Proses menua
Proses adalah perubahan yang berkaitan dengan berjalannya waktu dan bersifat
instrinsik dan progresif. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan
kemampuan sel dan jaringan beradaptasi dengan lingkungan dan bertahan hidup.
Perubahan pada fungsi fisiologis yaitu terjadi perubahan pada sensori, neurologis, dan
sistem saraf pusat , motorik dan muskuluskteletal ( miller, 2004 )
Perubahan sistem sensori yang terdiri dari visual, proprioseptik dan vestibular yang
memberikan dampak tentang posisi dan gerakan tubuh terhadap kondisi lingkungan
untuk mempertahankan keseimbanagan tubuh ( suhartono, 2005 ) perubahan fungsi
visual adalaha menurunnya fikus objek dalam jarak dekat, berkurangnya kemampuan
membedakan cahaya dan intensitas serta menurunnya lapang paandang yang
menyebabkan kemampuan melihat lingkukngan sehingga sulit mengidentifikasi dan
menggerkan objek.
Sistem vestibular memberikan informasi ke sistem saraf pusat terhadap posisi dan
gerakan kepala sera pandangan mata . proses degenratif yang terjadi di dalam otolit
vestibular sehingga menyebabkan vertigo yang berdampak pada pengaturan
keseimabangan tubuh terutama pada saat lansia berjalan ( mauk,2010 ). Sistem
preprioseptif berkaitan dnegan orientasi dan posisi segmen tubuh. Sistem preprioseptif
memberikan informasi ke saraf pusat trehadap posisi tubuh melalui sendi, tendon,
otot, ligamen dan kulit karena berkaitan dengan gangguan keseimbangan ( setiadi
2006 ).
2. Konsep Lansia
Lanjut Usia (Lansia) merupakan masa akhir dewasa dan cenderung melakukan cerminan
diri di masa lalu. Seseorang disebut lansia setelah berusia 60 tahun atau lebih.
Penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh manusia yang mencapai
tahap perkembangan akhir disertai dengan perubahan fisik dan tingkah laku. Proses menua
(aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan tubuh untuk
mengganti sel yang rusak dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap rangsangan (misalnya penyakit) dan tidak mampu memperbaiki
kerusakan yang diderita. Artinya, seseorang yang sudah mendekati tua akan kehinlangan
daya tahan tubuhnya.
Perubahan pada Lansia
1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Psikologis
3. Perubahan Spiritual
Jatuh merupakan masalah kesehatan utama pada lansia, yang menyebabkan cedera,
hambatan mobilitas, dan kematian. Walaupun sekitar 75% insiden jatuh tidak mengakibatkan
cedere serius, resiko cedera akibat jatuh meningkat seiring usia, terutama pada individu yang
berusia lebih dari 75 tahun.
Lansia wanita lebih rentan mengalami cedera serius karena osteopenia, dan fraktur yang
umumnya di area panggul, pinggul, humerus (pergelangan tangan). Jatuh merupakan penyeab
utama kematian akibat cedera, serta menduduki urutan keenam penyebab utama kematian
pada lansia. 70% kematian akibat jatuh terjadi pada lansia diatas 65 tahun.
Selain cedera fisik, individu dapat mengalami dampak psikologis, seperti takut jatuh kembali,
kehilangan kepercayaan diri, peningkatan ketergantungan, serta isolasi sosial. Lansia akan
bergantung pada orang lain secara fungsional ketika berjalan, memerlukan bantuan orang lain
atau alat bantu gerak. Kehilangan kemandirian dan imobilitas berkaitan dengan rawat inap
sementara atau permanen.
GANGGUAN KESEIMBANGAN
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh
dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor :
faktor intrinsik antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik,
gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan gangguan gaya
berjalan .
faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat
menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak.
Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan, selama proses
menua, lansia mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak
stabil atau mudah jatuh.
faktor ekstrinsik diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh
benda-benda, kursi roda yang tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan
cahaya yang kurang terang cenderung gampang terpeleset atau tersandung sehingga
dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia (Nugroho, 2012).
Patofisiolgi gangguan keseimbangan
Faktor muskuloskeletal merupakan faktor faktor yang benar murni milik lansia yang
berperan
III Okulomotor Motorik Pergerakan mata ekstraokular, elevasi kelompak mata, konstriksi pupil, bentuk lens
Sensorik
Sensasi pada wajah, kulit kepala, kornea, dan membrane mukosa oral serta nasal.
Sensorik
Rasa 1/3 posterior lidah, reflex tersedak faring, sensasi dari gendang telingan dan sa
XII Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah saat bicara, artikulasi suara dan menelan