Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN

Disusun oleh :

Anita Saputri 2019.A.10.0792

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TINGKAT I

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan Berkat dan limpahan
RahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami ‘’faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan dalam Asuhan Kebidanan Kehamilan’’

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya lebih baik lagi.

Makalah ini saya akui masih banyak sekali kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan para pembaca untuk masukan- masukan yang
bersifat mambangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 . Latar Belakang...............................................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
1.3. Tujuan............................................................................................................................................6
BAB II.................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................................7
3.1.    Faktor Fisik...............................................................................................................................7
3.2. Faktor Psikologis....................................................................................................................16
3.3.     Faktor lingkungan, sosial budaya dan ekonomi.....................................................................22
BAB III..........................................................................................................................................25
PENUTUP.....................................................................................................................................25
4.1       KESIMPULAN....................................................................................................................25
4.2       SARAN..............................................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya
terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin,
dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40
minggu dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014). Jumlah ibu hamil di Indonesia pada
tahun 2017 tercatat sekitar 5.324.562 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah, jumlah ibu hamil
mencapai 590.984 jiwa (Kemenkes RI, 2018).

Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim
maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup
sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa
kehamilan (Johnson, 2016).

Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga dapat
berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada kehamilan merupakan
suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat kondisi hamil (Sukarni &
Wahyu, 2013) Risiko tinggi pada kehamilan dapat ditemukan saat menjelang waktu
kehamilan, waktu hamil muda, waktu hamil pertengahan, saat in partu 2 bahkan setelah
persalinan (Manuaba, 2008). Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau masalah
kesehatan akan dimasukan kedalam kategori risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan
pelaksanaan asuhan pada kehamilan menjadi lebih besar.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja Faktor Fisik yang mempengaruhi Kehamilan ?

2. Apa saja Faktor Psikologis yang mempengaruhi Kehamilan

3. Apa saja Faktor lingkungan, sosial Budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi Kehamilan?
1. 3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah, agar Mahasisiwi mampu :


1. Mengetahui pengertian factor- factor yang mempengaruhi Kehamilan.
2. Mengetahui apa saja factor- factor yang mempengaruhi Kehamilan.
3. Mengetahui apa itu factor fisik yang mempengaruhi Kehamilan.
4. Mengetahui apa itu factor psikologis yang mempengaruhi kehamilan.
5. Mengetahui apa itu faktor lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi yang
mempengaruhi kehamilan.
BAB II

PEMBAHASAN

3.1.    Faktor Fisik

Ada tiga faktor yang mempengaruhi Kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan
faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi.

Faktor fisik ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan, status gizi dan gaya hidup ibu
tersebut.

3.1.1. Status Kesehatan

Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu preoses yang butuh perawatan khusus
agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung unsur kehidupan ibu
maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada
mulanya normal, secara tiba-tiba dapat beresiko tinggi. Jika status kesehatan ibu hamil
buruk, misalnya menderita anemia maka bayi yang dilahirka beresiko lahir dengan berat
badan rendah, bayi dengan BBLR ini memilki resiko kesakitan seperti infeksi saluran
nafas bagian bawah dan kematian yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan
dengan berat badan normal. Bagi ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan
pada saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian
(kusmiyati, 2009) Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat
selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik,
memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari
merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk
mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan
(Gulardi H, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil Beberapa faktor yang
mempengaruhi status kesehatan ibu hamil adalah :

1. Umur

Umur adalah hal yang sangat diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi. Angka
kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur dan juga biasanya semakin bertambah umur seseorang maka pengetahuan
akan status kesehatan ibu hamil akan luas (Notoatmodjo, 2003).

1)      Segi negatif kehamilan di usia tua

a)      Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan
proses kelahirannya. Hal ini turut memengaruhi kondisi janin.

b)      Pada proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan pada usia ini telah
menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi
sehat (25-30 tahun)

Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan


terjadinya gangguan perkemihan dan perkembangan buah kehamilan, maka
kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Inta Uterine Growth Retardation (IUGR)
yang berakibat bayi berat lahir rendah (BBLR).

c)      Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu. Jika ibu
mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (hamil pertama dengan usia lebih
dari 40 tahun), keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.

2)      Segi positif hamil di usia tua

a)      Kepuasan peran sebagai ibu

b)      Merasa lebih siap

c)      Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik

d)     Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan

e)      Mampu mengambuil keputusan

f)       Karir baik, status ekonomi lebih baik

g)      Perkembangan intelektual anak lebih tinggi

h)      Periode menyusui lebih lama

i)        Toleransi pada kelahiran lebih besar


2. Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh
kembang anak karena pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana
menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya. Seseorang yang berpendidikan
akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Rendahnya
tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh juga terhadap
peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat terbuka dengan hal-hal atau
motivasi baru (Notoatmodjo, 2003).

3. Psikologis

Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya
terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan
penyesuaian emosi, pola berpfikir dan berperilaku yang berlanjut hingga lahir bayi.
Untuk alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang
mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga keluarganya. Pada asuhan kehamilan
tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis atau jiwa (Kusmiyati, 2008).

4. Pengetahuan

pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang (Notoatmodjo, 2003)

5. Gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena
faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil selama hamil serta
guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dengan
faktor ekonomi, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil
dengan penyakit infeksi tertentu termasuk juga persiapan fisik untuk masa persalinan.
Kebutuhan ibu hamil secara garis besar adalah asam folat, energi, protein, zat besi (Fe),
kalsium, pemberian supleman vitamin D terutam pada kelompok beresiko penyakit
seksual (IMS) dan dinegara dengan musim dinggin yang panjang dan pemberian yodium
pada daerah yang endemik kretinisme (Kusmiyati, 2008).

6. Aktivitas

Seorang wanita hamil boleh mengerjakan aktivitas sehari-hari asal hal tersebut tidak
memberikan gangguan rasa tidak enak.bagi wanita pekerja ia boleh tetap masuk kantor
sampai menjelang partus. Menurut analisa profesional bahwa maksud pekerjaan atau aktivitas
bagi ibu hamil bukan hanya pekerjaan keluar rumah atau institusi tertentu, tetapi juga
pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu rumah tangga didalam rumah, termasuk pepkerjaan sehari-
hari didalam rumah dan juga mengasuh anak. Sering ada rekomendasi untuk mengurangi
aktivitas pada ibu hamil dengan riwayat melahirkan BBLR, namun hal itu tidak terbukti efektif.

7. Riwayat Kesehatan

Penyakit yang pernah diderita ibu dapat memengaruhi kehamilannya. Sebagai contoh
penyakit yang akan memengaruhi dan dapat dipicu dengan adanya kehamilan adalah :

1. Hipertensi

2. Penyakit Jantung

3. Diabetes Mellitus

4. Anemia

5. Penyakit Menular Seksual

8. Kehamilan ganda (Multiple)

Pada kasus kehamilan multiple atau kehamilan lebih dari satu janin, biasanya kondisi ibu
lemah. Ini disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus ditanggung, baik dari pemenuhan
nutrisi, oksigen dan lain-lain. Biasanya kehamilan multiple mengindikasikan adanya beberapa
penyulit pada proses persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio caesaria) lebih
dipertimbangkan. Dengan demikian jika dilihat dari segi biaya, proses persalinan dari kehamilan
multiple akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal mengingat adanya
kemungkinan terjadinya persalinan secara SC. Selain itu risiko adanya kematian dan cacat juga
harus dipertimbangkan.
Ketika bayi sudah lahir, kemungkinan ketegangan dalam merawat bayi akan terjadi
karena itu harus berkonsentrasi dua kali lipat dari pada bayi tunggal, namun adanya keunikan-
keunikan akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga.

9. Kehamilan dengan HIV

Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan menjadi sangat rentan terhadap
penularan selama proses kehamilannya. Virus HIV kemungkina besar akan ditransfer melalui
plasenta ke dalam tubuh bayi.

3.1.2. Status gizi

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum
dan selama hamil.

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi


dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori
selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih
300 kalori setiap hari selama hamil.

Gizi Kurang pada Ibu Hamil Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.

1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi.

2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).

3.1.3. Gaya hidup

Gaya hidup sehat sangat berpengaruh terhadap kehamilan karena berhubungan


dengan kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya oleh karena itu salah satu usaha
yang dapat dilakukan dalam menerapkan gaya hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, mengurangi aktivitas yang berat,
menghindari rokok, dan mengurangi konsumsi teh atau kopi, agar janin yang berada
dalam kandungannya tumbuh dengan sehat dan sempurna. Hal ini telah dijelaskan dalam
teori bahwa gaya hidup sehat dapat membantu kehamilan yang aman dan berkualitas,
juga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.
Kehamilan berkualitas diindikasikan dari kesehatan fisik dan mental ibu beserta janinnya
Kehamilan yang aman dan berkualitas ditandai dengan tidak adanya komplikasi yang
membuat tidak nyaman atau bahkan yang mengancam jiwa ibu hamil. Dengan
bertambahnya usia kehamilan dan semakin besarnya perut, akan timbul rasa tidak
nyaman, baik dari segi fisik maupun penampilan.

1. Mengkonsumsi Makanan Bergizi


Makanan ibu hamil bisa bervariasi. Sebaiknya olahan makanan segar dan
pengolahan tidak terlalu lama. Makan juga secukupnya saja, jangan mengikuti selera.
Di masa kehamilan sebaiknya menjauhi makanan yang diawetkan atau diberi
warna. “Hindari makanan berkalori tinggi, terlalu banyak gula dan lemak serta kurang
gizi lainnya tersebut. Sebaiknya ibu hamil juga tak mengonsumsi soft drink, junk
food, dan keripik. Lalu kurangi asupan lemak dan jeroan misalnya keju, susu full
cream, daging berlemak, usus dan otak.
Hindari makanan yang tidak masak, minuman beralkohol, dan kurangi konsumsi
kafein dan tannin karena menghambat penyerapan beberapa zat gizi. “Untuk kudapan
kurangi cemilan yang mengandung banyak gula seperti permen, cokelat, biscuit manis
atau berlapis cream. Batasi kudapan tinggi lemak seperti kentang goreng, keripik,
cake, cokelat dan es krim. Makanan tersebut bisa diganti dengan makanan rendah
lemak seperti buah segar, jagung kukus, yogurt, es krim rendah lemak, kroket atau
risoles isi sayuran. Kurangi kudapan siap saji, karena banyak mengandung kalori,
lemak dan tinggi garam. Jika terlalu banyak ngemil namun masih lapar disarankan
untuk mengonsumsi sayur dan buah dalam porsi wajar.

2. Istirahat yang cukup

Kondisi fisik yang dipengaruhi hormon kehamilan membuat ibu hamil


cenderung cepat merasa lelah dan lesu. Selain itu juga, ibu hamil harus menjaga
kondisi janin agar tetap sehat sehingga tidak boleh terlalu capai saat beraktivitas.
Organ dalam tubuh seperti jantung bekerja lebih keras saat kehamilan untuk menjaga
agar aliran darah ke janin tetap lancar, begitu pun dengan ginjal yang bekerja lebih
keras untuk memproses sisa metabolisme dalam tubuh. Oleh karena itu,
kebutuhan tidur ibu hamil lebih banyak dibanding biasanya. Selain tidur selama 8 jam
pada malam hari, sebisa mungkin ibu hamil juga tidur siang minimal 1 hingga
maksimal 3 jam untuk mengembalikan stamina yang habis selama aktivitas siang hari.

3. Mengurangi aktivitas yang berat

Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang mengharuskan ibu hamil untuk lebih banyak
beristirahat:

a. Preeklamsia dan eklamsia

Preeklamsia adalah sebuah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah
tinggi, adanya protein di dalam urine, dan pembengkakan pada bagian tubuh ibu
hamil, terutama tungkai. Bila kondisi ini tidak segera ditangani, bisa berkembang
menjadi eklamsia.
Ibu hamil dengan eklamsia akan mengalami kejang yang disertai dengan penurunan
kesadaran. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera karena bisa mengancam
nyawa ibu maupun janin.

b. Perdarahan vagina

Perdarahan vagina yang terjadi pada trimester pertama umumnya bukanlah sesuatu
yang serius, walaupun tetap perlu diperiksakan ke dokter. Namun, bila perdarahan
sering terjadi, terutama pada trimester kedua dan ketiga, maka bisa jadi ini
menandakan adanya komplikasi kehamilan.

Perdarahan lewat vagina yang sering terjadi, dalam jumlah banyak, atau disertai nyeri
perut bisa saja menjadi tanda bahwa ibu hamil akan mengalami keguguran atau
persalinan prematur.

c. Kelainan plasenta

Plasenta atau ari-ari berperan penting untuk memelihara kesehatan janin. Melalui
plasenta, janin bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkannya untuk
tumbuh dan berkembang.

Bila plasenta mengalami gangguan, suplai oksigen dan nutrisi ke janin tentu juga akan
terganggu. Beberapa gangguan atau kelainan yang bisa terjadi pada plasenta adalah:

-Plasenta previa, yaitu kondisi di mana ari-ari menutupi sebagian atau seluruh jalan
lahir.

-Plasenta akreta, yaitu kondisi di mana pembuluh darah plasenta atau bagian dari
plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim.

-Abruptio plasenta atau solusio plasenta, yaitu kondisi di mana ari-ari terlepas dari
dinding rahim bagian dalam sebelum persalinan berlangsung.

d. Inkompetensi serviks (leher rahim lemah)

Seiring bertambahnya usia kehamilan, bobot janin akan semakin bertambah dan
menekan leher rahim. Jika kondisi leher rahim lemah, tekanan tersebut dapat
menyebabkan leher rahim terbuka sebelum janin siap dilahirkan. Lemahnya leher
rahim ini bisa menimbulkan kelahiran prematur atau juga keguguran.

e. Riwayat keguguran atau melahirkan premature

Bila ibu hamil pernah mengalami keguguran atau melahirkan prematur sebelumnya,
maka dokter akan menganjurkan ibu hamil untuk lebih banyak beristirahat, sebab ibu
hamil memiliki kemungkinan untuk mengalaminya kembali pada kehamilan saat ini.

4. Menghindari Rokok

Apabila ibu sedang hamil dan memiliki kebiasaan merokok, bayi yang ada di dalam
kandungan memiliki kemungkinan untuk mengalami risiko:

 Lahir prematur.

 Bayi lahir dengan berat badan di bawah normal, yang membuat lebih rentan terkena
infeksi.

 Meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak.

 Kolik atau mengalami nyeri hingga dapat menangis lebih dari tiga jam sehari.

 Mengidap asma dan rentan menderita infeksi maupun peradangan saluran pernapasan.

 Cacat bawaan pada tengkorak, jantung, otot, anggota gerak dan bagian tubuh lainnya.

 Gangguan tingkah laku, emosional, dan kemampuan belajar.

Merokok saat hamil tidak hanya membawa dampak buruk bagi janin, tapi juga bagi
ibu hamil. memiliki risiko mengalami hal-hal berikut:

 Gangguan pada plasenta, yaitu kemungkinan terjadi placental abruption yang terjadi


ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum proses kelahiran bayi.
Dapat juga terjadi plasenta previa, yaitu saat seluruh atau sebagian plasenta menutup
mulut rahim.

 Pecah ketuban sebelum waktunya.


 Keguguran kandungan.

Selain menjadi perokok aktif, risiko juga ada pada ibu hamil dan bayi yang terkena
paparan asap rokok sebagai perokok pasif. Terutama ketika jika anggota keluarga
yang merokok dan tinggal dalam satu rumah.

5. Mengurangi Konsumsi The dan Kopi

Wanita hamil umumnya dianggap rentan konsumsi makanan atau minuman yang
dianggap berbahaya, terutama makanan mentah dan minuman berkafein demi
menjaga kehamilannya. Tetapi menurut Dr Isis Amer-Wahlin, konsultan kebidanan
dan ginekologi di Bonzun, kafein dalam jumlah sedang, masih aman dikonsumsi
selama kehamilan.

3.2. Faktor Psikologis

Faktor penyebab terjadinya perubahan psikologi wanita hamil ialah


meningkatnya produksi hormon progesteron. Hormon progesteron memengaruhi
kondisi psikisnya, akan tetapi tidak selamanya pengaruh hormon progesteron menjadi
dasar perubahan psikis, melainkan kerentanan daya psikis seorang atau lebih dikenal
dengan kepribadian. Wanita hamil yang menerima atau sangat mengharapkan
kehamilan akan lebih menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. Berbeda dengan
wanita hamil yang bersikap menolak kehamilan. Mereka menilai kehamilan sebagai
hal yang memberatkan ataupun menganggu estetika tubuhnya seperti gusar, karena
perut menjadi membuncit, pinggul besar, payudara membesar, capek dan letih. Tentu
kondisi tersebut akan mempengaruhi kehidupan psikis ibu menjadi tidak stabil (Pieter
& Namora, 2010).

Menurut (Megasari et al, 2015) kebutuhan psikologis ibu hamil antara lain:

1. Support Keluarga

Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian, kasih sayang pada wanita


dari ibu, terutama dari suami, anak jika sudah mempunyai anak dan keluarga-keluarga
dan kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil.

2. Support Tenaga
Kesehatan Memberikan pendidikan, pengetahuan dari awal kehamilan sampai akhir
kehamilan yang berbentuk konseling, penyuluhan, dan pelayanan-pelayanan
kesehatan lainnya. Contoh: keluhan mual dan muntah, bidan akan menyarankan
sering makan tapi porsi sedikit, konsumsi biscuit pada malam hari, sesuatu yang
manis (permen, dan jus buah), hindari makanan yang beraroma tajam, yakinkan
bahwa situasi ini akan berakhir saat bulan ke-4.

3. Rasa Aman dan nyaman

selama kehamilan Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa orang yang


paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah suami. Wanita hamil yang
diberi perhatian dan kasih sayang oleh suaminya menunjukkan lebih sedikit gejala
emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan
penyesuaian selama masa nifas. Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita
selama hamil antara lain: menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai,
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak yang dikandung ibu
sebagai keluarga baru.

4. Persiapan menjadi orang tua

Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa persiapan orang tua harus


dipersiapkan karena setelah bayi lahir banyak perubahan peran yang terjadi, mulai
dari ibu, ayah, dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama mempunyai anak,
persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu
untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasihat mengenai persiapan menjadi
orang tua. Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat belajar
dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Selain persiapan mental, yang tak kalah
pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena bertambah anggota maka bertambah
pula kebutuhannya. Pendidikan orang tua adalah sebagai proses pola untuk membantu
orang tua dalam perubahan dan peran ibu hamil. Pendidikan orang tua bertujuan
untuk mempersiapkan orang tua untuk menemukan tantangan dalam melahirkan anak
dan segera menjadi orang tua. Persiapan orang tua sebaiknya meliputi kedua calon
orang tua yaitu istri dan suami serta harus mencangkup tentang kehamilan.
Pendekatan yang dilakukan bervariasi dengan memperhatikan aspek fisik dan
psikologis keduanya. Salah satu persiapan orang tua dapat dilaksanakan dengan kelas
pendidikan kelahiran atau kelas antenatal.

5. Persiapan Sibling

Persiapan sibling dimana wanita telah mempunyai anak pertama atau kehamilan para
gravidum, yaitu persiapan anak untuk menghadapi kehadiran adiknya: a. Support anak
untuk ibu (wanita hamil) menemani ibu saat konsultasi dan kunjungan saat perawatan
akhir kehamilan untuk proses persalinan. b. Apabila tidak dapat beradaptasi dengan
baik dapat terjadi kemunduran perilaku, misalnya mengisap jari, ngompol, nafsu
makan berkurang, rewel. c. Intervensi yang dapat dilakukan misalnya memberikan
perhatian dan perlindungan tinggi dan ikut dilibatkan dalam persiapan menghadapi
kehamilan dan persalinan. Adaptasi sibling tergantung dari perkembangan anak bila
usia kurang dari 2 tahun: Belum menyadari kehamilan ibunya, belum mengerti
penjelasan. usia 2-4 tahun: mulai berespon pada fisik ibu. Usia 4-5 tahun: senang
melihat dan meraba pergerakan janin. Usia sekolah: dapat menerima kenyataan, ingin
mengetahui terjadinya kehamilan dan persalinan

Menurut (Romauli, 2011) faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan yaitu:

a. Stressor

1. Stressor internal

Stresoor internal merupakan faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari
diri ibu sendiri. Adanya beban psikologi yang ditanggung oleh ibu dapat
menyababkan gangguan perkembangan bayi dan nantinya akan terlihat ketika bayi
lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang yang kepribadian tidak baik, tergantung
pada kondisi stres yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi seorang yang
berkepribadian temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri.

2. Stressor eksternal Stressor eksternal adalah stres yang timbul dari luar yang
memberikan pengaruh baik maupun pengaruh buruk terhadap psikologi ibu hamil.
Pemicu stres yang berasal dari luar misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga,
pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan.

b. Dukungan Keluarga

Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan


kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu
dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan juga merupakan anggota dalam
suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama (Asmuji, 2014). Setiap tahap
usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun
psikologi. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi, dimana
sumber stres terbesar terjadi karena melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut.
Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif
dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

c. Subtance abuse

Subtance abuse merupakan perilaku yang merugikan dan membahayakan bagi


ibu hamil termasuk penyalah gunaan atau penggunaan obat atau zat-zat yang
membahayakan ibu hamil. Pengaruh obat selama hamil tidak hanya tergantung dari
macam obat, akan tetapi tergantung daat obat diberikan. Obat yang diberikan pada ibu
hamil dapat menimbulkan efek pada janin, seperti kelainan bentuk anatomic atau
kecacatan pada janin, kelainan faal alat tubuh, gangguan pertukaran zat dalam tubuh.
Setelah itu hamil dengan ketergantungan obat atau pengguna NAPZA sangat
mempengarhi ibu dan janinnya terutama pada masa konsepsi trimester ke I kehamilan,
karena pada tahap ini merupakan tahap pembentukan organ. Contoh obat-obatan
tersebut adalah ganja, morfin, heroin, pethidin, jenis barbiturate, alkohol dan lain-lain
yang akan menyebabkan gangguan pada ibu dan janinnya. Janin akan mengalami
cacat fisik, kelahiran prematur dan BBLR, serta cacat mental dan sosial. Ibu hamil
dengan ketergantungan obat pada umunya takut melahirkan bayi cacat, merasa
gelisah, bingung dan takut akibat yang dialami oleh bayinya dengan minum obat-
obatan tersebut.

d. Partner abuse
Partner abuse merupakan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan. Hasil
penelitian bahwa korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah
bersuami. Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu
diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan
membahayakan ibu dan bayinya. Efek psikologi yang muncul ada ibu hamil adalah
gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien. Sewaktu-waktu pasien akan mengalami
perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bayinya.

Bentuk-bentuk Gangguan Psikologis pada Masa Kehamilan Menurut


(Janiwarti & Herri, 2013) bentuk gangguan psikologis pada masa kehamilan antara
lain:

1. Depresi

Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada ibu atau wanita yang
sedang hamil. Didukung dengan pendapat Dini Kasdu, dkk (2009) mengatakan bahwa
hampir 10% wanita hamil mengalami depresi berat atau ringan dan depresi sering
terjadi dalam trimester pertama. Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami depresi ialah
adanya perasaan sedih atau perubahan kondisi fisiknya, kesulitan berkosentrasi akibat
jam tidur yang terlalu lama atau sedikit, hilangnya minat dalam melakukan aktivitas
yang biasa digemari ibu, putus asa, cemas, timbul perasaan tidak berharga dan
bersalah, merasa sedih, menurunnya nafsu makan. Depresi yang dialami ibu hamil
bisa berdampak pada kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan jika
gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak berkembang menjadi
anak yang tidak bahagia, sulit berjalan, tidak responsif terhadap orang lain,
mengalami masalah perilaku seperti agresif dan mudah stres.

2. Stres

Stres merupakan pemikiran yang negatif dan perasaan takut dan hal tersebut
akar penyebab terjadinya reaksi stres. Stres selama hamil mempengaruhi
perkembangan fisiologis dan psikologis bayi yang dikandungnya. Sebaliknya, jika ibu
hamil yang selalu berpikiran sehat dan positif akan membantu pembentukan janin,
penyembuhan internal dan memberikan nutrisi psikis yang sehat pada bayi. Dampak
buruk stres ketika hamil seperti pendapat Thomas Verny, bahwa semua yang
dipikirkan ibu akan tersalurkan melalui hormon syaraf ke bayinya. Verny
menambahkan bahwa stres ekstrem dan tak berkesudahan menyebabkan kelahiran
prematur, berat badan di bawah rata-rata, hiperaktif dan mudah marah.

3. Insomnia

Insomnia merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan


tidak tenang, kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Gangguan tidur selalu
menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas. Gangguan tidur lebih banyak berkaitan
dengan masalah psikis, seperti rasa kekhawatiran. Gejala insomnia ibu hamil dilihat
dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata dan selalu terbangun pada dini hari.
Dampak buruk dari insomnia bagi kesehatan antara lain: dapat menghambat fungsi
hormonal dan depresi, cenderung melakukan kesalahan dalam beraktivitas menjadi
tidak sabar saat menunggu dan merasa kecewa, mengalami gangguan pembelajaran
verbal, gangguan memori, gangguan artikulasi bicara, mengalami ketidakteraturan
dalam selektif aktivitas, terganggunya dalam pengambilan keputusan, kondisi emosi
gampang meledak, stres dan denyut jantung, gangguan pada ketrampilan motorik.
Faktor penyebab insomnia adalah stress, perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan,
depresi, lingkungan rumah yang ramai.

4. Perasaan tidak berarti Perasaan tidak berarti pada ibu hamil memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: sikap sinisme, adanya keinginan untuk mengakhiri hidup,
mempertanyakan akan penderitaannya, perasaan tidak berguna, gangguan aktivitas
seksual dan adanya keinginan untuk terus merusak diri sendiri. Faktor penyebab
terjadinya perasaan tidak berarti yaitu rasa kesepian, perasaan tidak berdaya,
meragukan kredibilitasnya, keraguan atas keimanannya kepada tuhan sehingga
merasa takut bahwa tuhan tidak mendengarkan doanya selama masa hamil, sulit
menerima bantuan, perasaan ditolak dari kelompoknya.

5. Perasaan Malu (Bersalah)

Faktor penyebab terjadinya perasaan malu atau bersalah pada ibu hamil ialah
dikarenakan adanya keinginan ibu hamil untuk menghapus peristiwa yang pernah
terjadi dan berusaha mengulang kembali masa lampaunya. Ciri-ciri ibu hamil yang
mengalami perasaan malu atau bersalah ialah: Sulit mengampuni diri sendiri,
memandang bahwa perubahan fisik dan bentuk tubuh sebagai bentuk hukuman dari
Allah SWT, sikap meremehkan orang lain, suka mengkambinghitamkan orang lain,
merusak dirinya sendiri dengan keinginan aborsi, lekas marah, sedih, gelisah.

6. Perasaan Kecewa

Ciri-ciri perasaan kecewa yaitu putus asa, merasa tidak berarti, berusaha
untuk melarikan diri dari realita kehidupan, sering merasa sedih dan lesu, bersikap
masa bodoh, tidak mau berkomunikasi, tidak terlibat pada hal-hal spiritual, merasa
dikucilkan sehingga tidak menarima diri secara sosial. Faktorfaktor penyebab
perasaan kecewa pada ibu hamil adalah: (1) Sikap, baik itu tindakan suami atau
keluarga besarnya yang dianggap kurang menyenangkan, (2) Tindakan suami yang
dinilai kasar, (3) Sikap suami yang temperamental, (4) Tindak kekerasan rumah
tangga, (5) Hilangnya keperacayaan kepada suami, misalnya akibat perbuatan
selingkuh suami, (6) Tidak menginginkan kelahiran anak, (7) Kehilangan
kepercayaan kepada tuhan sebagai akibat stereotif bahwa dirinya sebagai orang yang
kurang diperhatikaan Tuhan.

7. Tekanan Batin

Penyebab tekanan batin berasal dari akibat perasaan terpisah dengan


pasangannya atau dengan orang tuanya, adanya tantangan (konflik) terhadap
kebutuhannya, perasaan tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, minimnya kehidupan
rohani dan rasa bersalah, penderitaan berat, kematian salah satu anggota keluarga, dan
reaksi marah kepada tuhan. Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami tekanan batin ialah:
Ketakutan akan kesendirian, sikap menarik diri, perasaan tidak berguna (apatis),
menarik diri dari kehidupan sosial, sikap sisnisme terhadap orang lain, gangguan
tidur, gangguan pada konsep diri, mengalami psikosomatik, memiliki konsep diri
yang kurang matang, tidak mau berkomunikasi secara terbuka, gelisah terkadang
gampang marah, mengalami depresi diikuti dengan rasa sedih yang mendalam.

3.3.     Faktor lingkungan, sosial budaya dan ekonomi

a. Faktor lingkungan
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan ibu hamil. Tenaga kesehatan
harus dapat menyikapi hal ini secara bijaksana dan jangan sampai menyinggung kearifan
lokal pada daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui beberapa
teknik, misalnya media massa, pendekatan tokoh masyarakat, dan penyuluhan yang
menggunakan media efektif.

b. Faktor sosial

a) Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualtas pelayanan pada ibu hamil.
Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah
antisipatif akan lebih cepat diambil serta adanya fasilitas kesehatan ini dapat menurunkan
angka kematian ibu hamil (AKI).

b) Tingkat pendidikan, tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas
perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat
dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang
sesuatu. Pada ibu hamil dengan pendidikan rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup
informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan
kehamilan dengan baik.

c) Pekerjaan, Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktifitas dan tingkat kesejahteraan


ekonomi yang didapatkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja akan
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang tidak bekerja, karena ibu yang
bekerja akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga lebih
mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan informasi seputar kesehatannya.

c. Faktor budaya dan adat istiadat

Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau kebiasaan yang dilakukan.
Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih dipertahankan di indonesia untuk mencapai
keturunan yang baik secara psikis maupun jasmani. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi
kehamilan seperti larangan ibu hamil melihat orang menyembelih binatang, upacara tujuh
bulan, kedekatan masyarakat pada dukun beranak, ibu hamil harus makan dua kali lipat, ibu
hamil tidak boleh makan nanas, pisang ambon dan duren, minum es membuat janin besar, ibu
hamil tidak boleh makan daging kambing, minum air kelapa, minum jamu-jamuan
tradisional, minum air rebusan kacang hijau, peringatan 4 bulanan, ibu hamil tidak boleh
makan cabe, ibu hamil tidak boleh memasak sambil jongkok.

d. Faktor ekonomi

Kehidupan berekonomi ada sejak maanusia dilahirkan. Kehidupan berlangsung di


lingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam kehidupan seharihari nampak berbagai kegiatan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor
ekonomi yang mempengaruhi kehamilan antara lain:

1. Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil

2. Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan gangguan makanan

3. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak

4. Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan

5. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang disebabkan kurangnya penyuluhan


keluarga berencana

6. Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam melakukan pemeriksaan
mendapatkan fasilitas pelayanan pemeriksaan yang tidak efektif karena kurangnya biaya yang
harus dikeluarkan

7. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang pendidikannya rendah tidak mengetahui
tentang pemeriksaan kehamilan yang baik

8. Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu hamil bertempat tinggal di


daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan

9. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting dalam masalah transportasi dan
biaya lain yang mempengaruhi kehamilan
BAB III

PENUTUP

4.1       KESIMPULAN

Dalam kehamilan ada beberapa faktor yang memengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik,
psikologis dan faktor lingkungan, sosial, budaya serta ekonomi

Status kesehatan pada kehamilan merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan
kesehatan ibu dan juga bayi yang ada dalam kandungannnya. Jika status kesehatan ibu hamil
buruk, kesehatan ibu hamil akan terwujud bila umur ibu ketika hamil dalam kondisi yang pas
dan tingkat kedewasaan yang matang. Kondisi pendidikan, psikologis, pengetahuan, gizi dan
aktivitas juga dalam keadaan yang baik. Dalam kondisi hamil ibu tidak boleh melakukan
aktivitas yang terlalu berat atau pekerjaan yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan ibu
terganggu. Karena semakinbaik kondisi kesehatan ibu ketika hamil maka keadaan janin yang
dikandung juga akan semakin baik.

a.       Faktor Fisik

Wanita hamil mengalami beberapa perubahan fisik selama kehamilan pada sistem tubuhnya. 
Perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap pertumbuhan janin dan dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal yang berhubungan dengan fisik pada ibu hamil, diantaranya:

·         Status kesehatan

·         Status gizi

·         Gaya hidup

b.      Faktor Psikologi

Perubahan- perubahan psikis pada wanita selama kehamilan, diantaranya :


·         Stressor

·         Support keluarga

·         Substance abuse

·         Partner abuse

c.       Faktor Lingkungan

Faktor ini memengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan
tentu saja ekonomi yang akan memengaruhi keadaan wanita hamil.

4.2       SARAN

Dalam memenuhi kebutuhan masa kehamilan seorang ibu harus memiliki kesiapan
pemenuhan kandungan secara cukup, baik pemenuhan fisik ibu, pemenuhan psikolog ibu,
maupun faktor social budaya dan ekonomi ibu. Dengan pemenuhan ketiga faktor tersebut ibu
dapat dengan seimbang pula mengatur kesehatan bayi serta persiapan persalinan dengan
kesiapan penuh.
DAFTAR PUSTAKA

Herizasyam, J. O. (2016). KESIAPAN IBU MENGHADAPI KEHAMILAN DAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan, 3(2), 147-159.

Mahirawati, V. K. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan


Energi kronis (kek) pada ibu hamil di kecamatan kamoning Dan tambelangan,
kabupaten sampang, jawa timur. Buletin penelitian sistem kesehatan, 17(2), 198-199.

Rofita, D., & Khofiyah, N. (2017). HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP IBU


HAMIL DAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN
KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAKUALAMAN KOTA
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).

Sitanggang, B., & Nasution, S. S. (2012). Faktor-Faktor Status Kesehatan pada Ibu
Hamil.

Lubis, Z. (2003). Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi yang
dilahirkan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai