BAB 2 Febry
BAB 2 Febry
ِ نز َل إِلَ ۡيكَ ِمن َّرب ِّۖكَ َوإِن لَّمۡ ت َۡف َع ۡل فَ َما بَلَّ ۡغتَ ِر َسالَتَ ۚۥهُ َوٱهَّلل ُ يَ ۡعُ ٓ
اس إِ َّن ٱهَّلل َ اَل
ِ ۗ َّص ُمكَ ِمنَ ٱلن ِ ۞ ٰيَأَيُّهَا ٱل َّرسُو ُ\ل بَلِّ ۡغ َمٓا أ
ٰۡ ۡ
٦٧ َرين ِ ِيَ ۡه ِدي ٱلقَ ۡو َم ٱل َكف
Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”
1
Said Alwi, “Problematika Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran,” ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu
Kependidikan 8, no. 2 (2017): 145–67.
2
Sri Lahir, Muhammad Hasan Ma’ruf, and Muhammad Tho’in, “Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model
Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan Tinggi,” Jurnal Ilmiah Edunomika 1, no. 01 (2017).
3
Siti Nur Janah, “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Kelas Iv Sdn 055 Jatihandap)” (FKIP UNPAS, 2019).
4
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Konteksual (Prenada Media,
2017).
5
H Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori Ke Praktik (Pt. Rajagrafindo Persada, 2021), H 75.
6
Mohamad Mustafid Hamdi, “Konsep Pembelajaran Guru Yang Bermutu,” Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam 3, no. 1 (2019): 66–76.
7
8
7
Janiatus Sholihah, “Penerapan Metode Mind Mapping Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Materi
Qawaid Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Kelas 8 Di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan,” 2018.
8
Fitri Fatimatuzahroh, Lilis Nurteti, and S Koswara, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Lectures Vary,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL] 7, no. 1 (2019): 35–50.
9
Sri Wirahayu, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pemangkatan Dan Penarikan Akar Bilangan
Cacah Pada Siswa Kelas V SD Negeri Paya Bili I Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving Di Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2019/2020,” Serambi Konstruktivis 2, no. 1 (2020).
10
Tm140695 Desi Ratnasari, Armida Armida, And M Hasbi M Hasbi, “Perbandingan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Antara Yang Menggunakan Model Problem Solving Dengan Creative Problem Solving Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kemuning,” 2019.
11
Netti Kariani Mendrofa, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Pendekatan Problem Solving Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Gunung Sitoli Alooa,” Warta Dharmawangsa
15, No. 1 (2021): 147–56.
9
12
Kadek Hengki Primayana, “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Dengan Berorientasi
Pembentukan Karakter Untuk Mencapai Tujuan Higher Order Thingking Skilss (HOTS) Pada Anak Sekolah Dasar,” Purwadita:
Jurnal Agama Dan Budaya 3, no. 2 (2020): 85–92.
10
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang perkembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan. 13
4) Melatih siswa untuk belajar mandiri
5) Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa bersifat nyata dan aplikatif.
6) Meningkatkan kemampuan analisis siswa.
7) Menumbuhkan kebanggaan dalam diri siswa ketika ia berhasil memecahkan masalah yang
dihadapi.
8) Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh cenderung bersifat permanen dalam arti melekat dalam
ingatan siswa.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
13
Ahmad Fadillah, “Analisis Minat Belajar Dan Bakat Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa,” Mathline: Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika 1, no. 2 (2016): 113–22.
14
Moh Suardi, Belajar & Pembelajaran (Deepublish, 2018), h 77.
15
Ahmad Walid, Erik Perdana Putra, and Asiyah Asiyah, “Pembelajaran Biologi Menggunakan Problem Solving
Disertai Diagram Tree Untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Logis Dan Kemampuan Menafsirkan Siswa,” IJIS Edu:
Indonesian Journal of Integrated Science Education 1, no. 1 (2019): 1–6.
16
Silfi Zainatu Sholihah and Ekasatya Aldila Afriansyah, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Proses Pemecahan Masalah
Geometri Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 2 (2017): 287–98.
11
Belajar adalah proses tingkah laku, yaitu perubahan yang terkait dengan aspek pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skill).Menurut kimble belajar adalah perubahan yang
relatif permanen di dalam behavioral potentionality (potensi behavioral) sebagai akibat dar reinforced
practice (praktik yang diperkuat).17 Sedangkan menurut R. Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.
Rochmat Wahab dan Solehuddin menyatakan “belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang
menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen”. Belajar pada
pendapat tersebut merupakan suatu bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Slameto menyatakan “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah proses tingkah laku, yaitu perubahan yang terkait dengan aspek pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skill).Menurut kimble belajar adalah perubahan yang
relatif permanen di dalam behavioral potentionality (potensi behavioral) sebagai akibat dar reinforced
practice (praktik yang diperkuat).18 Sedangkan menurut R. Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.
Sedangkan menurut Howard L. Kingsley learning is the process by which behavior (in the broader
sense)is originated or changed through practice or training (Belajar adalah proses dimana tingkah
laku (dalam arti luas) di timbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan). 19 Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman. 20 Sebagaimana Firman Allah sebagai
berikut:
\ْ اج ٗدا َوقَٓائِ ٗما\ يَ ۡح َذ ُر ٱأۡل ٓ ِخ َرةَ َويَ ۡرج
ُوا َر ۡح َمةَ َربِّ ِۗۦه قُ ۡل ه َۡل يَ ۡس\ت َِوي\ ٱلَّ ِذينَ يَ ۡعلَ ُم\ونَ َوٱلَّ ِذينَ اَل ِ ت َءانَٓا َء ٱلَّ ۡي ِل َس ٌ ِأَ َّم ۡن هُ َو ٰقَن
٩ب ِ َوا ٱأۡل َ ۡل ٰب
ْ ُونَ إِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر أُوْ ل
ۗ يَ ۡعلَ ُم
Artinya : “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran” (Q.S Az-Zumar:9)
17
SRI ANDAYANI, “PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MI MASYARIQULANWAR 4 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG,” 2018.
18
Supardi US Supardi, “Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Interaksi Tes Formatif Uraian Dan Kecerdasan
Emosional,” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 3, no. 2 (2017).
19
Siti Asrifatunisak, “Efektivitas Penggunaan Kombinasi Metode Ceramah, Drill Dan Demonstrasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti Siswa SMPN 2 Tegowanu Kelas VII Materi Shalat Jama’Qashar Tahun
Ajaran 2018/2019,” 2019.
20
Aprida Pane and Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran,” Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman 3, no. 2 (2017): 333–52.
12
dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi diluar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat
mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesugguhnya. 21
Hasil belajar sering digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang
sudah diajarkan. Untuk mengetahui hasil belajar perlu dilakukan pengukuran atau evaluasi yang
dilakukan secara berkala. Pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk melihat hasil belajar secara kuantitatif
atau angka yang diperoleh siswa. Hasil belajar peserta didik pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku. Tingkah laku dalam hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik.22
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang didapat melalui pengajaran. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, guru
harus melakukan suatu tes hasil belajar untuk mengukur tingkat keberhasilan dan ketercapaian dalam
proses belajar mengajar. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya dalam jangka waktu tertentu. 23
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang didapat melalui pengajaran. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, guru
harus melakukan suatu tes hasil belajar untuk mengukur tingkat keberhasilan dan ketercapaian dalam
proses belajar mengajar. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya dalam jangka waktu tertentu
Soedijarto menyatakan “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”.
Sejalan dengan pendapat tersebut Hamzah B. Uno menyatakan “hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan
lingkungannya”
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran
demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat ditetapkan pada
berbagai bidang termasuk pendidikan
Pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan tes hasil belajar. Yang dimaksud tes hasil
belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasilhasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. 24
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
yang dialami siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Perubahan disebabkan karena dia
mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil
belajar yang diamati pada penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif. 25
21
Hesti Yulianti, Cecep Darul Iwan, and Saeful Millah, “Penerapan Metode Giving Question And Getting Answer
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam,[SL] 6, no. 2 (2018): 197–216.
22
Mohamad Sodik, Yosef Farhan Dafik Sahal, and N Hani Herlina, “Pengaruh Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL] 7,
no. 1 (2019): 97–112.
23
Darmawan Harefa, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Pembelajaran Kooperatif Make A Match Pada
Aplikasi Jarak Dan Perpindahan,” Geography: Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan 8, no. 1 (2020): 01–18.
24
M Suardi, “PENGARUH KEPRIBADIAN GURU PAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH,”
IQRO: Journal of Islamic Education 1, no. 2 (2018): 121–28.
25
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum 2013 Edisi Kedua
(Kencana, 2017).
13
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku pada diri siswa setelah melaksanakan aktivitas
belajar. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar
harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dibagi menjadi beberapa jenis. Gagne dalam
Agus Suprijono menyatakan bahwa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Strategi Kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan
dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut
Menurut Benyamin Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. 26Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
Pengetahuan, menurut Bloom adalah tahapan paling sederhana yang menjelaskan seorang
siswa untuk menjawab pertanyaan dengan pemanggilan kembali atas memori yang telah dihafal
sebelumnya. Memorisasi dapat menyangkut masalah batasan, fakta, aturan, sekuen (urutan),
prosedur, prinsip, dan generalisasi. Pemahaman adalah tahap kedua, yang menunjukan seorang
siswa untuk mengekspresikan suatu prinsip atau konsep dengan kalimatnya sendiri, memberi
contoh atas suatu prinsip atau konsep, implikasi atau konsekuensi.
Penerapan menurut Bloom, adalah suatu tahap aplikasi satu konsep pada situasi yang
baru, penggunaan rumus pada matematika dan fisika, dan sebagainya. Analisa adalah tahap
keempat, adalah kemampuan siswa untuk menjabarkan informasi menjadi bagian-bagian pokok,
menemukan asumsi, membedakan fakta dengan opini, meliput hubungan sebab akibat,
merumuskan style suatu karya tulis, dan sebagainya.
Sintesis, bertolak belakang dari analisa, adalah kemampuan siswa untuk membuat
komposisi, menyiapkan karangan, menyusun hipotesis, dan sintesa pengetahuan. Dalam tahap
kelima ini, siswa diharapkan memiliki perspektif wawasan yang luas. Evaluasi adalah tahap
yang paling komplek dalam kognitif, yang melibatkan pemberian value judgment dari data
dalam bentuk kesimpulan. Dalam tahap ini siswa mengevaluasi informasi berdasar kriteria
konsistensi. Kesulitan terbesar justru dari pihak guru dalam menguji kembali, apakah proses
evaluasi yang dilakukan oleh siswa telah memenuhi syarat atau belum.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Kesediaan untuk menerima (atau menolak) adalah tahap pertama siswa menjadi sensitif
pada suatu rangsangan. Kategori kesediaan dapat diurutkan memberi perhatian, menerima dan
memberi perhatian yang agak terpilih (terseleksi). Memberi tanggapan adalah memberi ekspresi
atas suatu rangsangan. Ekspresi yang diberikan secara bertingkat dan karena unsur pengawasan,
tanpa unsur pengawasan dan bahkan secara sukarela. Menilai adalah tahap ketiga dari afektif,
dapat dipilahkan antara kesediaan memberi penilaian dengan komitmen yang masih bersifat
26
Rinto Hasiholan Hutapea, “Instrumen Evaluasi Non-Tes Dalam Penilaian Hasil Belajar Ranah Afektif Dan
Psikomotorik,” BIA’: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 2 (2019): 151–65.
14
tentatif terhadap suatu individu, fenomena ataupun kepercayaan tertentu. Tahap yang lebih dari
sekedar penilaian adalah penilaian dengan penekanan komitmen ataupun ikatan moral.
Organisasi, tahap keempat dari afektif adalah bentukan satu sistem nilai yang disusun
dari interealisasi dan prioritas dari sedemikian banyak nilai yang ada. Pembentukan kearah
sistem nilai melalui suatu proses konsepsionalis sistem nilai terpilih yang kemudian dilanjutkan
mengorganisasikannya kedalam sistem tersebut. Karakterisasi dengan satu nilai adalah secara
sadar peserta didik mengetahui siapa dia, dimana dia berada dan bagaimana dia harus bersikap.
Peserta didik yang sudah sampai tahap ini, sikap yang dibentuk sudah menjadi filosofi
kehidupannya, konsisten dalam kata, perbuatan dan sikap.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerak keterampilan kompleks, dan
gerak ekspresif dan interpretatif.27
Terdapat 6 tahapan psikomotorik, dan sebagian besar guru tidak perlu
mempertimbangkan tahap 1 dan tahap 2 karena anak yang normal sudah mencapainya melalui
pendidikan informal. Tujuan instruksional dijabarkan mulai tahap 3 sampai 6.
Tahap pertama adalah gerak reflek yang terjadi akibat rangsang tertentu dari luar dirinya,
ataupun atas perintah dari diri sendiri. Banyak jenis gerakan reflek, ada yang bersifat terpotong-
potong (segmental), terintegrasi (tersegmental), dan suprasegmental (responsif terhadap
rangsangan). Gerak dasar, sebagai tahap kedua, adalah gerak otot yang bersifat
mempertahankan aktivitas kehidupan manusia, semisal jalan, merangkak, meloncat, dan
sebagainya (locomotoric movements), gerak dinamis memerlukan modifikasi karena lingkungan
(non locomotoric movements) serta gerak terkoordinasi, semisal menggambar dan sebagainya
(manipulative movements ).
Kemampuan perseptual, sebagai tahap ketiga, adalah kombinasi kemampuan kognitif dan
motorik, berawal dari perhatian dirinya, perhatian diri terhadap lingkungan diskriminasi visual
(membedakan bentuk dan detail), memori visual, diskriminasi latar belakang dengan figur
sampai aktivitas yang terkordinasi.
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan dan skill yang lebih tinggi. Kemampuan fisik dapat berwujud ketahanan, kekuatan,
fleksibilitas, dan kecepatan. Gerak skill (terampil), sebagai tahap kelima, adalah yang dibentuk
melalui belajar, dari gerak yang sederhana, gerak gabungan dan gerak terpadu. Olahraga, tari,
dan gerak rekreatif, termasuk gerak skill . Komunikasi nondiscursive , sebagai tahap tertinggi,
adalah gerak komunikasi yang sarat arti baik ekspresi muka dan postur dan sebagainya.
27
Winoto Noer Adha and Hermintoyo Hermintoyo, “Tanggapan Dalam Pemahaman Informasi Pada Gambar Ilustrasi
Di Instagram,” Jurnal Ilmu Perpustakaan 6, No. 4 (2019): 301–10.
28
Ahmad Syafi’i, Tri Marfiyanto, And Siti Kholidatur Rodiyah, “Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai
Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi,” Jurnal Komunikasi Pendidikan 2, No. 2 (2018): H 115–23.
15
psikologis, karena dalam tubuh yang kurang sehat maka akan mengalami gangguan pula pada
pikiran.
2) inteligensi, faktor inteligensi dan bakat sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi dan bakat yang tinggi dapat memberikan
pengaruh terhadap hidupnya
3) minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu merupakan dasar untuk mencapai
tujuan. Sedangkan motivasi merupakan dorongan dari dalam maupun luar diri seseorang,
umumnya motivasi itu timbul karena adanya keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu
4) cara belajar, teknik atau cara yang dilakukan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Cara
belajar meliputi bagaimana bentuk catatan yang dipelajari dan pengaturan waktu belajar,
tempat serta fasilitas belajar lainnya. Cara belajar yang baik akan tercipta kebiasaan yang baik
dan dapat meningkatkan hasil belajar yang baik pula. 29
b. Faktor dari luar diri, meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar
1) keluarga, situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak, serta famili) sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan, status ekonomi, rumah kediaman,
persentase hubungan dengan orang tua, perkataan, dan bimbingan orantua, mempengaruhi
pencapaian hasil belajar anak.
2) sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrument pendidikan, lingkungan
sekolah, dan rasio guru dan murid per kelas, mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
3) masyarakat, apabila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan mendorong anak lebih giat belajar
4) lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk,
dapat menunjang proses belajar.30
C. Tematik
1. Pengertian Tematik
Respons dunia pendidikan terhadap perkembangan zaman ialah dengan melakukan pergantian
kurikulum. Ini yang menjadi salah satu faktor mengapa secara berkala, kurikulum pendidikan
diperbarui untuk dikembangankan dengan menonjolkan aspek yang dipandang lebih baik dan
meminimalisasi kekurangan dan kelemahan dari kurikulum sebelumnya.
Pada saat ini pendidikan di Indonesia mengalami perubahan kurikulum yang awalnya
memakai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sekarang menjadi kurikulum 2013 (Tematik).
Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini
adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dengan cara sengaja
mengaitkan atau memadukan beberapa kompotensi dasar (KD) dan indikator dari kurikulum atau
standar isi (IS) dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Dengan
adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik
29
Dina Gasong, Belajar Dan Pembelajaran (Deepublish, 2018).
30
Siti Samsiah and Rendy Rinaldy Saputra, “ANALISIS HUBUNGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL DENGAN
PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS V SD N 4 TALANG OGAN SUMBER JAYA,” JPGMI
(Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Multazam) 6, no. 1 (2020): 16–29.
16
diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.
Kegunaan pembelajaran tematik adalah peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema tertentu, peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompotensi dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik serta peserta didik mampu merasakan
manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas, peserta didik
lebih bergairah karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus. 31
Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif
sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. 32 Manfaat pembelajaran tematik adalah dengan
menggabungkan beberapa komponen dasar antara indikator serta isi mata pembelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi, peserta didik mampu melihat hubungan
hubungan yang bermakna sebab isi/materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat. Bukan
tujuan akhir, dengan adanya pemaduan antara mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin
baik dan meningkat.
Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang lainnya sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berangkat dari
suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep,
baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya. 33
Tema menjadi pokok pembicaraan atau gagasan yang mudah memusatkan siswa pada satu tema
tertentu. Pembelajaran tematik lebih menekan pada keterlibatan siswa secara aktif. Siswa tidak hanya
dijadikan objek, tetapi dituntut aktif untuk terlibat langsung di lapangan. Keterlibatan aktif akan
membuat siswa memperoleh pengalaman yang luas. Pengalaman inilah yang akan membawa siswa
mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction)
yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun
kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan otentik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman
kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi sisw
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberi kemudahan-kemudahan
kepada peserta didik untuk melalukan aktifitas pembelajaran.
b. Memberi Pengalaman Langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkret ) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan Pembelajaran tidak Begitu Jelas
Dalam pembelajaran tematik antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat yang berkaitan
dengan kehidupan peserta didik.
d. Menyajikan Konsep dari Berbagai Mata Pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran.Demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara
utuh. Hal ini diperluhkan untuk peseta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.34
34
Ani Hidayati, “Merangsang Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Dengan Pembelajaran Tematik Terpadu,”
Sawwa: Jurnal Studi Gender 12, no. 1 (2017): 167.
35
Andi Prastowo, Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu (Prenada Media, 2019) h 65.
18
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sutau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.37. Selanjutnya adapun hipotesis pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
36
Asriana Harahap, “ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR ISLAM DARI PERSPEKTIF
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU,” Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman 5, no. 1 (2020): 96–105.
37
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”, (Bandung : Alfabeta, 2018) H 63
19
1. Ho : Metode pembelajaran problem solving tidak dapat meningkatkan efektivitas untuk hasil
belajar Tematik pada siswa kelas III di MIN 2 Bandar Lampung.
2. Ha : Metode pembelajaran problem solving dapat meningkatkan efektivitas untuk hasil belajar
Tematik pada siswa kelas III di MIN 2 Bandar Lampung.
Hipotesis statistik :
Ho : p1 = p2
Ha : p1 ≠ p2