PANDUAN PERENCANAAN
STRUKTUR IPLT
DAFTAR ISI
iii
Jenis Pondasi .......................................................................................................................... 9
Pondasi Dangkal .............................................................................................................. 10
Pondasi Sumuran............................................................................................................. 13
Pondasi Dalam ................................................................................................................. 13
Daya Dukung Izin Tanah ..................................................................................................... 20
Penurunan (Settlement) ..................................................................................................... 23
Penurunan Total .............................................................................................................. 23
Penurunan elastik............................................................................................................ 24
Penurunan Segera Pondasi Kelompok Tiang pada Tanah Pasir .................................. 25
Penurunan Segera Pondasi Kelompok Tiang pada Tanah Lempung .......................... 25
Persyaratan Struktur dari Pondasi .................................................................................... 26
Pengaruh Muka Air Tanah .................................................................................................. 28
Penentuan Pondasi Daerah Khusus ................................................................................... 29
Daerah Rawa .................................................................................................................... 29
Daerah Pesisir .................................................................................................................. 31
Daerah Perbukitan .......................................................................................................... 31
6. Desain dan Analisis Kestabilan Lereng .................................................................................... 135
Kriteria Faktor Keamanan ................................................................................................ 135
Aplikasi ............................................................................................................................... 136
Analisa Kestabilan Lereng Tanah ..................................................................................... 137
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Kesetimbangan ..................................... 137
Analisis kestabilan Lereng dengan Metode Elemen Hingga ...................................... 141
Analisa Kestabilan Lereng Batuan ................................................................................... 142
Alternatif Perkuatan Lereng ............................................................................................. 144
Dinding Penahan Tanah ................................................................................................ 144
Perkuatan Mekanik Tanah (Geotekstil) ...................................................................... 135
7. Perbaikan Tanah........................................................................................................................ 136
Kriteria Penentuan Jenis Perbaikan Tanah ..................................................................... 136
Jenis-Jenis Perbaikan Tanah ............................................................................................. 137
Pemantauan ....................................................................................................................... 144
Referensi ............................................................................................................................................ 163
iv
5. Perencanaan Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas sebagai
sarana meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas ke dasar tanah yang
cukup kuat untuk mendukungnya. Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan
keadaan tanah di sekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak
tanah padat yang mendukung pondasi.
Karakteristik tanah
Jenis Pondasi
Perencanaan dalam pemilihan pondasi suatu bangunan ditentukan berdasarkan
jenis tanah, kekuatan, dan daya dukung tanah serta beban bangunan itu sendiri. Pada
tanah yang memiliki daya dukung baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi
yang sederhana. Jika tanahnya labil dan memiliki daya dukung yang jelek, maka
penentuan pondasinya juga harus lebih teliti. Pondasi suatu konstruksi bangunan harus
mampu menahan beban berikut:
beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah;
beban mati (dead load), atau berat sendiri bangunan;
beban hidup (live load), atau beban sesuai fungsi bangunan;
beban gempa;
beban angina;
gaya angkat air; dan
domen dan torsi.
Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah struktur bangunan paling bawah yang berfungsi
meneruskan (mendistribusikan) beban bangunan ke lapisan tanah yang berada relatif
dekat dengan permukaan tanah. Pondasi dangkal digunakan apabila lapisan tanah keras
yang mampu mendukung beban bangunan di atasnya, terletak dekat dengan permukaan
tanah, serta sesuai untuk digunakan pada jenis struktur yang tidak terlalu berat dan juga
tidak terlalu tinggi. Bentuk pondasi biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan dan
jenis tanahnya. Secara umum pondasi dangkal dapat berbentuk:
a. pondasi telapak;
b. pondasi menerus;
c. pondasi lingkaran; dan
d. pondasi rakit.
Untuk mengukur daya dukung pondasi perlu dilakukan analisis daya dukung
pondasi menggunakan Teori Terzaghi (1943), sebagai berikut:
qult = c Nc Sc + q Nq + 0,5 γ B Nγ Sγ
Nilai faktor daya dukung tanah merupakan fungsi dari besarnya nilai sudut geser dalam
tanah tersebut. Terzaghi memberikan rekomendasi nilai Nc, Nq dan Nγ dalam Tabel 5-1.
, derajat Nc Nq N Kp
0 5,7 1,0 0,0 10,8
5 7,3 1,6 0,5 12,2
10 9,6 2,7 1,2 14,7
15 12,9 4,4 2,5 18,6
20 17,7 7,4 5,0 25,0
10
25 25,1 12,7 9,7 35,0
30 37,2 22,5 19,7 52,0
34 52,6 36,5 36,0
35 57,8 41,4 42,4 82,0
40 95,7 81,3 100,4 141,0
45 172,3 173,3 297,5 298,0
48 258,3 287,9 780,1
50 347,5 415,1 1153,2 800,0
Pondasi dangkal memiliki beberapa bentuk. Pada Tabel 5-2 diberikan rekomendasi nilai
Sc dan Sγ oleh Terzaghi.
Tabel 5-2 Faktor Bentuk Pondasi Terzaghi
Bentuk Sc S
Pondasi Menerus 1,0 1,0
Pondasi Lingkaran 1,3 0,6
Pondasi Sujur Sangkar 1,3 0,8
Sumber: Terzaghi, 1943
11
Gambar 5-1 Perhitungan Pondasi Dangkal
Penyelesaian:
a. Kondisi keruntuhan geser umum
Untuk φ = 20o, dari Tabel 5-1 diperoleh:
Nc = 17,7; Nq = 7,4; Nγ = 5
po = 1,5 x 17,8 = 26,7 kN/m2
12
qun = 332,4 – 26,7
qun = 305,7 kN/m2
Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran yang merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi dalam, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang
relatif dalam. Pondasi tersebut juga merupakan pondasi khusus dengan beberapa kondisi
yang cocok untuk diterapkan pondasi sumuran ini, diantaranya:
a. pada kondisi tanah keras dengan kedalaman pondasi lebih dari 3 m, sedangkan
pondasi dangkal lainnya memerlukan galian tanah yang terlalu dalam dan lebar.
b. pada daerah yang memiliki muka air tanah tinggi, dengan pertimbangan bahwa
konstruksi plat beton akan sulit dilaksanakan karena air di lubang galian harus
dipompa terlebih dahulu.
Untuk pondasi sumuran dengan Df > 5B, daya dukung pondasi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Pu’ = Pu + Ps
Pu’ = qu Ap + π Dfs Df
di mana: Pu’ = beban ultimate total untuk pondasi dalam (kN)
Pu = beban ultimate total untuk pondasi dangkal (kN)
Ps = perlawanan gesekan pada dinding pondasi (kN)
qu = daya dukung pondasi dangkal (kN/m2)
Ap = luas dasar pondasi (m2)
D = B = lebar pondasi (m)
fs = faktor gesekan (Tabel 5-3)
Df = kedalaman pondasi (m)
Tabel 5-3 Faktor Gesekan Dinding
Jenis Tanah fs (kg/cm2)
Lanau dan lempung lunak 0,07–0,30
Lempung sangat kaku 0,49–1,95
Pasir lepas 0,12–0,37
Pasir padat 0,34–0,68
Kerikil padat 0,49–0,96
Sumber: Terzaghi, 1943
Pondasi Dalam
Pondasi dalam suatu bangunan konstruksi mempunyai peranan penting karena
berfungsi sebagai penahan atau penopang beban bangunan yang ada di atasnya untuk
diteruskan ke lapisan tanah yang ada di bawahnya. Untuk menghasilkan bangunan yang
kuat dan kokoh, pondasi suatu bangunan harus direncanakan dengan baik. Perencanaan
pondasi dalam harus memenuhi 3 kondisi berikut ini:
i. faktor keamanan terhadap keruntuhan, baik untuk tiangnya maupun untuk tanah
pendukungnya;
13
ii. penurunan total dan beda penurunan dari pondasi akibat beban kerja; dan
iii. keamanan dan stabilitas dari bangunan di sekitarnya.
Pondasi dalam dipilih sesuai dengan jenis bangunan dan jenis tanahnya, secara umum
jenis pondasi dalam meliputi:
- Tiang Pancang
Penggunaan tiang pancang untuk suatu pondasi bangunan sangat tergantung pada
kondisi berikut ini:
tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung;
tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada di
atasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari
permukaan tanah;
pembangunan di atas tanah yang tidak rata; dan
memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak ke atas.
- Tiang Bor
Pondasi tiang bor adalah pondasi dalam yang dibangun di dalam permukaan tanah
sampai kedalaman tertentu dengan membuat lubang melalui pengeboran tanah.
Setelah elevasi kedalaman pengeboran tercapai kemudian pondasi tiang bor
dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap lubang yang sudah dibor.
b. Kelompok Tiang
Pengaruh kelompok tiang harus diperhitungkan dalam merencanakan daya dukung
kelompok tiang dan penurunan kelompok tiang dengan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
- Daya dukung kelompok tiang diperoleh dari total daya dukung tiang tunggal
dikalikan jumlah tiang dan dikalikan dengan faktor efisiensi kelompok tiang.
- Efisiensi tiang bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
Jumlah, panjang, diamter, susunan, dan jarak tiang.
Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).
Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang (tiang pancang atau tiang bor).
Urutan pemasangan tiang.
Karakteristik tanah.
Waktu setelah pemasangan.
Interaksi antar pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.
15
Arah dari beban yang bekerja.
Pada kelompok tiang, jarak antar tiang umumnya ditentukan sebagai berikut:
1) Metode pemasangan (dipancang atau melalui pemboran)
Jarak antar tiang dapat lebih rapat dengan metode pemancangan. Sementara
metode pemboran, jarak antar tiang harus cukup jauh (minimum 3D) untuk
menghindari adanya pengaruh ke lubang pemboran lainnya sewaktu pengecoran.
2) Daya dukung kelompok tiang
Semakin besar jarak antar tiang (lebih besar dari 3D) maka efisiensi dari
kelompok tiang akan semakin besar.
3) Ujung tiang tidak mencapai tanah keras maka jarak tiang minimum ≥ 2 kali
diameter tiang atau 2 kali diagonal tampang tiang.
4) Ujung tiang mencapai tanah keras, maka jarak tiang minimum ≥ diameter tiang
ditambah 30 cm atau panjang diagonal tiang ditambah 30 cm.
Untuk pondasi tiang jarak antara as ke as tiang tidak boleh kurang dari keliling tiang
atau untuk tiang berbentuk lingkaran tidak boleh kurang dari 2,5 kali diameter tiang.
Efisiensi kelompok tiang didefinisikan sebagai:
( )
E = ∑
di mana: Eg = faktor efisiensi
Qg(u) = daya dukung ultimate kelompok tiang (kN/m2)
Qu = daya dukung ultimate tiang tunggal (kN/m2)
16
Gambar 5-3 Efisiensi Kelompok Tiang
Sumber: Slide Pondasi Dalam, Binus
17
Sedangkan pada pondasi tiang pancang, tahanan gesek dengan s < 3D maka faktor
efisiensi ikut menentukan.
Q = n. Q . E
di mana: Qg = beban maksimum kelompok tiang
n = jumlah tiang dalam kelompok
Qa = kapasitas dukung izin tiang
Eg = efisiensi kelompok tiang
Dari kedua persamaan di atas, nilai yang digunakan adalah hasil perhitungan dengan
terkecil. Kelompok tiang dalam tanah lempung yang bekerja sebagai blok dapat
dilihat pada Gambar 5-4 berikut.
Contoh Perhitungan
Tentukan daya dukung ultimate dari beton berdiameter 800 mm, tiang bor
diperlihatkan pada Gambar 5-5. Asumsikan Lcr = 15 x diameter; dan sudut geser
tiang = 0.75φ’.
18
Gambar 5-5 Perhitungan Tiang Bor
- Lcr = 15 x 0,8 = 12 m
19
Gambar 5-6 Korelasi Cu dan α
20