Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang
Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh terpajanya kulit dengan api,
suhu tinggi, listrik, radiasi, maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit
menjadi terganggu atau rusak.
Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian merupakan penyebab utama
terjadinya morbiditas, rawat inap di rumah sakit yang lama, dan disabilitas sehingga
mempengaruhi efek pada psikologis, sosial dan ekonomi. Pada tahun 2004, hampir 11
juta orang di dunia mengalami luka bakar yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Sekitar 80% kasus luka bakar terjadi di rumah. Frekuensi kematian akibat luka bakar di
negara dengan pendapatan rendah dan menengah sebelas kali lebih tinggi dibandingkan
negara dengan pendapatan tinggi. Kebanyakan kematian akibat luka bakar juga terjadi di
daerah Afrika, Asia Tenggara dan Timur Tengah dengan sekitar 195.000 orang
meninggal akibat kejadian ini setiap tahunnya (WHO, 2008). Prevalensi 2 luka bakar di
Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 1 tahun hingga 4 tahun
sebesar 1,5% (RISKESDAS, 2013).
Sedangkan angka kejadian dengan kasus combustion diruang Anggreak RSUD
Kota Madiun,v pada bulan agustus sebanyak 1 pasien sehingga memerlukan perawatan
kusus.
Sepsis dapat terjadi pada setiap pasien luka bakar dengan infeksi. Pasien dengan
risiko tinggi terjadinya sepsis adalah pada anak-anak dan dewasa. Pasien dengan sistem
imun yang lemah dan menderita penyakit kronik seperti diabetes, ginjal, atau penyakit
pada liver memiliki risiko tinggi terjadinya sepsis. Pasien luka bakar sangat rentan untuk
terjadinya sepsis yang disebabkan oleh peningkatan peluang terjadinya infeksi menjadi
lebih parah . Peningkatan resistensi antibiotik adalah faktor lain untuk terjadinya sepsis.
Studi menunjukkan bahwa terjadinya sepsis pada pasien luka bakar disebabkan oleh
penurunan sistem imun (selular dan humoral) dan respon inflamasi sistemik yang masif.
Faktor lain yang turut berkontribusi dalam hal ini adalah cutaneous bacterial load yang
tinggi, kemungkinan translokasi bakteri gastrointestinal, perawatan di rumah sakit yang
lama, dan prosedur diagnostik atau terapeutik yang invasif. Kultur darah masih menjadi
baku emas untuk identifikasi sepsis secara definitif tetapi hal ini membutuhkan waktu
sekitar 48-72 jam. Selain itu karna penggunaan antibiotik yang lebih awal akan
menyebabkan tingkat keakuratan hasil positifnya menjadi sangat rendah yang akan
menyebabkan tertundanya atau terlambat diagnosis dan kultur darah rentan untuk
terjadinya kontaminasi bakteri lain yang akan menyebabkan salah diagnosis. Pada saat ini
terdapat beberapa indeks untuk diagnosis klinis sepsis pada pasien luka bakar seperti
demam, leukosit, peningkatan persentase neutrofil, trombositopenia, albumin, takikardi
dan takipneu.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan asuhan
mengenai combustio di RSUP Dr. M. Djamil Padang. (Aryono, 2010)

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang ada, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Pada Sdr. “R” dengan diagnosa Apendisitis Akut di Ruang Anggrek
RSUD Kota Madiun ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada Tn. “P” dengan diagnosa
medis Combustio, menggunakan pendekatan menejemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang dicapai mahasiswa dengan 7 langkah Varney adalah sebagai
berikut:
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Tn. “P” dengan diagnosa
Combustio
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data pada Tn. “P” dengan diagnosa
Combustio
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada Tn. “P” dengan
diagnosa Combustio
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan dan menetapkan kebutuhan segera pada
Tn. “P” dengan diagnosa Combustio
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Tn. “P” dengan
diagnosa Combustio
f. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada Tn. “P” dengan diagnosa
Combustio
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan kebidanan yang telah dilakukan
pada Tn. “P” dengan diagnosa Combustio

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaatnya yaitu bagi :
1. Rumah Sakit Umum Kota Madiun
Sebagai bahan masukan, acuan dan evaluasi yang diperlukan dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan khususnya pada pasien Combustio
2. Institusi Pendidikan
Memberikan referensi tentang asuhan kebidanan bedah, serta dapat digunakan
sebagai pengetahuan dan wacana tentang perkembangan ilmu kebidanan bedah.
3. Pasien dan keluarga
Sebagai tambahan sumber pengetahuan tentang gambaran umum Combustio beserta
perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dari
pihak keluarga.
4. Penulis
Bermanfaat bagi penulis dalam menambah wawasan, pemahaman, mengevaluasi
tindakan kebidanan yang telah diberikan pada pasien Combustio dan sebagai referensi
atau catatan tambahan/masukan dari penulis selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus Tn. “P” diagnosa medis yang muncul adalah combustio yang
mengalami gangguan kebutuhan mobilisasi dan pasien mengalami keterbatasan aktivitas.
Terdapat luka jahitan habis operasi yang berisiko terjadinya infeksi.
Implementasi yang dilakukan pada kasus Sdr. “R” sebagai berikut : melakukan
latihan nafas dalam ditempat tidur dengan menarik nafas dari hidung dan mengeluarkan
pelan-pelan lewat mulut yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri di dalam perut.
Dari diagnosa yang muncul, semuanya dapat teratasi dan tidak ada hambatan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan rencana pemecahan masalah pada pasien
dengan Post Operasi Apendisitis Akut karena implementasi penulis dilakukan sesuai
dengan intervensi kebidanan yang ditetapkan sebelumnya dan juga didukung pasien dan
keluarga.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan terhadap pasien Sdr. “R”
dengan diagnose Post Operasi Apendisitis Akut dengan gangguan kebutuhan rasa
nyaman nyeri dapat dilihat perubahan nyeri dari skala 6 menjadi skala 4.
Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 1x24 jam, penulis mengevaluasi
catatan perkembangan pasien yang mengalami nyeri pada bagian abdomen. Oleh karena
itu pemberian Asuhan Kebidanan dengan Diagnosa combustio dengan kebutuhan dapat
diaplikasikan dengan benar dan tepat.

B. Saran
1. Bagi Penulis Selanjutnya
Bermanfaat bagi penulis dalam menambah wawasan, pemahaman, referensi atau
acuan, dan sebagai sarana bidan untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
pada pasien combustion, bahkan dapat juga sebagai catatan tambahan/masukan dari
penulis selanjutnya.

2. Bagi Intitusi Pendidikan


Kepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pembelajaran
sehingg apabila terdapat tanda dan gejala combustio dapat melakukan tindakan yang
tepat agar tidak semakin parah.

3. Pasien dan Keluarga


Sebagai tambahan sumber pengetahuan tentang gambaran Combustio umum beserta
perawatan yang benar bagi pasien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dari
pihak keluarga.
BAB IV
PENUTUP

B. Kesimpulan
Pada kasus Tn. “P” diagnosa medis yang muncul adalah combustio yang
mengalami gangguan kebutuhan mobilisasi dan pasien mengalami keterbatasan aktivitas
pada bagian ektremitas atas kanan kiri, bahu, dan sedikit dibagian dada. Terdapat luka
lepuhan yang berisiko terjadinya infeksi.
Implementasi yang dilakukan pada kasus Tn. “P” sebagai berikut : melakukan
latihan perubahan posisi tidur ditempat tidur dengan menggunakan teknik yang telah di
intruksikan, bertujuan untuk melatih keaktivan agar dapat beraktivitas dengan leluasa dan
tidak terbatas.
Dari diagnosa yang muncul, semuanya dapat teratasi dan tidak ada hambatan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan rencana pemecahan masalah pada pasien
dengan combustio karena implementasi penulis dilakukan sesuai dengan intervensi
kebidanan yang ditetapkan sebelumnya dan juga didukung pasien dan keluarga.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan terhadap pasien Tn. “P” dengan
diagnosa combustion dengan gangguan kebutuhan mobilisasi dapat dilihat perubahan
bagaimana pasien bebas beraktivitas.
Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 1x24 jam, penulis mengevaluasi
catatan perkembangan pasien, dimana pada hari setelah kecelakaan dan terdapat lepuhan
di bagian luka menimbulkan rasa tidak nyaman, dan nyeri. Oleh karena itu pemberian
Asuhan Kebidanan dengan Diagnosa Medis Combustio dengan kebutuhan dapat
diaplikasikan dengan benar dan tepat.

C. Saran
3. Bagi Penulis
Mengusahakan ketrampilanya yang telah didapat diterapkan dengan sebaik-bainya
karena berhubungan dengan keselamatan pasien.
4. Bagi Intitusi Pendidikan
Kepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pembelajaran
sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit combustio dapat melakukan
tindakan yang tepat agar tidak semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, https://www.lukabakar.net/index.php?view=article&catid=35:artikel_lukabakar&
id=48:tipspengobatan&option=com_content&itemid=29.

Burninjury, A, 2013, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta : EGC.

Elizabeth, J, Corwin, 2009, Luka Bakar dan Panduan Perawatanya, Edisi 6, Jakarta : EGC.

Hidajat, A, 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Kozier, 2010, Upaya Peningkatan Kebutuhan Dasar Asuhan Keperawatan, Jurnal Keperawatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Marylin, T, 2009, Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta : EGC.

Smeltzer, S, 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawat pasien, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Sunita, K, 2011, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai