Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

E DENGAN POST OP
OSTEOSARCOMA
DI RUANG DAHLIA RSUD RA. KARTINI JEPARA

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh :
Meilinda Sari

14121058

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2014
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel- sel yang
tumbuh secara terus menerus, tidak terbatas, tidak terkordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis. Kanker terjadi karena adanya sel yang
bersifat mutagenik (Pice & Wilson dalam Nurhidayah, 2013). Keganasan tulang
mesenkim primer dengan sel- sel neoplastik yang menyintesis dan menyekresi komponen
organik matriks tulang (Yang dapat atau tidak dapat mengalami mineralisasi) disebut
juga osteosarcoma (Mitchel et, al, 2008).
Menurut National Cancer Institute (2009), setiap tahun jumlah penderita kanker
dari ± 6.25 juta orang. Di perkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000
penduduk pertahun. Dengan jumlah penduduk 220 jiwa terdapat sekitar 11.000 anak saat
ini menderita kanker khususnya osteosarcoma menjadi penyakit serius yang mengancam
kesehatan anak di dunia. Ancaman osteosarcoma diseluruh dunia sangat besar, karena
setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penderita baru penyakit osteosarcoma. National
cancer institute (2009) juga memperkirakan dalam dekade ini terjadi 9 juta kematian
akibat osteosarcoma per tahun. Dari seluruh kasus osteosarcoma yang ada, National
Cencer Institute (2009) memperkirakan empat persen (4%) diantaranya adalah
osteosarcoma pada anak.
Menurut Kelly & Howard (2008), perkiraaan 250.000 Dewasa di dunia di
diagnosa osteosarcoma tiap tahu khususnya, kira – kira 200. 000 hidup pada Negara
berkembang, dimana penyakit mereka bukan sebagai salah satu prioritas kesehatan secara
umum. Rata - rata tingkat kesembuhan osteosarcoma pada dewasa di Negara
berkembang, dimana penyakit mereka bukan sebagai salah satu prioritas kesehatan secara
umum. Rata- rata tingkat kesembuhan osteosarcoma sebesar 25% (Williams & Riberio
dalam Ali et al, 2010). Pada tahun 2009 saja diperkirakan terjadi 10. 730 kasus baru
kanker pada anak usia 0 - 14 tahun di Amerika Serikat (National Cancer Institute, 2009).
Penderita osteosarcoma di Asia diperkirakan hanya 7 % dari total populasi diseluruh
benua (Mayor, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2012), prevalensi osteosarcoma pada anak
diindonesia mencapai empat (4%), artinya dari seluruh angka kelahiran hidup anak
Indonesia, empat (4%) diantaranya akan mengalami osteosarcoma. Saat ini
osteosarcoma menjadi sepuluh penyakit utama yang menyebabkan kematian pada
sebagian orang dewasa di indonesia (Depkes RI, 2012). Penanganan osteosarcoma pada
pasien dewasa meliputi kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, transplantasi sumsum
tulang dan transplantasi sel darah perifer.
Menurut Mudita (2007), menunjukan bahwa dalam rentan waktu tahun 2000-2005
di RSUP dr. Karyadi Semarang didapatkan 215 kasus yang terdiri dari 39 jenis penyakit
hemato onkologi pada dewasa. Kasus tertinggi pada penyakit Onkologi adalah limfoma
maligna sebesar 25%. Sedangkan pada kasus osteosarcoma sebesar 13,6 % dengan
sebaran umur 20- 30 tahun sebesar 20 % , usia 31- 40 tahun 48,8 %, usia 41- 50 tahun
sebesar 24,4 %, dan usia lebih dari 60 tahun sebesar 7,4% dengan pasien yang hidup
85,6% meninggal 8,4% dan pulang paksa 6%.
Ketika seseorang menderita osteosarcoma, kemudian terdapt gejala- gejala seperti
nyeri dan pembengkakan setempat.Sering penderita dan keluarga mengaggap nyeri
tersebut disebkan karena trauma yang baru saja terjadi. Pemeriksaan fisik menunjukan
pembengkakan setempat, nyeri tekan hangat, dan rentang gerakan yang terbatas bila
tumor dekat dengan sendi (Mitchel et al, 2008). Hal ini jika dibiarkan secara terus
menerus, akan terjadi komplikasi- komplikasi yaitu diantaranya fraktur patologis, infeksi,
dan yang paling ditakuti adalah kehilangan anggota tubuh (Suratun et al, 2008). Jika hal
ini sampai terjadi maka therapy utama yang umum dilakukan adalah dengan kemoterapi
dan reaksi bedah komplit. Karena kebanyakan osteosarcoma tidak radiosensitive.
Pembedahan tetap merupakan pokok dari kontrol primer. Dari segi sejarah, amputasi
merupakan cara pilih untuk bedah umor.
Asuhan yang diberikan kepada pasien dengan osteosarcoma sebelumnya
berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 2 juni 2014 diruang Dahlia RSUD
RA. Kartini jepara perawat memberikan dukungan kebutuhan sosial dan spiritual pasien.
Perawat juga harus memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pasien disamping membantu
klien untuk melewati fase penyembuhan. Selain itu perawat belum menjelaskan tentang
proses penyakit dan tindaan yang dilaukan untuk penyakitnya tersebut. Kondisi pasien
kebanyak ditemukan telah mengalami komplikasi, kebanyakan pasien belum dilakukan
tindakan kemotrarapi karena dari banyaknya pasien yang di rawat sebagian besar pasien
telah dilaukan amputansi.
Kelebihan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang sebelumya
adalah perawat memberikan dan menyiapkan semua kebutuhan pasien meliputi
kebutuhan dasar pasien, sosial dan spiritual pasien dengan sangat teliti dan tindakan yang
diberikan teratur dan terjadwal. Kekurangan dari asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat terdahulu adalah perawat kurang memberikan dukungan atau pengertian
kepada pasien dan keluarga mengenangi penyakit dan tindakan yang diberikan pada saat
di temui pasien melamun dan merasa tidak ada harapaan lagi karena kehilangan kaki nya
dan pasien tidak mengetahui melakukan kegiatan setelah keluar dari rumah sakit, perawat
juga belum membekali pasien dengan motivasi karena kehilangan anggota tubuhnya dan
penggunaan alat bantu.
Menurut Catatn Medik RSUD RA. Kartini Jepara, tumor tulang (osteosarcoma)
yang paling sering dijumpai adalah multipe mieloma pada kelompok semua usia, tapi
kelompok usia dibawah 20 tahun tumor tulang maligna, adalah osteosarkoma yang paling
banyak dijumpai 3. Dalam 10. 000 populasi. Angka survival dinegara majujuga masih
rendah dimana 80% dari penderita meninggal sebelum 5 tahun sejak di diagnosa
osteosarkoma.
Tindakan operasi, memungkinkan sekali munculnya masalah diantaranya
perubahan rasa aman dan nyaman nyeri, resiko infeksi, perubahan nutrisi, kerusakan
mobilitas fisik, ketidakefektifan koping individu. Memandnag permasalahan-
permasalahn diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Karya Tulis Ilmiah
yaitu Asuhan Keperawatan Osteosarcoma sebagai kasus kelolaan dalam penyusunan
tugas akhir ini.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah keperawatan ini yaitu :
1. Tujuan Umum
Peserta didik mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal dengan masalah
osteosarcoma.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mengidentifikasi dan menganalisa data yang diperoleh pada klien
dengan penyakit osteosarcoma.
b) Mampu merumuskan masalah keperawatan dan menentukan prioritas dari
diagnosa yang sudah ditentukan.
c) Mampu menentukan tujuan dan rencana keperawatan pada klien
osteosarcoma.
d) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dan melakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada klien
dengan osteosarcoma.
e) Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan
osteosarcoma.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan penulis adalah yaiutu melakukan pendekatan proses
keperawatan, dengan cara mengumpulkn data langsung dari klien dan keluarga serta
kolaborasi dengan tim kesehatan. Serta menggambarkan obyek yang sedang
berlangsung, pelaksanaan kegiatan, pengumpulan danpengambilan kesimpulan dari
data- data tersebut (Mestika, Zed 2008).
1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang terbenuk tanya
jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien tentang hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan klien.
2. Observasi
Observasi adalah mendapatkan informasi dengan menggunakan panca indra,
serta pengamatan secara langsung terhadap pasien osteosarcoma. Selain itu juga
memerikasa keadaan fisik pasien.
3. Studi Kasus
Usaha untuk mendapatkan data dengan melihat penanganan, pada kasus yang
sama, baik dari catatan medik, buku laporan pasien dan hasil – hasil pemeriksaan
yang berhubungan dengan osteosarcoma.
4. Studi Pustaka
Upaya mendapatkan data tentang penyakit e osteosarcoma. Ini dan literature
atau buku panduan dan sumber ilmiah lainya yang bersangkutan dengan
osteosarcoma.

D. Sistem Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuann Penulisan
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
D. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa masalah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB III. PEMBAHASAN
Berisi analisa kasus dari bab II (diagnosa – evaluasi keperawatan) yang
dibandingkan dengan teori keperawatan dan medis.
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAGIAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. E DENGAN POST OP
OSTEOSARCOMA DIRUANG DAHLIA RSUD RA. KARTINI JEPARA

Nama Mahasiswa : Meilinda Sari

Nim : 14121058

Hari / Tanggal : Senin 02 -06 - 2014

Jam : 08.00 Wib

Tempat Praktek : Ruang Dahlia

A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang Kayu
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jambu Rt 22/ 05 Kec. Mlonggo Kab. Jepara
Tanggal mauk RS : 30 – Mei -2014 jam 07. 35
No RM : 510.234
DM : OSTEOSARCOMA
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jambu
Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian lutut sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Semula pasien jatuh dari motor pada tanggal 27 September 2013 dan
menimbulkan luka dan benjolan kecil pada kaki sebelah kanan pasien. Karena sulit
digunakan untuk berjalan pasien dan kelaurga berinisiatif untuk membawa ke tukang
pijit karena pasien mengira pasien mengalami patah tulang atau retak tulangnya karena
tidak bisa berjalan harus dengan alat. Semakin lama benjolan pada kaki pasien
bertambah besar, lalu pasien membawa ke puskesmas terdekat. Pasien berobat
dipuskesmas dan dokter praktek, berobat kepuskesmas sebanyak 4x tidak terdapat
perubahan pada benjolan pasien. Lalu pasien berobat di RS. Karyadi Semarang 1x
karena kurang nya biaya pasien tidak melanjutkan pengobatanya, lalu pasien
membiarkan benjolan itu selama 9 bulan. Benjolan dilutut kanan pasien semakin besar.
Akhirnya pasien membawa ke dokter prktek karena tamah besar, lalu disarankan untuk
membawa ke RSUD Kartini Jepara untuk dioperasi. Pasien masuk IGD pada tanggal
30 meil 2014 jam 08.00 pasien memndapatkan terapi infus RL 20 tpm, Cefotaxsim
1x2 gr, Ketorolac 3x 30 mg, Ranitidin 3x 50mg, di ruang IGD pasien didiagnosa
osteosarcoma. Kemudian setelah itu pasien dibawa ke ruang dahlia dan pasien
mendapat penanganan diruang tersebut, dengan pemberian obat secara oral dan
suntikan kondisi pasien setelah di berikan obat pasien mengatakan nyeri berkurang
sesaat setelah beberapa jam kemudian pasien merasa nyeri kembali pada lutut kanan,
pada tanggal 1 pasien diprogramkanuntuk dilakukan pemeriksaan radiologi Setelah itu
pada tanggal 2 juni 2014 pada pukul 10.00 WIB, Tn. E dilakukan operasi Osteotomy.
Kemudian pada jam 13.00 WIB Tn. E dilakukan perawatan di ruang dahlia post op.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan baru pertama kali sakit seperti ini, pasien belum pernah
dirawat dirumah sakit. Selama sakit 9 bulan pasien hanya berobat jalan saja, ke
puskesmas, tukang urut, klinik dokter, lalu baru dirujuk ke RS. Kartini Jepara
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan
pasien tidak memiliki penyakit menurun seperti hipertensi, DM, tidak memiliki
penyakit menular seperti hepatitis, HIV, sipilis, Tbc, Hepatitis Dll.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan alergi terhadap makan ikan dan ayam tetapi tidak alergi
terhadap obat, minuman,debu atau yang lainya.
f. Genogram

Tn. E Ny. M Ny. M


58 tahun 53 tahun Ny. H
53 tahun
58 tahun

Tn. E Ny. S Tn. F


40 tahun Tn. J 33 tahun
39 tahun
35 tahun

An. S An. K An. N


11 tahun 8 tahun 5 tahun

Keterangan

: Perempuan : Meninggal laki - laki


: Meninggal perempuan
: Laki-laki
: Pasien : Tinggal Dalam
Rumah
3. Pola Fungsional
a. Pola Pernafasan
Pasien mengatakan sesak nafas, RR 28X/ menit Terpasang Nasal Kanul 3L/
Menit. Pasien tidak menggunakan otot bantu nafas,
b. Kebutuhan Nutrisi
Pasien mengatakan makan dengan teratur, pasien makan habis ¼ porsi diit dari
Rumah Sakit berbentuk nasi, pasien makan 3x dalam sehari, minum 3 gelas belimbing
sehari, menu pasien pada pagi hari nasi, lauk tahu 1 potong, daging 1 potong, sayur sop
½ mangkung, susu 1 gelas belimbing.
c. Kebutuhan Eliminasi
Pasien mengatakan tidak ada gengguan eliminasi, pasien BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek, tetapi kadang BAB tidak lancar, BAK ± 300cc, urine per 5 jam
selama 24 jam BAK pasien ± 1500cc berwarna kuning, ketika dilakukan pengkajian,
pasien terpasang kateter.
d. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Pasien dalam sehari istirahat ± 5 jam, pasien tidur siang 1 jam, saat tidur malam
kadang disertai terjaga karena gatal- gatal pada tubuhnya pada malam hari,
e. Keburtuhan Rasa Aman dan Nyaman
P : Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanan post op amputansi
Q : Nyeri seperti disayat- sayat pisau
R : Pada daerah lutut sebelah kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri ketika bergerak, nyeri meningkat ketika kaki pasien digerakan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 -3 : Nyeri Ringan

4- 6 : Nyeri Sedang

7- 9 : Nyeri Berat

10 : Nyeri Sekali
f. Kebutuhan Berpakaian
Pasien dibantu oleh keluarga ketika memakai pakaian, sehari ganti baju 1x saja,
pasien suka memakai kemeja lengan pendek tetapi pasien lebih sering tidak
mengenakan baju.
g. Kebutuhan mempertahankan suhu dan sirkulasi
Pasien mengatakan mengalami dingin atau merasa menggigil setelah pasien di
berikan transfusi darah, jika tidak di berikan tranfusi darah pasien tidak pernah merasa
dingin atau mengigil. Teraba panas pada bagian luka, terdapat bengkak dan kemerahan,
nyeri ketika di gerakan, terpasang selang drainase pada luka.
h. Kebutuhan Personal Hygine
Pasien mengatakan selama dirawat pasien hanya disibini saja, sehari 2x dengan
menggunakan air hangat, pasien tidak gosok gigi pasien dibantu oleh keluarga dalam
membersihkan tubuhnya.
i. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pasien mengalami keterbatasaan dalam bergerak dan keseimbangan tubuh pasien
banyak beraktifitas diatas kasur, keterbatasan pada kaki kanan yang mengalamai
amputansi. aktifitas tangan kanan terbatas karena terpasang infus.
j. Kebutuhan Berkomunikasi dengan Orang Lain
Ketika dilakukan pengkajian pasien berkomunikasi menggunakan bahasa jawa,
tidak banyak bicara dengan orang lain, pasien mampu menjawab dengan jelas
pertanyaan yang diberikan, dan mampu berkomunikasi dengan lancar, tetapi pasien
mudah tersinggung dan merasa tidak berarti lagi.
k. Kebutuhan Spiritual
Pasien selama dirawat tidak dapat solat pasien hanya berbaring, tetapi sebelum
sakit pasien solat 5 waktu, pasien merasa sakit yang dideritanya saat ini cobaan dari
allah,
l. Kebutuhan bekerja
Pasien sebelum sakit bekerja sebagai tukang kayu , pasien membutuhkan kaki
palsu atau tongkat penyangga untuk membantu pasien bekerja atau beraktifitas.
m. Kebutuhan Bermain dan berekreasi
Pasien tidak pergi berrekreasi pasien menhgabiskan waktu untuk bekerja
n. Kebutuhan Belajar
Pasien sekarang belajar untuk menggunakan tongkat penyangga dan mengenali
tentang penyakitnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, menggigil dan suhu tubuh meningkat setelah di
tranfusi darah
b. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E : 4 M: 5 V : 6
c. TTV : TD 150 / 90mmhg S : 37◦C RR: 20X/ m N : 88x/m
d. Kepala : Mesocepal, tidak ada benjolan, pasien dalam keadaan
botak
e. Wajah : Simtris, warna kecoklatan, tidak ada benjolan, tidak nyeri
tekan, tidak edema,
f. Mata : Simetri, kana dan kiri, sklera tidak ikhterik konjungtiva
anemis mampu melihat benda didepanya dengan jelas.
g. Hidung : Bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada polip, simetris, tidak
ada pendarahan tidak ada nyeri tekan.
h. Mulut : Bersih, bibir pucat, tidak ada stomatitis, tidak memakai
gigi palsu, tidak ada pendarah pada gusi, gigi tidak berlubang, sianosis.
i. Telinga : Simetris, Kanan kiri tidak ada serumen tidak mengalami
gangguan pendengaran.
j. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok dan
kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
k. Dada
I : Simetris, kanan dan kiri sama, tidak menggunakan otot bantu
nafas.
Pa : Vocal premitus kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan
Pe : Sonor disemua lapang paru
A : Vesikuler terdengar disemua lapang paru
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
Pa : Ictus cordis teraba pada intercosta IV – V Mid Clavicula Sinistra
Pe : Pekak pada batas intercosta II- III, dipinggir linea sternalis
kanan, intercosta V- VI
A : Reguler S1 dan S2 murmur (-) galop (-)

Abdomen
I : Simetris kanan dan kiri tidak ada asites
A : Paristaltik usus 13x/ menit
Pe : Timpani
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada seluruh kuadran abdomen

l. Genetelia : Bersih, terpasang kateter


m. Ekstermitas
Atas :
Tangan Kanan : Pergerakan terbatas, tidak ada edema, tidak ada varises tangan
kanan terpasang infus, terjadi sianosis di ujung jari jika di tekan.
Tangan Kiri : Normal. Tidak ada keterbatasan gerak, tidak ada edema, tidak ada
verises.
Bawah :
Kaki Kanan : Pergerkan terbatas pasien hanya mampu miring ke kanan dan kiri
post amputansi hari 1, Amaputansi sebatas lutut kanan, jahitan yang terdapat pada
luka dengan panjang jahitan ±15cm. terpasang drainase post op, terdapat darah
berwarna merah beku, darah berhenti pada setengah selang drainase. Teraba panas
pada daerah lutut dan kemerahan, bengakak disekitar daerah yang terpasang
drainase, Terasa nyeri ketika di gerakkan dengan skala 7,
Kaki Kiri : Normal, tidak ada gangguan pergerakan bebas,
n. Kulit : Kondisi kulit pasien CRT < 2, pasien mengalami gatal dan suhu
tubuh meningkat setelah di berikan transfusi darah, akral dingin, keluar keringat
dingin

5. Pemeriksaan Laborat 2 juni 2014

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Nilai Satuan Laki- Laki
Hematologi
- Haemoglobin 6,8 Gr % 14- 18
- Leucocyt 9.120 Mm3 4.000 – 10. 000
- Trhombocyt 370.000 Mm3 150.000 – 400.000
- Haemotocrty 21,3 % 40 – 48

Terapi medis 2 juni 2014


- Parenteral : Infus RL 20 tpm
- Injeksi : Cefotaxsime = 1x 2gr
Ketorolac = 3x 30 mg
Ranitidin = 2x 25mg
- Oral : Nifedipin = 1x 10 mg
Bisoprolol = 1x 5 mg

- Diet : Nasi = 1500 kal


Tahu = 1 ptong
Daging = 1 potong
Sayur sop = ½ mangkok
A. ANALISA DATA

Hari/ Tanggal/ Data fokus ( DS dan Problem Etiologi


Jam DO)

Senin 02 - 06 – DS : Pasien mengatakan Nyeri Akut Post Amputansi


14 nyeri pada lutut kanan Lutut sebelah
jam 13.00 luka post op amputansi kanan
P : Nyeri pada lutut
kanan post op amputansi
Q : Nyeri seperti
tersayat pisau
R : Nyeri pada lutut
bagian kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri timbul
jika bergerak
DO : - terdapat jahitan
pada lutut kanan pasien
± 15 cm
- Terpasang Drainase
pada daerah luka
nampak aliran berhenti
di setengah selang
- TD 150/ 90 mmhg
- N 88 x/ menit
- Ekspresi wajah Tn E
tampak tegang
- Tn. E tanpak
meringis kesakitan
menahan nyeri
DS :Pasien mengatakan Resiko Infeksi Proses patogenik
tidak gatal pada daerah dan pembedahan
luka (Amputansi )
DO : - ada luka bekas
operasi ± 15 cm
- Luka tidak ada
nanah
- Leucocyt 9.120
mm3
- Bengkak
disekitar daerah
terpasang
drainase
- Teraba panas
pada daerah lutut
dan kemerahan
- Terasa nyeri pada
daerah lutut
DS : Pasien mengatakan Gangguan perfusi Penurunan
badan lemas, kepala jaringan Heaemoglobin
pusing, badan dingin,
sesak nafas
DO : - Pasien nampak
pucat
- Sianosis di
ujung- ujung jari
bila ditekan
- Konjungtiva
anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat
dingin
- HB : 6,8 gr %
- Terpasang O2
kanul nasal 3L

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan amputansi ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanan luka post op amputansi.
P : Nyeri pada lutut kanan post op amputansi
Q : Nyeri seperti tersayat pisau
R : Nyeri pada lutu bagian kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri timbul jika bergerak, meningkat ketika kaki digerakan
DO : - terdapat jahitan pada lutut kanan pasien ± 15 cm
- Terpasang Drainase pada daerah luka
- Ekspresi wajah Tn E tampak tegang
- Tn. E tanpak meringis kesakitan menahan nyeri
- TD 150/ 90 mmhg
- N 88 x/ menit
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Proses patogenik dan proses pembedahan
(Amputansi) ditandai dengan :

DS : Pasien mengatakan tidak gatal pada daerah luka


DO : - ada luka bekas operasi ± 15 cm
- Terpasang drainase pada luka
- Luka tidak ada nanah
- Leucocyt 9.120 mm3
- Bengkak disekitar daerah terpasang drainase
- Teraba panas pada daerah lutut dan kemerahan
- Terasa nyeri pada daerah lutut
3. Gangguan perfusi jarinngan berhubungan dengan Penurunan Haemoglobin ditandai
dengan :
DS : Pasien mengatakan badan lemas, kepala pusing, badan dingin
DO : - Pasien nampak pucat
- Sianosis
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat dingin
- HB : 6,8 gr %

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari/ tanggal Dx Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional T


jam kep hasil td

1. Senin, 2-6-14 1 Setelah dilakukan 1. Catat dan 1. Untuk


13.00
tindakna keperawatan kaji lokasi mengetahui
selama 3 x 24 jam dan respon dan
masalah nyeri akan intensitas sejauh mana
teratasi dengan nyeri (skala tingkat nyeri
kriteria hasil : 0-10). pasien.
1. Klien mengatakan 2. Observasi 2. Untuk
nyeri hilang atau TTV pasien mengetahui
terkontrol per 3 jam status tanda-
2. Klien nampak 3. Berikan tanda vital
rileks dan dapat tindakanan pasien
beristirahat kenyamanna dengan nyeri
3. Klien memehami (Ubah posisi 3. Mencegah
tentang nyeri dan miring kanan pergeseran
metode untuk dan tulang dan
menghilangkan kiri,setiap 2 penekanan
nyeri jam 4. Mengurangi
4. Sekala nyeri 0-4 relaksasi) rasa sakit dan
4. pemberian nyeri
analgetik
ketorolac 3x
30 mg
2 2 Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan 1. Untuk
tindakan keerawatan luka mengetahui
selama 3 x 24 jam (Continuitas tanda - tanda
masalah infeksi tidak dari luka) infeksi
terjadi dengan kriteria 2. Anjurkan 2. Meminimal
hasil : pasien untuk kan terjadi
1. Tidak ada tanda- tidak kontaminasi
tanda infeksi mememgang 3. Rawat luka
2. Leukosit dalam bagian luka dengan
batas normal 14- 3. Rawat luka mencegah
18 gr % dengan kontaminasi
3. TTV dalam batas menggunaka dan
normal 100/ 70 – n teknik kemungkinan
140/80 aseptik infeksi silang
perhatikan 4. Leukosit
drainase luka meningkat
4. Kolaborasi artinya sudah
pemeriksaan terjadi proses
kadar infeksi
leukosit
pasien
3. 3. Setelah dilakukan 1. Awasi 1. Memberikan
tindakan keperawatan Tanda- tanda informsi
3x 24 jam diharapkan vital pasien, tentang TTV
masalah suplai karakteristik pasien
oksigen kejaringan kulit ( warna, karena
menjadi adekuat elastisitas, anemia
ditandai dengan : CRT). 2. Membantu
1. TTV pasien 2. Tinggikan untuk
normal 100/ 80 kepala exspansi
– 140/ 80 tempat tidur paru
2. Kadar Hb 3. Selidiki atau memaksimal
normal 14 - 18 lakukan kan oksigen
gr % pemeriksaan 3. Untuk
3. Akral hangat, dada, mengetahui
4. Konjungtiva keluhan ada atau
tidak anemis nyeri dada, tidak elainan
5. Pasien tidak 4. Pemberiaan pada saluran
sesak nafas Oksigen pernafasan.
kanul nassal, 4. Membantu
dan pasien agar
pemeriksaan tidak sesak
darah untuk nafas dan
cek kadar memlacarkan
HB sirkulasi
oksigen
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari / No Dx Implementasi Keperawatan Respon Ttd


Tanggal
Jam
1 Senin, 2-6- 1 1. Mengobservasi TTV DS : Pasien mengatakan
14
lemas
13.00
DO : - Pasien nampak
lemas
- Muka pucat
- Konjungtiva
anemis
- TTD = 150/90
2. Mencatat dan mengkaji mmhg
lokasi dan intensitas - N = 88x menit
nyeri ( 0- 10) skala - S = 37 c
- RR= 20x
- Hb = 6,8gr
13.30 1

DS: Pasien mengatakan


nyeri pada luka post op
P : Nyeri karena
luka post op
Q : Nyeri seperti
tersayat – sayat
R : Pada lutut
sebelah kanana
S : Skala nyeri 7
3. Memberikan tindakan T : Nyeri terjadi
keperawatan ketika bergerak
kenyamanan (ubah DO : - Ada jahitan pada
posisi miring kanan dan bagian lutut pasie
kiri n setiap 2 jam dan - Terpasang
relaksasi drainase pada
daerah luka

13.45 1

DS : Pasien mengatakan
4. – Memberikan punggunya panas dan
injeksi nyeri pada bagian luka
 Ketorolac : (30 post op
mg) DO : - Menganjurkan
Jam : 09.00 miring ke kiri
Jam : 14.00 - Mengajarkan
Jam : 18.00 nafas dalam
 Ranitidin : (25mg) ketika merasakan
13.50 Jam : 09.00 nyeri ketika
1
Jam : 14.00 bergerak
 Cefotaxsime : 2 gr
Jam : 09.00 DS :Pasien mengatakan
bersedia
DO :Obat masuk secara
IV dan Oral tanpa
alergi
13.55 2. 1. Mengkaji keadaan luka DS : Pasien mengatakan
( continuitas dari lutut)
tidak gatal pada lutut
post op, tidak ada nanah
DO : - Luka bersih tidak
ada nanah
- Terpasang
drainase
- Luka panjang ±
15 cm
14. 00 2. 2. Merawat luka pasien DS : Pasien mengatakan
dengan menggunakan masih nyeri pada luka,
teknik aseptic dengan dan keluar darah pada
menggunakan cairan selang
Nacl 0,9 % dan betadine DO : - Panjang luka 15
dan mengobervasi cm,
drainase secara rutin - Ganti balut
dilakukan setiap
pagi
- Terpasang
drainase, terdapat
darah pada selang
kondisi darah
beku, drainase
berhenti pada
sebagian selang
15.00 2. 3. Kolaborasi pemeriksaan DS : Pasien mengatakan
darah Leucocyt lemas
DO : - Terpasang
drainase
- Muka pucat
- Panjang luka 15
cm
- Luka pasien
masih dibalut
- Leococyt : 9.120
mm3
15. 10 3. 1.Mengkaji TTV dan DS : Pasien mengatakan
karakteristik kulit kepala pusing, badan
( warna, elastisitas, CRT). lemas, badan terasa
dingin
DO : - sianosis
- Konjungtiva
anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat
dingin
15. 25 3. 2.Meninggikan kepala DS : Pasien mengatakan
tempat tidur 45º dengan sesak
menggunakan bantal DO : - Memberikan
posisi semi fowler
- Pasien sedikit
rileks dan
terbantu

15. 30 3. 3. Melakukan DS : Pasien mengatakan


pemeriksaan dada tidk nyeri dada
dan mencatat keluhan DO : I : simetris kanan
nyeri dada kiri sama, tidak memakai
otot bantu nafas
P : Vocal premitus kanan
kiri sama
P : sonor di intercosta IV
A : Vsikuler disemua
lapang paru
4. 4. - Pemberian oksigen DS : pasien mengtaka
kanul nasal 3L masih sedikit sesak nafas
- Pemeriksaan darah DO : - bibir pucat
untuk cek HB - HB 6,8 gr %
- Terpasang O2
kanul nasal 3L
- Terpasang
tranfusi 1 kolf

Selasa 3- 6- 1. 1. Mengobservasi ttv DS : Pasien mengatakan


16 masih lemas
07.00 DO : -pasien lemas,
muka pucat
- Konjungtiva
anemis
- TTD : 130/ 80
mmhg
- N : 84x/
menit
- S : 36 C
- RR : 20x /
menit
- HB : 9,7gr%
09.00 1. 2. Mencatat dan DS : Pasien mengatakan
mengkaji lokasi dan masih nyeri pada luka
intenstas nyeri ( 0-10) post opo
skala P : Nyeri karena luka
post op
Q : Nyeri seperti tersayat
– sayat
R : Pada lutus sebelah
kanan
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri terjadi ketika
bergerak
DO : - Pasien meringis
ketika megerakan
kakinya
- Pasien berbaring
09.10 1. 3. Memberikan tindakan DS : Pasien mengatakan
keperawatan punggung terasa panas
kenyamanan (ubah dan kemeng karena
posisi miring kanan dan berbaring
kiri setiap 2 jam dan DO : - Pasien dibantu
relaksasi keluarga dan perawat
melakukan tirah baring
miirng ke kiri.
- Memberikan
posisi setengah
duduk pada
pasien untuk
membantu
mengurangi
dekubitus pada
pasien.
09.15 1. 4. Memberikan injeksi DS : Pasien mengatakan
- Ketorolac ( 30 mg) bersedia minum obat dan
Jam : 09.00 mendapat suntikan
Jam : 16.00 DO : - Pasien meringis
Jam :20.00 ketika obat di masukan
- Ranitidin ( 25 mg) - Obat masuk tanpa
Jam : 09.00 alergi
Jam : 16.00
- Cefotasime 2 gr
Jam : 09.00
Memberikan obat oral
- Nifedipin ( 10 mg)
Jam : 09.00
- Bisoprolol ( 50 mg)
Jam : 09.00
Selasa 3- 6- 2. 1. Mengkaji keadaan luka DS : Pasien mengatakan
14 ( continuitas dari lutut) tidak keluar cairan atau
Jam 9.40 pun nanah dari luka
DO : -Luka bersih .
sudah mulai kering
- Tidak nanah pada
luka.
- Ada
pembengkakan
pada daerah
sekitar drainase
luka
- Teraba panas
pada daerah luka
- Terasa nyeri
ketika bergerak
- Panjang luka 15
cm
10.00 2. 2. Merawat luka dengan DS : Pasien
teknik aseptic dengan mdngatakan bersedia di
menggunakan cairan lakukan ganti balutan
Nacl 0,9 % dan betadine luka
perhatikan drainase DO : - Pasien meringis
secara rutin ketika di ganti balutan
luka
- Luka bersih
- Jahitan mulai
kering
- Terpasang
drainase, drainase
berhenti di
setengah selang
darah beku
10.45 2. 3. Kolaborasi pemeriksaan DS : Pasien mengatkan
darah leucocyt masih lemas badanya dan
gemetar
DO : - Konjugtiva
anemis
- Luka pasien
masih basah
- Keluar keringat
dingin
- Leucocyt : 9.430
mm3
- Ada kemerahan
pada luka, nyeri
ketika digerakan
11.00 3. 1. Mengkaji TTV dan DS : Pasien mengatakan
karakteristik kulit kepala masih pusing
( warna, elastisitas, lemas dan menggigil
CRT). DO : - pasien pucat
- Keluar keringat
dingin
- Pasien gatal-
gatal
- Terpasang
transfusi darah 1
kolf
11. 30 3. 3. Melakukan DS : Pasien mengatakan
pemeriksaan dada tidk nyeri dada
dan mencatat keluhan DO : I : simetris kanan
nyeri dada kiri sama, tidak memakai
otot bantu nafas
P : Vocal premitus kanan
kiri sama
P : sonor di intercosta IV
A : Vsikuler disemua
lapang paru
Rabu 4-6-14 1. 1. Mengobservasi TTV DS : Pasien mengatakan
07.00 kepala pusing dan lemas
DO : - Pasien lemas
- Muka pucat
TTD : 140/ 80
mmhg
N : 86x/
menit
S : 36C
RR : 20x/ menit
07. 10 1. 2. Mencatat daan DS : Pasien mengatakan
mengkaji lokasi dan nyeri berkurang pada
intensitas nyeri (0- 10) luka post op
P : Nyeri pada luka post
op
Q : Nyeri seperti tersayat
pisau
R : Pada daerah lutut
bagian kanan
S : Skala nyeri nyeri 4
T :Nyeri muncul jika
pasien bergerak
DO : - Lutut pasien
masih dibalut
- Pasien mampu
miring ke kiri
tanpa bantuan
- Pasien rileks

08.00 1. 3. Memberikan injeksi DS : Pasien mengatakan


- Ketorolac ( 30 mg) bersedia minum obat dan
Jam : 08.00 mendapat suntikan
Jam ; 16. 00 DO : - Pasien meringis
Jam 18.00 ketika obat di masukan
- Ranitidin ( 25 mg) Obat masuk tanpa alergi
Jam : 08.00
Jam 16.00
- Cefotasime 1x 2 gr
Jam : 08.00
Memberikan obat oral
- Nifedipin ( 10 mg)
Jam : 08.00
- Bisoprolol ( 50 mg)
Jam : 08.00
09.30 2. 1. Mengkaji keadaan luka ( DS : Pasien mengatakan
continuitas dari lutut tidak ada masalah
dengan luka post op
DO : -Luka bersih .
sudah mulai kering
- Tidak nanah pada
luka, nyeri pada
luka berkurang,
kemerahan pada
luka berkurang,
bengkak pada
luka berkurang
- Panjang luka 15
cm
- Terpasang
drainase
10.00 2. 2. Merawat luka dengan DS : Pasien
teknik aseptic dengan mdngatakan bersedia di
cairan Nacl 0,9% dan lakukan ganti balutan
betadine perhatikan luka
drainase secara rutin DO : - Pasien meringis
ketika di ganti balutan
luka
- Luka bersih
- Jahitan mulai
kering
- Drainase masih
terpasang,
drainase masih
berhenti pada
setengah selang
- Terpasang
Tansokref
10.45 2. 3. Kolaborasi pemeriksaan DS : Pasien mengatakan
darah Leucocyt masih lemas badanya
DO : - Konjugtiva
anemis
- Muka pucat
- Keluar keringat
dingin
- Leucocyt : 9.560
mm3
- Terpasang
transokref, luka
kemerahan
berkurang

11.00 3. 1. Mengkaji TTV dan DS : Pasien mengatakan


karakteristik kulit kepala masih pusing
( warna, elastisitas, lemas dan menggigil
CRT). DO : - pasien pucat
- Keluar keringat
dingin
- Pasien gatal-
gatal
- Terpasang
transfusi darah 1
kolf
11. 30 3. 2. Meninggikan kepala DS : Pasien mengatkan
tempat tidur 45º sesak nafas berkurang
dengan bantal DO : Pasien nyaman
dengan posisi yg
diberikan
Pasien masih terpasng
oksigen kanul nasal 3L
12.00 3. 3. Melakukan DS : Pasien mengatakan
pemeriksaan dada tidak mengalami nyeri
dan mencatat dada
keluhan nyeri dada DO : : I : simetris kanan
kiri sama, tidak memakai
otot bantu nafas
P : Vocal premitus kanan
kiri sama
P : sonor di intercosta IV
A : Vasikuler disemua
lapang paru

NO Hari/ tanggal/ No DX Evaluasi TTD


jam
1. Senin, 2-6-14 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post op
Jam, 16.00 nya
P : Nyeri karena luka post op amputansi
Q : Nyeri seperti tersayat- sayat
R : Pada lutut sebelah kanan
S: Skala nyeri 7
T : Nyeri timbul ketika bergerak
O : terpasang drainase pada luka, pasien
dibantu keluarga melakukan tirah baring.
- Pasien nampak lemas
- Muka pucat
- Konjungtiva anemis
- TTD = 150/90 mmhg
- N = 88x menit
- S = 37 c
- RR= 28x
- Hb = 6,8gr
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas
nyeri
(skala 0-10).
2. Observasi TTV pasien per 3 jam
3. Berikan tindakanan kenyamanna (Ubah
posisi miring kanan dan kiri tiap 2 jam,
relaksasi)
4. Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian analgetik kaji efektifan dari
penurunan rasa nyeri
2. Senin, 2-6-14 2. S : Pasien mengatakan tidak gatal pada lutut
Jam, 16.00 tidak ada nanah
O : - Luka bersih
- Tidak ada nanah, ada pembengkakan,
teraba panas, nyeri ketika digerakan
- Panjang luka 15 cm
- Terpasang drainase
- Leucocyt 9.120 mm3
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3. Rawat luka dengan menggunakan
teknik aseptik perhatikan drainase luka
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar leukosit
pasien
3. Senin, 2-6- 14 3. S: Pasien mengatakan kepala pusing, badan
lemas, badan terasa dingin
O : - sianosis
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat dingin
- HB 6,8 gr %
- Terpasang O2 kanul nasal 3L
- Pasien sesak nafas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Awasi Tanda- tanda vital pasien,
karakteristik kulit ( warna, elastisitas,
CRT).
3. Selidiki atau lakukan pemeriksaan dada,
keluhan nyeri dada,
4. Pemberiaan Oksigen kanul nassal, dan
pemeriksaan darah untuk cek kadar HB
3. Selasa, 3-6-14 1. S : Pasien mengatakan masih nyeri pada luka
Jam 13. 00 post op
P : Nyeri karena luka post op
Q : Nyeri seperti tersayat – sayat
R : Pada lutuT sebelah kanan
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri terjadi ketika bergerak
O : - Pasien meringis ketika menggerakan
kakinya
- Pasien berbaring
- Konjungtiva anemis
- TTD : 130/ 80 mmhg
- N : 84x/ menit
- S : 36 C
- RR : 24x / menit
- HB : 9,7gr%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas
nyeri ( skala 0-10).
2. Observasi TTV pasien per 3 jam
4 Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian analgetik kaji efektifan dari
penurunan rasa nyeri
4. Selasa 3-4-14 2. S : Pasien mengatakan lemas, nyeri pada luka
Jam 13.00 post op
O : - Pasien nampak pucat, konjungtiva anemis
- Terpasang infus RL 20 tpm
- Luka kering, bersih, tidak ada nanah
- Dilakukan ganti balutan luka setiap pagi
- Muka pucat
- Keluar keringat dingin
- Leucocyt : 9.430
mm3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3. Rawat luka dengan menggunakan
teknik aseptik perhatikan drainase luka
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar leukosit
pasien

5. Selasa 3-4- 16 3. S: Pasien mengatakan kepala pusing, badan


lemas, badan terasa dingin
O : - sianosis
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat dingin
- HB 9,7 gr %
- Terpasang O2 kanul nasal 3L
- Pasien sesak nafas
- Pasien terpasang tranfusi 1 kolf
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Awasi Tanda- tanda vital pasien,
karakteristik kulit ( warna,
elastisitas, CRT).
3. Selidiki atau lakukan pemeriksaan
dada, keluhan nyeri dada,
4. Pemberiaan Oksigen kanul nassal,
dan pemeriksaan darah untuk cek
kadar HB
6. Rabu 4- 6- 14 1. S : Pasien mengatakn nyeri berkurang
Jam 13. 00 P : Nyeri pada luka post op
Q : Nyeri seperti tersayat pisau
R : Pada daerah lutut bagian kanan
S : Skala nyeri nyeri 4
T :Nyeri muncul jika pasien bergerak
O : - Lutut pasien masih dibalut
- Pasien mampu miring ke kiri tanpa
bantuan
- Pasien rileks
- Pasien lemas
- Muka pucat
- Terpasang transfusi set 1 kolf
TTD : 140/ 80 mmhg
N : 86x/ menit
S : 36C
RR : 20x/ menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
4 Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian analgetik kaji efektifan dari
penurunan rasa nyeri
7. Rabu 4- 6- 14 2. S : Pasien mengatakan tidak ada masalah
Jam 13.00 dengan luka post op
O : - Luka bersih sudah mulai kering
- Tidak ada nanah pada luka, masih
bengakak pada daerah luka, pasih
teraba panas pada daerah luka
- Panjang luka 15 cm
- Terpasang drainase, drainase pada
setengah selang
- Terpasang tansokref
- Leucocyt : 9.560 mm3
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. Rawat luka dengan menggunakan
teknik aseptik perhatikan drainase luka
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar leukosit
pasien

8. Rabu, 4- 6- 14 3. S: Pasien mengatakan kepala masih pusing,


badan masih lemas, badan terasa dingin, dan
gatal pada badan
O : - sianosis
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat dingin
- HB 10,7 gr %
- Terpasang O2 kanul nasal 3L
- Pasien sudah tidak sesak naafas
- Pasien terpasang tranfusi 1 kolf
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Awasi Tanda- tanda vital pasien,
karakteristik kulit ( warna,
elastisitas, CRT).
4. Pemberiaan Oksigen kanul nassal,
dan pemeriksaan darah untuk cek
kadar HB

Anda mungkin juga menyukai