Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATAKULIAH

PERILAKU ORGANISASI INTERNASIONAL

“MENINGKATKAN ORGANISASI DALAM RANGKA


MENINGKATKAN DAYA SAING”

Di susun Oleh :

1. Devi Ariyani
2. Hasanudin
3. Leni Marliani
4. Mega Amelia
5. Saadah

Dosen Pengampu

Dr. Budi Supriyatno, MM., MSi

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SATYAGAMA

JAKARTA

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan karuniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “ meningkatkan organisasi dalam rangka meningkatkan daya saing”.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, saya menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Drs. Budi Supriyatno, MM., MSi selaku dosen Mata Kuliah
“perilaku organisasi internasional” yang telah memberikan waktu dan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran,
kritik dan petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi
lebih baik dikemudian hari.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa
yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………. 1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………. 2
C. TUJUAN……………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGEMBANGAN ORGANISASI…………. 4


B. SASARAN PENGEMBANGAN ORGANISASI……………… 6
C. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN ORGANISASI………... 6
D. TEKNIK PENGEMBANGAN ORGANISASI………………… 7
E. KONSEP KINERJA ORGANISASI…………………………… 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai individu maupun sebuah organisasi, untuk mampu bertahan dan


berkembang di era persaingan ini perlu menunjukkan kinerja yang meningkat.
Sebagai seorang individu, modal dasar untuk mampu menunjukkan kinerja adalah
penguasaan keahlian (kompetensi) yang mencakup: kompetensi secara teknikal
yaitu penguasaan atas bidang keilmuan tertentu seperti bidang teknologi, bidang
hukum, bidang ekonomi, dll. Kompetensi secara manajerial, hal ini dikaitkan
dengan kemampuan seseorang dalam bidang kepemimpinannya untuk
memberdayakan segala sumberdaya yang tersedia. Kompetensi perilaku, dalam
hal ini menyangkut etika, penguasaan emosi, motivasi dan tingkat kebijaksanaan
seseorang. Penguasaan individu atas ketiga hal tersebut, menyebabkan seseorang
akan mampu menunjukan kinerja yang baik dimanapun berada. Dalam sebuah
organisasi yang dibangun oleh sebuah sistem yang terdiri dari SDM, peralatan dan
sarana-prasarana, keuangan, dan mekanisme kerja, akan menjadi sebuah
organisasi yang berkinerja baik jika terjasi sidnergi antara komponen tersebut.
Organisasi yang dinamis akan selslu meningkatkan produktivitasnya serta
mempertahankan hal yang menjadi keunggulan kompetitif mereka.
Memperhatikan sumber daya fisik, keuangan, kemampuan memasarkan, serta
sumber daya manusia adalah beberapa faktor penting yang disyaratkan bagi
organisasi untuk tetap kompetitif (Fisher, Schoenfeldt, dan Shaw, 2006). Banyak
perusahaan dan organisasi bisnis menggunakan konsep dan ide-ide baru untuk
membantu mengelola lebih baik dari hari ke hari kegiatan atau bisnisnya.

Keterlibatan orang pada proses yang baru dapat menyita waktu banyak,
mereka melupakan aspek yang lebih penting, terutama kebutuhan untuk fokus
pada manfaat dan hasil. Pada tahap awal, pemenuhan kualitas sangat menyita
kegiatan, terutama pengisian format-format dan dokumen-dokumen lainnya harus
sesuai dengan manual dokumen mutu. Sehingga fokus pada pengisian dokumen

1
itu sendiri, daripada proses-proses yang semestinya dipahami dan ditingkatkan.
Organisasi perlu untuk berfokus pada elemen-elemen penting kinerja. Meskipun
berbagai metoda pengukurannya berbeda (balanced Scorecard, Six sigma, dll),
yang penting adalah mencapai perbaikan dan perbaikan yang diharapkan,
peningkatan manfaat dan nilai yang harus dicapai.

Dari sudut pandang ekonomi, para ahli sejarah akan mendefinisikan abad
ini sebagai abad produktifitas. Salah satu penyebab terpenting adalah bangkitnya
Jepang sebagai Negara Adidaya Ekonomi, terutama diwarnai dengan terjadinya
refolusi mutu di Jepang. Konsumen amerika lebih menyukai prosduk Jepang, tapi
produsen Amerika tidak menyukainya orang amerika telah mengekspor jutaan
kesempatan kerja dan neraca perdaganganya timpang sehingga dipaksa untuk
melawan refolusi mutu.

Oleh karena itu, meningkatnya persaingan semakin menyadarkan


perusahaan akan mutu. Arti mutu atau kualitas yang semula bersifat netral
perlahan-lahan bergerak kearah yang positif. Dilain pihak, perdebatan tentang
mutu melibatkan permasalahan tentang bagaimana mendefinisikan mutu,
bagaimana mengukurnya, dan bagaimana menghubungkanya dengan laba. Ada
banyak sekali batasan tentang mutu, tetapi tidak satupun yang dapat menjelaskan
dengan tepat apa sebenarnya mutu itu. Dalam arti luas, mutu adalah sesuatu yang
dapat disempurnakan. Untuk Indonesia, kualitas suatu produk tentunya didasarkan
pada merk dan harga, sedangkan harga menjadi factor utama dalam menentukan
pembelian suatu produk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengembangan organisasi ?
2. Bagaimana Sasaran pengembangan organisasi?
3. Bagaimana Tahap-tahap Penerapan pengembangan organisasi?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengembangan organisasi dalam meningkatkan daya
saing
2. Untuk mengetahui sasaran pengembangan organisasi dalam meningkatkan
daya saing
3. Untuk mengetahui Tahap-tahap Penerapan pengembangan organisasi
dalam meningkatkan daya saing

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Organisasi

Pengembangan Organisasi (PO) merupakan cara pendekatan terhadap


perubahan yang berjangka panjang dan lebih luas ruang lingkupnya dengan tujuan
untuk menggerakkan seluruh organisasi ke arah tingkat fungsional yang lebih
tinggi. Karena menyangkut perubahan sikap, persepsi,perilaku dan harapan semua
anggota organisasi, pengembangan organisasi di definisikan sebagai upaya
pimpinan yang terencana dalam meningkatkan efektivitas organisasi, dengan
menggunakan cara intervensi (oleh pihak ketiga) yang didasarkan pada
pendekatan perilaku manusia. Dengan kata lain penerapan pengembangan
organisasi dalam organisasi dilakukan dengan bantuan konsultan ahli, sistemis
,harus didukung oleh pimpinan serta luas aplikasinya.

Teori dan praktik pengembangan organisasi didasarkan pada beberapa asumsi


penting yakni :

 Manusia sebagai individu, Dua asumsi penting yang mendasari


pengembangan organisasi adalah bahwa manusia memiliki hasrat
berkembang dan kebanyakan orang tidak hanya berpotensi , dan
berkeinginan untuk berkontribusi sebanyak mungkin pada organisasi.
pengembangan organisasi bertujuan untuk menghilangkan faktor faktor
dalam organisasi yang menghambat perkembangan dan menghalangi
orang untuk berkontribusi demi tercapainya sasaran organisasi.
 Manusia sebagai anggota dan pemimpin kelompok. Organisasi yang
menerapkan pengembangan organisasi harus berasumsi bahwa setiap
orang dapat diterima dan diakui perannya oleh kelompok kerjanya. Dalam
organisasi perlu ditumbuhkan keterbukaan agar para anggotanya dapat
dengan leluasa mengungkapkan perasaannya dan pikirannya. Dalam

4
keterbukaan , orang akan mendapatkan kepuasaan kerja yang lebih tinggi,
sehingga dengan demikian performansi kelompok akan lebih efektif.
 Manusia sebagai wadah organisasi. Hubungan antar kelompok – kelompok
dalam organisasi menentukan efektivitas masing masing kelompok
tersebut. Misalnya bila komunikasi antar-kelompok hanya terjadi pada
tingkat manajernya , koordinasi dan kerjasama akan kurang efektif
daripada bila segenap anggota kelompok terlibat dalam interaksi.

Makna pengembangan oraganisasi menurut beberapa ahli : (Indrawijaya,


1989:203)

 Robbins, pengembangan organisasi adalah sebuah metode yang bertujuan


mengubah sikap, nilai dan keyakinan dari karyawan sehingga karyawan itu
sendiri dapat mengidentifikasi dan mengimplementasikan perubahan
teknis seperti reorganisasi, fasilitas yang dirancang ulang dan hal-hal yang
dibutuhkan untuk meningkatkan organisasi mereka.
 Christine S. Beckermendefinisikan pengembangan organisasi adalah suatu
proses dari perubahan berencana terhadap orang – orang yang ada yang
ada dalam organisasi secara keseluruhan. Pusat perhatiannya adalah
perubahan organisasi dengan meneliti orang – orang yang ada dalam
organisasi tersebut, mengenai bagaimana mereka bekerja sama sebagai
suatu kesatuan, bagaimana berfungsi dalam unit merek masing-masing,
dan apa yang perlu diubah sehingga mereka dapat bekerja secara efektif.
 French dan Bell, pengembangan organisasi adalah suatu usaha jangka
panjag untuk memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan
pembaharuan organisasi, terutama melalui manajemen budaya organisasi
yang lebih efektif dan kolaboratif dengan tekanan khusus pada budaya tim
kerja formal dengan bantuan agen perubahan (change agent), katalisator,
dan pengguna teori serta teknologi ilmiah kepeilakuan terapan dan
mencakup riset kegiatan.
 Bennis, pengembangan organisasi adalah suatu tanggapan terhadap
perubahan, suaru strategi komplek yang bersifat pendidikan yang

5
dimaksudkan untuk merubah berbagai pandangan, sikap, nilai dan struktur
organisasi, agar organisasi dapat menyesuaikan secara lebih baik dengan
teknologi, pasar dan tantangan-tantangan baru, serta tingkat kesulitan
perubahan itu sendiri.
B. Sasaran pengembangan organisasi

Atas dasar asumsi asumsi diatas, proses pengembangan organisasi


diterapkan dengan sasaran :

 Hubungan yang lebih efektif antara departemen , divisi dan kelompok


kelompok kerja dalam organisasi
 Hubungan pribadi yang lebih efektif antara manajer dan karyawan pada
semaua jenjang organisasi
 Terhapusnya hambatan hambatan komunikasi antara pribadi dan
kelompok
 Berkembangnya iklim yang ditandai dengan saling percaya, dan
keterbukaan yang dapat memotivasi serta menantang anggota organisasi
untuk lebih berprestasi
C. Tahap-tahap Penerapan pengembangan organisasi

Dalam menerapkan pengembangan organisasi, organisasi memerlukan


konsultan yang ahli dalam bidang perilaku dan pengembangan organisasi.
Konsultan tersebut bersifat sebagai agen pembaruan (agent of change), dan fungsi
utamanya adalah membantu warga organisasi menghadapi perubahan, melalui
teknik teknik pengembangan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi
tersebut. Proses penerapan pengembangan organisasi dilakukan dalam empat
tahap :

 Tahap pengamatan sistem manajemen atau tahap pengumpulan data.


Dalam tahap ini konsultan mengamati sistem dan prosedur yang berlaku di
organisasi termasuk elemen elemen di dalamnya seperti struktur,
manusianya, peralatan, bahan bahan yang digunakan dan bahkan situasi
keuangannya. Data utama yang diperlukan adalah :

6
a. Fungsi utama tiap unit organisasi
b. Peran masing masing unit dalam mencapai tujuan dan sasaran
organisasi Proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan tindakan
dalammasing masing unit
c. Kekuatan dalam organisasi yang mempengaruhi perilaku antar
kelompok dan antar individu dalam organisasi
 Tahap diagnosis dan umpan balik. Dalam tahap ini kualitas
pengorganisasian serta kegiatan operasional masing masing elemen dalam
organisasi dianalisis dan dievaluasi.
 Tahap pembaruan dalam organisasi. Dalam tahap ini dirancang
pengembangan organisasi dan dirumuskan strategi memperkenalkan
perubahan atau pembaruan. Strategi ini bertujuan meningkatkan efektivitas
organisasi dengan cara mengoreksi kekurangan serta kelemahan yang
dijumpai dalam proses diagnostik dan umpan balik. Mengingat bahwa
setiap perubahan yang diperkenalkan akan mempengaruhi seluruh sistem
dalam organisasi, bahkan mungkin akan mengubah sistem distribusi
wewenang dan struktur organisasi, rancangan strategi pembaruan harus
didiskusikan secara matang dan mendapat dukungan penuh pimpinan
puncak.
 Tahap implementasi pembaruan. Tahap akhir dalam penerapan
pengembangan organisasi adalah pelaksanaan rencana pembaruan yang
telah digariskan dan disetujui. Dalam tahap ini konsultan bekerja secaa
penuh dengan staf manajemen dan para penyelia.
D. Teknik Pengembangan Organisasi

Untuk melakukan pengembangan organisasi, maka diperlukan cara-cara


atau teknik tertentu. Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bekerja secara efektif antar
individu maupun antar kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik yang sering
digunakan berikut ini.

7
Sensitivity Training; merupakan teknik pengembangan organisasi yang pertama
diperkenalkan dan yang paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-
groupatau training group, group disini berarti peserta terdiri atas 6-10 orang,
pemimpin kelompok membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity)
terhadap orang lain.

Team Building; adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektifitas serta


kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya. Teknik team buildingsangat
membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek.

Survey Feedback; dalam teknik survey ini tiap peserta diminta menjawab
kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya
persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka).

Transcational Analysis (TA); teknik ini berkonsentrasi pada gaya komunikasi


antar individu. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang
buruk dan menyesatkan. Oleh sebab itu, teknik ini mengajarkan cara penyampaian
pesan yang jelas dan bertanggung jawab dengan wajar dan menyenangkan.

Intergroup Activities; fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan


hubungan baik antar kelompok. Dimana ketergantungan antar kelompok yang
membentuk kesatuan organisasi dapat menimbulkan banyak masalah dalam
koordinasi.

Process Consultation; dalam process consultation konsultan pengembangan


organisasi mengamati komunikasi, pola pengambilan keputusan, gaya
kepemimpinan, kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi.

Third-part Peacemaking; dalam menerapkan teknik ini, konsultan pengembangan


organisasi berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara
menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan
atau konflik antar individu dan kelompok.

E. Konsep Kinerja Organisasi

8
Konsep kinerja (Performance) sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of
accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini berarti bahwa,
kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi
dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Mengingat bahwa misi suatu organisasi itu adalah untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja
organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang
dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau
belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang
atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja
dalam organisasinya. Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan
indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa
indikator dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk
menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber
daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara
pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson, 2002).
Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk menilai
organisasi. Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus
dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya,
untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan
keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa
besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan
keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya
adalah seberapa besar efficiency pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu
dan seberapa besar effectivity process yang dilakukan untuk meraih keuntungan
tersebut.

Sementara itu ada indikator yang sering kali digunakan untuk mengukur kinerja
organisasi privat/publik seperti : work lood/demain, economy, efficiency,
effectiveness dan equity (Sclim dan Wood ward, 1992 dalam Keban, 1995)

9
productivity (Perry, 1990 dalam Dwiyanto, 1995). Dalam organisasi publik, sulit
untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai (Fynn, 1986, Jackson dan Palmer,
1992 dalam Bryson, 2002). Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran
organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan
publik, kelihatannya sederhana sekali ukuran kinerja organisasi publik, namun
tidaklah demikian kenyataannya, karena hingga kini belum ditemukan
kesepakatan tentang ukuran kinerja organisasi publik. Berkaitan dengan kesulitan
yang terjadi dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh
Dwiyanto (1995: 1), “kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan
publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan
hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik
memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi
swasta. Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang
berbenturan satu dengan yang lainnya, akibatnya ukuran kinerja organisasi publik
dimata para stakeholders juga menjadi berbeda-beda”. Namun ada beberapa
indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik
(Dwiyanto, 1995) yaitu sebagai berikut :

a) Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga


efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara
input dengan output.

b) Kualitas Layanan

Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi


publik.

c) Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan


masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan

10
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.

d) Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu


dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai
dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990).

e) Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan


organisasi publik tunduk kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat,
asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Kumorotomo (1995) menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman


dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain adalah berikut ini:

a) Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan


publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta
pertimbangan yang berasal dan rasionalitas ekonomis.

b) Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai?


Hal tersebut erat kaitannya dengan organisasi rasionalitas teknis, nilai, misi,
tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

c) Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alikasi layanan yang diselenggarakan


oleh organisasi pelayanan publik.

11
d) Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi


pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah
akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut
secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi
memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Kinerja birokrasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi seperti


dimensi akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas maupun responsibilitas.
Berbagai literatur yang membahas kinerja birokrasi pada dasarnya memiliki
kesamaan substansial yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil
yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu merupakan suatu
konsep yang disusun dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan
fokus dan konteks penggunaannya.

 Konsep Peningkatan Kinerja Organisasi

Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses
tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-
sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan
hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu organisasi. Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan
kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan
administrasi, yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang
pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen.

Sebagai produk dari kegiatan organisasi dan manajemen, kinerja organisasi selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga sangat dipengaruhi oleh proses-proses
administrasi dan manajemen yang berlangsung. Sebagus apapun input yang
tersedia tidak akan menghasilkan suatu produk kinerja yang diharapkan secara
memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan manajemennya tidak bisa

12
berjalan dengan baik. Antara input dan proses mempunyai keterkaitan yang erat
dan sangat menentukan dalam menghasilkan suatu output kinerja yang sesuai
harapan atau tidak. Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa proses manajemen
yang berlangsung tersebut, merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) atau lebih detailnya
lagi adalah planning, organizing, staffing, directing, coordinating, regulating, dan
budgetting (POSDCoRB). Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat
dipengaruhi oleh faktor input dan proses-proses manajemen dalam organisasi,
maka upaya peningkatan kinerja organisasi juga terkait erat dengan peningkatan
kualitas faktor input dan kualitas proses manajemen dalam organisasi tersebut.

Analisis terhadap kondisi input dan proses-proses administrasi maupun


manajemen dalam organisasi merupakan analisis kondisi internal organisasi.
Selain kondisi internal tersebut kondisi-kondisi eksternal organisasi juga
mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Penilaian
terhadap faktor-faktor kondisi eksternal tersebut dapat dilakukan dalam analisis:
(a) kecenderungan politik, ekonomi, sosial, teknologi, fisik, dan pendidikan; (b)
peranan yang dimainkan oleh pihak-pihak yang dapat diajak bekerja sama
(collaborators) dan pihak-pihak yang dapat menjadi kompetitor, seperti swasta,
dan lembaga-lembaga lain; dan (c) dukungan pihak-pihak yang menjadi sumber
resources seperti para pembayar pajak, asuransi, dan sebagainya (Bryson, 1995
dalam Keban, 2001). Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi,
maka pilihan mana yang akan dioptimalkan penanganannya, apakah pada sisi
internal organisasi atau pada sisi eksternal organisasi, itu tergantung pada
permasalahan yang dihadapi organisasi.

 Manajemen Mutu

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan
karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan
produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita
harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan

13
dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara
pengendaliannya. Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau
pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi
tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain,
kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan,
keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya
adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi)
pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.

Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang


menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam
rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran
yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan
mengadakan pelatihan management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas
yang di maksud diatas adalah :

 Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.


 Proses management proyek itu sendiri.

Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak
belajar tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan
kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di
lapangan.

a) Dasar yang Mempengaruhi Hasil

Terdapat 6 unsur dasar yang mempengaruhi hasil (output), yaitu :

1. Manusia

Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya


proses penambahan nilai (value added). Kemampuan mereka untuk melakukan
suatu tugas(task) adalah kemampuan(ability), pengalaman, pelatihan(training),
dan potensi kreativitas yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil(output).

14
2. Metode ( method )

Metode ini harus merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Walaupun seseorang dapat saja
menginterprestasikan

(menerjemahkan) tugas-tugasnya secara berbeda satu sama lain, asalkan saja


pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana.

3. Mesin (machines)

Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai


menjadi output. Dengan memakai mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu
produk, memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, dan kecepatan
proses penyelesaian kerja

4. Bahan (materials)

Bahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah


menjadi output, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan
akan mempengaruhi nilai output yang beragam pula. Bahkan perbedaan bahan
baku (jenisnya) mungkin dapat pula menyebabkan proses pengerjaannya.

Misalnya, pembuatan tas dengan bahan kulit dan kain dapat menyebabkan proses
pembuatan tidak persis sama, artinya ada variasi perbedaan dengan tujuan agar
output yang dihasilkan sangat baik menurut atau sesuai bahan baku yang
digunakan. Bahkan bila bahannya sama-sama kulit, tetapi yang satu kulit buaya
sedang yang lain kulit kambing, mungkin proses pembuatan tas berbeda pula
sehingga hasilnya berbeda dalam mutu maupun bentuk.

5. Ukuran (measurement)

15
Dalam setiap tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar
penilaian, agar setiap tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan
drai standar ukuran tersebut merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja
seluruh tahapan proses produksi, dengan tujuan agar hasil (output) yang diperoleh
sesuai dengan rencana.

6. Lingkungan (environment)

Lingkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil


atau kinerja proses produksi. Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjapun kan
berubah pula. Bahkan factor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi
kelima unsure tersebut diatas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas
pekerjaan.

b) Prinsip Manjemen Mutu

Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.2000 telah melakukan perubahan dengan


menggunakan delapan prinsip Manajemen Mutu sebagai dasar dari versi yang
baru. Dengan demikian kekurangefektifan penerapan sistem Manajemen Mutu
selama ini dapat dikurangi. Delapan prinsip manajemen mutu tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Fokus Pada Pelanggan

Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen organisasi


harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus
memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan..

2. Kepemimpinan

Manajemen dan kepemimpinan (leadership) sering disalah artikan, padahal


keduanya adalah hal yang berbeda, walaupun saling melengkapi. Kinerja
pemimpin (leader) adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan visi yang
mengandung kewajiban untuk mewujutkanya , yang membawa orang lain
ketempat baru, yang memiliki kemampuan untuk mewujutkan visinya kedalam

16
kenyataan. Pemimpin juga harus membuat tujuan perusahaan dengan menciptakan
dan memelihara lingkungan internal yang membuat semua personil terlibat dalam
pencapaian sasaran perusahaan.

3. Keterlibatan Personil

Keterlibatan personil adalah dasar yang dipentingkan dalam prinsip manajemen


mutu. Personel pada semua tingkatan adalah modal utama perusahaan, gimana
keterlibatan kemampuanya secara penuh sangat bermanfaat bagi perusahaan. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memampukan dan memberikan kesempatan
kepada personel untuk merencanakan, menerapkan rencana, dan mengendalikan
rencana pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atau kelompoknya.

4. Pendekatan Proses

Standar Internasional ISO mengembangkan pemakaian pendekatan proses


(process approach) pada masa pembuatan, penerapan, dan peningkatan sistem
manajemen mutu yang efektif. Hal ini dimaksutkan untuk meningkattkan
kepuasan pelanggan dengan memenuhi berbagai persyaratan pelanggan.

Dalam konteks ISO 9000:2000, pendekatan proses meliputi tiga hal yaitu :

a. Proses inti (realization process)

Proses inti berfungsi sebagai increase in value pada organisasi yang dimulai dari
pelanggan eksternal dan kembali kepada pelanggan.

b. Proses pendukung

Proses ini berfungsi sebagai pendukung pada perusahaan, pada proses inti, dan
menghasilkan data, informasi, atau mengatur administrasi yang terprosedur.

c. Proses manajemen (management process)

Karateristik dari proses ini adalah untuk melakukan pengendalian dan pembuatan
keputusan.

17
5. Pendekatan Sistem untuk Pengelolaan

Pendekatan sistem untuk pengelolaan baru dapat dilakukan jika pendekatan proses
telah diterapkan. Dengan kata lain, pendekatan system untuk pengelolaan adalah
kumpulan dari pendekatan proses. Pendekatan system ke manajemen didefinisikan
sebagai pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan system dari proses yang
saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan dengan
efektif dan efisien.

6. Peningkatan berkesinambungan

Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus


menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan berkesinambung didefinisikan
sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan
efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari
organisasi itu. Perbaikan berkesinambung membutuhkan langkah-langkah
konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis dari sistem manajemen
mutu.

7. Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta

Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi
untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu
dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi
sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas
implementasi sistem manajemen mutu.

8. Hubungan Saling Menguntungkan dengan Pemasok

Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan suatu hubungan
yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah. ISO memperbaharui standarnya pada tahun 2000
menjadi lebih seperti sistem manajemen kualitas yang lebih terperinci dan disebut
ISO 9001:2000.

18
c) Peningkatan Standar Mutu

Standar, atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau persyaratan
yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode,
proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula
berupa atau artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi.
Suatu standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standarisasi
nasional. Standar sekunder, tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan
sebagai rujukan dalam system metrology. Suatu kebiasaan, konvensi, produk
perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat
dominan sering disebut sebagai “standar de facto” .

F. Studi Kasus Hubungan Mutu dengan Biaya Produksi

Telah diterangkan diatas bahwa untuk beberapa barang manufaktur terdapat


tahap-tahap proses pembuatan sejak mulai bahan baku, barang setengah jadi, dan
barang jadi. Terdapat hubungan antara bahan baku dan teknologi yang digunakan
dengan tingkat mutu barang akhir. Anda pun mengetahuinya bahwa bahan baku
yang baik tentunya harga per unit nya pun lebih mahal dibandingkan bahan baku
sejenis dengan mutu yang lebih rendah. Dari segi bahan baku saja, anda dapat
simak bahwa harga bahan baku yang lebih mahal dapat menghasilkan mutu
barang akhir yang lebih baik. Namun, akibatnya kita ketahui pula, bahwa barang
yang bermutu baik berarti biaya bahanya pun lebih mahal pula. Hal ini berarti
bahwa harga barang jadi yang mutunya baik, harga jualnya pun akan lebih mahal
pula.

Kasus mengenai hal itu dapat dimkemukakan berikut ini :

 Pada perusahaan roti (baik perusahaan roti kecil, menengah, maupun


besar) menggunakan terigu sebagai bahan baku utamanya, dicampur
dengan garam, telur, dan bahan pengembangnya (instant yeast). Bila
bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan dengan mutu nomor satu,
tentunya rotinya pun baik. Ini berarti harga roti tersebut mahal. Sebaliknya

19
roti yang dibuat dari bahan baku yang kurang baik, mutu rotinya pun
kurang baik pula, sehingga harga rotinya pun harus murah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk
tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.2000 telah melakukan perubahan dengan


menggunakan delapan prinsip Manajemen Mutu sebagai dasar dari versi yang
baru. Dengan demikian kekurangefektifan penerapan sistem Manajemen Mutu
selama ini dapat dikurangi.

Pengembangan Organisasi merupakan proses, pendekatan atau metode yang


bertujuan untuk mengadakan sebuah perubahan dalam sebuah organisasi kearah
yang lebih baik. Dengan penerapan nilai-nilai, ide dan gagasan-gagasan baru yang
lebih signifikan agar organisasi semakin berkembang kearah yang positif dan
maju.

Beberapa ahli telah banyak mengemukakan pendapatnya mengenai


pengembangan organisasi, diantaranya Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro dalam
buku Modern Public Administration, yang mengemukakan bahwa pengembangan
organisasi merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas ilmu sosial terhadap
analisis masalah-masalah organisasi dan pengefektifan perubahan yang diarahkan
dengan menggunakan konsultan-konsultan yang terlatih atau ahli-ahli dalam
perusahaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://dianprase.blogspot.com/2017/05/makalah-kualitas-sebagai-alternatif.html

http://kahfiehudson.wordpress.com/2011/12/18/pengembangan-organisasi/
diakses tanggal 09 Januari 2017

http://sutondoscript.blogspot.com/2011/07/perubahan-dan-pengembangan-
organisasi.html diakses tanggal 09 Januari 2017

Suardi Rudi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, CV Taruna Grafica,


Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai