Anda di halaman 1dari 9

Program Studi Manajemen

Bahan Ajar Manajemen Keuangan 1


MAN AJ EMEN PIU TAN G
(Materi 5)

Oleh
Seger Priantono, S.E., M.M.

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2020

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005)


BAB V
MANAJEMEN PIUTANG
Bab ini membahas Pengertian Piutang, Penentuan Besarnya Piutang, dan Anggaran Piutang

Tujuan Belajar:
Kemampuan Akhir Yang
Indikator
Direncanakan
Mahasiswa mampu menjelaskan Mahasiswa mampu:
dan menganalisis Manajemen 5.1 Memahami dan menjelaskan tentang
Piutang Piutang
5.2 Menjelaskan dan menghitung Anggaran
Piutang

A. Piutang

1. Pengertian Piutang
Piutang Dagang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat
penjualan secara kredit. Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta
dari kreditor (pemberi pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang
bersedia melunasinya pada waktu mendatang. Jadi piutang itu ada karena
terdapat dua pihak, yaitu kreditor dan debitor, ada kesediaan debitor untuk
melunasi kewajibannya kepada kreditor, ada jarak waktu mulai timbul piutang
sampai saat pelunasannya, ada hak menagih yang dimiliki kreditor.
Pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara kredit
kemudian melahirkan piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas
Hubungan antara piutang dengan kas adalah sebagai berikut:

Persediaan Barang
Piutang
Jadi (Barang
Dagangan)
KAS KAS

Gambar 5.1 Skema hubungan kas dengan piutang

Ada beberapa jenis piutang, yaitu


1) Piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet giro
kosong, cek kosong dan cek mundur), beban bayar dimuka (contoh : sewa
dibayar dimuka, iklan dibayar dimuka, dan bunga dibayar di muka), setoran
jaminan (contoh: untuk keperluan garansi/jaminan bank dan untuk keperluan
menjalin hubungan bisnis lainnya), piutang pajak( contoh: angsuran pajak,
pajak masukan, kelebihan bayar pajak, dan lain-lain) pinjaman pekerja,
piutang uang muka, piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lainnya.
2) Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji tertulis
dalam bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga dapat terjadi
karena menjual barang secara kredit atau pemberian pinjaman dalam bentuk
uang. Piuatang uang muka dapat terjad setelah uang muka beli barang atau
uang muka kerja (seperti pasang iklan atau membuat baliho)
3) Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai akibat
menjual barang dan jasa secara kredit dari usaha pokok perusahaan. Piutang
usaha berbeda dengan piutang dagang. Piutang usaha meliputi piutang
dagang, sedangkan piutang dagang hanya terdapat pada perusahaan dagang

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 1


yang menjual barang dagangannya secara kredit. Piutang usaha ini meliputi
seluruh macam/jenis perusahaan yang menjual barang atau jasa dari usaha
pokoknya secara kredit.

Pengelolaan Pengumpulan Piutang


Risiko yang selalu dihadapi oleh perusahaan yang menjual produknya secara
kredit adalah tidak terbayarnya piutang tersebut. Oleh karena itu untuk
mengantisipasinya maka perlu diadakan evaluasi terhadap calon pelanggan yang
lazimnya menggunaka prinsip 5K Besar kecilnya tagihan dan sifat debitur
tergantung pada 5 K (karakter, Kapasitas, Kolateral, Kapital, dan Kondisi)
Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada:
1) Character, yaitu karakter para manajemen perusahaan pengutang,
2) Capacity, yaitu kemampuannya atau kesanggupan membayar perusahaan
pengutang,
3) Capital, yaitu kondisi posisi keuangan perusahaan pengutang,
4) Collateral, yaitu harta perusahaan pengutang yang dijadikan jaminan,
5) Condition, yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis.
Tetapi sebenarnya pemberian kredit dalam dunia bisnis adalah kepercayaan.
Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari partner bisnisnya, ia kehilangna
kesempatan berbisnis.

Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Berdiskon


Adanya diskon ditunjukkan oleh syarat pembayaran seperti 2/10 – net 30,
artinya pembeli akan memperoleh diskon sebesar 2% apabila dibayar maksimal 10
hari setelah pembelian. Jangka waktu pembayaran kredit selama 10 hari sampai 30
hari, pembeli tidak memperoleh diskon, dan periode pembayaran kredit tersebut
maksimal selama 30 hari setelah pembelian.

Kebijakan Penambahan Jangka Waktu Kredit


Perpanjangan jangka waktu kredit dibenarkan apabila hasil yang diharapkan
dari perpanjangan waktu kredit tersebut lebih besar daripada biaya yang harus
dikeluarkan akibat kebijakan tersebut.

2. Penentuan Besarnya Piutang


Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh:
1) Volume penjualan kredit,
2) Syarat pembayaran kredit, makin longgar atau makin lunak syarat kredit
makin besar piutang dagang,
3) Kemampuan mengumpulkan atau menagih piutang,
4) Karakter pengutang atau debitur.
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran
piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable
turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit
dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi perputaran piutang
menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period of
accounts receivable).

Persed, Barang Jadi Penjualan Kredit


Piutang Kas
(Barang Dagangan) (Piutang)

Gambar 5.1 Skema Peprutaran piutang

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 2


Pernyataan itu dapat disajikan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Perputaran Piutang Penjualan Bersih


= kali
(Receivable Turnover) Rata-rata Piutang

Rata-rata Pengumpulan Piutang 360


= hari
(average collection period ) Perputaran Piutang

Contoh Kasus 1
PT Dhifa Steel memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2019 sebesar Rp
200.000 dan tahun 2020 sebesar Rp 180.000; piutang awal tahun 2019 Rp
40.000 dan akhir tahun Rp 60.000, sedangkan piutang awal tahun 2020 Rp
50.000 dan akhir tahun Rp 30.000. Perputaran piutang dan rata-rata
pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel 11.1.

Tabel 5.1 Perputaran Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang


Tahun
Uraian
2019 2020
Penjualan Bersih Rp 200.000 Rp 180.000
Piutang Awal Tahun Rp 40.000 Rp 50.000
Piutang Akhir Tahun Rp 60.000 Rp 30.000
Rata-rata Piutang (Average Receivable)
(Rp 40.000 + Rp 60.000) / 2 Rp 50.000 Rp 40.000
(Rp 50.000 + Rp 30.000) / 2
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
(Rp 200.000 / Rp 50.000) 4 kali 6 kali
(Rp 180.000 / Rp 40.000)
Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average
Collection Period)
(360 / 4 = 90) 90 hari
(360 / 6 = 60) 60 hari

Hari rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama


makin buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi
sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah dan
sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan
piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini.

Contoh Kasus 2
PT Dheni Style memiliki nilai penjualan per tahun Rp 1.800,-, seluruhnya dijual
kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10
sejak tanggal penjualan diberikan potongan tunai 2% (syarat 2/10, net 30). Dari
jumlah tersebut 60% dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya dalam waktu 30
hari. Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung:
1) Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode
Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah:
(0,60 x 10) + (0,40 x 30) = 18 hari.
2) Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi
satu tahun 360 hari kerja: (Rp 1.800 / 360) = Rp 5,-
3) Piutang PT Dheni Style sepanjang tahun setiap saat sebesar:

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 3


Jangka Waktu Penagihan x Penjualan Harian Rata-rata =
18 hari x Rp 5,-) = Rp 90,-
4) Perputaran Piutang = Penjualan/Piutang = (Rp 1.800 / Rp 90) = 20 kali
5) Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) =
360 hari / 20 = 18 hari.
6) Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung
dengan rumus:

Piutang Usaha Rp 90
= = 18 hari
Penjualan / 360 hari Rp 1.800 / 360 hari

Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan
jumlah rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua
unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang.

3. Pengendalian Piutang
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur
piutang (aging schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat
diketahui jumlah piutang yang segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan
dapat diketahui pengutang atau debitur yang baik dan yang buruk.
Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian
keuangan karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan
pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau
kredit dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas masuk cepat.
Untuk mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer keuangan harus
menyusun anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan untuk
mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi
perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).

Contoh skedul umur piutang dapat disajikan pada tabel 5.2, yang terdiri PT ABC
dan PT KLM. Syarat kredit kedua perusahaan tersebut adalah 2/10/net 30.

Tabel 5.2 Skedul Umur Piutang ( Agimg Schedule of Receivable)


PT ABC PT KLM
Umur Piutang
(Hari) Nilai Piutang % Dari Total Nilai Piutang % Dari Total
(Rp jt) Nilai Piutang (Rp jt) Nilai Piutang
0 – 10 640 80% 400 50%
11 – 30 160 20% 160 20%
31 – 45 0 120 15%
46 – 60 0 80 10%
di atas 60 0 40 5%
Total 800 100% 800 100%

PT ABC lebih baik daripada PT KLM, karena semua pelanggan membayar


tepat waktu 80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30.
Sedangkan PT KLM pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian
kredit, 30% yaitu (15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari
jatuh tempo. Perusahaan yang baik hendaknya mengikuti manajemen piutang PT
ABC sebagaimana ilustrasi di atas.
Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul
umur piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua
unsur itu untuk mengetahui efektifitas bagian penagihan menjalankan tugasnya.
Jika jangka waktu penagihan makin panjang dan rasio umur piutang yang

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 4


melewati jatuh tempo makin besar, maka harus diadakan peninjauan kembali
kebijakan penjualan kredit.

B. Anggaran Piutang

1. Pengertian Anggaran Piutang


Anggaran piutang (receivable budget) ialah anggaran yang merencanakan
secara lebih terperinci tentang jumlah piutan perusahaan beserta perubahan-
perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan datang. Anggaran
piutang menunjukan besarnya piutang yang terjadi dari waktu ke waktu karena
perusahaan mengadakan teransaksi-transaksi penjualan secara kredit, menunjukan
jumlah piutang yang tertagih dari waktu ke waktu, serta menunjuakan pula sisa
piutang yang belum tertagih dari waktu ke waktu selama periode yang akan
datang.
Memberikan kredit memiliki beberapa resiko, diantaranya adalah resiko
tertanamnya harta dalam piutang dan resiko tidak tertagihnya sebagian atau
seluruh piutang. Oleh karena itu perlu ditentukan besarnya anggaran piutang tak
tertagih dengan cara menyediakan cadangan pengahpusan piutang sebagai akibat
kemungkinan tidak tertagih. Dengan demikian, kerugian piutang tidak tertagih
tidak dianggap sebagai hal yang tidak terduga.
Selain itu juga piutang adalah salah satu bentuk investasi. Sebagai salah satu
bentuk investasi maka piutang :
1) Menyerap sejumlah dana modal kerja
2) Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatannya
3) Mempengaruhi tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan

2. Manfaat Anggaran Piutang


Secara umum, semua anggaran, termasuk angaran piutang mempunyai tiga
kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat perkoordinasian kerja,
serta sebagai alat pengawasan kerja, yang membantu management dalam
memimpin jalannnya perusahaan. Sedangkan secara khusus, anggaran piutang
berguna sebagai dasar untuk penyusunan anggaran kas, karena penagihan-
penagihan Piutang tersebut merupakan pemasukan Kas.

3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Piutang


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran piutang,
antra lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu
kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan
piutang.
Berikut ini dijelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi anggaran piutang
tersebut.
a. Volume Barang Yang Dijual Secara Kredit
1) Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada tunai dapat
semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha dan sebaliknya.
Contoh : sebulan dijual barang Rp 100.000 dengan syarat 10% dibayar
tunai dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha
yang tertanam 90% x Rp 100.000 = Rp 90.000
2) Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai dapat
memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh : sebulan dijual
baran Rp 100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10% dilakukan
secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam 10% x Rp
100.000 = Rp 10.000.
Kesimpulannya, semakin besar piutang usaha yang tertanam semakin besar
risiko dalam piutang.

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 5


b. Standar Kredit
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha
yang tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka semakin
besar pula piutang yang tertananm dan semakin besar resiko kerugian piutang.
Standar kredit yang longgar dan ekstrem misalnya tidak perlu jaminan kredit,
termasuk jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan
fasilitas kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mmpertimbangkan apakah calon
debitor berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis
5C dan 3S diabaikan. Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan
maka semakin kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko
kerugian piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrem artinya calon debitor
diseleksi secara ketat.
c. Jangka Waktu Kredit
Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar piutang
usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang panjang
dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di samping juga
mengakibatkan piutang usaha semakin besar.
d. Pemberian Potongan
Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya
investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan memperkecil
piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian potongan yang kecil
memperbesar piutang yang tertanam
Contoh :
Barang yang dijual = Rp 100.000,-
Pembelian tunai dengan potongan 10% = Rp 10.000,-
Uang yang harus dibayar pembeli = Rp 90.000,-
Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya
piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan) mengakibatkan
piutang usaha sebesar Rp 100.000,-
e. Pembatasan Kredit
Pemabatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit
dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit maksimal
yang akan dberikan. Pembatasan kredit juga dapat mempengaruhi besar
kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka semakin
besar piutang usaha yang tertanam dan semakin rendah batasan kredit maka
semakin kecil piutang yang tertanam.
f. Kebijakan Penagihan Piutang
Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang
usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan
piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara aktif
dapat memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya kebijakan
penagihan piutang secara pasifdapat memperbesar piutang usaha yang
tertanam. Kebijakan penagihan piutang secara aktif memerlukan biaya
(beban) yang besar dibandingkan kebijakan penagihan secara pasif. Biaya
yang dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif meliputi
biaya perjalanan, biaya telepon,
4. Penyusunan Anggaran Piutang
Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan
kredit. Kondisi yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan.

Contoh Kasus 2
PT DHENI STYLE mempunyai data penjualan bulan Januari Rp 100.000, Pebruari
Rp 200.000, dan Maret Rp 300.000. Syarat pembayaran ditetapkan 3/20, net 30.
Informasi 70% pelanggan membayar 20 hari setelah bulan penjualan, 20%

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 6


pelanggan membayar 10 hari terakhir bulan kesatu sesudah bulan penjualan, dan
10% pelanggan membayar bulan kedua setelah bulan penjualan.
Berdasarkan informasi tersebut anggaran pengumpulan piutang bulan Pebruari,
Maret, April adalah sebagai berikut:
Bulan Februari:
o Pengumpulan piutang bulan Februari = 70% x Rp 100.000 = Rp 70.000
dikurangi potongan tunai = 3% x Rp 70.000 = Rp 2.100 = Rp 67.900.
o 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir = 20% x Rp 100.000 = Rp
20.000.
o Jadi dalam bulan Pebruari, piutang terkumpul = Rp 67.900 + Rp 20.000 =
Rp 87.900
Bulan Maret:
o Piutang atas penjualan bulan Januari = 10% x Rp 100.000 = Rp 10.000
o Piutang atas penjualan bulan Pebruari = 70% x Rp 200.000 = Rp 140.000,
dikurangi potongan tunai = 3% X Rp 140.000 = Rp 4.200 = Rp 135.800
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir = 20% x Rp 200.000 = Rp 40.000
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10.000 + Rp 135.800 + Rp
40.000 = Rp 185.800
Bulan April:
o Piutang atas penjualan bulan Pebruari = 10% x Rp 200.000 = Rp 20.000
o Piutang atas penjualan bulan Maret = 70% x Rp 300.000 = Rp 210.000
dikurangi potongan tunai = 3% x Rp 210.000 = Rp 6.300 = Rp 203.700
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir = 20% x Rp 300.000 = Rp 60.000
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20.000 + Rp 203.700 + Rp
60.000 = Rp 283.700

Tabel 5.3 Anggaran Piutang (Rp 000)


Uraian Januari Pebruari Maret April
Penjualan 100.000 200.000 300.000
Pengumpulan Piutang
a) 20 hari setelah bulan penjualan (70%) 70.000 140.000 210.000
Diskon 3% (2.100) (4.200) (6.300)
Jumlah a) 67.900 135.800 203.700
b) 10 hari terakhir bulan kesatu setelah
20.000 40.000 60.000
bulan penjualan (20%)
c) Bulan kedua setelah penjualan (10%) 10.000 20.000
Jumlah Pengumpulan Piutang 87.900 185.800 283.700

5. Kebijakan Kredit (Credit Policy)


Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kualitas
produk, harga yang kompetitif, distribusi yang cepat, promosi, pelayanan purna
jual, kebijakan kredit, dan lain-lain.

Contoh Kasus 3
PT Andromeda berupaya meningkatkn labanya dengan rencana merubah
kebijakan penjualam yang selama ini dilakukan
1) Kebijkan lama: potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai dengan 7 hari
(3/7). Rata-rata Pengumpulan piutang 30 hari, pembeli yang memanfaatkan
potongan tunai 15%, piutang tak tertagih (bad debt) 2% dari penjualan
kredit (credit sales). Penjualan selama satu tahun 1.500 @ Rp 5.000, Variabel
cost Rp Rp 2.300, biaya modal diperhitungkan 22% per tahun.
2) Kebijakan baru: perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15,
potongan tunai 4% bagi yang melakukan pembayaran sampai dengan 15 hari.

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 7


Rata-rata pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan potongan tunai
bertambah menjadi 25% dan penjualan meningkat 20%, tambahan tenaga
penjual 3 orang dengan gaji per bulan Rp 1.700 per orang, piutang tak
tertagih (bad debt) 3%.
Apakah perusahaan mempertahankan kebijakan lama atau menjalankan kebijakan
baru?
Perhitungan:
Tabel 10.3 Solusi Kasus PT Andromeda
Kebijakan Kebijakan
Uraian
Lama Baru
Penjualan :
1.500 x xRp 5.000 Rp 7.500.000
(1+20%) x (Rp 7.500,000) Rp 9.000.000
Piutang :
85% x penjualan Rp 6.375.000
75% x penjualan Rp 6.750.000
Tunai 15% Rp 1.125.000
Tunai 25% Rp 2.250.000
Perputaran (Turnover) 360/30 12 kali
Perputaran (Turnover) 360/40 9 kali
Rata-rata Piutang Rp 6,375,000/12 Rp 531.250
Rata-rata Piutang Rp 6,750,000/9 Rp 750.000
Investasi pada Piutang 46% Rp 244.375 Rp 345.000
Biaya Modal 22% Rp 53.763 Rp 75.900
Piutang Tak Tertagih (bad debt) 2% Rp 127.500
Piutang Tak Tertagih (bad debt) 3% Rp 202.500
Potongan Tunai (cash discount) 3% Rp 33.750
Potongan Tunai (cash discount) 4% Rp 90.000
Marjin Kontribusi *) 54% Rp 4.050.000 Rp 4.860.000
Gaji tenaga penjual 3 x 12 x Rp 1.700 Rp 61.200

Pembahasan
1) Marjin kontribusi = [1 – (2.300 / 5.000)] = 54%
2) Perhitungan Laba (rugi) atas kebijakan baru:
Tambahan marjin kontribusi = (Rp 4.860.000 – Rp 4.050.000) = Rp 810.000
Tambahan biaya modal = (Rp 75.900 – Rp 53,763) = (Rp 22.137)
Tambahan piutang tak tertagih = (Rp 202.500 – Rp 127.500) = (Rp 75.000)
Tambahan potongan tunai = (Rp 90.000 – Rp 33.750) = (Rp 56.250)
Gaji tenaga penjual = (Rp 61.200)
Tambahan Laba = Rp 595.413

Kesimpulan:
Kebijakan baru PT Andromeda adalah layak dijalankan karena ada tambahan
laba sebesar Rp 595.413.

Manajemen Piutang – Manajemen Keuangan 1 (EM163005) 8

Anda mungkin juga menyukai