Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS PENCAHAYAAN BUATAN DI

GEDUNG P106 TEKNIK FISIKA ITS


Fahrizal Akbar#1, Henokh Yernias*2, Damas Panji H#3, Abdi Ismail#4, Miftakhul Asrori#5, Ainun Nadhiroh#6
Asisten: Fradita Aan Winarno
#
Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya, Indonesia 61110
1
kobarbekti@gmail.com@gmail.com

Abstrak— As a tropical country, Indonesia has a high and stable sun kuning hijau dengan panjang gelombang 550- 560 nm 3. Hal-hal
light illumination throughout the Indonesia region every years. It would yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan yaitu:
be very unfortunate if the potential of the sun light is not used optimally  Flux cahaya: energi cahaya/ seluruh jumlah cahaya yang
as a light source in buildings in Indonesia. One of the variables that can dipancarkan dalam waktu satu detik. Flux cahaya memiliki
be used to identify the contribution of natural lighting in a room is sky satuan lumen.
factor (fl). The room is used as the object of study in this research is
 Intensitas cahaya: jumlah flux cahaya persatuan sudut cahaya
P106 classroom. Based on the analysis of the calculation using the
formula by including variables D, H and L window fl values obtained at yang dipancarkan ke arah tertentu. Memiliki satuan candela.
3.46%. Based on the analysis calculations using a table, obtained at fl  Luminansi: jumlah flux cahaya persatuan permukaan.
2.622%. Then, based on the results of the comparison between the  Iluminasi: jumlah lumen yang jatuh pada setiap square foot
illuminance (flux) measured natural indoors with illuminance (flux) sebuah permukaan.
measured natural outdoors (actual) fl value obtained at 0.19%. While
natural illuminance in lux P106 room is 75.06666667. The amount of Tabel 2.1 Standar Penerangan Ruangan
natural light in the P106 room illuminance insufficient to meet SNI
Jenis Ruang Intensitas Penerangan (lux)
standards in the classroom, so we need additional artificial lighting.
Analysis calculations using formulas and tables ideal fl values obtained Ruang Kelas 120-250
without the influence of an object that blocks the entry of sunlight. Ruang Tidur 150
While the actual analysis, the value of fl is affected objects in the room. Ruang Kerja 120-250
Keywords— Sky Factor, Natural Lighting, Illuminance Ruang Tamu 120-250
Ruang Gambar 750
Laboratorium 250
I. PENDAHULUAN Toilet 100
Pencahayaan dalam suatu ruangan pada masa kini sudah Koridor 100
menjadi bahasan umum bagi setiap orang yang ingin menikmati Dapur 200
ruangan yang nyaman ditinjau dari segi pencahayaannya. Namun Garasi 60
terkadang masih terdapat beberapa kasus ruangan yang memiliki Ballroom 200
kriteria pencahayaan kurang dari yang telah terdapat di standar, hal Tempat Ibadah 200
ini tentu dapat mengurangi daya tarik ruangan tersebut atau bahkan Perpustakaan 300
dapat membuat pekerjaan yang dilakukan oleh orang diruangan Gudang Arsip 150
tersebut menjadi kurang fokus. Oleh karena itu penataan letak Pabrik/ Industri 1000
sumber cahaya dalam ruangan dan juga intensitas cahaya yang Swalayan 500
diperlukan oleh ruangan tersebut harus diperhitungkan. Dari
Ruang Pameran 500
permasalahan inilah maka praktikum mengenai sistem
Supermarket 750
pencahayaan buatan pada ruangan dilakukan, yaitu supaya
mahasisa Teknik Fisika ITS mampu menghitung pencahayaan
Untuk mencari nilai intensitas penerangan ruangan (E) dan
dalam suatu ruangan sekaligus dapat mendesain bagaimana
efiensi daya (η) dapat digunakan rumus:
seharusnya pencahayaan yang baik dalam suatu ruangan.

II. DASAR TEORI nϕdμ


E= ………………….. (2.1)
2.1. Penerangan Ruangan A
Cahaya didenifisikan sebagai bagian dari spektrum E(lux)
elektromagnetik yang sensitif bagi penglihatan mata manusia. Efisiensi daya ( η ) = ……………………. (2.2)
Cahaya hanyalah sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik
efficacy
dengan panjang gelombang antara 380nm (deep blue) sampai
Keterangan:
dengan 760nm (deep red). Manusia sangat rensposif pada wilayah
E = intensitas penerangan atau pencahayaan 3.2. Prosedur Praktikum
n= jumlah sumber cahaya 1. Alat dan ruangan yang akan diukur disiapkan tingkat
ϕ = intensitas sumber cahaya (lumen) pencahayaan alaminya.
μ = konstanta nilai efisiensi ruang 2. Tingkat pencahayaan di luar ruangan diukur.
d = faktor pemakaian reflector 3. Dicari tempat yang langitnya tidak terhalang oleh apapun,
A = luas ruangan (m2) misalnya lapangan.
Efficacy = perbandingan keluaran lumen terhitung dengan 4. Lux meter 0.75 m diposisikan di atas tanah. Cahaya yang
pemakaian daya. masuk lux meter tidak boleh terhalang oleh apapun.
5. Data yang didapat kemudian dicatat.
Spesifikasi lampu: terdapat beberapa macam lampu yang biasa 6. Panjang, lebar, dan tinggi ruangan diukur.
digunakan dalam penerangan ruangan, setiap lampu memiliki 7. Dimensi semua jendela ruangan diukur.
klasifikasi yang berbeda dan memiliki tingkat efisiensi berbeda 8. Intensitas cahaya pada Titik Ukur Utama (TUU) diukur,
pula, jenis lampu yang biasa digunakan antara lain: yaitu sejauh 1/3 D di depan jendela tepat di tengah
ruangan. D merupakan panjang ruangan searah muka
Tabel 2.2 Efisiensi Lampu yang Biasa Digunakan untuk jendela.
Penerangan Ruangan 9. Intensitas cahaya pada Titik Ukur Samping (TUS) diukur,
Jenis Daya Efisiensi Indeks Umur yaitu sejauh sejauh 1/3 D di depan jendela dan 0.5 m dari
Lampu Lampu Rata-rata Perubahan Lampu kedua tembok samping ruangan.
(watt) (lumen/ Warna (jam) 10. TUU dan TUS diukur pada setiap tembok yang memiliki
watt) jendela.
Lampu 5, 15, 40, 8-18 100 1.000 11. Data yang didapatkan selanjutnya dicatat.
Pijar 60, 75, (sangat 12. Nilai fl dari dimensi jendela yang ada dihitung.
100, dll baik)
Lampu 18, 36, 38-70 70 5.000
neon 58, dll (cukup) IV. ANALISA Data dan Pembahasan
tabung 4.1. Analisa Data
crypton 4.1.1 Dimensi Ruang Pengukuran
Lampu 5, 7, 9, 26-70 85 8.000 Tinggi Depan: 3.82 m
neon 11, 18, (baik) Tinggi Belakang: 2.62 m
kompak 24, 36, 4.1.2 Dimensi Elemen Ruang
CFL dll a. Kursi
Panjang = lebar = 50 cm
Tinggi = 71 cm
Dari tabel diatas kita dapat mengerti bahwa setiap lampu b. Meja
memiliki spesifikasi dan efisiensi yang berbeda, sehingga kita bisa Tinggi = 71 cm
mengerti jumlah lampu yang akan efektif digunakan dalam suatu
Panjang = 60 cm
ruangan, dengan menggunakan rumus:
Lebar = 56 cm
E.A
N= …………………………………. (2.3) c. Pintu
F . UF . LLF Tinggi = 209 cm
Lebar = 142 cm
Keterangan:
d. Whiteboard
N = jumlah lampu
Panjang = 455 cm
E = tingkat lux yang diperlukan ruangan sesuai standar SNI BSN-
2000 Tinggi = 222 cm
A = luas ruangan 4.1.3 Pengukuran Dalam Ruang
F = flux total a. Titik Ukur 1 = 327 lux
UF = faktor penggunaan dari tabel produk b. Titik Ukur 2 = 296 lux
LLF = faktor kehilangan cahaya (untuk kelas ber AC sebesar 0,8) c. Titik Ukur 3 = 417 lux

4.2. Pembahasan
III. METODOLOGI PRAKTIKUM Fahrizal Akbar Herbhakti (2410100069)
3.1. Alat dan Bahan
Peralatan dan Bahan yang digunakan pada praktikum Henokh Yernias 2411100054
pencahayaan alami ini adalah :
 Lux meter Damas Panji H 2411100098
 Meteran
Abdi Ismail 2412100
Praktikum ini terbagi menjadi tiga langkah. Langkah pertama
ialah melakukan pengukuran dimensi ruangan P106 (panjang, Miftakhul Asrori 2412100078
lebar, dan tinggi), dimensi komponen ruangan seperti pondasi
ruangan, dimensi kursi, dimensi meja, pintu, papan tulis dan obyek-
obyek lain yang memiliki reflektansi signifikan. Langkah V. SIMPULAN DAN SARAN
berikutnya ialah melakukan pengukuran iluminansi pencahayaan 5.1. Simpulan
buatan (jendela ditutup agar cahaya alami tidak masuk) Kesimpulan pada praktikum ini ialah:
menggunakan lux meter dengan titik pengukuran yang sudah 1. Berdasarkan analisis perhitungan menggunakan rumus
ditentukan SNI, dalam hal ini didapatkan data pada 3 titik. Langkah dengan memasukkan variabel-variabel D, H dan L jendela
terakhir ialah melakukan simulasi perancangan ulang pencahayaan didapatkan nilai fl sebesar 3.46%.
menggunakan software Dialux pada ruang kelas P106. 2. Berdasarkan analisis perhitungan menggunakan tabel
Data pengukuran pencahayaan buatan didapatkan 329, 296 dan didapatkan nilai fl sebesar 2.622%.
417 lux, sehingga diperoleh rata-rata 346.66 lux. Nilai ini diatas 3. Berdasarkan hasil perbandingan antara iluminansi (flux)
standar SNI untuk ruang kelas, yaitu 250 lux. Sehingga pada alami yang terukur didalam ruangan dengan iluminansi
perancangan ulang, iluminansi (lux) dapat dikurangi untuk (flux) alami yang terukur diluar ruangan (secara aktual)
mendapatkan daya lampu yang lebih rendah. Berdasarkan data-data didapatkan nilai fl sebesar 0.19%.
dimensi obyek (papan tulis, kursi, meja), komponen ruangan 4. Iluminansi alami di ruangan P106 ialah 75.06666667 lux.
(pondasi) dan dimensi ruangan P106 yang disesuaikan juga dengan Besarnya iluminansi cahaya alami di ruangan P103
nilai reflektansinya, dilakukan simulasi pencahayaan buatan kurang mencukupi untuk memenuhi standar ruang kelas
menggunakan software Dialux. Pada pembahasan ini, dilakukan 4 pada SNI, sehingga diperlukan tambahan pencahayaan
macam simulasi menggunakan lampu LED. buatan.
Parameter simulasi yang diperhatikan ialah kualitas pencahayaan 5.2. Saran
dan efisiensi daya lampu. Kualitas pencahayaan yang diperhatikan 1. Praktikan harus memperhatikan skala range penggunaan
ialah iluminansi ruang kelas standar SNI yaitu sebesar 250 lux dan lux meter yang digunakan saat pengukuran.
seberapa merata pencahayaan tersebut / uniformity on the working 2. Untuk mempermudah perhitungan, sebaiknya digunakan
plane. Pada Dialux, Uniformity on the working plane dapat dilihat lux meter yang tidak perlu diatur skala range
di Photometric Results. Uniformity on the working plane penggunaannya.
ditunjukkan oleh nilai u0 dan Emin/Emax. Sehingga ruangan harus 3. Saat mengukur iluminansi cahaya alami didalam ruangan,
didesain minimal 250 lux dan diupayakan mendapatkan daya perlu dipastikan terlebih dahulu agar cahaya alami dapat
lampu sekecil mungkin serta diupayakan mendapatkan nilai u0 dan terukur oleh lux meter tanpa terhalangi oleh bayangan-
Emin/Emax sebesar mungkin. bayangan obyek didalam ruangan.
Keempat simulasi dilakukan dengan variasi jenis lampu LED
dan peletakan lampu, menunjukkan sebagian besar ruang kelas REFERENCES
menujukkan iluminansi sekitar 250 lux. Berikut ialah tabel hasil [1] Badan Standardisasi Nasional. STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI):
simulasi yang telah dilakukan. Berdasarkan tabel dibawah ini, TATA CARA PERANCANGAN SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI
PADA BANGUNAN GEDUNG. 2001
didapatkan hasil terbaik pada Simulasi3b dengan posisi peletakan
lampu tertentu. Pada Simulasi3b didapatkan daya total hanya 252
lux, tetapi didapatkan iluminansi pencahayaan yang merata di
ruang kelas.

Ainun Nadiroh 2412100063


Dari hasil analisis data kita dapati bahwa besar penerangan
dalam ruangan P-106 melalui tiga titik pengukuran sebesar 327,
296, dan 417 lux. Hal ini menunjukkan bahwa besar penerangan
tersebut tidak sesuai dengan SNI Penerangan ruangan untuk ruang
kelas yakni sebesar 120-250. Ruangan P106 tersebut dikatakan
overload dalam penerangan buatannya. Sehingga dengan besarnya
jumlah penerangan tersebut dapat membuat efek silau (glare)
dalam ruangan tersebut. Hal inilah yang membuat efek tidak
nyaman dalam ruangan tersebut. Kemudian, diadakan
perbandingan pencahayaan buatan yang dibuat menggunakan
software DIALux. Melalui software tersebut didapat hasil
pesebaran sekitar 180-240 lux. Hasil tersebut merupakan hasil
perbaikan dari kelas P106 dan sesuai dengan SNI penerangan ruang
kelas, hanya saja yang menjadi catatan dalam desain tersebut, perlu
dipasang lampu yang menempel pada ceiling untuk penyebaran
yang lebih rata, tidak menggantung sperti pada simulasi.

Anda mungkin juga menyukai