PENDAHULUAN
akan terus bekerja tanpa henti, tenaga yang dikeluarkan mesin berasal dari
perubahan energi mekanik, yaitu ledakan campuran bahan bakar udara diruang
Adanya kopling motor bisa berhenti dan bergerak bila pedal kopling
mati,kondisi ini sering memang terjadi pada saat lampu merah. Adanya koping
memungkinkan penyaluran tenaga mesin sesuai kebutuhan, apakah itu cepat atau
lambat. Bila tak ada kopling bias dipastikan pengemudi akan susah
kuda.
Bentuk dari kopling tidak terlalu besar terdiri dari beberapa komponen
realease fork, dan ben hoursing. Dan yang paling popular adalah plat gesek yang
kopling Yamaha Jupiter MX. Berdasarkan lama pemakaian kopling efisiensi dan
1
umur plat gesek. Dalam perencanaan ini juga memperhatikan akan factor
1.2 Tujuan
kopling Yamaha Jupiter MX juga untuk memahami fungsi dan kegunaanya dari
bagian-bagian komponennya.
Dengan batasan masalah yang dihadapi yaitu bagaimana cara kerja kopling
dan komponennya:
1. Perhitungan poros
2. Perhitungan spline
4. Perencanaan pegas
Untuk merancang ujung kopling ini penulis melakukan beberapa hal yaitu:
kegunaan.
2
2. Memahami kelemahan kopling Yamaha Jupiter MX.
penulisan.
BAB III : Cara kerja kopling; berisi uraian singkat tentang cara kerja
3
BAB II
LANDASAN TEORI
berpungsi sebagai penerus putaran dan daya suatu poros penggerak keporos yang
kopling adalah:
1. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu system penggabungan antar dan poros yang
sifatnya tetap, dimana kopling ini dapat diputuskan dan disambung apabila poros
penggeraknya dihentikan.
4
2.2.1 Kopling Kaku
dengan dengan sumbu yang segaris, kopling ini dipakai poros mesin dan transmisi
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling bus yang mana yang satu
masuk kerumah pengikat, gunanya sewaktu kopling ini berputar antara rumah
pengikat, gunanya sewaktu kopling ini berputar antara rumah yang satu dengan
yang lain dapat berputar dengan serentak dan baut pengikatnya tidak begitu besar
5
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling flens kaku hanya saja antara
Kontruksi dari kopling ini dimana poros penggerak dengan poros yang
digerakan diikat dengan satu tabung pengikatnya tidak mengalami gesekan atau
poros dapat berputar dengan baik tanpa menjadi kejutan sewaktu awal berputar
antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan, pada kopling ini perlu
6
Gambar 2.3 Kopling Bus (Sularso, 1997)
Bentuk rumahnya sama dengan kopling kaku pada rumah kopling yang
satu dengan pengikat yaitu dengan baut dan dipasang bus karet atau kulit, sebagai
penghubung antara baut dengan dinding Flens yang lain. Fungsi dipasang bus
karet atau kulit pada penghubung adalah agar sewaktu berputar baut pengikat
tidak terjadi kejutan yang besar dengan kata dapat mengurangi sedikit kejutan.
2.2.6 Kopling Karet Ban
yang digerakkan dipasang karet dan pada saat berputar kejutan sangat kecil sekali.
Kopling ini sebagai untuk masing-masing poros, dipasang karet ban dan
pada kopling karet ban ini kejutan sewaktu berputar tetap kecil.
2.2.8 Kopling Universal Hook
poros.
Kopling tidak tetap adalah suatu system penyambungan antara sua poros
yang sifatnya tidak tetap, dimana kopling dapat diputuskan dan disambung tanpa
2. Pemutusan dapat dilakukan pada saat poros berputar maupun pada saat
Kopling ini dapat meneruskan dalam dua arah putaran tetapi tidak dapat
9
2.3.2 Kopling Cakar Spiral
Kopling cakar spiral ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi
hanya dapat untuk datu arah putaran tertentu daja, namun jika demikian karena
timbulnya tumbukan yang besar jika dihunungkan dalam keadaan berputar, maka
cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan jika poros penggerak
10
2.3.3 Kopling Pelat
Pada kopling ini dalam kerjanya untuk memutuskan daya (momen) dengan
berlebihan pada poros penggerak pada saat dihubungkan dapat dihindari selain itu
juga dapat dihindari terjadi skip dan juga kopling ini sekaligus berfungsi sebagai
pembatas.
gesek bekerja dalam keadaan kering. Kondisi basah tersebut apabila plat gesek
kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan mempunyai
keuntungan, dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen
11
2.3.5 Kopling Freewhell
dalam satu arah putaran, sehingga putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah
atau tak dapat diteruskan. Cara kerjanya dapat berdasarkan atas efek dari bola
voul.
12
2.4 Pemilihan Jenis Kopling
poros baik dalam keadaan diam (tidak berputar) maupun dalam keadaan berputar.
BAB III
13
CARA KERJA KOPLING
14
1. Plat penekan
2. Washer of spline
3. Washer of latter
4. Poros
5. Pusat kopling
6. Rumah kopling
9. Ring
12. Pegas
Langkah awal dari kerja kopling ini adalah berasal dari poros engkol dan
akan diteruskan kerumah kopling melalui sistem roda gigi. Rumah kopling
merupakan dudukan plat gesek asbes. Plat penekan tidak berhubungan langsung
dengan rumah kopling, plat penekan merupakan dudukan plat gesek baja.
Rumah kopling dan plat penekan akan berhubungan apabila plat gesek
baja dan plat gesek asbes dipasang berselang-seling, dan merapat karena ditarik
15
Apabila pin penekan ditekan kedalam maka pegas akan meregang
sehingga akibat tekanan ini, maka pusat kopling dan pusat penekan akan bergerak
sesuai dengan tekanan pin penekan maka terjadi sentuhan yang rapat antara plat
gesek baja dengan plat gesek asbes sehingga putaran terputus antara poros engkol
dan sumbu roda gigi.Apabila plat penekan dilepas maka rumah kopling dan plat
penekan akan merapat kembali dan putaran poros engkol dan poros roda gigi akan
berhubungan kembali.
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN
16
Poros sebagai komponen pemindah daya dan putaran harus diperhatikan
jenis bahan yang digunakan, besarnya bahan poros dibual dari baja yang
mempunyai sifat tahan terhadap beban lentur mempunyai elastisitas yang baik dan
Pada perencanaan ini daya yang ditransmisikan P(kW) dan putaran n(rpm)
dengan :
1PS = 0,736 kW
0,736
P =12,14Ps×
1Ps
= 8,93504 kW
Daya rencana :
Pd = fc x P
17
Momen puntir :
Pd
T = 9,74 x 10
5
×
n …………………………………..(Sularso, 1997)
× 8,93504kW
T = 9,74×10 5
8500rpm
T =1023,850 kg.mm
Maka kekuatan tarik dari bahan poros S35C yang diperlakukan panas
adalah σ = 52 kg/mm
2
(terlihat di tabel 4.1)
B
( kg/mm )
2
Baja karbon S30C Penormalan 48
18
Mesin S40C Penormalan 55
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 64
Faktor Keamanan :
2.Akibat adanya alur pasak Sf = 1,3 s/d 3,0 maka diambil 2,0
2
σ B
τ =
a Sf × Sf 2
1
τ = 52kg / mm 2
a
6,0 × 2,0
τ a = 4,33 kg/mm2
Faktor koreksi yang disarankan ASME dipilih Kt = 1,0 s/d 1,5 dipilih Kt
1,5
19
Faktor koreksi akibat kelenturan Cb = 1,2 s/d 2,3 maka diambil 2,0 karena
Diameter poros :
1/3
5,1× Kt×Cb×T (mm)
ds =
τ a
ds = 3617,7601/3(mm)
ds = 15,35 mm
diameter poros.
35 55 560
14
*5,6 *35,5 56 140 *355
20
(15) 150 360
(17) 170
18 63 180 630
*6,3
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
akan
Jika diameter poros adalah 16 mm maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :
5,1×T
τ=
ds 3
21
5,1×1023,850
τ=
163
τ = 5221,635
4096
τ = 1,274kg/mm2
Dalam hal ini diperolehτ a >τ ( 4,33 kg/mm 2 >1,274 kg/mm 2 ). Berarti
poros dalam keadaan aman maka bahan S35C yang dapat dipakai.
Spline berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran tanpa terjadi slip dari
berikut:
Lebar spline :
b = 0,25 x ds
= 0,25 x 16
= 4 mm
Panjang spline :
22
L = 0,75 x ds
= 0,75 x 16
= 12 mm
Tinggi spline :
h = 5 mm
Diameter spline :
D = 0,8
D = ds
0,8
16
D=
0,8
D = 20 mm
Gaya tangensial ( Ft ) :
2T
Ft = ds
2×1023,850kg / mm
=
16mm
23
=127,981 kg
2 = 2,0 (diambil)
σ B
τ =
a Sf × Sf 2
1
τ = 52kg / mm 2
a
6,0 × 2,0
τ a = 4,33 kg/mm2
Ft
τ=
b× L
127,981kg
τ=
4mm×12mm
τ =2,66 kg/mm2
24
perhitungan yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa spline aman
π (ds − n)b
Wn 1 =
n
Wn 1 = 3,14(16 − 6)x4
6
Wn 1 = 20,93 mm
Tegangan puntir (τ ):
p
16xTxD
τ p = π (D 4 − ds 4 )
16×1023,850×20
τ =
p 3,14(20 −16 )
4 4
= 1,104 kg/mm 2
25
Jadi perbandingan tegangan geser dengan tegangan puntir ( τ a = 4,33
kg/mm2 > τ p = 1,104 kg/mm2, maka naf dalam keadaan aman terhadap dudukan
baut.
Plat gesek adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran
Karena laju kehausan plat gesek tegangan pada jenis bahan tekanan kontak,
T = 2.π.F.p.z.b.rm (kg.mm)
3
Dimana :
rm = Jari-jari
26
Jadi :
1023,850
rm = 3
10,55
=4,5 mm
b = 0,4 x rm
b = 0,4 x 4,5
=1,8 mm
b
r1 = rm -
2
27
= 4,5−1,8
2
= 3,6mm
D = 2 x r1
1
= 2 x 3,6
= 7,2 mm
b2
r2 = rm + 2
1,8
= 4,5 +
2
= 5,4 mm
Maka : D = 2 x r2
2
= 2 x 5,4
=10,8 mm
28
π
F = 4 ( D22 – D12 ) p
3,14 (10,8
= − 7,2 )
2 2
4
=178,03
D 2 − D1
L= 2
10,8−7,2
=
2
= 3,6 mm
plat gesek dengan plat baja dengan tekanan. Daya tidak dapat diteruskan bila
29
pegas ditiadakan karena antara plat baja dan plat gesek akan terjadi dan daya tidak
dapat diteruskan.
Dalam perhitungan ini dimana daya tekanan yang diberikan pada pegas
Pr = p . A
Dimana :
p = 3,5 kg/mm2
A = π (D − D )
22 12
4
3,14 (10,82
= −7,2 )
4 2
= 0,785 ( 116,64-51,84 )
= 50,868 mm
Maka : f = p . A
= 3,5 x50,868
=178,038 kg
30
Dalam periyungan ini jumlah pegas ada 4 buah, maka gaya yang tekan pada
masing-masing adalah :
f
P= 4
178,038
=
4
= 44,509 kg
K×8
tg =
d2
Karena :
K×8
D > 2
2
d
K×8×p
d2
π ×tg
1,41×8×44,509
d2 =
3,14×4,33
502,06
d2 =
13,59
d 2 = 36,94
31
d 2 = 36,94
=3,33 mm
D=4xd
= 4 x 3,33
= 13,32 mm
π ×d 3 π ×i×r
P1 = dan f =
16×r 2
d×g
Dimana :
G = Modulus gelincir
i = 6 buah direncanakan
d = diameter pegas
f = lendutan pegas
maka :
32
3,14×44,509×6 2
f =
3,33×10 5
6989,76
=
645000
= 0,0151 mm
D
H= 2
0,0151
=
2
= 0,00755 mm
I1 =(h+2)
= ( 0,00755 + 2 ) x 3,33
= 6,68
I2 =I1 -f
= 6,68 – 0,0151
33
= 6,66 mm.
34