Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
II.1.2 Inflow Performance Relationship (IPR)
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah bentuk hubungan antara laju
alir produksi (Q) dengan tekanan alir dasar sumur (Pwf) yang menggambarkan
kinerja suatu sumur dalam berproduksi. Pemahaman mengenai IPR sumur yang
baik adalah salah satu faktor penentu keberhasilan perencanaan operasi produksi,
dimana dengan IPR yang akurat dapat dirancang peralatan produksi yang sesuai.
Gambar II.1 Kurva composite IPR dengan beberapa nilai water cut (Takacs, 2009)
Nilai productivity index di beberapa sumur akan membentuk kurva IPR yang
linier, tetapi pada sumur lainnya nilai productivity index tidak lagi linier, dan
membentuk kurva IPR yang melengkung. Hal ini disebabkan karena turunnya
tekanan alir dasar sumur di bawah tekanan bubble point (Pb) sehingga gas terlepas
dari fluida. Pada beberapa sumur juga bisa memiliki nilai water cut yang tinggi
(lebih dari 50%). Untuk sumur dengan nilai water cut di atas 50% biasanya
menggunakan metode lain dalam membuat kurva IPR, yaitu metode composite IPR.
Dalam membuat kurva IPR dengan metode Composite IPR, menggunakan
perhitungan yang berbeda dengan metode IPR lainnya, yaitu selain menghitung
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
nilai PI, Qb, dan Qomax, juga mempertimbangkan nilai tan α, tan β, dan Qtmax. Setelah
dilakukan plot Q vs tekanan, letak kurva composite IPR akan berada di antara kurva
water IPR dan oil IPR (lihat Gambar II.1).
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
mengubah tenaga dari kecepatan tinggi menjadi kecepatan rendah, tetapi memiliki
tenaga besar).
Keuntungan dalam penggunaan ESP adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan pada deviated well.
2. Cocok untuk memproduksi fluida pada laju produksi tinggi dengan
maksimum laju alir sebesar 30.000 bbl/day.
3. Dapat digunakan pada sumur offshore dan urban location.
4. Tidak membutuhkan lokasi luas dalam menginstalasi ESP.
5. Biaya pengangkatan tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan laju produksi
fluida yang diperoleh.
Adapun kerugian dalam penggunaan ESP adalah sebagai berikut:
1. Karena sumber tenaganya berasal dari listrik, maka harus tersedia kapasitas
listrik yang mencukupi.
2. Apabila terlalu banyaknya free gas yang memasuki pompa akan mengganggu
kinerja pompa, sehingga apabila free gas yang memasuki pompa lebih dari
5% harus dipasang gas separator atau Advanced Gas Handler (AGH).
3. ESP sulit diperbaiki apabila rusak di lapangan.
4. ESP tidak mampu bekerja maksimal apabila temperatur lebih dari 250oF.
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
terakhir. Setelah melewati stage terakhir pada pompa, fluida akan mengalir menuju
tubing hingga ke permukaan.
Gambar II.2 Peralatan atas dan bawah permukaan ESP (Takacs, 2009)
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
a. Wellhead
Wellhead yang digunakan pada ESP tidak sama dengan wellhead pada jenis
artificial lift lainnya. Wellhead pada ESP disesuaikan agar dapat menahan
berat peralatan bawah permukaan. Wellhead dilengkapi dengan tubing
hanger khusus yang mempunyai lubang untuk kabel pack off. Wellhead juga
dilengkapi dengan seal tidak hanya pada tubing, tapi juga pada kabel agar gas
tidak bocor ke permukaan. Pada beberapa jenis wellhead, kabel dipotong pada
wellhead dan disambung dengan connector. Kabel yang berasal dari
switchboard juga memiliki connector dimana kedua connector tersebut akan
disatukan pada wellhead dengan feed through mandrel. Wellhead jenis ini
memungkinkan tekanan wellhead yang lebih besar daripada jenis biasanya.
b. Junction Box
Junction box atau biasa disebut vent box diletakkan di antara wellhead dan
switchboard yang biasanya berjarak 15 ft (minimal) dari wellhead dan
normalnya berada di antara 2 sampai 3 ft di atas permukaan tanah. Junction
box dipasang dengan alasan keamanan karena gas dapat mengalir dari bawah
permukaan melalui kabel menuju ke permukaan lalu ke switchboard yang
dapat menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu, kegunaan dari junction box
ini adalah untuk mengeluarkan gas yang naik ke permukaan tersebut.
c. Switchboard
Switchboard adalah pusat kontrol kinerja ESP yang terletak di permukaan.
Switchboard memiliki beberapa fungsi, seperti mengatur on/off dari ESP,
memonitor serta merekam parameter-parameter operasional ESP, dan
mengatasi peralatan atas dan bawah permukaan dari masalah yang mungkin
terjadi. Permasalahan pada peralatan atas permukaan yang bisa diatasi
switchboard, seperti terlalu tinggi atau rendahnya input voltages, unbalance
voltages, dan transient voltages. Dan permasalahan pada peralatan bawah
permukaan yang bisa diatasi switchboard, seperti overloading pada motor
(karena SG fluida terlalu tinggi atau undersized motor), underloading pada
motor (karena kondisi pump-off atau oversized motor), dan unbalanced
currents.
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
d. Transformer
Transformer merupakan alat untuk mengubah besar tegangan listrik, bisa
untuk menaikan atau menurunkan tegangan listrik. Biasanya, ketersediaan
surface voltage tidak sesuai dengan yang dibutuhkan motor sehingga
transformer harus dapat menyesuaikan besarnya surface voltage tersebut.
Surface voltage sendiri besarnya merupakan jumlah dari voltage drop dan
motor voltage. Transformer terdiri dari core (inti) yang dikelilingi oleh lilitan
kawat tembaga dan coil. Core dan coil direndam di dalam minyak trafo
sebagai pendingin isolator. Besar perubahan tegangan berbanding lurus
dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya, tegangan input transformer di-set
dalam keadaan tinggi agar didapatkan nilai ampere yang rendah pada jalur
transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel yang berukuran besar. Tegangan
input yang tinggi akan diturunkan dengan step-down transformer sampai
didapatkan tegangan yang dibutuhkan motor.
2. Peralatan Bawah Permukaan
Peralatan bawah permukaan ESP terdiri dari PSI (Prssure Sensing
Instrument) Unit, motor, protector, intake, pompa, kabel, dan peralatan tambahan
lainnya.
a. PSI (Pressure Sensing Instrument) Unit
PSI unit dipasang pada bagian ujung bawah rangkaian ESP. PSI unit memiliki
fungsi untuk mencatat nilai tekanan dan temperatur pada bawah permukaan
sumur.
b. Motor
Motor dipasang pada bagian bawah dari rangkaian ESP. Motor bergerak
karena adanya aliran arus listrik melalui kabel dari peralatan atas permukaan
dengan mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Kemudian, gerakan
dari motor tersebut akan diteruskan menuju pompa. Motor mempunyai dua
bagian utama, yaitu rotor (bagian yang berputar) dan stator (bagian yang
diam). Stator berfungsi mengalirkan aliran listrik dan mengubahnya menjadi
tenaga putaran pada rotor. Seiring berputarnya rotor, maka shaft yang berada
di tengah akan ikut berputar, sehingga shaft yang saling berhubungan (shaft
protector, intake, dan pompa) akan ikut berputar juga.
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
c. Protector
Protector mempunyai fungsi utama, yaitu mencegah masuknya fluida ke
dalam motor dan memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan
minyak motor sebagai akibat perubahan temperatur dari motor pada saat
bekerja maupun saat dimatikan. Protector diisi dengan minyak yang memiliki
nilai tahanan tinggi karena jika nilai tahanan rendah maka akan dapat
menghantarkan arus listrik, sehingga akan menyebabkan motor terbakar.
d. Intake
Intake terletak di bawah pompa dimana sumbunya dihubungkan dengan
coupling. Intake berfungsi untuk membatasi jumlah gas yang masuk ke
pompa karena akan mengganggu kinerja pompa apabila terlalu banyak gas
yang masuk. Produksi gas yang berlebihan akan dialirkan menuju annulus
dan dialirkan ke flowline di permukaan melalui casing valve, sedangkan
produksi yang berupa fluida akan mengalir menuju pompa, lalu ke tubing
sampai ke permukaan. Fluida yang telah mengalami proses pemisahan di
intake tidak 100% murni fluida, tetapi masih mengandung gas di mana
tergantung dari kemampuan intake tersebut dalam memisahkan gas dari
fluida. Apabila jumlah gas yang masuk masih besar, maka perlu dipasang alat
tambahan lainnya, seperti Advanced Gas Handler (AGH) atau gas separator.
e. Pompa
Pompa pada ESP merupakan jenis multistages pump, yang terdiri dari bagian
utama, yaitu impeller (bagian yang bergerak) dan diffuser (bagian yang diam),
serta bagian lain, yaitu shaft dan housing. Di dalam housing pompa terdapat
sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dan satu impeller dan satu diffuser.
Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa ditentukan dari nilai head
capacity dari pompa tersebut. Fluida yang masuk ke pompa dari intake akan
diterima oleh impeller pada stage pertama dan akan dialirkan menuju diffuser
pada stage pertama dengan mengubah energi mekanik yang berasal dari
motor menjadi energi kinetik. Pada diffuser, energi kinetik tadi akan diubah
menjadi energi potensial untuk mengalirkan fluida menuju impeller pada
stage berikutnya dan seterusnya hingga fluida mencapai stage terakhir.
10
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
f. Kabel
Fungsi utama dari kabel adalah sebagai media penghantar arus listrik dari
switchboard menuju motor. Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai, yaitu
round cable (biasa pada sumur vertical) dan flat cable (biasa pada sumur
deviated). Kabel jenis round memiliki ketahanan yang lebih lama daripada
kabel jenis flat, tetapi memerlukan ruang pemasangan yang lebih luas. Bagian
dari kabel biasanya terdiri dari konduktor, isolator, jacket, dan sarung
(sheath).
g. Peralatan Tambahan
Beberapa peralatan tambahan juga diperlukan untuk menunjang kinerja ESP.
Peralatan tambahan ESP tersebut adalah sebagai berikut:
o Check valve, bertujuan untuk menjaga fluida agar tetap berada di atas
pompa. Jika check valve tidak dipasang, maka dapat menyebabkan back
flow yang berakibat motor akan rusak.
o Bleeder valve, berfungsi untuk mengosongkan tubing dari fluida pada
saat pompa diangkat ke permukaan. Bleeder valve dipasang satu joint
di atas check valve.
o Cable clamp, berfungsi untuk melekatkan kabel pada tubing yang
dibutuhkan setiap 15 ft.
o Centralizer, berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tetap di
tengah dan tidak bergeser.
11
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
2. Horse Power Curve
Horse power curve memperlihatkan nilai HP motor yang diperlukan untuk
menggerakkan pompa, dimana nilai HP motor ini harus mampu mengangkat
fluida dari bawah permukaan sampai atas permukaan.
3. Pump Efficiency Curve
Pump efficiency curve menggambarkan perbandingan antara input horse
power dengan output horse power dengan titik tertinggi berada di Best
Efficiency Point (BEP).
12
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
bergantung pada pelarutan asam di permukaan rekahan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas acid fracturing antara lain, panjang rekahan, laju reaksi
asam, karakteristik fluid loss asam, laju alir asam dalam rekahan, dan konduktivitas
rekahan. Keadaan reservoir yang ideal dalam melakukan acid fracturing adalah
pada reservoir karbonat dan suhu rendah (< 200oF).
13
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
eksploitasi lebih cepat serta mendorong para kontraktor bekerja lebih efisien.
Sistem PSC gross split tidak akan menghilangkan peran negara dalam
pelaksanaannya, sebab penentuan wilayah kerja dan kapasitas produksi tetap
ditentukan negara. Dengan sistem ini juga penerimaan negara menjadi lebih pasti
dan pembagian produksi dilakukan di titik serah (Kementrian ESDM, 2017).
Besar bagi hasil ditetapkan berdasarkan base split yang telah disepakati
dengan penyesuaian terhadap komponen variabel dan progresif. Pada Tugas Akhir
ini, perhitungan keekonomian hanya memperhitungkan produksi minyak. Rincian
komponen variabel dapat dilihat pada Tabel II.1.
Koreksi
Split
No Karakteristik Parameter
Kontraktor
(%)
POD I 5%
NO POD 0%
Onshore 0%
Offshore (0<h<20) 8%
Offshore (20<h<50) 10%
2 Lokasi Lapangan (m)
Offshore (50<h<150) 12%
Offshore (150<h<1000) 14%
Offshore (h>1000) 16%
14
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
Tabel II.1 Komponen variabel (KESDM, 2017) (Lanjutan)
<5 0%
5≤x<10 0.5%
10≤x<20 1%
6 Kandungan CO2 (%)
20≤x<40 1.5%
40≤x<60 2%
x≥60 4%
<100 0%
100≤x<1000 1%
Kandungan H2S 1000≤x<2000 2%
7
(ppm) 2000≤x<3000 3%
3000≤x<4000 4%
x≥4000 5%
Berat Jenis Minyak <25 1%
8
Bumi (API) ≥25 0%
30≤x<50 2%
9 TKDN (%) 50≤x<70 3%
70≤x<100 4%
Primer 0%
10 Tahapan Produksi Sekunder 6%
Tersier 10%
Dan rinician komponen progresif PSC gross split dapat dilihat pada Tabel
II.2 berikut ini.
15
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
Dalam PSC Gross Split, dikenal beberapa istilah keeonomian yang penting
untuk diketahui, yaitu:
1. Gross revenue: pendapatan kotor dari minyak yang diproduksikan pada
jangka waktu tertentu.
2. Government split: besar persentase bagi hasil yang diterima pemerintah.
3. Contractor split: besar persentase bagi hasil yang diterima kontraktor.
4. Operating cost: biaya untuk barang-barang habis pakai (umur barang kurang
dari 1 tahun) dan tidak mengalami depresiasi, disebut juga dengan barang
intangible. Contoh: biaya operasional.
5. Lifting cost oil: biaya pengangkatan setiap barrel minyak.
16
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha
9. Tax: besar pajak yang harus dibayarkan kontraktor kepada pemerintah.
10. Contractor take: pendapatan bersih kontraktor setelah dikurangi pajak.
11. Government take: pendapatan bersih pemerintah setelah ditambah pajak
kontraktor.
12. Contractor cash flow: gambaran aliran uang (input dan output) kontraktor
pada suatu periode tertentu.
13. Net Present Value (NPV): nilai absolut earning power dari modal yang
diinvestasikan di proyek, yaitu total pendapatan dikurangi total biaya
pengeluaran selama proyek.
14. Initial Rate of Return (IRR): nilai relatif earning power dari modal yang
diinvestasikan di proyek.
15. Pay Out Time (POT): waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama
dengan jumlah investasi. POT menunjukkan berapa lama modal investasi
dapat kembali.
II.7 Prosper
Prosper adalah salah satu jenis perangkat lunak yang berfungsi dalam
menganalisa kinerja sumur, desain sumur, dan optimasi program permodelan
sumur. Prosper dapat membantu ahli produksi dan reservoir untuk mengetahui
apakah sumur sudah bisa berproduksi dengan baik atau belum.
Perhitungan yang dilakukan prosper adalah berupa pengoptimalisasian desain
sumur dan dampak dari perubahan masa depan yang mungkin terjadi dalam
parameter sistem yang diteliti.
Prosper dirancang untuk memungkinkan pembangunan model sumur yang
baik dan konsisten, dengan kemampuan untuk mengolah data-data sumur,
seperti data PVT, IPR, equipment, dan artificial lift. Dengan permodelan dari
komponen data sumur, pengguna dapat melakukan verifikasi pada setiap model
dengan pencocokan kinerja di lapangan. Setelah model sistem telah di-set untuk
data lapangan yang sebenarnya, selanjutnya prosper dapat digunakan untuk model
sumur dalam skenario yang berbeda dan membuat prediksi tekanan reservoir
berdasarkan data produksi yang ada.
17
Studi optimasi produksi dengan beberapa skenario produksi pada sumur FPL dan lapangan Natha
Frans Perkasa Lochannatha