Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DISMINORE

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

Di SusunOleh :

Nama :Inggrid Loleo

NIM : 2008031

DPL : Ns. Priharyanti Wulandari, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUA

DISMINORE

A. Konsep Dasar masalah kesehatan


1. Definisi
Disminore adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot
uterus sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung satu
sampai beberapa hari selama menstruasi. disminore merupakan
maslaah ginekologi yang paling terjadi mempengaruhi lebih dari 50%
wanita dan menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
harian selama 1 sampai 3 hari setiap bulannya pada sekitar 10% dari
wanita tersebut (Dunniho, 2012)

Disminore adalah menstruasi yang sangat nyeri dirasakan di punggung


bawah dan menjalar kebawah hingga kebagian atas panggul . Jadi
dapat di simpuljan disminore adalah suatu gejala menstruasi yang
sangat nyeri dirasakan pada wanita dari punggung hingga bagian atas
panggul dan belum dapat di pecahkan patogenesisnya. (William, 2001)

Diminore adalah rasa sakit yang timbul selama menstruasi yang


kadnag-kadang nyerinya begitu hebat sehingga seorang perempuan
tidak mampu melakukan apa-apa. Sebenarnya, intensitas nyeri yang
dialami oleh setiap wanita berbeda-beda. Sebagian wanita hanya
mengalami nyeri ringan berupa rasa tidak nyaman di bawah perut atau
kram pada betis; sedangkan wanita lain mengalami sakit perut hebat,
muntah bahkan pingsan pada saat menstruasi

Sebagian perempuan mengalami rasa sakit yang hebat, sedangkan


sebagian lainnya Cuma merasakan sakit yang tidak begitu ketara. Rasa
sakitnya karena disminore disebabkan kontraksi intens dari otot-otot
rahim. Secara umum disminore bisa bersifat primer atau sekunder,
tergantung factor penyebabnya (Bethsaida Janiwarty dan Herri Zan
Pieter, 2013)
2. Etiologi
Ada beberapa factor sebagai penyebab disminore, menurut
Prawirogarjo&Sarwono, 2009 antara lain:
a. Faktor Endokrin
Kejang pada disminore primer disebabkan oleh kontraksi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase
sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan
kontraksi otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih
akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain disminore
fijumpai efek umum seperti diare, nausea dan muntah.

b. Faktor kejiwaan
Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil sehingga mudah
mengalami disminore primer. Factor kejiwaan bersamaan dengan
disminore akan menimbulkan gangguan tidur (insomnia)

c. Faktor konstitusi
Factor konstitusi berhubungan dengan factor kejiwaan yang dapat
menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Factor konstitusi antaralain:
anemia, pentakit menahun dan sebagainya factor obstruksi kanalis
servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma
submukosum bertangkai pilop endometrium dapat menyebabkan
disminore karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk
mengeluarkan kelainan tersebut.

d. Factor alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara disminore
primer dengan urtikaria, migren atau asma bronchial
3. Tanda Gejala
Gejala-gejala umum dari dismenore adalah:
Menurut Proverawati (2009) ciri-ciri dismenore primer antara lain:
• Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi
pertama (menarche).
• Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau diawal menstruasi.
Berlangsung beberapa jam, namun adakalanya beberapa hari.
• Datangnya nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk. Pada
umumnya diperut bagian bawah, kadang menyebar ke
sekitarnya.
• Ada kalanya disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare
4. Patofisiologi

Fungsi Fisiologis Fungsi endokrin

Persepsi nyeri Produk prostagladin Fungsi abstruksi


meningkat komatis servik

Merangsang
Peningkatan Gastrointestinal pengeluaran
Penumpukan darah haid
produk vasopresin neurotransmiter
dan prostagladin

Peningkatan Mual, muntah Kontraktilitas uterus/ Uterus


kontraksi uterus endometrium

MK : nutrisi Terjadi
Hipoksia dan iskemia hipersensitivitas
jaringan uterus syaraf nyeri uterus

Nyeri disminore MK : nyeri

Adaptasi tubuh yang tidak efektif

Kelabilan emosional

MK : Koping individu yang tidak


efektif
5. Klasifikasi

1) Dismenore Primer
Dismenore primer, (disebut juga Dismenore idiopatik, esensial,
intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi
(tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak
terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Misaroh,
2009).

Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon
tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan
(Wijayanti, 2009).

Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche


biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid
pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulatuar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul
lama sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus
dapat berlangsung beberapa hari (Prawirohardjo, 2006).

Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah


seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah
waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium.
Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenore tidak ada pada
siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer jarang terjadi
setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006).
Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor peranan
sebagai penyebab Dismenore primer, antara lain:
1. Faktor kejiwaan --- Pada gadis-gadis yang secara emosional
tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan
yang baik tentang proses haid, mudah timbul Dismenore.
2. Faktor kostitusi --- Faktor ini erat hubungannya dengan faktor
di atas karena dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri,
misalnya anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang
dapat mempengaruhi timbulnya Dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis --- Salah satu teori yang
paling tua untuk menerangkan terjadinya Dismenore primer
adalah stenosis canalis servikalis.
4. Faktor alergi --- Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan
adanya asosiasi antara Dismenore dengan urtikaria, migrane
atau asam bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.

2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder, (disebut juga sebagai Dismenore ekstrinsik,
acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan
ginekologik, misalnya endometriosis (sebagian besar), fibroids,
adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak
mengalami Dismenore (Proverawati dkk, 2009).

Dismenore sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh


kelainan ginekologi seperti salpingitis kronika, endometriosis,
adenomiosis uteri, stenosis uteri dan lain-lain (Prawirohardjo,
2006).

Dismenore sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas


20 tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada
usia kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004).
5. Komplikasi
Komplikasi yang biasa muncul yaitu: Syok dan penurunan kesadaran
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Berdasarkan MIMS Indonesia (2008) penatalaksanaan
untuk Dismenorea, sebagai berikut :
1. Keperawatan
a. Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau
bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri
b. Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yang
berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi air
c. Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurasi
dismenore karena akan memicu keluarnya hormon endorfin yang
dinilai sebagai pembunuh alamiah untuk rasa nyeri
d. Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamin
B kompleks. Jangan mengurangi jadwal makan
e. Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri
f. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnya pijat,yoga,
atau meditasi, untuk membantu meminimalkan rasa nyeri
g. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihi
posisi bahu untuk membantu meredakan gejala dismenore

2. Medis
1. Pemberian Analgesik (non opiat) ringan dan sederhana atau kombinasi
analgesik dan AINS
2. Pemberian Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
3. Pemberian Antipasmodik
4. Pemberian Estrogen dan Progesteron
5. Pemberian Suplemen
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan
dismenore adalah:
1) Tes Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap: normal
b) Urinalisis: normal

2) Tes Diagnostik Tambahan


a) Laparaskopi: penyikapan atas adanya endomeriosi ataukelainan
pelvis yang lain.

B. Asuhan keperawatan pada disminore

1. Pengkajian
a. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan disminore adalah
sebagai berikut :
1) Karakteristik nyeri
2) Gejala yang mengikutinya

b. Selain pemeriksaan tersebut dikaji juga :


1) Riwayat menstruasi
2) Riwayat kontrasepsi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri haid) b/d
b. Koping individu tidak efektif b/d
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis
dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dokter ataupun petugas kesehatan lain.

4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan klien dengan
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapau. Evaluasi
yang hendaknya dicapai dari asuhan keperawatan disminore ini adalah:
a. Nyeri pasien hilang
b. Koping pasien afektif
c. Mempertahankan keseimbangan nutrisi

C. Asuhan keperawatan keluarga


1. Konsep keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu
rumah yang saling berinteraksi satu sama lain dalam kebudayaan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan (DepKes R.I, 1998).
b. Tipe keluarga
Menurut Allender & Spradelly (2001), membagi tipe keluarga dari
2 tipe yaotu keluarga tradisional dan keluarga non tradisional :
1) Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
a) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah
tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau
anak adopsi.
b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti
ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan paman.
c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang tinggal dalam satu rumah tanpa anak.
d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari
satu orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang dewasa.
f) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami
dan istri yang sudah lanjut usia.

2) Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :


a) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa
pertalian darah, hidup dalam satu rumah.
b) Orang tua (ayah, ibbu) yang tidak ada ikatan perkawinan
dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang
hidup bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya
suami istri.

c. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya :
1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
di susun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
keluarga sedarah dlam beberapa generasi dimana hubungan itu
tersusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
5) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami.

d. Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran
yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Peran ayah :
ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok
sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran ibu :
ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai
peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peran anak :
anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat
perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

e. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998);
Setiawati & Dermawan (2005) yaitu :

1) Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.

2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan
belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi
dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan
nilai-nilai budaya keluarga.

3) Fungsi perawatan kesehatan.


Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi
keluarga dalam melinduingi keamanan dan kesehatan seluruh
anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisik, mental dan spiritual dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenal
kondisi sakit setiap keluarga.

4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi Biologis
Fungsi biologis, bukan hanya di tunjukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membersarkan anak
untuk kelanjutan generasi selanjutnya

6) Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan
kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
dan memberikan identitas keluarga

7) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan kelurga dalam rangka
memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku
anak mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik
anak sesuai denhan tahap perkembangannya.

f. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas


perkembangan keluarga
Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga
berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
1) Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari
sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga baru.
Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu
a) membina hubungan dan kepuasan bersama
b) menetapkan tujuan bersama
c) membina hubungan dengan keluarga lain,
d) membina hubungan dengan teman, kelompok social
e) mendiskusikan rencana memiliki anak.

2) Kelahiran anak pertama (child bearing family), yaitu dimulai


dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
Mempunyai tugas perkembangan seperti:
a) Persiapan menjadi orang tua.
b) Adaptasi dengan peribahan anggota keluarga baik peran,
interaksi, hubungan seksual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan

3) Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan


anak pertama yang berumur 2,5 bulan sampai dengan 5 tahun.
Mempunyai tugas perkembangan, yaitu :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal dan privasi juga rasa aman
b) Membantu anak bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir
d) Sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
e) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam
maupun diluar keluarga
f) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling sulit)
g) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
h) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak

4) Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dimulai saat anak


masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada 12 tahun.
Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu :
a) Membantu sosialisasi anak di tetangga sekolah
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota

5) Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama


13 tahun sampai dengan 19 tahun. Tugas pekembangan
keluarga ini yaitu :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya
b) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua hindari perdebatan permusuhan dan kecurigaan
c) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga

6) Keluarga denagn anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak


pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan
keluarga, yaitu:
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahnkan keintiman pasangan
c) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan
emasuki masa tua di masyarakat
d) melepaskan anak dan mendapatkan menantu.
7) Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir
meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun.
Adapaun tugas perkembangan, yaitu:
a) mempertahankan suasana yang menyenangkan
b) bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga
c) membina keakraban dengan pasangan
d) mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi
dalam aktivitas sosial.

8) Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga


dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia.
Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu:
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup,
mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan
masyarakat.

2. Konsep Proses Keperawatan


Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatandan
melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan
rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga.
Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling ketergantungan satu
ama yang lainnya dan bersigat dinamis dan sisusun secara sistematis
untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ketahap
yang lain, dengan tahap sebagai berikut.

A. Pengkajian (Assesment)
Pengkajian menurut Suprajitno (2004) adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus
tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan lamgkah
awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga,
perawatan diharapkan menggunakan bahasa yang lugas dan
sederhana.

Pemgumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,


pengamatan, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik
Untuk mempermudah pengkajian ada 2 modelpengkajian keluraga
yaitu pengkajian keluarga model Friedman dan pengkajian model
Cargary

Pengkajuian keluarga Friedman memberikan batasan 6 kategori


dan memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan
pengkajian :
1. Data pengenalan keluarga
2. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
3. Data lingkungan
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Koping keluarga
Pengkajian model Calgary menggambarkan konsep dan teori
system komunukasi dan konsep berubah, untuk mempermudah
perawatan keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan
istilah penjajakan antara lain:

a. Penjajakan I
1) Meliputi nama keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama,
jenis kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan dan
status masing-masing anggota keluarga serta genogram.
2) Tipe keluarga
3) Suku keluarga
4) Agama
5) Status social ekonomi keluarga
6) Aktivitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahapan perkembangan:


1) Tahap dan perkembangan keluarga saat ini dimana
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini
2) Tahao keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan
bagimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta hambatannya
3) Riwayat keluarga ini (riwayat kesehatan)

c. Riwayat lingkungan
1) Karakteristik rumah
Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah serta denah rumah
2) Karakteristik tetangga
Menjelaskan mengenal karakteristik tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi
kesehatan
3) Mobilitas geografi keluarga, ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
5) System pendukung keluarga, jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang meliputi fasilitsa fisik, psikologis atau
pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social atau
dukungan masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota
keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga

e. Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku
1) Nilai/ norma keluarga
2) Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan

f. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
g. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor
3) Strategi koping yang digunakan bila menghadapi
permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional

h. Pemeriksaaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga

i. Harapan keluargapada akhir pengajian, perawat menanyakan


harapan terhadap petugas kesehatan yang ada dari hasil
pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapkan

j. Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan yang kedua
diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnose keperawatan
keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya :
1) Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan
k. Genogram keluarga
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan
genogram merupakan alat pengkajian informative yang
digunakan untuk mengetahui keluarga dan riwayat serta
sumber-sumber keluarga, serta untuk lebih memahami masalah
spesifik yang dialami oleh keluarga. Berdasarkan konvensi
yang digunakan dalam mendiagram pohon keluarga atau bagan
ginekologi dan genetika. Genogram keluarga memuat
informasi tentang tiga generasi keluarga .
Adapun symbol-simbol dengan genogram, antara lain :

Laki-laki perempuan menikah bercerai

Klien pisah meninggal

Anak kandung Aborsi Anak kembar

Anak angkat Tinggal satu rumah


B. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisi cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya.

Diagnose keperawatan keluarga di analisis dari hasil pengkajian


terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping
keluarga, baik yang bersifat actual, resiko maupun potensial
(sejahtera) dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama
dengan keljuarga dan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian, komponen diagnose keperawatan meliputi :
Problem atau masalah, etiologiatau penyebab dan sign atau tanda
yang dikenal dengan PES

Tipe diagnose keperawatan keluarga dibedakan menjaditiga


kelompok yaitu :
a. Diagnose actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda gejala
dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera
ditangani dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan actual,
factor yang berhubungan merupakan etiologi atau factor
penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Sedangkan factor tersebut dapat dikelompokan
kedalam empat kategori yaitu :
1) Patofisiologis (biologi atau psikologis)
2) Tindakan yang berhubungan
3) Situasional (lingkungan, personal)
4) Maturasional
Secara umum factor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnose keperatan keluarga diantaranya :
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman,
kesalahan)
2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
untuk merawat anggota keluarga yang sakit
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan

b. Diagnosa resiko tinggi (ancaman kesehatan)


Sesuai dengan definisi NANDA, diagnosis keperawatan risiko
adalah “penilaian klinis bahwa suatu individu, keluarga, atau
komunitas lebih rentan mengalami masalah tersebut daripada
yang lainnya dalam situasi yang sama atau hampir sama”.
Diagnosis risiko tinggi harus tetap ada dalam daftar masalah
atau catatan perkembangan. Perawat tidak perlu memasukkan
diagnosis risiko ke dalam rencana atau catatan keperawatan
individu

c. Diagnose potensial ( Keadaan Sejahtera / ” Wellness” )


Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnose
keperawatb sejahtera tidak mencangkup factor-faktor yang
berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau
potensi keluarga dapat ditingkatkan dengan baik
1) Prioritas masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnose keperawatan,
langkah selanjutnya adlah memntukan prioritas masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga. Hal yang perlu di
perhatikan dalam menentukan prioritas masalah adalah
sebagi berikut :
a) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat
diatasi sekaligus
b) Perlu dipertimbangkan masalah – masalah yang didapat
mengancam kehidupan keluarga seperti masalah
penyakit
c) Perlu mempertimbangkan respon perhatian keluarga
terhadap asuhan keperawatan keluarga yang diberikan
d) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi
e) Sumber daya keluarga dalam memecahkan kesehatan
atau keperawatan keluarga
f) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

2) Kriteria prioritas masalah


Dalam penyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan kelurga harus didasarkan kepada criteria, sifat
,masalah dikelompokan menjadi :
a) Keadaan sakit atau kurang sehat (actual)
b) Ancaman kesehatan (resiko)
c) Situasi krisis (potensial)

3) Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi,


baru menunjukan tanda dan gejala atau bahkan dalam
kondisi sehat
a) Kemungkinan masalah dapat di ubah adalah
kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi maslaah
atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan
b) Pembenaran mengaku berat ringannya masalah, jangka
waktu terjadi masalah, tindakan yang akan dilakukan,
kelompok resiko tinggi yang bisa divegah
c) Masalah yang menonjol adalah maslaah keluarga
melihat dan menilai masalah dalam beratnya dan
mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi
keperawatan dan kesehatan
Pembenaran mengacu kepada persepsi keluarga
terhadap masalah

4) Penilaian diagnose keperawatan


Untuk menentukan prioritas diagnose keperawatan perlu
memerlukan penilaian yang dilakukan bila perawat
merumuskan diagnose keperawatan lebih dari satu. Proses
scoring menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bilon
dan Maglaya

NO Kriteria Score Bobot


1 Sifat maslah
Tidak atau kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah 2 2
Dengan mudah 1
Hanya sebagian 0
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk
dicegah : 3 1
Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat, harus 2
segera ditangani 1 1
Ada masalah tetapi tidak
perlu segera di tangani 0
Masalah tidak dirasakan

Penilaian :
a) Tentukan penilaian yang dibuat perawat
b) Selanjutnya penilaian dibagi dengan skor tertinggi dan
dikalikan dengan bobot

Score x bobot

Score tertinggi

c) Jumlah skor untuk semua criteria skor maksimum


semua dengan bobot, yaitu 5
Diagnosa keperawatan merpakan kumpulan pernyataan
uraian dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan
pengkajian dengan menunjukan status kesehatan mulai
potensial, resiko tinggi sampai dengan actual

C. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk
dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang diidentifikasi dapat diselesaikan (Tantut
Tusanto,2009)
Kualitas rencana asuhan keperawatan ditentukan oleh :
1. Rencana yang dibuat jelas atas analisa yang menyeluruh
2. Bersifat realistis
3. Sesuai dengan tujuan dan filsafah instansi kesehatan
4. Rencana dibuat bersama keluarga
5. Dibuat secara tertulis

Dalam perencanaan keluarga terdiri dari :

1. Menentukan sasaran
2. Tujuan keperawatan
3. Menetapkan keperawatan
4. Menentukan rencana tindakan
Sasaran : tujuan secara umum (keadaan situasi yang diharapkan
setelah tindakan)
Tujuan : pernyataan setelah terperinci tenyang hasil yang
diharapkan
Criteria : tanda-tanda yang menunjukan tujuan lebih tercapai

D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga,
yaitu:
1. Tahap I : Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
a) Kontrak dengan keluarga
b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
c) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
d) Mengidentifikasi aspek-aspek hokum dan etik
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan fisik dan psikis pada saat
implementasi
2. Tahap II : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional adalah :
a) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat
sesuai dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan
perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan
independent ini adalah:
• Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui
riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
• Merumuskan diagnosa keperawatan
• Mengidentifikasi tindakan keperawatan
• Melaksanakan rencana pengukuran
• Merujuk kepada tenaga kesehatan lain
• Mengevaluasi respon klien
• Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan
lainnya

Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat


dikategorikan menjadi 4 yaitu:
1) Tindakan diagnostik
a) Wawancara
b) Observasi dan pemeriksaan fisik
c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana
(Hb) dan membaca hasil dari pemeriksaan
laboratorium

2) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi
masalah klien
38

3) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui
promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada
klien.
4) Tindakan merujuk
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
a) Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya
b) Dependent
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis,
misalnya dokter menuliskan “perawatan
kolostomy”,kemudian perawat melakukan tindakan
tersebut sesuai dengan kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Sharon J, Reader dan Leonide L. Martin dan Deborah Koniak-Griffin (2003).


“Keperawatan maternitas : kesehatan wanita, bayi&keluarga.(et
al.) – Ed. 18. Jakarta : EGC 2011
Prawirahardjo Sarwono, (2010) “Ilmu kandungan”. Jakarta : Bina Pustaka
Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan keluarga: Teori dan Praktik
Jakarta : EGC
Mubarak, dkk (2009) “Ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika
Kozier dan Erb’s (2009) “Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi ke-5.
Jakarta : EGC
Sarwono Sarlito (2011) “Psikologi Remaja”. Jakarta : Rajawali Pers
Kemenkes RI. 2004. Keputusan RI Nomor 128/KEMENKES/SK/II2004
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta
dr. Siska Sulistami…(et al.) “Psikologi & Kesehatan Reproduksi Remaja”.
Jakarta : Mustika Pustaka Negeri
Bobak. (2005). “Keperawatan Maternitas”. Jakarta : EGC
Oktaviana, A dan Imron, R. (2012). Menurunkan Nyeri Disminore dengan
kompres hangat. Jurnal Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai