Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“Pembuatan Sediaan Tetes Mata Chloramphenicol 0,5% (10ml)”

Disusun Oleh :

Nama : Aprilia Pratiwi


Nim : 182210101151
Shift : B2.4

Dosen Pengampu :

apt. Budipratiwi Wisudyaningsih.,S.Farm,M.Sc

LABORATORIUM BAGIAN FARMASETIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. LATAR BELAKANG
1. Memahami dan dapat melakukan metode sterilisasi panas basah atau filtrasi

2. Mempelajari pembuatan sediaan obat tetes mata steril pH = 7,0 dengan


penambahan bakterisida
3. Memahami dan melakukan cara berpakaian untuk kerja aseptis (aseptic gowning)

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Obat mata (opthalmica) terdiri dari tetes mata, salep mata (oculenta), pencuci mata
(collyria) dan beberapa bentuk pemakaian khusus. Pemakaian yang khusus dapat berupa
penyemprot mata sebagai bentuk depo, yang digunakan pada mata utuh atau terluka (Voigt,
1994). Sediaan tetes mata adalah cairan atau suspensi steril yang mengandung satu atau
lebih zat aktif, tanpa atau dengan penambahan zat tambahan yang sesuai. Sediaan ini
digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat tersebut pada selaput lendir di sekitar
kelopak dan bola mata (BP, 2001).
Sediaan tetes mata merupakan larutan steril, yang dalam pembuatannya memerlukan
pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan formulasi sediaan, seperti penggunaan bahan
aktif, pengawet, isotonisitas, dapar, viskositas, dan pengemasan yang cocok (Ansel, 1989).
Sediaan tetes mata biasanya mengandung satu atau lebih bahan aktif, dan merupakan
elemen terpenting yang memberikan efek terapeutik dari sediaan tetes mata itu. Tonisitas
obat tetes mata adalah 0,6% sampai 2% b/v dan pada pembuatannya terakhir larutan harus
disaring tiga kali (sampai jernih) dan 3 sampai 5 tetes saringan pertama harus dibuang.
Semua alat yang digunakan untuk pembuatan tetes mata, begitu juga wadahnya, harus
betul-betul bersih sebelum digunakan, Jika perlu disterilkan.
1. kejernihan: syarat kejernihan yang tertera pada injectiones.
2. sterilitas: memenuhi uji sterilisasi seperti yang tertera pada uji keamanan hayati
3. penyimpanan: dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume
10 ml, dilengkapi dengan penetes.
4. penandaan: pada etiket harus juga tertera “tidak boleh digunakan lebih
dari 1 bulan setelah tutup dibuka”.
Air mata normal memiliki pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai kapasitas dapar
tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaran air mata dan penetralan cepat
setiap kelebihan ion hidrogen atau ion hidroksil dalam kapasitas pendaparan air mata.
Berbagai obat mata seperti garam alkaloid bersifat asam lemah dan hanya mempunyai
kapasitas dapar yang lemah. Jika hanya satu atau dua tetes larutan yang mengandung obat
tersebut diteteskan pada mata, pendaparan oleh air mata biasanya cukup untuk menaikan
pH sehingga tidak terlalu merangsang mata. Dalam beberapa hal, pH dapat berkisar antara
3,5 dan 8,5. Beberapa obat, seperti pilokarpin hidroklorida dan epinefrin bitartrat, lebih
asam sehingga melebihi kapasitas dapar air mata.
Secara ideal larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air
mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak
cukup larut dalam air. Sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas
pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4.
Ketidakstabilan ini lebih nyata pada suhu tinggi yang digunakan pada sterilitasi dengan
pemanasan. Oleh karena itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH
fisiologis yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat atau mempercepat kerusakan
obat (Kemenkes,2020) Adapun keuntungan sediaan tetes mata antara lain secara umum
adalah larutan lebih stabil daripada salep dan tidak mengganggu penglihatan ketika
digunakan. Sedangkan kerugiannya adalah sediaan mata memiliki waktu kontak yang
relative singkat antara obat dan permukaan yang terabsorbsidiol.
III. PRA FORMULASI
3.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
a. Indikasi Mengobati mata merah akibat peradangan pada selaput yang melapisi
permukaan bola mata dan kelopak mata (konjungtivis) yang disebabkan oleh bakteri S.
typhi, H. influenzae, E. coli, C. psitacci, serta beragam spesies bakteri Neisseria,
Staphylococcus, Streptococcus, dan Rickettsia.
b. Kontra Indikasi : Pasien hipersensitif terhadap kloramfenikol, anak balita, pasien
penderita ginjal
c. Perhatian Khusus : Tidak boleh digunakan untuk jaringan mata luka karena absorbs
asam borat melalui jaringan yang rusak.
d. Efek Samping : Pusing, mual, sakit kepala, kebingungan atau linglung, sensasi
tersengat pada mata atau telinga, dan pandangan kabur.
3.2 Tinjauan Sifat Fisika dan Kimia Bahan Obat
A. Bahan Aktif
1. Kloramfenikol
b. Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5
c. Bobot Molekul : 323,13
d. Pemerian : halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; Putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam
larutan netral atau larutan agak asam.
e. Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat.
f. Tetes Mata kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol.Mengandung
kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
g. pH Sediaan tetes mata : Antara 7,0 dan 7,5; kecuali tetes mata tanpa larutan dapar atau
digunakan untuk hewan. Antara 3,0 dan 6,0.
h. Wadah dan Penyimpanan : tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat, dalam lemari pembeku atau pendingin. Simpan ditempat sejukdan kering
i. Sterilitas : lakukan penetapan dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan
membran. Gunakan penyaringa membran dengan prioritas tidak lebih dari 0,45 µm
yang terbukti efektif unruk menahan mikroba.
j. Inkompabilitas
Kloramfenikol tidak aktif di hati dan karena ini dapat berinteraksi dengan obat yang
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Misalnya, kloramfenikol meningkatkan
efek antikoagulan kumarin, seperti dicoumarol dan warfarin, beberapa hipoglikemik
seperti kloproparamid dan tolbutamid, dan antiepilepsi seperti fenitoin. Kloramfenikol
dapat mengurangi zat besi dan vitamin B12 pada pasien anemia dan kadang-kadang
mengganggu aksi kontrasepsi oral.
B. Bahan Tambahan
1. Asam Borat (Rowe dkk, 2009)
a. Rumus kimia : H3BO3 (trihidrat) dan HBO2 (monohidrat) Berat molekul : 61,83
g/mol (trihidrat) dan 43,82 (monohidrat)
b. Pemerian : Asam borat berbentuk serbuk kristal putih higroskopis, mengkilap tak
berwarna, atau kristal putih. pH : 3,5-4,1 (5% b/v larutan air) Titik leleh : 170,9°C
c. Kelarutan : Larut dalam etanol, eter, gliserin, dan minyak tertentu dan mudah
menguap lainnya. Kelarutan dalam air meningkat dengan penambahan asam klorida,
sitrat, atau tartarat.
d. Inkompatibilitas : Asam borat inkompatibel dengan air, basa kuat, dan logam alkali.
Asam borat juga bereaksi kuat dengan kalium dan anhidrida asam. Ini juga
membentuk kompleks dengan gliserin yangcmerupakan asam lebih kuat daripada
asam borat.
e. Cara sterilisasi: Autoklaf dan filtrasi
f. Penggunaan : Asam borat sering digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam obat
tetes mata. Asam borat juga memiliki kapasitas dapar yang baik sehingga dapat
digunakan untuk mengontrol pH dan sering digunakan dalam sediaan eksternal
seperti obat tetes mata.
2. Borax (Rowe dkk,2009)
a. Rumus kimia : Na2B4O7.10H2O Berat molekul : 381,37 g/mol
b. Pemerian : Putih; kristal keras; granul atau serbuk kristal; tidak berbau dan berkilau
pH : 9,0-9,6 (4% b/v larutan air)Titik leleh : 75°C saat dipanaskan dengan cepat.
Pada 100°C kehilangan 5H2O; pada 150°C kehilangan 9H2O; dan pada 320°C
menjadi anhidrat.
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%), etanol (99,5%), dan dietil eter; 1 :
1 dalam gliserin ; 1 : 1 dalam air mendidih; 1: 16 dalam air
d. Inkompatibilitas : Borax inkompatibel dengan asam dan dengan garam logam dan
alkaloid
e. Sterilisasi : Filtrasi
f. Penggunaan dan dosis : Penggunaan borax mirip dengan asam borat. Ini telah
digunakan secara eksternal sebagai astringent ringan dan ini juga telah digunakan
dalam larutan oftalmik dengan konsentrasi 0,03-1,0% b/v.
3. Phenyl Mercuric Nitrat (HPE Halaman 496).
a. Rumus kimia : C12H11Hg2NO4 (Kemenkes RI, 2020)
b. Berat molekul : 634,45 g/mol (Kemenkes RI, 2020)
c. pH : Larutan berair jenuh bersifat asam pada lakmus (Rowe, et al., 2009)
d. Titik lebur : 175-185°C (Kemenkes RI, 2020)
e. Kelarutan : Lebih larut dengan adanya asam nitrat atau alkali hidroksida. Etanol 95%
1 dalam 1000. Sedikit larut dengan gliserin, atau larut dalam 1bagian air sekitar 600-
1500 pada suhu 20 C atau 1 dalam 160 pada suhu 100 C
f. Stabilitas dan Penyimpanan
Semua larutan senyawa phenylmercuric akan membentuk residu hitam merkuri
logam bila terpapar cahaya atau setelah penyimpanan berkepanjangan. Sejumlah
besar garam fenilmerkuri dapat hilang, karena ketidakcocokan dengan komponen
kemasan atau eksipien lainnya. Misalnya sodium metabilsulfite, sehingga akan
mengurangi kemanjuran pengawet. Phenylmercuric nitrate harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat., terlindungi cahaya dan ditempat yang sejuk dan kering.
g. Cara Sterilisasi Bahan : Dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf
h. Inkompatibilitas : Garam fenilmerkuri tidak kompatibel dengan halide, terutama
bromide dan iodide, karena mereka membentuk senyawa halogen yang kurang larut.
Pada konsentrasi 0,002% b/v presipitasi tidak dapat terjadi dengan adanya klorida.
Garam fenilmerkurat juga tidak sesuai dengan alumunium dan logam lainnya, garam
ammonia dan ammonium, asam amino dan dengan beberapa senyawa sulfur,
misalnya : dalam karet.
i. Cara penggunaan dan Dosis : Gaaram fenilmerkuri digunakan sebagai bahan
pengawet antimikroba terutama dalam sodium oftalmik, tetapi juga digunakan dalam
kosmetik, formulasi farmasi parenteral dan topical. Penggunaan untuk bakterisida
dalam parenteral dan obat tetes mata dengan konsentrasi 0,0001-0,002. dan untuk
dosis yang dapat digunakan yaitu LD50 (Mouse, IV) : 27 mg/kg, LD50 (Mouse, oral)
: 50mg/kg, LD50 (Rat, SC) : 63mg/kg.
j. Indikasi : Dapat digunakan sebagai bakteriostatik.
4. Air (HPE Halaman 766)
a. Endotoksin bakteri : Tidak lebih dari 0,25 unit
b. Endotoksin FI per mL. Karbon organik total : Tidak lebih dari 0,5 mg per liter
c. Kelarutan : Larut dengan sebagaian besar dengan pelarut polar.
d. Stabilitas dan Penyimpanan : Air secara kimiawi stabil disemua keadaan fisik (es,
cairan, dan uap). Secara khusus, sistem penyimpanan dan distribusinya harus
dipastikan bahwa air dilindungi terhadap kontaminasi ion dan bahan organik, yang
masing-masing akan mengarah pada peningkatan konduktivitas dan total karbon
organic. Sistem juga harus dilindungi terhadap masuknya partikel asing dan
mikroorganisme secara fisik sehingga pertumbuhan mikroba dicegah atau
diminimalkan. Air untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang sesuai,
untuk water for injection di simpan dalam wadah tertutup rapat.
e. Cara Sterilisasi Bahan : Sterilisasi bahan dilakukan dengan cara destilasi.
f. Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan
dan bahan lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam keberadaan
air atau uang air) pada suhu sekitar dan suhu tinggi. Air dapat bereaksi keras dan
cepat dengan logam alkali dan oksida, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.
Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai
komposisi dan dengan bahan organic dan kalsium karbida tertentu.
g. Cara penggunaan dan Dosis : air banyak digunakan sebagai bahan baku dan bahan
pelarut dalam mengelola formulasi serta pembuatan produk farmasi, bahan aktif
farmasi (API), zat antara, dan reagen analitis. Water in Injection digunakan sebagai
diluen atau pengencer dan untuk dosisnya yaitu LD50 (Mouse, IP) 25kg/kg.
h. Indikasi : Digunakan sebagai bahan pelarut
IV. FORMULASI
1. Permasalahan dan Penyelesaian
a. Permasalahan : pH sediaan harus dibuat mendekati dengan pH fisiologis, untuk
mencegah kemungkinan terjadinya iritasi.
Penyelesaian : Dibuat pH 7,0 – 7,5 dan dilakukan pengecekan pH dua kali. Sediaan
tetas mata tidak perlu ditambahkan agen tonisitas karena digunakan dalam wadah
volume kecil dan dapat mentoleransi larutan NaCl dengan rentan 0,5 – 1,8%. Jika
sediaan yang dibuat sudah dalam kondisi hipertonis, masih ada toleransi dari
pengenceran oleh cairan mata.
b. Permasalahan : Chloramphenicol tidak stabil pada pemanasan tingggi
Penyelesaian : Dilakukan sterilisasi menggunakan sterilisasi panas basah dengan
autoklaf pada suhu 115 C selama 30 menit dengan penambahan bakterisida.
c. Permasalahan : Chloramphenicol sukar larut dalam air
Penyelesaian : Kloramfenikol memiliki sifat yang sukar larut dalam air (kelarutan
dalam air 1 : 400 atau 2,5 mg/ml). Untuk mengatasi permasalahan ini maka
kloramfenikol dilarutkan dalam larutan dapar asam borat dengan pemanasan rendah
<50 C.
d. Permasalahan : Kemungkinan terjadinya kontaminan mikroorganisme pada sediaan
karena termasuk sediaan dosis ganda.
Penyelesaian : Untuk mengantisipasi hal ini maka ditambahkan bakterisida. Pada
praktikum kali ini dipilih Phenyl Mercuric Nitrate. Phenyl Mercuric Nitrate dipilih
karena memiliki rentan pH yang luas. Selain itu juga dapat dilakukan filtasi dengan
membran filter 0,2 dan asam borat juga dapat berperan sebagai bahan pengawet.
2. Formula yang Akan Dibuat ( Dalam 15 ml )
R/ Chloramphenicol 500 mg
Boric Acid 1,5 gram
Borax 300 mg
Phenyl Mercuri Nitrite 2 mg
Water For Injection ad 100 ml
3. Perhitungan Berat dan Volume
Volume yang tertera pada kemasan adalah 10 ml, karena sterilisasi menggunakan
filtasi, dikhawatirkan adanya bahan yang tertinggal, maka penimbangan dilebihkan
50% sehingga sediaan dibuat sebanyak 15 ml. sedangkam volume yang tertera dalam
sediaan yaitu 10 ml, hal ini disebabkan karena aturan penambahan 0,5 ml pada
volume yang terpindahkan pada larutan encer, maka sediaan yang dimasukkan ke
wadah yaitu 10,5 ml.
Kloramfenikol = 500 mg/100 ml x 15 ml = 75 ml = 0,075 gram
Boric Acid = 1,5 gram /100ml x 15 ml = 225 mg = 0,225 gram
Borax = 300 mg/100ml x 15 ml = 45 mg = 0,045 gram
Ditimbanng 50 mg borax dilarutkan dalam 5 ml Fenil Merkuri Nitrat 0,002%
sehingga untuk 45 mg : 50 mg/ 5ml = 45mg/ x mg ; x = 4,5 ml
Phenyl Mercuri Nitrite = 2 mg/ 100ml x 15ml = 0,3 mg
Pengenceran dengan menimbang 50 mg lalu ditambahkan aq for injection 50
ml lalu dipipet 0,3 ml. Larutan fenil merkuri nitrat 0,002% yang dibutuhkan
sebanyak 15 ml (untuk pelarut).
Water for Injection = 50 ml Digunakan untuk pembuatan larutan fenil
merkuri nitrat 0,002%
4. Cara Sterilisasi Bahan Sediaan yang Akan Dibuat
Sediaan diterilisasi dengan menggunakan sterilisasi panas basah dengan autoklaf
pada suhu 115 C selama 30 menit dengan penambahan bakterisida.
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan :
 Kaca arloji (3)  Pipet tetes pendek (2)

 Batang pengaduk (20  Corong (1)

 Beaker glass 50 ml (2)  Kertas saring (2)

 Sendok logam (1)  Gelas Ukur (1)

 Pinset (2)  Pipet botol tetes (1)

 Erlenmeyer 50 ml (1)  Tali (q.s)

 Botol tetes coklat 10 ml (1)


b. Bahan yang digunakan :
 Chloramphenicol (C11H12Cl2N2O5)
 Boric Acid (H3BO3)
 Borax
 Phenyl Mercuri Nitrite
 Water for Injection
c. Penyiapan alat
Alat-alat yang telah dicuci bersih dengan prosedur yang sesuai, dikeringkan,
dibungkus untuk disterilkan. Sterilisasi yang dipakai sebagai berikut :
Nama Alat Jumlah Sterilisasi Waktu
Kaca arloji 3 cm 2 Oven, 180 30 Menit
Kaca arloji 5 cm 1 Oven, 180 30 Menit
Batang pengaduk 2 Oven, 180 30 Menit
Beaker glass 2 Oven, 180 30 Menit
Sendok logam 1 Oven, 180 30 Menit
Pinset 2 Oven, 180 30 Menit
Erlenmeyer 50 ml 1 Oven, 180 30 Menit
Botol tetes mata 2 Autoklaf, 121 15 Menit
Pipet tetes pendek 1 Autoklaf, 121 15 Menit
Corong 5 cm 1 Oven, 180 30 Menit
Gelas ukur 1 Autoklaf, 121 15 Menit
Pipet botol tetes 1 Autoklaf, 121 15 menit

VI. CARA KERJA


a. Pembuatan Larutan dapar pH 7

Asam borat sebanyak 225 mg ditimbang dan dilarutkan dengan fenil merkuri
nitrat 0,002% sebanyak 5 ml.

Kemudian ditumbang 50 mg borax, dilarutkan dengan fenil merkuri nitrat


0,002 sampai 5ml . pipet 4,5 ml

Larutan asam borat dan borax kemudian dicampurkan hingga mencapai pH


yang diinginkan
b. Pembuatan Sediaan

Sebanyak 75 ml kloramfenikol ditimbang, dan dimasukkan kedlaam beaker


glass

Ditambahkan dengan larutan dapar kemudian diaduk ad larut. Bila perlu


pengadukan dilakukan dengan pemanasan (<50 𝐶 )
Ditambahkan fenil merkuri nitrat 0,002% ad 15 ml, dilakukan pengadukan
dan dicek pH

Disaring menggunakan membran filter 0,2 𝜇𝑚 didalam Laminar Air Flow.

Sebanyak 10,5 ml larutan kloramfenikol yang telah jadi dimasukkan kedalam


botol tetes mata dan ditutup

c. Evaluasi Sediaan
 Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati bau, warna, rasa, kelarutan. Diharapkan dengan
adanya uji diharapkan sediaan yang dihasilkan tidak memiliki bau, tidak berwarna,
tidak memiliki rasa, dan larut secara sempurna.
 Uji pH
Syarat pH pada sediaan obat mata kloramfenikol yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia Edisi V adalah 7 hingga 7,5; kecuali tets mata tanpa larutan
dapar dan digunakan pada hewan 3,0 dan 6,0. Metode yang digunakan adalah :

Sejumlah cairan tetes mata diteteskan pada kertas indikator pH universal


sampai terbasahi

Kemudian dicek warna yang tampak pada kertas pH universal tersebut.

Warna yang tampak pada kertas pH universal tersebut kemudian dicocokkan


dengan warna yang terdapat pada kemasan untuk diketahui nilai pHnya.

 Uji Kebocoran
Digunakan untuk memeriksa keutuhan kemasan dan menjaga ketabilan volume
sediaan tetes mata. Metode pengujiannya adalah :

Cairan diisikan kedalam botol sediaan tets mata


Kemudian botol tersebut dibalik hingga mulut botol menghadap kebawah
dan ditunggu hingga beberapa menit

Kemudian diamati ada tidaknya tetesan sediaan obat yang keluar dari tutup
botol.

 Uji kejernihan
Cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan jernihnya air atau
kejernihan dari pelarut yang dipakai. Metode yang dipakai untuk menguji kejernihan
sediaan mata adalah :

Cairan sediaan tetes mata dan larutan pembanding, dimasukkan kedalam dua
buah tabung reaksi yang berbeda.

Kemudian kedua tabung reaksi tersebut dibandingkan setelah mencapai 5


menit dari pembuatan dengan latar belakang hitam.

Pengamatan dilakukan dibawah sinar yang terdifusi, tegak lurus kearah


bawah kedua tabung.

 Uji Sterilisasi
Syarat sediaan tetes mata steril adalah bebas dari mikroorganisme hidup yang
bersifat patogen atai tidak patogen. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V sterilitas
akan memenuhi syarat apabila digunakan prosedur uji menggunakan penyaringan
membran. Kriteria untuk uji mikroba dalam sediaan tetes mata pada bakteri, koloni
tidak kurang dari 1,0 log reduksi dari jumlah hitungan awal pada hari ke -7, tidak
kurang dari 3,0 log reduksi dari hitungan awal pada hari ke -14 dan tidak meningkat
sampai hari ke-28nuntuk kapang dan khamir, dimana koloni tidak meningkat dari
jumlah hitungan awal sampai hari ke-7 , ke-14, ke-28.Metode pembuatannya adalah :
Disiapkan sebanyak 10 ml sediaan tetes mata atau tidak kurang dari 1 ml

Diencerkan jika perlu dengan larutan steril yang sesuai seperti cairan
pengencer dan pembilas membran filter hingga ± 100ml

Digunakan membran filter dengan porositas ≤ 0,45𝜇𝑚 dengan diameter


± 50𝑚𝑚 dan sudah disterilisasi.

Larutan uji disaring kedalam membran filter untuk dilakukan penyaringan


dalam lingkungan aseptis

Larutan hasil di inokulasikan langsung kedalam media uji

Diinkubasi hasil penyaringan pada suhu 20-25 𝐶


VII. DESAIN BROSUR dan TABEL
a. kemasan Sekunder

No. Reg :
Komposisi :
DKL2009195A1
No.Batch : C01572 Mengandung
Meg.Date : April 2021 TEARS Kloramfenikol 5% TEARS
Exp. Date : April 2022
Indikasi
HITO Mengatasi infeksi
HITO
Kloramfenikol 0,5 %
superfisialis pada Kloramfenikol 0,5 %
mata yang
Diproduksi oleh
disebabkan oleh
Pt Sejahtera
Jember-Indonesia 10 ml meikroorganisme 10 ml
Aturan pakai :
b. Brosur Kemasan

TEARS
HITO
Kloramfenikol 0,5 %

Komposisi :
Mengandung Kloramfenikol 5 %

Farmakologi :
Kloramfenikol adalah antibakteri dengan
spektrum luas, dapat mengatasi infeksi
superfisialis pada mata yang disebabkan oleh
mikroorganisme

Indikasi :
Mengatasi infeksi superfisialis pada mata yang
disebabkan oleh meikroorganisme

Kontraindikasi :
Penderita dengan hipersensitivitas
Aturan Pakai
2-3 tetes pada mata dalam sehari

Efek Samping
Mata terasa perih, terbakar, hyperemia, dapat
terjadi pada penggunaan yang berlebihan

Peringatan dan Perhatian

Anda mungkin juga menyukai