Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Metode Problem Solving


1. Pengertian Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan langkah oprasional dari strategi pembelajaran yang
dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. 1 Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena
itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar.2
metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dan dikembangkan agar dapat melakukan
pendekatan kepada peserta didik yang telah diseleksi berdasarkan karakteristik-karakteristik yang
sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai dalam setiap pendekatan. 3Metode
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rancangan yang dapat digunakan untuk meransang
serta menumbuhkan tingkat kreatif siswa serta berfikir produktif. Secara Operasional metode
pembelajaran mengandung beberapa variabel, yaitu: 1) mengorganisasi isi pembelajaran yang
dilakukan dengan cara mempersiapkan materi pembelajaran, waktu, serta penilaian; 2) menyampaikan
isi pembelajaran menyangkut penerapan strategi, metode, teknik, feedback, serta evaluasi; 3)
mengelola pembelajaran menyangkut media belajar, pemberdayaan peserta didik, serta arah
komunikasi pada saat kegiatan pembelajaran. 4
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individu atau secara
kelompok.5 Metode pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran,
oprasionalisasi dan strategi pembelajaran dalam menyiasati perbedaan individual siswa, meningkatkan
motivasi belajar,serta meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap
pencapaian tujuan.6
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana yang telah
disusun agar tercapai tujuan pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam Ayat Al-Qur’an ini
menjelaskan Surat Al-Maidah ayat 67 sebagai berikut:

ِ ‫نز َل إِلَ ۡيكَ ِمن َّرب ِّۖكَ َوإِن لَّمۡ ت َۡف َع ۡل فَ َما بَلَّ ۡغتَ ِر َسالَتَ ۚۥهُ َوٱهَّلل ُ يَ ۡع‬ُ ٓ
‫اس إِ َّن ٱهَّلل َ اَل‬
ِ ۗ َّ‫ص ُمكَ ِمنَ ٱلن‬ ِ ‫۞ ٰيَأَيُّهَا ٱل َّرسُو ُ\ل بَلِّ ۡغ َمٓا أ‬
ٰۡ ۡ
٦٧ َ‫رين‬ ِ ِ‫يَ ۡه ِدي ٱلقَ ۡو َم ٱل َكف‬
Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”
1
Said Alwi, “Problematika Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran,” ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu
Kependidikan 8, no. 2 (2017): 145–67.
2
Sri Lahir, Muhammad Hasan Ma’ruf, and Muhammad Tho’in, “Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model
Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan Tinggi,” Jurnal Ilmiah Edunomika 1, no. 01 (2017).
3
Siti Nur Janah, “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Kelas Iv Sdn 055 Jatihandap)” (FKIP UNPAS, 2019).
4
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Konteksual (Prenada Media,
2017).
5
H Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori Ke Praktik (Pt. Rajagrafindo Persada, 2021), H 75.
6
Mohamad Mustafid Hamdi, “Konsep Pembelajaran Guru Yang Bermutu,” Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam 3, no. 1 (2019): 66–76.
7
8

2. Pengertian Problem Solving


Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki.7 Di sisi lain metode merupakan upaya mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan yang nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah di tetapkan, dengan demikian
strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai macam metode yang dipilih secara tepat. 8
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lain dimulai dari mencari data sampai menarik kesimpulan.Pembelajaran ini
merupakan pembelajaran berbasis masalah yakni pembelajaran yang berorientasi “learner centered”
dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok. Metode problem
solving adalah cara menyampaikan materi dengan guru memberikan suatu permasalahan tertentu
untuk dipecahkan atau dicari jalan keluarnya oleh siswa. 9 Sebagai firman Allah dalam surat Al-
Insyirah ayat 6-8 yang berbunyi:
َ ‫ فَإِ َذا فَ َر ۡغتَ فَٱن‬٦ ‫إِ َّن َم َع ۡٱلع ُۡس ِر ي ُۡس ٗرا‬
٨ ‫ َوإِلَ ٰى َربِّكَ فَ ۡٱرغَب‬٧ ‫ص ۡب‬
Artinya : “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”(surat Al- Insyirah ayat 6-8).
Bern dan erikson dalam kokom, menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan
berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan
menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan. Selanjutnya Hanlie Murray, menjelaskan
bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu dasar teoritis dari berbagai strategi
pembelajaran yang menjadikan masalah (prob lem) sebagai isu utamanya. 10
Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Mulyono problem solving adalah suatu model
pembelajaran yang lebih menekankan pada daya pikir untuk memperoleh kemampuan-kemampuan
dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving adalah metode
yang digunakan guru utuk menyajikan masalah dan peserta didik dituntut untuk memecahkan masalah
tersebut secara individu maupun berkelompok.11

3. Langkah-langkah Metode Problem Solving

7
Janiatus Sholihah, “Penerapan Metode Mind Mapping Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Materi
Qawaid Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Kelas 8 Di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan,” 2018.
8
Fitri Fatimatuzahroh, Lilis Nurteti, and S Koswara, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Lectures Vary,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL] 7, no. 1 (2019): 35–50.
9
Sri Wirahayu, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pemangkatan Dan Penarikan Akar Bilangan
Cacah Pada Siswa Kelas V SD Negeri Paya Bili I Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving Di Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2019/2020,” Serambi Konstruktivis 2, no. 1 (2020).
10
Tm140695 Desi Ratnasari, Armida Armida, And M Hasbi M Hasbi, “Perbandingan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Antara Yang Menggunakan Model Problem Solving Dengan Creative Problem Solving Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kemuning,” 2019.
11
Netti Kariani Mendrofa, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Pendekatan Problem Solving Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Gunung Sitoli Alooa,” Warta Dharmawangsa
15, No. 1 (2021): 147–56.
9

Metode problem solving memiliki langkah-langkah yang saling berkaitan dalam


pelaksanaannya yaitu sebagai berikut:
a. Menyiapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa
sesuai dengan taraf kemampuannya juga sesuai materi yang disampaikan dan kehidupan riil
siswa/keseharian.
b. Menuliskan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai.
c. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya,dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan lain-lain.
d. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
e. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini,siswa harus berusaha
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban
tersebut, tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi.
f. Tugas, diskusi, dan lain-lain.
g. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban
dari masalah tadi.12
Sedangkan menurut muliawan cara kerja problem solving yaitu :
a. Guru menyiapkan materi pelajaran sekaligus jenis masalah atau kasus yang akan diberikan pada
siswa.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran pokok kepada siswa sebagai pengantar.
c. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kerja sebagai langkah awal.
d. Guru memberikan satu jenis masalah atau kasus pada tiap kelompok kerja siswa untuk
diselesaikan.
e. Siswa bekerja sama dalam tiap kelompok untuk menyelesaikan masalah dan kasus yang
diberikan guru.
f. Guru memberi pendampingan dan arahan yang diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
g. Selama belajar dan bekerja menyelesaikan masalah, siswa diperbolehkan untuk mencari sumber
referensi lain sebagai acuan sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar mandiri.
h. Setelah siswa berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa diminta untuk membuat
laporan dan kesimpulan akhir.
i. Tiap-tiap kelompok mempersentasikan hasil belajarnya di depan kelas untuk berbagi
pengetahuan dengan kelompok lain

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving


Pada suatu Metode Pembelajaran pasti terdapat kelebihan dan kelemahan tidak terkecuali metode
problem solving. Hal ini dikarenakan kondisi yang berbeda – beda pada objek penellitian. Metode
problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Problem Solving
1) Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan

12
Kadek Hengki Primayana, “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Dengan Berorientasi
Pembentukan Karakter Untuk Mencapai Tujuan Higher Order Thingking Skilss (HOTS) Pada Anak Sekolah Dasar,” Purwadita:
Jurnal Agama Dan Budaya 3, no. 2 (2020): 85–92.
10

dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang perkembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan. 13
4) Melatih siswa untuk belajar mandiri
5) Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa bersifat nyata dan aplikatif.
6) Meningkatkan kemampuan analisis siswa.
7) Menumbuhkan kebanggaan dalam diri siswa ketika ia berhasil memecahkan masalah yang
dihadapi.
8) Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh cenderung bersifat permanen dalam arti melekat dalam
ingatan siswa.

b. Kekurangan Metode Problem Solving


1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,
sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang
cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok
yang kadangkadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri
bagi siswa.14
Kemampuan Problem Solving adalah kemampuan yang tidak mudah dicapai, tetapi
kemampuan Problem Solving ini sebaiknya diajarkan kepada siswa. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Ruseffendi yakni “metode Problem Solving sangat penting dalam matematika, bukan
hanya untuk mendalami atau mempelajari, tetapi bisa menerapkannya di bidang studi lain dan di
dalam kehidupan sehari-hari.

5. Karakteristik Metode Problem Solving


Metode pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. 15
Terdapat 3 ciri utama dari metode problem solving:
a. Metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran Artinya dalam
implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.metode ini menempatkan
masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. 16

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
13
Ahmad Fadillah, “Analisis Minat Belajar Dan Bakat Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa,” Mathline: Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika 1, no. 2 (2016): 113–22.
14
Moh Suardi, Belajar & Pembelajaran (Deepublish, 2018), h 77.
15
Ahmad Walid, Erik Perdana Putra, and Asiyah Asiyah, “Pembelajaran Biologi Menggunakan Problem Solving
Disertai Diagram Tree Untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Logis Dan Kemampuan Menafsirkan Siswa,” IJIS Edu:
Indonesian Journal of Integrated Science Education 1, no. 1 (2019): 1–6.
16
Silfi Zainatu Sholihah and Ekasatya Aldila Afriansyah, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Proses Pemecahan Masalah
Geometri Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 2 (2017): 287–98.
11

Belajar adalah proses tingkah laku, yaitu perubahan yang terkait dengan aspek pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skill).Menurut kimble belajar adalah perubahan yang
relatif permanen di dalam behavioral potentionality (potensi behavioral) sebagai akibat dar reinforced
practice (praktik yang diperkuat).17 Sedangkan menurut R. Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.
Rochmat Wahab dan Solehuddin menyatakan “belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang
menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen”. Belajar pada
pendapat tersebut merupakan suatu bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Slameto menyatakan “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah proses tingkah laku, yaitu perubahan yang terkait dengan aspek pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skill).Menurut kimble belajar adalah perubahan yang
relatif permanen di dalam behavioral potentionality (potensi behavioral) sebagai akibat dar reinforced
practice (praktik yang diperkuat).18 Sedangkan menurut R. Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.
Sedangkan menurut Howard L. Kingsley learning is the process by which behavior (in the broader
sense)is originated or changed through practice or training (Belajar adalah proses dimana tingkah
laku (dalam arti luas) di timbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan). 19 Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman. 20 Sebagaimana Firman Allah sebagai
berikut:
\ْ ‫اج ٗدا َوقَٓائِ ٗما\ يَ ۡح َذ ُر ٱأۡل ٓ ِخ َرةَ َويَ ۡرج‬
‫ُوا َر ۡح َمةَ َربِّ ِۗۦه قُ ۡل ه َۡل يَ ۡس\ت َِوي\ ٱلَّ ِذينَ يَ ۡعلَ ُم\ونَ َوٱلَّ ِذينَ اَل‬ ِ ‫ت َءانَٓا َء ٱلَّ ۡي ِل َس‬ ٌ ِ‫أَ َّم ۡن هُ َو ٰقَن‬
٩‫ب‬ ِ َ‫وا ٱأۡل َ ۡل ٰب‬
ْ ُ‫ونَ إِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر أُوْ ل‬
ۗ ‫يَ ۡعلَ ُم‬
Artinya : “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran” (Q.S Az-Zumar:9)

2. Pengertian Hasil Belajar


Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memang peran yang vital. Hampir semua ahli
telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirnnya tentang belajar, serinngkali pula perumusan dan
tafsiran itu berbeda satu sama lain. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukam suatu hasil atau tujuan .
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami dan hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melalui pengubahan kelakukan. Hasil belajar dalam kelas harus

17
SRI ANDAYANI, “PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MI MASYARIQULANWAR 4 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG,” 2018.
18
Supardi US Supardi, “Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Interaksi Tes Formatif Uraian Dan Kecerdasan
Emosional,” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 3, no. 2 (2017).
19
Siti Asrifatunisak, “Efektivitas Penggunaan Kombinasi Metode Ceramah, Drill Dan Demonstrasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti Siswa SMPN 2 Tegowanu Kelas VII Materi Shalat Jama’Qashar Tahun
Ajaran 2018/2019,” 2019.
20
Aprida Pane and Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran,” Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman 3, no. 2 (2017): 333–52.
12

dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi diluar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat
mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesugguhnya. 21
Hasil belajar sering digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang
sudah diajarkan. Untuk mengetahui hasil belajar perlu dilakukan pengukuran atau evaluasi yang
dilakukan secara berkala. Pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk melihat hasil belajar secara kuantitatif
atau angka yang diperoleh siswa. Hasil belajar peserta didik pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku. Tingkah laku dalam hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik.22
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang didapat melalui pengajaran. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, guru
harus melakukan suatu tes hasil belajar untuk mengukur tingkat keberhasilan dan ketercapaian dalam
proses belajar mengajar. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya dalam jangka waktu tertentu. 23
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang didapat melalui pengajaran. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, guru
harus melakukan suatu tes hasil belajar untuk mengukur tingkat keberhasilan dan ketercapaian dalam
proses belajar mengajar. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya dalam jangka waktu tertentu
Soedijarto menyatakan “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”.
Sejalan dengan pendapat tersebut Hamzah B. Uno menyatakan “hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan
lingkungannya”
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran
demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat ditetapkan pada
berbagai bidang termasuk pendidikan
Pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan tes hasil belajar. Yang dimaksud tes hasil
belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasilhasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. 24
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
yang dialami siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Perubahan disebabkan karena dia
mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil
belajar yang diamati pada penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif. 25

3. Jenis Hasil Belajar

21
Hesti Yulianti, Cecep Darul Iwan, and Saeful Millah, “Penerapan Metode Giving Question And Getting Answer
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam,[SL] 6, no. 2 (2018): 197–216.
22
Mohamad Sodik, Yosef Farhan Dafik Sahal, and N Hani Herlina, “Pengaruh Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL] 7,
no. 1 (2019): 97–112.
23
Darmawan Harefa, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Pembelajaran Kooperatif Make A Match Pada
Aplikasi Jarak Dan Perpindahan,” Geography: Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan 8, no. 1 (2020): 01–18.
24
M Suardi, “PENGARUH KEPRIBADIAN GURU PAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH,”
IQRO: Journal of Islamic Education 1, no. 2 (2018): 121–28.
25
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum 2013 Edisi Kedua
(Kencana, 2017).
13

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku pada diri siswa setelah melaksanakan aktivitas
belajar. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar
harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dibagi menjadi beberapa jenis. Gagne dalam
Agus Suprijono menyatakan bahwa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Strategi Kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan
dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut
Menurut Benyamin Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. 26Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
Pengetahuan, menurut Bloom adalah tahapan paling sederhana yang menjelaskan seorang
siswa untuk menjawab pertanyaan dengan pemanggilan kembali atas memori yang telah dihafal
sebelumnya. Memorisasi dapat menyangkut masalah batasan, fakta, aturan, sekuen (urutan),
prosedur, prinsip, dan generalisasi. Pemahaman adalah tahap kedua, yang menunjukan seorang
siswa untuk mengekspresikan suatu prinsip atau konsep dengan kalimatnya sendiri, memberi
contoh atas suatu prinsip atau konsep, implikasi atau konsekuensi.
Penerapan menurut Bloom, adalah suatu tahap aplikasi satu konsep pada situasi yang
baru, penggunaan rumus pada matematika dan fisika, dan sebagainya. Analisa adalah tahap
keempat, adalah kemampuan siswa untuk menjabarkan informasi menjadi bagian-bagian pokok,
menemukan asumsi, membedakan fakta dengan opini, meliput hubungan sebab akibat,
merumuskan style suatu karya tulis, dan sebagainya.
Sintesis, bertolak belakang dari analisa, adalah kemampuan siswa untuk membuat
komposisi, menyiapkan karangan, menyusun hipotesis, dan sintesa pengetahuan. Dalam tahap
kelima ini, siswa diharapkan memiliki perspektif wawasan yang luas. Evaluasi adalah tahap
yang paling komplek dalam kognitif, yang melibatkan pemberian value judgment dari data
dalam bentuk kesimpulan. Dalam tahap ini siswa mengevaluasi informasi berdasar kriteria
konsistensi. Kesulitan terbesar justru dari pihak guru dalam menguji kembali, apakah proses
evaluasi yang dilakukan oleh siswa telah memenuhi syarat atau belum.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Kesediaan untuk menerima (atau menolak) adalah tahap pertama siswa menjadi sensitif
pada suatu rangsangan. Kategori kesediaan dapat diurutkan memberi perhatian, menerima dan
memberi perhatian yang agak terpilih (terseleksi). Memberi tanggapan adalah memberi ekspresi
atas suatu rangsangan. Ekspresi yang diberikan secara bertingkat dan karena unsur pengawasan,
tanpa unsur pengawasan dan bahkan secara sukarela. Menilai adalah tahap ketiga dari afektif,
dapat dipilahkan antara kesediaan memberi penilaian dengan komitmen yang masih bersifat

26
Rinto Hasiholan Hutapea, “Instrumen Evaluasi Non-Tes Dalam Penilaian Hasil Belajar Ranah Afektif Dan
Psikomotorik,” BIA’: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 2 (2019): 151–65.
14

tentatif terhadap suatu individu, fenomena ataupun kepercayaan tertentu. Tahap yang lebih dari
sekedar penilaian adalah penilaian dengan penekanan komitmen ataupun ikatan moral.
Organisasi, tahap keempat dari afektif adalah bentukan satu sistem nilai yang disusun
dari interealisasi dan prioritas dari sedemikian banyak nilai yang ada. Pembentukan kearah
sistem nilai melalui suatu proses konsepsionalis sistem nilai terpilih yang kemudian dilanjutkan
mengorganisasikannya kedalam sistem tersebut. Karakterisasi dengan satu nilai adalah secara
sadar peserta didik mengetahui siapa dia, dimana dia berada dan bagaimana dia harus bersikap.
Peserta didik yang sudah sampai tahap ini, sikap yang dibentuk sudah menjadi filosofi
kehidupannya, konsisten dalam kata, perbuatan dan sikap.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerak keterampilan kompleks, dan
gerak ekspresif dan interpretatif.27
Terdapat 6 tahapan psikomotorik, dan sebagian besar guru tidak perlu
mempertimbangkan tahap 1 dan tahap 2 karena anak yang normal sudah mencapainya melalui
pendidikan informal. Tujuan instruksional dijabarkan mulai tahap 3 sampai 6.
Tahap pertama adalah gerak reflek yang terjadi akibat rangsang tertentu dari luar dirinya,
ataupun atas perintah dari diri sendiri. Banyak jenis gerakan reflek, ada yang bersifat terpotong-
potong (segmental), terintegrasi (tersegmental), dan suprasegmental (responsif terhadap
rangsangan). Gerak dasar, sebagai tahap kedua, adalah gerak otot yang bersifat
mempertahankan aktivitas kehidupan manusia, semisal jalan, merangkak, meloncat, dan
sebagainya (locomotoric movements), gerak dinamis memerlukan modifikasi karena lingkungan
(non locomotoric movements) serta gerak terkoordinasi, semisal menggambar dan sebagainya
(manipulative movements ).
Kemampuan perseptual, sebagai tahap ketiga, adalah kombinasi kemampuan kognitif dan
motorik, berawal dari perhatian dirinya, perhatian diri terhadap lingkungan diskriminasi visual
(membedakan bentuk dan detail), memori visual, diskriminasi latar belakang dengan figur
sampai aktivitas yang terkordinasi.
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan dan skill yang lebih tinggi. Kemampuan fisik dapat berwujud ketahanan, kekuatan,
fleksibilitas, dan kecepatan. Gerak skill (terampil), sebagai tahap kelima, adalah yang dibentuk
melalui belajar, dari gerak yang sederhana, gerak gabungan dan gerak terpadu. Olahraga, tari,
dan gerak rekreatif, termasuk gerak skill . Komunikasi nondiscursive , sebagai tahap tertinggi,
adalah gerak komunikasi yang sarat arti baik ekspresi muka dan postur dan sebagainya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor
eksternal). 28 Hal ini dapat diuraikan sebagaimana disebutkan oleh Djaali sebagai berikut :
a. Faktor dari dalam diri, yang meliputi kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, serta cara belajar
1) kesehatan, kesehatan dapat memengaruhi belajar seseorang. Apabila orang tersebut sedang
sakit, maka akan mengakibatkan tidak ada motivasi dalam belajar. Hal ini juga berdampak pada

27
Winoto Noer Adha and Hermintoyo Hermintoyo, “Tanggapan Dalam Pemahaman Informasi Pada Gambar Ilustrasi
Di Instagram,” Jurnal Ilmu Perpustakaan 6, No. 4 (2019): 301–10.
28
Ahmad Syafi’i, Tri Marfiyanto, And Siti Kholidatur Rodiyah, “Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai
Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi,” Jurnal Komunikasi Pendidikan 2, No. 2 (2018): H 115–23.
15

psikologis, karena dalam tubuh yang kurang sehat maka akan mengalami gangguan pula pada
pikiran.
2) inteligensi, faktor inteligensi dan bakat sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi dan bakat yang tinggi dapat memberikan
pengaruh terhadap hidupnya
3) minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu merupakan dasar untuk mencapai
tujuan. Sedangkan motivasi merupakan dorongan dari dalam maupun luar diri seseorang,
umumnya motivasi itu timbul karena adanya keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu
4) cara belajar, teknik atau cara yang dilakukan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Cara
belajar meliputi bagaimana bentuk catatan yang dipelajari dan pengaturan waktu belajar,
tempat serta fasilitas belajar lainnya. Cara belajar yang baik akan tercipta kebiasaan yang baik
dan dapat meningkatkan hasil belajar yang baik pula. 29
b. Faktor dari luar diri, meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar
1) keluarga, situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak, serta famili) sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan, status ekonomi, rumah kediaman,
persentase hubungan dengan orang tua, perkataan, dan bimbingan orantua, mempengaruhi
pencapaian hasil belajar anak.
2) sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrument pendidikan, lingkungan
sekolah, dan rasio guru dan murid per kelas, mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
3) masyarakat, apabila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan mendorong anak lebih giat belajar
4) lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk,
dapat menunjang proses belajar.30

C. Tematik
1. Pengertian Tematik
Respons dunia pendidikan terhadap perkembangan zaman ialah dengan melakukan pergantian
kurikulum. Ini yang menjadi salah satu faktor mengapa secara berkala, kurikulum pendidikan
diperbarui untuk dikembangankan dengan menonjolkan aspek yang dipandang lebih baik dan
meminimalisasi kekurangan dan kelemahan dari kurikulum sebelumnya.
Pada saat ini pendidikan di Indonesia mengalami perubahan kurikulum yang awalnya
memakai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sekarang menjadi kurikulum 2013 (Tematik).
Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini
adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dengan cara sengaja
mengaitkan atau memadukan beberapa kompotensi dasar (KD) dan indikator dari kurikulum atau
standar isi (IS) dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Dengan
adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik

29
Dina Gasong, Belajar Dan Pembelajaran (Deepublish, 2018).
30
Siti Samsiah and Rendy Rinaldy Saputra, “ANALISIS HUBUNGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL DENGAN
PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS V SD N 4 TALANG OGAN SUMBER JAYA,” JPGMI
(Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Multazam) 6, no. 1 (2020): 16–29.
16

diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.
Kegunaan pembelajaran tematik adalah peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema tertentu, peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompotensi dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik serta peserta didik mampu merasakan
manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas, peserta didik
lebih bergairah karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus. 31
Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif
sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. 32 Manfaat pembelajaran tematik adalah dengan
menggabungkan beberapa komponen dasar antara indikator serta isi mata pembelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi, peserta didik mampu melihat hubungan
hubungan yang bermakna sebab isi/materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat. Bukan
tujuan akhir, dengan adanya pemaduan antara mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin
baik dan meningkat.
Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang lainnya sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berangkat dari
suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep,
baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya. 33
Tema menjadi pokok pembicaraan atau gagasan yang mudah memusatkan siswa pada satu tema
tertentu. Pembelajaran tematik lebih menekan pada keterlibatan siswa secara aktif. Siswa tidak hanya
dijadikan objek, tetapi dituntut aktif untuk terlibat langsung di lapangan. Keterlibatan aktif akan
membuat siswa memperoleh pengalaman yang luas. Pengalaman inilah yang akan membawa siswa
mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction)
yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun
kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan otentik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman
kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi sisw

2. Karateristik Pembelajaran Tematik


Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut :
a. Berpusat Pada Peserta Didik
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centerend), hal ini sesuai pendekatan
belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar,
31
Ani Hidayati, “Merangsang Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Dengan Pembelajaran Tematik Terpadu,”
Sawwa: Jurnal Studi Gender 12, no. 1 (2017): 151–64.
32
Mohammad Syaifuddin, “Implementasi Pembelajaran Tematik Di Kelas 2 SD Negeri Demangan Yogyakarta,”
Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah 2, no. 2 (2017): 139–44.
33
Hermin Tri Wahyuni, Punaji Setyosari, and Dedi Kuswandi, “Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD,”
Edcomtech Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan 1, no. 2 (2017): 129–36.
17

sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberi kemudahan-kemudahan
kepada peserta didik untuk melalukan aktifitas pembelajaran.
b. Memberi Pengalaman Langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkret ) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan Pembelajaran tidak Begitu Jelas
Dalam pembelajaran tematik antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat yang berkaitan
dengan kehidupan peserta didik.
d. Menyajikan Konsep dari Berbagai Mata Pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran.Demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara
utuh. Hal ini diperluhkan untuk peseta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.34

3. Kelebihan Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting, yaitu:
a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik
b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak didik.
c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Dan dengan pembelajaran tematik dapat mengembangkan ketrampilan berfikir anak didik sesuai
dengan persoalan yang dihadapi.
e. Menumbuhkan ketrampilan sosial melalui kerja sama
f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam
lingkungan anak didik.35

4. Kekurangan Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kekurangan. Kekurangan
dalam pembelajaran tematik adalah:
a. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, ketrampilan metodologis yang handal,
rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara
akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan.
b. Aspek peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam
kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Pembelajaran ini menekankan pada kemampuan
analisis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan
elaboratif (menemukan dan menggali).
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran ini memerlukan bahan ajar atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini menunjang, memperkaya, dan

34
Ani Hidayati, “Merangsang Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Dengan Pembelajaran Tematik Terpadu,”
Sawwa: Jurnal Studi Gender 12, no. 1 (2017): 167.
35
Andi Prastowo, Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu (Prenada Media, 2019) h 65.
18

mempermudah pengembangan wawasan. Jika tidak dipenuhi sarana tersebut, penerapan


pembelajaran ini juga akan terhambat.
d. Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik. Guru
perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik
e. Aspek Penilaian
Pembelajaran tematik memerlukan penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. 36
5. Implikasi Pembelajaran Tematik
Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar membawa beberapa implikasi yang harus
disadari oleh semua pihak.
a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan kecekatan guru mengampu kelas untuk melakukan
perencanaan pembelajaran. Pembelajaran tematik menuntut guru untuk lebih kreatif dalam
menyiapkan materi pembelajaran, memilih kompetensi dari berbagai pelajaran, serta mengemas
dan menyuguhkan mata pelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan membuat siswa
gembira.
b. Implikasi bagi siswa
Siswa harus mengikuti proses pembelajaran yang bisa memungkinkan bekerja secara individu,
kelompok atau bahkan cara-cara klasik. Semua itu tergantung pada sejauh mana kemampuan
guru untuk mencari pilihan yang terbaik bagi siswa dalam mencari metode pembelajaran. Yang
terpenting siswa bisa mengikuti pembelajaran secara variatif.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan prasarana yang lebih kompleks. Pembelajaran
tematik memerlukan desain khusus maupun sumber belajar yang ada di lingkungan yang siap
dimanfaatkan secara praktis. Pembelajaran ini memerlukan media pembelajaran yang bervariasi
untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
d. Implikasi terhadap pengaturan ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar
suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang ini meliputi; penyesuaian pengaturan ruangan
dengan tema yang akan disajikan, pengaturan bangku peserta didik yang sesuai dengan tema,
kegiatan bisa dilakukan bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar
kelas.
e. Implikasi terhadap pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, bersifat inovativ, kreatif, efektif dan
menyenangkan sesuai dengan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sutau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.37. Selanjutnya adapun hipotesis pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :

36
Asriana Harahap, “ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR ISLAM DARI PERSPEKTIF
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU,” Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman 5, no. 1 (2020): 96–105.
37
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”, (Bandung : Alfabeta, 2018) H 63
19

1. Ho : Metode pembelajaran problem solving tidak dapat meningkatkan efektivitas untuk hasil
belajar Tematik pada siswa kelas III di MIN 2 Bandar Lampung.
2. Ha : Metode pembelajaran problem solving dapat meningkatkan efektivitas untuk hasil belajar
Tematik pada siswa kelas III di MIN 2 Bandar Lampung.
Hipotesis statistik :
Ho : p1 = p2
Ha : p1 ≠ p2

Anda mungkin juga menyukai