Anda di halaman 1dari 11

e-ISSN: 2549-9122

Parameter dan Pengujian kebenaran Ilmu


(al-qur’an sebagai parameter kebenaran ilmu)
Oleh:
Husnul Khatimah
Email: husnulkhatimah@gmail.com
STAI Nurul Huda Kapongan

Abstrak

Manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki keistimewaan bila


dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keistimewaan itu ditentukan
oleh akal fikirannya dan hati nuraninya, bukan karena bentuk tubuhnya. Dari akal
tersebut manusia mampu berfikir tentang seluruh apa yang ia butuhkan, baik di
dunia maupun di akhirat, sehingga muncul bermacam-macam pengetahuan yang
berbeda-beda pula sesui dengan tujuan pemenuhan kebutuhan yang manusia
inginkan.
Ilmu-ilmu yang dikaji oleh manusia mempunyai parameter dalam rangka
mencapai kebenaran, dalam hal ini adalah Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an tetap
teruji kebenarannya, walaupun manusia berlomba-lomba menciptakan berbagai
macam teori, mereka tidak akan mampu menandingi Al-Qur’an.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah: Apa yang menjadi parameter kebenaran ilmu, bagaimana cara pengjian
kebenaran dan bagaimana kaitan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan, maka
diketemukan hasil bahwa makna kemukjizatan Al-Qur’an adalah mukjizat yang
dimiliki atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menyagkut keseluruhan dari
bagian Al-Qur’an. Memahami mukjizat yang terkandung di dalam Al-Qur’an
melalui aspek-aspek kemukjizatannya, seperti ada yang berpendapat bahwa
kemukjizatan Al-Qur’an itu terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal yang
gaib. Memahami macam-macam kemukjizatan Al-Qur’an, misalnya kemukjizatan
bahasa, tasyri’i, khabari dan ilmiyah.

Kata kunci: belajar, Perspektif barat, Islam


Parameter dan Pengujian kebenaran Ilmu…..

Pendahuluan. akan ketundukan dan ketaatannya,


Hati kaitannya dengan Ilmu sementara anggota tubuh, mata
Hati mempunyai dua macam misalnya, mematuhi hati dalam hal
tentara: pertama, yang dapat dilihat terbuka atau tertutupnya secara
dengan mata kepala, dan yang kedua, otomatis, tanpa menyadari
tidak dapat dilihat kecuali hanya keberadaannya sendiri ataupun
dengan mata hati. Dalam hal ini, hati kepatuhannya kepada hati. 2
seolah-olah sebagai raja, sedangkan Adapun kebutuhan hati kepada
tentaranya sebagai para pelayan dan tentaranya ini, sama seperti
pembantu.1 kebutuhannya kepada kendaraan dan
Tentara hati yang dapat dilihat bekal untuk perjalanannya, yang
adalah tangan, kaki, mata, telinga, memang untuk itu mereka diciptakan,
lidah dan semua anggota tubuh, yang yakni perjalanan menuju Allah SWT,
tampak di luar maupun yang berada di melewati bermacam-macam terminal,
dalam tubuh. Semua itu bertugas untuk berjumpa dengan-Nya. Untuk
melayani hati dan diciptakan untuk itulah memang hati diciptakan,
mengikuti perintahnya. Hati berkuasa sebagaimana firman Allah SWT:
penuh atasnya serta “dan tiadalah aku (Allah)
mengendalikannya sesuai dengan menciptakan jin dan manusia
keinginannya. Seluruh pasukan tadi, melainkan agar mereka mengabdi
memang diciptakan untuk senantiasa kepada-Ku.”
tunduk patuh kepada hati, tidak (QS Adz-Dzariat: 56).
mungkin melawan ataupun Kendaraan hati adalah
memberontak terhadapnya. Apabila tubuhnya dan bekalnya adalah ilmu,
hati memerintahkan mata agar sedang sarana yang dapat
terbuka, ia pun terbuka. Apabila hati menyampaikannya kepada bekalnya
memerintahkan kaki untuk bergerak, itu, serta pemanfaatannya adalah amal
ia pun bergerak. Apabila hati salehnya semata-mata.
memerintahkan lidah untuk bicara,
maka lidahpun akan berbicara. Ciri-ciri khas hati manusia
Demikian pula anggota tubuh yang Sesunnguhnya karunia-karunia
lainnya. Allah yang telah manusia terima,
Ketundukan anggota tubuh dikaruniakan pula atas berbagai
kepada hati, kalau boleh kami makhluk hidup selain manusia.
gambarkan, ini hampir sama dengan Sebagai bukti hewan-hewan pun oleh
ketundukan para malaikat kepada Allah diberi syahwah dan ghadhab
Allah SWT. Sebab, semua malaikat serta indera-indera lahiriah maupun
pun memang diciptakan untuk tunduk batiniah. Contoh, seekor domba akan
dan patuh, tidak mungkin mereka lari menjauh secepat mungkin ketika
bersikap berlawanan dengan Allah melihat serigala, mereka mengetahui
SWT, dan takkan mungkin mereka dalam hatinya bahwa itu adalah
membangkang terhadap apa saja yang musuhnya. Kami akan menyebutkan
diperintahkan Allah SWT. Hanya saja ciri-ciri khas apa saja yang dimiliki
ada perbedaan antara sifat ketaatan hati manusia yang tidak dimiliki oleh
malaikat dan ketaatan anggota tubuh. makhluk-makhluk lain, sehingga
Para malaikat itu sadar sepenuhnya karenanya manusia memperoleh
1
Al- Ghazali,Keajaiban-keajaiban Hati,
2
(Bandung, Karisma, 2011), 33 Ibid,35.

11. | Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020
Husnul Khatimah

kemuliaan yang besar, serta menjadi menggerakkan anggota-anggota tubuh


layak didekatkan kepada Allah SWT. sesuai dengan penilaian akal, niscaya
Secara umum, cirri-ciri khas yang penilaian akal akan hilang sia-sia.
dimilikinya bersumber pada dua hal: Pemisalan hati kaitannya dengan
pengetahuan dan kehendak. 3 ilmu
Ciri khas pertama: pengetahuan Hati adalah wadah dari ilmu,
Pengetahuan yang dimaksud di yaitu sesuatu yang ada dalam diri
sini adalah pengetahuan manusia manusia sebagaimana telah kami
tentang urusan-urusan duniawi jelaskan di atas, merupakan komponen
maupun ukhrawi serta hakekat- penting, yang mengatur semua
hakekat yang hanya dapat diserap anggota tubuh dan yang dipatuhi dan
secara rasional. Semua pengetahuan dilayani oleh seluruh anggota tubuh.
tentang hal-hal seperti itu hanya Hati ibarat cermin
khusus dikuasai oleh manusia, tidak Berbicara tentang kaitan hati
oleh hewan-hewan yang hanya dapat dengan hakekat segala sesuatu yang
menyamai manusia dalam dapat diketahui, ibarat kaitan kaitan
pengetahuannya tentang benda-benda antara cermin dan gambar-gambar
inderawi saja. beraneka warna. Seperti halnya setiap
Ciri khas kedua: kehendak benda berwarna memiliki bentuk atau
Adanya keinginan atau rupa yang bayangannya terpantul jelas
kehendak pada diri manusia, yang dalam cermin, maka begitu pula
juga merupakan salah satu cirri segala sesuatu yang diketahui,,
khasnya, adalah pada saat ia memiliki hakekat, dan setiap hakekat
mengetahui dengan akalnya hasil yang memiliki rupa yang tercetak jelas
akan diperoleh dari suatu urusan dalam cermin hati.5
tertentu, serta kemaslahatan yang akan Berdasarkan perumpamaan
diperoleh darinya, maka akan timbul diatas, seandainya dikaitkan dengan
dari dalam dirinya, suatu kerinduan suatu pengetahuan atau ilmu misalnya,
kepadanya, serta keinginan untuk maka si pemilik pengetahuan atau
melaksanakan apa yang diperlukan yang mengetahui adalah hati yang
untuknya. 4 tercetak di dalamnya gambaran dari
Tentunya, hal ini tidaklah segala sesuatu. Objek yang diketahui
sama dengan keinginan yang dimiliki adalah hakekat dari segala sesuatu.
oleh binatang, bahkan keinginan ini Sedangkan pengetahuan mengenai hal
berlawanan dengan naluri syahwah. itu adalah ibarat kehadiran gambaran
Misalnya, naluri syahwah biasanya tentang hakekat tersebut di dalam
cenderung makan makanan yang cermin hati.
lezat-lezat ketika seseorang sedang Hati ibarat pedang
menderita sakit, sedangkan akal Pegangan, memerlukan
menyadari adanya larangan dalam sesuatu yang memegang, seperti
dirinya untuk melakukan hal itu. pedang (yang di pegang) memerlukan
Seandainya Allah hanya menciptakan tangan (yang memegang) misalnya,
akal saja yang dengannya manusia maka seperti itu pula sampainya
mampu mengetahui akibat-akibat informasi tentang sesuatu ke dalam
segala sesuatunya, tanpa menciptakan hati disebut pengetahuan.
kehendak bersamanya yang mampu
3
Ibid,42-43
4 5
Ibid; 45 Ibid; 47

| Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020.20


Parameter dan Pengujian kebenaran Ilmu…..

Walaupun demikian, dalam jika dihasilkan darinya sesuatu yang


kenyataannya, tidak semua rupa atau merugikan.7
bentuk benda dapat dilihat di dalam Kami dapat menyimpulkan,
cermin. Hal itu diakibatkan oleh lima bahwa kebenaran adalah kesesuaian
hal:6 arti dengan fakta yang telah diakui
Pertama, karena kekurangsempurnaan kebenarannya bergantung pada aspek
dalam pembuatan cermin, atau mutu manfaat tidaknya bagi kehidupan
dari logam asalnya. Seperti misalnya, manusia.
cermin yang terbuat dari logam besi Kebenaran yang dibawa oleh
sebelum digosok atau dikilapkan wahyu diyakini bersifat absolute dan
secara sempurna. mutlak, sedang kebenaran yang
Kedua, karena kotoran atau karat yang diperoleh melalui akal bersifat
menutupi cermin, walaupun relative, mungkin benar dan mungkin
pembuatannya telah sempurna. salah. Jadi, apa yang diyakini atas
Ketiga, karena cemin itu tidak dasar pemikiran mungkin saja tidak
diarahkan secara tepat dihadapan benar karena ada sesuatu di dalam
benda tersebut. Misalnya apabla benda nalar yang tidak benar. Demikian pula
tersebut terletak di belakang cermin. apa yang diyakini karena pengamatan
Keempat, karena adanya penghalang belum tentu benar karena penglihatan
antara benda itu dan cermin. mungkin saja mengalami
Kelima, karena ketidak tahuan tentang penyimpangan. Maksudnya adalah
letak sebenarnya dari benda tersebut. kebenaran mutlak hanya milik Allah
Dari keterangan di atas, dapat SWT.8
kami simpulkan bahwa, hati manusia Sejalan dengan pengajaran
ibarat cermin yang siap untuk syari’at untuk membuktikan
menerima pantulan dari hakekat kebenaran suatu konsep atau ilmu,
kebenaran yang meliputi metode yang dapat digunakan ada tiga
segalasesuatunya. Kalaupun ada macam yaitu:
pengetahuan tentang sesuatu yang 1. Metode retorika (al-khatabiyyah)
tidak tertampung di dalamnya, maka 2. Metode dialektik (al-jadaliyyah)
yang demikian itu seperti keterangan 3. Metode demonstrative (al-
diatas merupakan akibat dari lima hal burhaniyyah)
tersebut.
Dalam hiruk-pikuk pemikiran
Pengujian Kebenaran Ilmu postmodernisme, dimana paradigma
Secara umum definisi yang modernism dianggap telah runtuh,
setandar mengenai kebenaran sebenarnya umat islam memiliki
diartikan sebagai kesesuaian antara peluang besar untuk memberi
pikiran dan kenyataan. John Dewey kontribusi dalam pencarian paradigm
menyebutkan bahwa yang dimaksud baru bagi pengetahuan dan peradaban.
kebenaran adalah “apa yang Sebab, sebagai satu kesatuan system
membawa hasil”. Suatu pertimbangan ajaran, agama Islam disbanding
itu dikatakan “benar” jika telah
mencapai hasil yang beguna. 7
A. Susanto, Filsafat Ilmu”suatu kajian
Sebaliknya, pertimbangan itu “salah” dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis dan
Aksiologis”, (Jakarta, PT Bumi Aksara), 139
8
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel,
Pengantar Filsafat (Surabaya, IAIN Sunan
6
Ibid, 60-61 Ampel Press, 2011),89

13. | Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020
Husnul Khatimah

dengan doktrin teologis agama-agama yang ada, akan tetapi tanpa diikuti
besar lainnya lebih memiliki penjelasan (argumentasi) dan tawaran
perangkat-perangkat intelektual dan konseptual rasional tentang bagaimana
sekaligus spiritualyang potensial konstruk suatu ilmu dan realitas social
untuk dapat diterapkan dalam zaman itu bias terbentuk berdasarkan
yang menuntut adanya perubahan sumber-sumber normative Islam
besar. Persoalannya, umat Islam tidak tersebut. Untuk menghadapi
mengetahui kerangka keagamaan yang perkembangan ilmu dan realitas
bagaimana, dan kerangka epistimologi social, pengkajian Islam dengan
atau manhaj yang bagaimana pula pendekatan jadaliyyah ini dirasakan
yang akan digunakan dalam merespon masih belum bisa memuaskan
perkembangan mutakhir di era rasionalitas ilmiah kalangan pemikir
sekarang ini. dan akademisi yang kritis. 9
Sebenarnya kegagalan umat Menyadari tantangan tersebut,
Islam dalam pergumulan pemikiran dengan tidak menafikan kedua
dan keilmuan, salah satunya pendekatan diatas, pembaruan dan
disebabkan oleh cara, pendekatan atau pengembangan pemikiran Islam harus
apresiasi umat terhadap Al-Qur’an ditempatkan dalam perspektif
dan As-Sunnah. Sumber-sumber keilmuan dengan mendasarkan
normative Islam, dalam hal ini adalah seluruh gagasan yang berkembang
Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak pada pandangan dunia Islam (Al-
sekedar sebagai dasar spirit normative Qur’an). Konsep ini, tidak hanya
sebagaimana telah menjadi dasar menjelaskan secara gamblang tentang
relegiusitas umat pada umumnya. tauhid,tetapi juga menjelaskan tentang
Lebih dari itu, Al-qur’an dan As- ketunggalan realitas ciptaan dan
Sunnah mampu menjawab persoalan- ketunggalan sumber kebenaran.
persoalan yang meliputi wilayah Berdasarkan komitmen pada
pemikiran keilmuan dan realitas social pandangan dunia Qur’an itulah,
kemasyarakatan yang tengah pengembangan visi studi Islam kearah
berkembang. pembaruan dan pengembangan
Pada tingkat relegiusitas pemikiran, mensyaratkan Al-Qur’an
awam, dimana sumber-sumber sebagai teori, yang didalamnya
normative Islam hanya didekati memuat pernyataan-pernyataan
sebatas sebagai dasar spirit normative normative yang harus dianalisis untuk
dalam rangka memperoleh diterjemahkan pada tataran obyektif-
kemantapan iman dan ketenangan bati empirik dengan suatu keberanian
yang sering menggunakan dan ijtihadiyah. Pendekatan yang paling
mengedepankan dalil-dalil retorik mungkin untuk itu adalah dengan
(khatabiyyah), maka untuk sampai melakukan takwil yaqini terhadap
pada proses mendialektikkan sumber- teks-teks Al-Qur’an dan As-Sunnah.
sumber normative Islam dengan Pendekatan ini biasanya digunakan di
realitas kongkrit, diperlukan suatu dalam filsafat dalam bentuk metode
pendekatan substantif argumentative, (burhaniyyah) untuk menggali dan
atau pendekatan dialektik menangkap hikmah pengetahuan
(jadaliyyah). Pendekatan ini lebih
sering terlihat dalam bentuk mencari
argumentasi normative atas
9
perkembangan ilmu dan realitas social Agus Purwadi, Teologi Filsafat Sains,
(Malang, UMM-Press, 2002), 106

| Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020.20


Parameter dan Pengujian kebenaran Ilmu…..

terdalam dari sumber normative Islam terminologi adalah usaha pemahaman


tersebut.10 manusia yang disusun dalam satu
Dengan demikian dapat kami sistem mengenai kenyataan, struktur,
simpulkan, dengan mengapresiasikan pembagian, bagian-bagian dan
sumber-sumber normative Islam (Al- hukum-hukum tentang hal ihwal yang
Qur’an dan As-Sunnah), terdapat tiga diselidiki (alam, manusia dan agama)
model paradigm dalam pengembangan sejauh yang dapat dijangkau daya
pemikiran Islam; yang pertama, pemikiran yang dibantu pengindraan
memposisikan Al-Qur’an dan As- manusia itu, yang kebenarannya diuji
Sunnah sebagai dasar spirit-normatif secara empiris, riset dan
guna memberikan refleksi agamawi eksperimental. 13
atas seluruh realitas kehidupan. Dari segi akal, maka tidak
Kedua, memandang bahwa Al-Qur’an tersembunyi keutamaan ilmu yang
dan As-Sunnah merupakan suatu dengannya seorang hamba sampai
gagasan otentik yang bersifat kepada Allah SWT dan mencapai
transcendental, yang selalu dapat kedekatan dengan-Nya, yaitu
didialektikkan dengan berbagai kebahagiaan kekal dan kelezatan
persoalan konkrit masa kini. Ketiga, abadi yang tidak ada akhirnya. Di
menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalamnya terdapat kemulyaan dunia
sebagai kerangka dan bahan studi dan kebahagiaan akhirat. Dunia adalah
guna membangun kerangka ladang akhirat, maka orang berilmu
konseptualbaru yang didasarkan pada dengan ilmunya menyemai untuk
pandangan dunia Al-Qur’an. dirinya kebahagiaan abadi, yaitu
dengan memperbaiki akhlaknya
Berdasarkan keterangan yang berdasarkan tuntunan ilmu.
lain,berkaitan dengan metode di atas Sasaran ilmu manusia mestilah
dapat difahami, bahwa metode retorik untuk mengenal Allah SWT dan
dan dialektik dipergunakan bagi perintah-perintahnya, ini ada dua
manusia awam,sedangkan metode macam: utama dan pelengkap. Bagian
demonstrative secara spesifik lahir yang utama adalah membuat
dikonsumsikan bagi kelompok kecil pengakuan seorang muslim akan
manusia. Tentu saja Al-Qur’an iman, sedangkan bagian batinnya
sebagai kitab suci untuk semua lapisan adalah mencapai pemahaman sejati.
umat, terjawab di dalamnya semua Bagian lahir kelompok pelengkap
aspek kehidupan, sejalan dengan adalah pelaksanaan ibadah, sedangkan
maksud kehadirannya pembawa bagian batinnya adalah niat tulus. Segi
11
rahmat untuk semua alam. lahir dan batin tidak dapat dipisahkan.
Segi eksoterik kebenaran atau ilmu
Ilmu dan keutamaannya tanpa segi esoteriknya adalah
Ilmu menurut etimologi kemunafikan, dan segi esoterik tanpa
diambil dari bahasa arab, yang berarti segi eksoterik adalah bid’ah. 14
mengertti atau memahami benar- Maknanya adalah mengenai
benar. 12 Sedangkan menurut syari’at yang berdiri sendiri,

10 13
Ibid; 108 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat
11
Hasyimsyah Nasition, Filsafat dan Agama,(Surabaya, PT Bina Ilmu,
Islam,(Jakarta, Gaya Media Pratama,202)116 1987),49-50
12 14
Luwis Ma’luf, Almunjid fi al- Lughah wa Suwarjo muthary, Kasyful
al-‘Alam (Bairut, Dar al-Mashriq,2003),526 Mahjub,(Bandung,Mizan,1993), 25

15. | Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020
Husnul Khatimah

formalitas (kejasmanian) adalah cacat, ilmu hakekat. Masing-masing dari


sementara kerohanian yang berdiri mereka adalah ahli ibadah, zuhud, dan
sendiri pula, tanpa syari’at adalah sia- alim dalam ilmu-ilmu akhirat,
sia. sekaligus alim dalam ilmu fiqih
Para sufi memberikan lahiriah yang berkaitan dengan
pernyataan senada pula, diantaranya kepentingan-kepentingan makhluk.
adalah pendapat Muhammad bin Mereka semua dengan ilmu-ilmu
Fadhl Al-Balkhi yang mengatakan, tersebut menghendaki keridhaa Allah
bahwa pengetahuan atau ilmu itu ada SWT.16
tiga macam, dari Tuhan, dengan Para ulama masyhur yang
Tuhan, dan tentang Tuhan. Ilmu dimaksud di atas adalah imam
tentang Tuhan adalah ma’rifat yang madzhab yang empat, Syafii, Hanafi,
dengan ini Dia dapat diketahui oleh Malik, dan Ahmad bin Hanbal. Empat
semua Nabi dan walinya. Ia tidak tokoh ini memiliki empat perangai,
dapat diperoleh dengan cara-cara yang tetapi yang diikuti oleh para fuqaha
biasa, tetapai hasil dari petunjuk dan kontenporer adalah satu saja, yaitu
penerangan Tuhan. Pengetahuan dari menyebarkan dan memberikan
Tuhan adalah ilmu tentang syari’at, perhatian besar dalam merinci fiqih,
yang telah Dia perintahkan dan sebab empat perangai lainnya hanya
wajibkan atas kita. Pengetahuan untuk kepentingan akhirat, sementara
tentang Tuhan adalah ilmu tentang perangai yang satu ini berlaku untuk
maqom-maqom (jalan), dan tingkatan- kepentingan dunia dan akhirat.
tingkatan para wali. Ma’rifat tak Empat perangai yang dimaksudkan di
punya gaung tanpa penerimaan atas adalah: zuhud, ahli ibadah,
syari’at, dan syari’at tak terlaksana dermawan, ketakutannya kepada
secara benar sebelum maqom-maqom Allah SWT.
terejawantakan.15 Satu contoh, Imam Syafii
Ilmu terpuji dan tercela menunjukkan eksistensinya sebagai
Tingkatan-tingkatan ilmu ahli ibadah. Ia membagi malam
adalah berdasarkan kadar menjadi tiga bagian, sepertiga untuk
kedekatannya dengan ilmu akhirat. ilmu, sepertiga untuk shalat dan
Sebagaimana ilmu-ilmu syariat lebih sepertiganya lagi untuk tidur.
utama daripada ilmu-ilmu lainnya, Mengenai kezuhudannya, hal itu
maka ilmu-ilmu yang berkaitan tampak pada
dengan hakekat-hakekat syariat lebih perkataannya,”barangsiapa yang
utama daripada ilmu yang berkaitan mengatakan bahwa ia menggabungkan
dengan hokum-hukum lahiriah. Ahli antara kecintaan kepada dunia dan
fiqih menghukumi bentuk lahir kecintaan pada penciptanya, maka ia
dengan sah dan batil. Dibalik itu ada telah berdusta”. 17
ilmu untuk mengetahui bentuk ibadah Ilmu-ilmu tercela yang
yang diterima atau ditolak.hal itu dimaksud oleh Al-Ghazali disini
termasuk ilmu-ilmu sufistik. Para adalah: sihir, mantra, ramalan, filsafat,
ulama masyhur, yang madzab- dan sebagainya. Sihir dan mantra
madzabnya dianut dan diikuti oleh menyebabkan berbagai kerusakan.
banyak kaum muslimin , Sementara ramalan dilarang
menggabungkan antara ilmu fiqih dan
16
Al-Ghazali, Mutiara ihya’
Ulumuddin,(Bandung, Mizan,1997),27
15 17
Ibid, 27 Ibid,29

| Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020.20


Parameter dan Pengujian kebenaran Ilmu…..

sebagaimana Rasulullah SAW secara langsung maupun tidak, karena


bersabda,” jika disebutkan ramalan, banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
maka diamlah”. Beliau berbicara tentang ilmu.
memerintahkan kita untuk diam, Adapun hasil observasi dan
karena manusia cenderung melupakan eksperimen terhadap hokum-hukum
sebab akibat, yakni perantara- gejala alam dan untuk mengakui
perantara, padahal ia adalah factor keagungan ciptaan-Nya, maka lahirlah
yang tidak dapat diabaikan dalam berbagai macam ilmu pengetahuan,
menentukan suatu akibat. Sedangkan antara lain:19
filsafat, menyebabkan hal-hal yang 1. Astronomi yaitu ilmu yang
bertentangan dengan syara’. Tidak berkaitan dengan gerakan,
dipungkiri bahwa perhitungan tidak penyebaran dan sifat-sifat benda
dapat ditinggalkan dan ditolak,namun samawi, sesuai dengan firman
itu hanya merupakan pengantar pada Allah:
apa yang ada dibaliknya. Maka "Maka Apakah mereka tidak
hendaklah membatasinya sekedar melihat akan langit yang ada di
keperluan. Misalnya ilmu kimia untuk atas mereka, bagaimana Kami
kedokteran seperlunya, dan ilmu meninggikannya dan
perbintangan (astronomi) untk menghiasinya dan langit itu tidak
mengetahui posisi dan petunjuk mempunyai retak-retak
arah. 18 sedikitpun."(Qaaf:6).
Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan 2. Fisika adalah ilmu yang
Ilmu apapun tidak ada yang menyelidiki dan mengamati
mampu menandingi ayat-ayat Al- fenomena dari benda-benda yang
Qur’an atau menjatuhkan sebagian tidak bernyawa. Adapun ayat yang
makna yang terkandung di dalamnya. berhubungan dengan ini antara
Bahkan sebaliknya semakin lain:
berkembang ilmu dan semakin maju, " Maha suci Allah yang
maka kandungan Al-Qur’an akan menjadikan di langit gugusan-
tampak semakin nyata dan jelas gugusan bintang dan Dia
kebenarannya. menjadikan juga padanya
Al-Qur’an bukanlah buku matahari dan bulan yang
ilmiah yang membicarakan suatu bercahaya." (Al-Furqan:61).
bidang tertentu dan membahasnya 3. Matematika adalah ilmu yang
secara mendetail. Al-Qur’an tidak mempelajari tentang bilangan.
berbicara segala persoalan, cara-cara Diantara firman Allah yang
pemecahannya maupun jalan keluar berkaitan dengan ini adalah
secara teoritis dalam suatu ilmu "Dan jika kamu menghitung-hitung
tertentu, tetapi Al-Qur’an nikmat Allah, niscaya kamu tak
mengemukakan secara umum setiap dapat menentukan jumlahnya.
yang ada di dunia ini. Al-Qur’an juga Sesungguhnya Allah benar-benar
berisi tentang bagaimana cara berfikir Maha Pengampun lagi Maha
menganalisa dan mendalami suatu Penyayang".(Al-Nahl:18).
ilmu pengetahuan. Bisa disimpulkan 4. Sejarah adalah ilmu yang
hampir semua ilmu manusia mempelajari tentang latar belakang
disinggung oleh Al-Qur’an, baik kehidupan manusia, tumbuhan,
19
M.Ali hasan, Studi Islam, (Jakarta,
18
Ibid, 32 Srigunting, 2010),119-130

17. | Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020
Husnul Khatimah

binatang serta kemajuan- malah menjadi budak egonya


20
kemajuannya. Firman Allah sendiri.
" Dan aku tidak menciptakan jin dan Akibat dari fenomena di atas,
manusia melainkan supaya mereka masyarakat barat yang sering
mengabdi kepada-Ku."(Adz- digolongkan, suatu masyarakat yang
dzariyaat:56). telah mencapai tingkat kemakmuran
5. Ekonomi. Allah berfiman: materi sedemikian rupadengan
perangkat teknologi yang serba
" Dan carilah pada apa yang mekanis dan otomat, bukannya
telah dianugerahkan Allah kepadamu semakin mendekati kebahagiaan hidup
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan melainkan sebaliknya, kian dihinggapi
janganlah kamu melupakan rasa cemas, justru akibat kemewahan
bahagianmu dari (kenikmatan) hidup yang diraihnya.
duniawi dan berbuat baiklah (kepada 2. Kehampaan sepiritual
orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan Akibat dari terlalu mengagungkan
janganlah kamu berbuat kerusakan di rasio, manusia modern mudah
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah dihinggapi penyakit kehampaan
tidak menyukai orang-orang yang spiritual, maka mereka tidak bias
berbuat kerusakan."(Al-Qashash:77). menemukan ketentraman batin.
Keadaan ini akan semakin akut,
Krisis dunia modern terlebih lagi apabila tekanannya pada
Dunia modern yang identik kebutuhan materi kian meningkat
dengan kemewahan, kemegahan, dan sehingga keseimbangan akan semakin
kekayaan materi, ternyata itu semua naik. 21
tidak mampu mengantarkan Tauhid sebagai landasan ilmu
masyarakatnya menjadi masyarakat pengetahuan. Setiap disiplin keilmuan
bahagia. Diantara sebab dari itu semua islam harus mengungkapkan
adalah adanya krisis dalam prinsip relefansinya dengan sumber tauhid,
hidup mereka, yaitu: yaitu kesatuan pengetahuan, baik
1. Kehilangan visi ke-Ilahian pengetahuan akli maupun nakli.
Kesatuah hidup, segala sain harus
Sayyed Hossein Nasr, mengatakan, menyadari dan mengapdi kepada
manusia modern memperlakukan alam tujuah penciptaan. Dengan demikian
sama dengan pelacur, mereka tidak ada lagi pernyataan beberapa
menikmati mengeksploitasi kepuasan sains sarat nilai dan lainnya netral
dirinya tanpa rasa kewajiban dan nilai.
tanggung jawab apapun. Idealnya,
manusia sebagai penguasa dimuka Kesimpulan
bumi ini, secara “keatas” sebagai
Dari pembahasan di atas dapat
“hamba Allah”, sedang ke “bawah”
kami ambil kesimpulan, ilmu
berkedudukan” khalifah Allah”.
pengetahuan adalah cahaya, tempat
Dengan begitu manusia akan dapat
ilmu adalah di dalam hati, maka
menjaga keseimbangan hidup, bukan
bagaimana keadaan ilmu yang
20
Ali Maksum, Tasawuf sebagai pembebasan
manusia modern, (Surabayya, PSAPM
2003),71-86
21
Ibid,167

| Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020.20


Parameter dan Pengujian kebenaran Ilmu…..

dimiliki seseorang bergantung pada Nasition Hasyimsyah. Filsafat Islam,


hati orang tersebut. Jakarta, Gaya Media Pratama,
Proses pembuktian kebenaran 2012.
ilmu dapat dilakukan dengan beberapa Ma’luf Luwis. Almunjid fi al- Lughah
metode atau pendekatan, retorika, wa al-‘Alam, Bairut, Dar al-
dialektik, dan demonstrative. Mashriq, 2003.
Kebenaran ilmu pengetahuan Endang Saifuddin Anshari, Ilmu,
adalah kebenaran yang bersumber dari Filsafat dan Agama, Surabaya,
firman Allah yang disampaikan PT Bina Ilmu, 1987.
melalui wahyu, dalam hal ini adalah Muthary Suwarjo. Kasyful Mahjub,
Al-Qur’an. Sebagian dari ajaran Al- Bandung, Mizan, 1993.
Qur’an adalah menyangkut tentang Ghazali (Al). Mutiara ihya’
kehidupan manusia di alam raya ini, Ulumuddin, Bandung, Mizan,
termasuk perkembangan ilmu 1997.
pengetahuan. Segi lain yang tidak Hasan M.Ali. Studi Islam, Jakarta,
kalah pentingnya, Al-Qur’an yang Srigunting, 2010.
kaitannya dengan ilmu pengetahuan Maksum Ali, MA. Tasawuf sebagai
adalah kandungan ayat-ayatnya pembebasan manusia modern,
ditengah-tengah perkembangan ilmu. (Surabayya, PSAPM 2003).
Diantara ayat-ayat yang terkandung
didalamnya berbicara tentang hakekat-
hakekat ilmiah yang tidak dikenal
masa turunnya, namun terbukti
kebenarannya ditengah-tengah
perkembangan ilmu. Misalnya: ilmu
astronomi, ilmu fisika, ilmu
matematika, ilmu sejarah dan ilmu
ekonomi. Jadi benar, bahwa bukti
kebenaran ilmu adalah keberadaan
ayat-ayat Allah yang telah kita terima
melalui nabi kita yang tidak ada lain
adalah Al-Qur’an.

Daftar Pustaka

Ghazali (Al). Keajaiban-keajaiban


Hati. Bandung, Karisma, 2011.
Susanto, A. Filsafat Ilmu”suatu
kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistimologis dan
Aksiologis”, Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2014.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan
Ampel, Pengantar Filsafat,
Surabaya, IAIN Sunan Ampel
Press, 2011.
Purwadi Agus. Teologi Filsafat Sains,
Malang, UMM-Press, 2012.

19. | Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, Vol: 04, No. 1, Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai