijelaskan, bahwa qaul
ma'ruf adalah perkataan yang baik, yang menancap ke dalam jiwa,
sehingga yang diajak bicara tidak merasa dianggap bodoh (safih);
perkataan yang mengandung penyesalan ketika tidak bisa memberi atau
membantu,Perkataan yang tidak menyakitkan dan yang sudah dikenal
sebagai perkataan yang baik Qaulan Ma’rufa bagi seorang pendidik akan
menjadi sebuah keteladanan.Tutur kata seorang guru mencerminkan
dirinya. Seorang peserta didik akan merasa segan karena wibawa seorang
pendidik berawal dari tutur katanya. Dalam situasi apapun seorang
pendidik harus mampu mengendalikan perkataannya kepada siapa saja.
4. Qaulan Karima ( ) ) perkataan yang mulia
QS. Al Isra’ ayat 23 :
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya
dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa
hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan
kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Seorang pendidik

6
mengharapkan dihormati oleh peserta didiknya haruslah ia terlebih dahulu
yang memberi contoh bagaimana menghormati orang lain.
5. Qaulan Layyinan ( ( )perkataan yang lembut
QS. Thaha ayat 43-44 :
Artinya : “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia
telah melampaui batas.Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudahmudahan dia sadar atau takut”.
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara
yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati
maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan
suara.Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan
Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan
Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan
merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi
kita. Dengan demikian, dalam komunikasi Islam,semaksimal mungkin
dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan
tinggi.
6. Qaulan Maysura ( ) perkataan yang ringan
QS. Al Isra’ ayat 28 :
Artinya :”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat
dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka
Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.
Qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang
pantas,yang tidak berliku-liku.Contoh dalam dunia pendidikan ucapan
yang penuh pengertian adalah ketika salah satu siswa mengalami kesulitan
dalam belajar ataupun sedang mengalami masalah, sebagai seorang
pendidik memiliki kewajiban untuk berkomunikasi dengan peserta didik
tersebut untuk memecahkan masalahnya, membantunya dengan bahasa
yang penuh perhatian dan pengertian sehingga dapat meringankan beban
ataupun memberi saran-saran untuk mengatasi masalahnya.

7
b. Etika Komunikasi
Ada beberapa cara menutupi kebenaran dengan komunikasi,yaitu:
1. Menutupi kebenaran dengan menggunakan kata-kata yang abstrak,
ambigu atau menimbulkan penafsiran yang sangat berlainan
apabila anda tidak setuju dengan pandangan kawan anda,kemudian
anda segera menyebut dia “tidak pancasilais”. Anda sebetulnya
tidak tahan dikritik, tetapi tidak enak menyebutkannya lalu anda
akan berkata, “saya sangat menghargai kritik,tetapi kritik itu harus
disampaikan secara bebas dan bertanggung jawab”. Kata “bebas”
dan “bertanggung jawab” adalah kata abstrak untuk menghindari
kritikan. Ketika seorang mubalig menemukan pendapat Muballig
lain dan pendapatnya tidak logis, iya akan berkata, “akal harus
tunduk dengan agama”.Dia sebetulnya mau mengatakan bahwa
logika orang lain itu harus tunduk dengan pemahamannya tentang
agama. Akal dan agama adalah dua kata abstrak.Oleh karena
itu,menasehatkan agar kita berhati-hati menggunakan
abstrak.Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi
di luar sel, di dalam sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di
berbagai jaringan. Berbagai jenis bakteri yang termasuk golongan
bakteri ekstraseluler telah disebutkan pada bab sebelumnya.
2. Orang menutupi kebenaran dengan menciptakan istilah yang diberi
makna orang lain. Istilah itu berupa eufimisme atau pemutar
balikan makna sama sekali. Pejabat melaporkan kelaparan di
daerahnya dengan mengatakan “kasus kekurangan gizi atau “rawan
pangan”. Ia tidak dikatakan “ditangkap”, tetapi “diamankan”.
Harga tidak dinaikkan, tetapi “disesuaikan”.

Al-Qur’an menyuruh kita untuk selalu berkata benar.Kejujuran


melahirkankekuatan,sementara kebohongan mendatangkan kelemahan.
Biasa berkata benar mencerminkan keberanian.Bohong sering lahir
karena rendah diri, pengecut, dan ketakutan. Orang “yang membuat-

8
buat kebohongan itu hanyalah orang-orang yang tak beriman kepada
ayat-ayat Allah.Mereka itulah pendusta”(An-Nahl105).Nabi
Muhammad saw dengan mengutip Al-Qur'an menjelaskan orang
beriman tidak akan berdusta. Dalam perkembangan sejarah, umat
Islam sudah sering dirugikan karena berita - berita dusta. Yang paling
parah terjadi, ketika bohong memasuki teks-teks suci yang menjadi
rujukan.Kebohongan tidak berhasil memasuki Al-Qur’an karena
keaslian Al-Qur’an dijamin oleh Allah (juga karena kaum muslimin
hanya memiliki satu mushaf Al-Qur’an).Tetapi,kebohongan telah
menyusup ke dalam penafsiran Al-Qur’an.Makna Al-Qur’an pernah
disimpangkan untuk kepentingan pribadi atau golongan.

Kebohongan juga memasuki hadis-hadis Nabi saw, walaupun berdusta


atas nama nabi diancam dengan neraka. Sepanjang sejarah ada saja
orang yang berwawancara imajiner dengan Nabi. Belakangan ada
orang melakukan wawancara imajiner dengan para sahabat yang mulia.
Mereka menisbahkan kepada Nabi dan sahabat-sahabatnya prasangka,
fanatisme dan kejahilan mereka. Para ahli hadis menyebut berita
imajiner ini sebagai hadis mawdhu’.Para penulisnya atau
pengarangnya disebut alwadhdha atau al-kadzab (pendusta). Pada
zaman Nabi, mereka disebut al-fasiq.

B. Komunikasi Dalam Hadist


Di dalam hadits Nabi juga ditemukan prinsip-prinsip etika
komunikasi,bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada
kita. Berikut hadits-hadits tersebut :
1. Qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun
pahit rasanya)
Artinya : Anas ra berkata: Jika nabi saw mengatakan sesuatu, biasanya
mengulanginya tiga kali hingga benar-benar dapat dipahami. Dan
apabila mendatangi suatu kaum,biasanya mengucapkan salam kepada
mereka, sebanyak tiga kali.” (HR: Banhari)

9
Artinya: Aisyah ra berkata: Perkataan Rasulullah adalah ucapan yang
sangat jelas, jikaorang lain mendengarnya, pasti dapat memahaminya.”
(HR:Abu Daud)
2. Falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,
diamlah)
3. Laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih
dahulu)
Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik
mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-
hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu
menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”.
Selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka
kepada orang-orang…yaitu mereka yang memutar balikan fakta
dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput
dengan lidahnya”.

C. Komunikasi Menurut Para Ulama


Didalam komunikasi penyampaian pesan saat ini tidak hanya terpaku
saling bertemu langsung, melainkan juga dapat dilakukan melalui mediamedia
dan teknologi-teknologi yang sudah tersedia. Saat ini cara seseorang
menyampaikan pesan mulai berubah seiring berjalannya waktu dan adanya
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dapat merubah cara
penyampaian pesan dalam berkomunikasi, berperilaku dan bersosialisasi
seseorang.
Perkembangan pesat teknologi komunikasi dalam era informasi saat
ini telah melahirkan media-media komunikasi baru untuk menyampaikan
pesan, tentunya hal ini dapat mempermudah dan menyebabkan perubahan pola
penyampaian pesan dalam berkomunikasi yang terjadi dalam masyarakat.
Terlebih lagi dengan hadirnya media internet yang dapat memberikan

10
kepuasan kepada penggunanya dalam memperoleh informasi pesan dengan
cepat dan praktis (Severin & Tankard, 2009 : 443).
Sama halnya dengan cara penyampaian pesan dakwah yang dahulu
digunakan oleh seorang Da`i untuk menyampaikan pesan kepada para
jamaahnya yaitu dengan bertatap muka secara langsung. Dengan memberikan
ceramah dari masjid satu ke masjid yang lain, dari pengajian yang satu
keperkumpulan pengajian yang lainnya (Amin, 2009:112).
Namun kini dengan perkembangn teknologi informasi ini telah
mempengaruhi hampir semua sisi kehidupan manusia. Termasuk dalam
aktifitas Dakwah, dimana saat ini Dakwah dalam penyebarannya dapat
menggunakan bantuan internet, inilah yang kita sebut dengan e-dakwah
(Wahid, 2004: 33).
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sampaikanlah dari diriku
walau hanya satu ayat.” Ujaran yang sangat terkenal tersebut berintikan ajakan
untuk senantiasa melakukan aktivitas dakwah dan berbagi pengetahuan bagi
sesama, kapanpun dan dimanapun. Tidak hanya dengan bertatap muka secara
langsung saja, tetapi dengan perkembangan pesat teknologi penyampaian
pesan dakwah juga dapat dilakukan melalui media internet khususnya dimedia
social facebook dan juga twitter.
Media sosial sangat efektif untuk berdakwah, namun menggunakan
media tersebut harus dengan cara yang bijak. Perlu keindahan seni dalam
merangkai kata di facebook dan twitter. Jangan sampai media ini dijadikan
media kemaksiatan. Maka dari itu kita sebagai pengguna media sosial harus
berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media yang ada. Hal itu
disampaikan pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz
Adian Husaini dalam ceramah tarawih bertema “Efektifitas Dakwah dengan
Media Jejaring Sosial”di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (9/8/2012) (Dompet
Dhuafa Hong Kong, 2010).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dari beberapa akun da`i
yang cukup dikenal dan menggunakan twitter sebagai salah satu media
penyampaian pesan dakwah mereka, antara lain: alm. Ustadz Jefri

11
(@jefri_buchori) dengan 308,154 followers , Aa Gym (@aagym) 776,998
followers, Ustadz Arifin Ilham (@marifinilham) 246,864 followers, Ustadz
Yusuf Mansur (@Yusuf_Mansur) 1,025,498 followers dan lain-lain. Dari
follower bisa dilihat, meraka adalah Ustadz yang dikenal dan digemari oleh
banyak orang. Tetapi dari beberapa ustadz yang ada, ustadz yang sering
menggunakan twitter secara update adalah Ustadz Yusuf Mansur bisa dilihat
dari jumlah tweet-nya yang sudah mencapai 28,800, dengan tweet 6-15
perhari. Ustadz muda yang dikenal sebagai ustadz ahli sedekah dan usta
kontroversial ini resmi terdaftar menggunakan twitter pada 27 Mei 2011. Dan
sudah men-tweets sebanyak 28,800 kali tweet per-tanggal 25 Juli 2013, pukul
09. 40 WIB. dan pengikkutnya mencapai 1,025,498 followers.
Ustadz Yusuf Mansyur sendiri sangat antusias terhadap teknologi
informasi sebagai sarana dakwah. Beliau memanfaatkan teknologi informasi
yang sudah ada dengan membuka jaringan sosial, diantaranya twitter, yang
dianggapnya efektif sebagai media dakwah. Banyak pesan-pesan dakwah yang
beliau tulis dalam akunnya. Salah satu pesan dakwah yang beliau sampaikan
adalah mengenai ajakan berselawat 100 kali setiap harinya.Tweet tersebut
mendapat respon yang baik karena banyak yang bertanya mengenai ajakan
pesan tersebut dari para followernya.( Mukhijab, 2012)
Di dalam twitter ustadz Yusuf Mansur tidak hanya menyampaikan dakwah
dengan cara satu arah tetapi beliau juga menggunakan komunikasi dua arah
dengan berinteraksi terhadap followers-nya. Terbukti dimana dalam
pengamatan, peneliti melihat adanya hubungan timbal balik antara Ustadz
Yusuf Mansur dengan menjawab pertanyaan dari Followers-nya, begitu pula
sebaliknya dakwah yang diposting oleh Ustadz Yusuf Mansur dalam twitter
dapat dimengerti dan tersampaikan kepada followers-nya dengan banyaknya
followers yang me-Rettwet dan mem-Favoritkan posting dakwah Ustadz
Yusuf Mansur.
a. Komunikasi Dakwah
Ahmad Mubarok dalam buku Psikologi Dakwah mengungkapkan bahwa
kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi,dimana dai

12
mengomunikasikan pesan dakwah kepada mad`u, baik secara
perseorangan 7 maupun kelompok. Secara teknis, dakwah adalah
komunikasi dai (komunikator) dan mad`u (komunikan). Semua hukum
yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah,
hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah, dan bagai mana
mengungkapkan apa yang tersembunyi dibalik prilaku manusia dakwah
sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia komunikan
(Ilaihi, 2010: 24).Komunikasi dakwah adalah proses penyampaian
informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada
seseorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-Quran
dan Hadis dengan menggunakan lambang-lambang baik secara verbal
maupun nonverbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran agama islam, baik
langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Ilaihi, 2010 :
26). Komunikasi dakwah dapat juga diartikan sebagai cara seorang
komunikator (orang yang menyampaikan pesan dakwah, seperti: Ustadz,
Ulama, Kiai, Buya, atau Mubaligh) dalam mengkomunikasikan atau
menyampaikan pesan-pesan Al-Quran dan Hadis kepada umat (khalayak)
agar umat dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan apa yang
sudah disampaikan dalam kehidupan sehari-hari serta menjadikan Al-
Quran dan Hadis pedoman dan pandangan dalam kehidupan.
b. Unsur – Unsur Dakwah
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen –
komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur 7
tersebut:
1. Da`i (pelaku dakwah)
2. Mad`u (mitra dakwah)
3. Maddah (materi dakwah)
4. Wasilah (media dakwah)
5. Thariqah (metode)
6. Atsar (efek dakwah)
7. (Aziz, 2004 : 75).

13
Sedangkan didalam buku Komunikasi Dakwah bahwa unsur-unsur
dakwah dibagi menjadi 6 yaitu
1. Da`i sebagai komunikator
2. Mad`u sebagai komunikan
3. Pesan dakwah
4. Media dakwah
5. Efek dakwah
6. Metode dakwah (Ilaihi, 2010: 19)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an menyatakan bahwa berbicara yang benar menyampaikan
pesan yang benar-benar adalah prasyarat untuk kebesaran, kebaikan,
kemaslahatan dan amal. Apabila ingin sukses dalam karir, ingin memperbaiki
masyarakat, maka kita harus menyebarkan pesan yang benar.Dengan perkatan
lain, masyarakat menjadi rusak apabila isi pesan komunikasi tidak
benar,apabila orang menyembunyikan kebenaran karena takut menghadapi
establishmen atau rezim yang menegakkan sistemnya di atas penipuan atau
penutupan kebenaran menurut Al-Quran tidak akan bertahan lama. Perintah
berkata dalam Al-Qur’an dan hadis menjadi sebuah indikasi wajibnya bagi
muslim mengaplikasikan sifat kejujuran dan perkataan benar yang dalam
konsep Al-Qur’an dikenal dengan istilah qaulan sadidan. Debat di dalam
ruang publik harus dilakukan dalam sebuah kondisi yang ideal; yakni
komunikasi yang di dalamnya tidak ada satu pihakpun yang diperbolehkan
melakukan cara pemaksaan, penekanan dan dominansi.
Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dala
mberkomunikasihendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar,
dan kita alami.Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan
landasan bagi setiap muslim, ketika melakukan proses komunikasi,baik dalam
pergaulan sehari-hari,berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.

B. Saran
Setelah mempelajari tentang komunikasi dalam Al-Qur’an,Hadist,Para
ustadz/ulama ini kiranya kita dapat memanfaatkan semaksimal mungkin
materi ini sehingga kita dapat mengerti dan memahami tentang komunikasi.
Penulis sadar dan mengakui, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
harus diperbaiki.

15
Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari
para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang
kurang dalam makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar),
Bandung: Remaja Rosdakarya,2001.
Al-quran Diposkan oleh Arsyad, diakses dari
http://arshadgraffity.blogspot.com/2010/12/bahasaindonesia-
identitas-kita.html
Diposkan http://angeliazolana.blogspot.com/2012/12/normal0-
falsefalse-false-en-us-x-none_3425.html.
https://media.neliti.com/media/publications/76696-ID-etika-komunikasi-
dalam-al-qur’an-dan-hadi.pdf
https://blogpenahitam.blogspot.com/2015/09/alquran-dan-hadis-
komunikasi-komunikator.htlml?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai