E DENGAN POST OP
OSTEOSARCOMA
DI RUANG DAHLIA RSUD RA. KARTINI JEPARA
Oleh :
Meilinda Sari
14121058
TAHUN 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel- sel yang
tumbuh secara terus menerus, tidak terbatas, tidak terkordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis. Kanker terjadi karena adanya sel yang
bersifat mutagenik (Pice & Wilson dalam Nurhidayah, 2013). Keganasan tulang
mesenkim primer dengan sel- sel neoplastik yang menyintesis dan menyekresi komponen
organik matriks tulang (Yang dapat atau tidak dapat mengalami mineralisasi) disebut
juga osteosarcoma (Mitchel et, al, 2008).
Menurut National Cancer Institute (2009), setiap tahun jumlah penderita kanker
dari ± 6.25 juta orang. Di perkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000
penduduk pertahun. Dengan jumlah penduduk 220 jiwa terdapat sekitar 11.000 anak saat
ini menderita kanker khususnya osteosarcoma menjadi penyakit serius yang mengancam
kesehatan anak di dunia. Ancaman osteosarcoma diseluruh dunia sangat besar, karena
setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penderita baru penyakit osteosarcoma. National
cancer institute (2009) juga memperkirakan dalam dekade ini terjadi 9 juta kematian
akibat osteosarcoma per tahun. Dari seluruh kasus osteosarcoma yang ada, National
Cencer Institute (2009) memperkirakan empat persen (4%) diantaranya adalah
osteosarcoma pada anak.
Menurut Kelly & Howard (2008), perkiraaan 250.000 Dewasa di dunia di
diagnosa osteosarcoma tiap tahu khususnya, kira – kira 200. 000 hidup pada Negara
berkembang, dimana penyakit mereka bukan sebagai salah satu prioritas kesehatan secara
umum. Rata - rata tingkat kesembuhan osteosarcoma pada dewasa di Negara
berkembang, dimana penyakit mereka bukan sebagai salah satu prioritas kesehatan secara
umum. Rata- rata tingkat kesembuhan osteosarcoma sebesar 25% (Williams & Riberio
dalam Ali et al, 2010). Pada tahun 2009 saja diperkirakan terjadi 10. 730 kasus baru
kanker pada anak usia 0 - 14 tahun di Amerika Serikat (National Cancer Institute, 2009).
Penderita osteosarcoma di Asia diperkirakan hanya 7 % dari total populasi diseluruh
benua (Mayor, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2012), prevalensi osteosarcoma pada anak
diindonesia mencapai empat (4%), artinya dari seluruh angka kelahiran hidup anak
Indonesia, empat (4%) diantaranya akan mengalami osteosarcoma. Saat ini
osteosarcoma menjadi sepuluh penyakit utama yang menyebabkan kematian pada
sebagian orang dewasa di indonesia (Depkes RI, 2012). Penanganan osteosarcoma pada
pasien dewasa meliputi kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, transplantasi sumsum
tulang dan transplantasi sel darah perifer.
Menurut Mudita (2007), menunjukan bahwa dalam rentan waktu tahun 2000-2005
di RSUP dr. Karyadi Semarang didapatkan 215 kasus yang terdiri dari 39 jenis penyakit
hemato onkologi pada dewasa. Kasus tertinggi pada penyakit Onkologi adalah limfoma
maligna sebesar 25%. Sedangkan pada kasus osteosarcoma sebesar 13,6 % dengan
sebaran umur 20- 30 tahun sebesar 20 % , usia 31- 40 tahun 48,8 %, usia 41- 50 tahun
sebesar 24,4 %, dan usia lebih dari 60 tahun sebesar 7,4% dengan pasien yang hidup
85,6% meninggal 8,4% dan pulang paksa 6%.
Ketika seseorang menderita osteosarcoma, kemudian terdapt gejala- gejala seperti
nyeri dan pembengkakan setempat.Sering penderita dan keluarga mengaggap nyeri
tersebut disebkan karena trauma yang baru saja terjadi. Pemeriksaan fisik menunjukan
pembengkakan setempat, nyeri tekan hangat, dan rentang gerakan yang terbatas bila
tumor dekat dengan sendi (Mitchel et al, 2008). Hal ini jika dibiarkan secara terus
menerus, akan terjadi komplikasi- komplikasi yaitu diantaranya fraktur patologis, infeksi,
dan yang paling ditakuti adalah kehilangan anggota tubuh (Suratun et al, 2008). Jika hal
ini sampai terjadi maka therapy utama yang umum dilakukan adalah dengan kemoterapi
dan reaksi bedah komplit. Karena kebanyakan osteosarcoma tidak radiosensitive.
Pembedahan tetap merupakan pokok dari kontrol primer. Dari segi sejarah, amputasi
merupakan cara pilih untuk bedah umor.
Asuhan yang diberikan kepada pasien dengan osteosarcoma sebelumnya
berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 2 juni 2014 diruang Dahlia RSUD
RA. Kartini jepara perawat memberikan dukungan kebutuhan sosial dan spiritual pasien.
Perawat juga harus memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pasien disamping membantu
klien untuk melewati fase penyembuhan. Selain itu perawat belum menjelaskan tentang
proses penyakit dan tindaan yang dilaukan untuk penyakitnya tersebut. Kondisi pasien
kebanyak ditemukan telah mengalami komplikasi, kebanyakan pasien belum dilakukan
tindakan kemotrarapi karena dari banyaknya pasien yang di rawat sebagian besar pasien
telah dilaukan amputansi.
Kelebihan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang sebelumya
adalah perawat memberikan dan menyiapkan semua kebutuhan pasien meliputi
kebutuhan dasar pasien, sosial dan spiritual pasien dengan sangat teliti dan tindakan yang
diberikan teratur dan terjadwal. Kekurangan dari asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat terdahulu adalah perawat kurang memberikan dukungan atau pengertian
kepada pasien dan keluarga mengenangi penyakit dan tindakan yang diberikan pada saat
di temui pasien melamun dan merasa tidak ada harapaan lagi karena kehilangan kaki nya
dan pasien tidak mengetahui melakukan kegiatan setelah keluar dari rumah sakit, perawat
juga belum membekali pasien dengan motivasi karena kehilangan anggota tubuhnya dan
penggunaan alat bantu.
Menurut Catatn Medik RSUD RA. Kartini Jepara, tumor tulang (osteosarcoma)
yang paling sering dijumpai adalah multipe mieloma pada kelompok semua usia, tapi
kelompok usia dibawah 20 tahun tumor tulang maligna, adalah osteosarkoma yang paling
banyak dijumpai 3. Dalam 10. 000 populasi. Angka survival dinegara majujuga masih
rendah dimana 80% dari penderita meninggal sebelum 5 tahun sejak di diagnosa
osteosarkoma.
Tindakan operasi, memungkinkan sekali munculnya masalah diantaranya
perubahan rasa aman dan nyaman nyeri, resiko infeksi, perubahan nutrisi, kerusakan
mobilitas fisik, ketidakefektifan koping individu. Memandnag permasalahan-
permasalahn diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Karya Tulis Ilmiah
yaitu Asuhan Keperawatan Osteosarcoma sebagai kasus kelolaan dalam penyusunan
tugas akhir ini.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah keperawatan ini yaitu :
1. Tujuan Umum
Peserta didik mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal dengan masalah
osteosarcoma.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mengidentifikasi dan menganalisa data yang diperoleh pada klien
dengan penyakit osteosarcoma.
b) Mampu merumuskan masalah keperawatan dan menentukan prioritas dari
diagnosa yang sudah ditentukan.
c) Mampu menentukan tujuan dan rencana keperawatan pada klien
osteosarcoma.
d) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dan melakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada klien
dengan osteosarcoma.
e) Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan
osteosarcoma.
D. Sistem Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuann Penulisan
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
D. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa masalah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB III. PEMBAHASAN
Berisi analisa kasus dari bab II (diagnosa – evaluasi keperawatan) yang
dibandingkan dengan teori keperawatan dan medis.
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAGIAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. E DENGAN POST OP
OSTEOSARCOMA DIRUANG DAHLIA RSUD RA. KARTINI JEPARA
Nim : 14121058
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang Kayu
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jambu Rt 22/ 05 Kec. Mlonggo Kab. Jepara
Tanggal mauk RS : 30 – Mei -2014 jam 07. 35
No RM : 510.234
DM : OSTEOSARCOMA
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jambu
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian lutut sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Semula pasien jatuh dari motor pada tanggal 27 September 2013 dan
menimbulkan luka dan benjolan kecil pada kaki sebelah kanan pasien. Karena sulit
digunakan untuk berjalan pasien dan kelaurga berinisiatif untuk membawa ke tukang
pijit karena pasien mengira pasien mengalami patah tulang atau retak tulangnya karena
tidak bisa berjalan harus dengan alat. Semakin lama benjolan pada kaki pasien
bertambah besar, lalu pasien membawa ke puskesmas terdekat. Pasien berobat
dipuskesmas dan dokter praktek, berobat kepuskesmas sebanyak 4x tidak terdapat
perubahan pada benjolan pasien. Lalu pasien berobat di RS. Karyadi Semarang 1x
karena kurang nya biaya pasien tidak melanjutkan pengobatanya, lalu pasien
membiarkan benjolan itu selama 9 bulan. Benjolan dilutut kanan pasien semakin besar.
Akhirnya pasien membawa ke dokter prktek karena tamah besar, lalu disarankan untuk
membawa ke RSUD Kartini Jepara untuk dioperasi. Pasien masuk IGD pada tanggal
30 meil 2014 jam 08.00 pasien memndapatkan terapi infus RL 20 tpm, Cefotaxsim
1x2 gr, Ketorolac 3x 30 mg, Ranitidin 3x 50mg, di ruang IGD pasien didiagnosa
osteosarcoma. Kemudian setelah itu pasien dibawa ke ruang dahlia dan pasien
mendapat penanganan diruang tersebut, dengan pemberian obat secara oral dan
suntikan kondisi pasien setelah di berikan obat pasien mengatakan nyeri berkurang
sesaat setelah beberapa jam kemudian pasien merasa nyeri kembali pada lutut kanan,
pada tanggal 1 pasien diprogramkanuntuk dilakukan pemeriksaan radiologi Setelah itu
pada tanggal 2 juni 2014 pada pukul 10.00 WIB, Tn. E dilakukan operasi Osteotomy.
Kemudian pada jam 13.00 WIB Tn. E dilakukan perawatan di ruang dahlia post op.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan baru pertama kali sakit seperti ini, pasien belum pernah
dirawat dirumah sakit. Selama sakit 9 bulan pasien hanya berobat jalan saja, ke
puskesmas, tukang urut, klinik dokter, lalu baru dirujuk ke RS. Kartini Jepara
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan
pasien tidak memiliki penyakit menurun seperti hipertensi, DM, tidak memiliki
penyakit menular seperti hepatitis, HIV, sipilis, Tbc, Hepatitis Dll.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan alergi terhadap makan ikan dan ayam tetapi tidak alergi
terhadap obat, minuman,debu atau yang lainya.
f. Genogram
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 -3 : Nyeri Ringan
4- 6 : Nyeri Sedang
7- 9 : Nyeri Berat
10 : Nyeri Sekali
f. Kebutuhan Berpakaian
Pasien dibantu oleh keluarga ketika memakai pakaian, sehari ganti baju 1x saja,
pasien suka memakai kemeja lengan pendek tetapi pasien lebih sering tidak
mengenakan baju.
g. Kebutuhan mempertahankan suhu dan sirkulasi
Pasien mengatakan mengalami dingin atau merasa menggigil setelah pasien di
berikan transfusi darah, jika tidak di berikan tranfusi darah pasien tidak pernah merasa
dingin atau mengigil. Teraba panas pada bagian luka, terdapat bengkak dan kemerahan,
nyeri ketika di gerakan, terpasang selang drainase pada luka.
h. Kebutuhan Personal Hygine
Pasien mengatakan selama dirawat pasien hanya disibini saja, sehari 2x dengan
menggunakan air hangat, pasien tidak gosok gigi pasien dibantu oleh keluarga dalam
membersihkan tubuhnya.
i. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pasien mengalami keterbatasaan dalam bergerak dan keseimbangan tubuh pasien
banyak beraktifitas diatas kasur, keterbatasan pada kaki kanan yang mengalamai
amputansi. aktifitas tangan kanan terbatas karena terpasang infus.
j. Kebutuhan Berkomunikasi dengan Orang Lain
Ketika dilakukan pengkajian pasien berkomunikasi menggunakan bahasa jawa,
tidak banyak bicara dengan orang lain, pasien mampu menjawab dengan jelas
pertanyaan yang diberikan, dan mampu berkomunikasi dengan lancar, tetapi pasien
mudah tersinggung dan merasa tidak berarti lagi.
k. Kebutuhan Spiritual
Pasien selama dirawat tidak dapat solat pasien hanya berbaring, tetapi sebelum
sakit pasien solat 5 waktu, pasien merasa sakit yang dideritanya saat ini cobaan dari
allah,
l. Kebutuhan bekerja
Pasien sebelum sakit bekerja sebagai tukang kayu , pasien membutuhkan kaki
palsu atau tongkat penyangga untuk membantu pasien bekerja atau beraktifitas.
m. Kebutuhan Bermain dan berekreasi
Pasien tidak pergi berrekreasi pasien menhgabiskan waktu untuk bekerja
n. Kebutuhan Belajar
Pasien sekarang belajar untuk menggunakan tongkat penyangga dan mengenali
tentang penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, menggigil dan suhu tubuh meningkat setelah di
tranfusi darah
b. Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E : 4 M: 5 V : 6
c. TTV : TD 150 / 90mmhg S : 37◦C RR: 20X/ m N : 88x/m
d. Kepala : Mesocepal, tidak ada benjolan, pasien dalam keadaan
botak
e. Wajah : Simtris, warna kecoklatan, tidak ada benjolan, tidak nyeri
tekan, tidak edema,
f. Mata : Simetri, kana dan kiri, sklera tidak ikhterik konjungtiva
anemis mampu melihat benda didepanya dengan jelas.
g. Hidung : Bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada polip, simetris, tidak
ada pendarahan tidak ada nyeri tekan.
h. Mulut : Bersih, bibir pucat, tidak ada stomatitis, tidak memakai
gigi palsu, tidak ada pendarah pada gusi, gigi tidak berlubang, sianosis.
i. Telinga : Simetris, Kanan kiri tidak ada serumen tidak mengalami
gangguan pendengaran.
j. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok dan
kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
k. Dada
I : Simetris, kanan dan kiri sama, tidak menggunakan otot bantu
nafas.
Pa : Vocal premitus kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan
Pe : Sonor disemua lapang paru
A : Vesikuler terdengar disemua lapang paru
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
Pa : Ictus cordis teraba pada intercosta IV – V Mid Clavicula Sinistra
Pe : Pekak pada batas intercosta II- III, dipinggir linea sternalis
kanan, intercosta V- VI
A : Reguler S1 dan S2 murmur (-) galop (-)
Abdomen
I : Simetris kanan dan kiri tidak ada asites
A : Paristaltik usus 13x/ menit
Pe : Timpani
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada seluruh kuadran abdomen
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan amputansi ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanan luka post op amputansi.
P : Nyeri pada lutut kanan post op amputansi
Q : Nyeri seperti tersayat pisau
R : Nyeri pada lutu bagian kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri timbul jika bergerak, meningkat ketika kaki digerakan
DO : - terdapat jahitan pada lutut kanan pasien ± 15 cm
- Terpasang Drainase pada daerah luka
- Ekspresi wajah Tn E tampak tegang
- Tn. E tanpak meringis kesakitan menahan nyeri
- TD 150/ 90 mmhg
- N 88 x/ menit
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Proses patogenik dan proses pembedahan
(Amputansi) ditandai dengan :
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
13.45 1
DS : Pasien mengatakan
4. – Memberikan punggunya panas dan
injeksi nyeri pada bagian luka
Ketorolac : (30 post op
mg) DO : - Menganjurkan
Jam : 09.00 miring ke kiri
Jam : 14.00 - Mengajarkan
Jam : 18.00 nafas dalam
Ranitidin : (25mg) ketika merasakan
13.50 Jam : 09.00 nyeri ketika
1
Jam : 14.00 bergerak
Cefotaxsime : 2 gr
Jam : 09.00 DS :Pasien mengatakan
bersedia
DO :Obat masuk secara
IV dan Oral tanpa
alergi
13.55 2. 1. Mengkaji keadaan luka DS : Pasien mengatakan
( continuitas dari lutut)
tidak gatal pada lutut
post op, tidak ada nanah
DO : - Luka bersih tidak
ada nanah
- Terpasang
drainase
- Luka panjang ±
15 cm
14. 00 2. 2. Merawat luka pasien DS : Pasien mengatakan
dengan menggunakan masih nyeri pada luka,
teknik aseptic dengan dan keluar darah pada
menggunakan cairan selang
Nacl 0,9 % dan betadine DO : - Panjang luka 15
dan mengobervasi cm,
drainase secara rutin - Ganti balut
dilakukan setiap
pagi
- Terpasang
drainase, terdapat
darah pada selang
kondisi darah
beku, drainase
berhenti pada
sebagian selang
15.00 2. 3. Kolaborasi pemeriksaan DS : Pasien mengatakan
darah Leucocyt lemas
DO : - Terpasang
drainase
- Muka pucat
- Panjang luka 15
cm
- Luka pasien
masih dibalut
- Leococyt : 9.120
mm3
15. 10 3. 1.Mengkaji TTV dan DS : Pasien mengatakan
karakteristik kulit kepala pusing, badan
( warna, elastisitas, CRT). lemas, badan terasa
dingin
DO : - sianosis
- Konjungtiva
anemis
- Akral dingin
- Keluar keringat
dingin
15. 25 3. 2.Meninggikan kepala DS : Pasien mengatakan
tempat tidur 45º dengan sesak
menggunakan bantal DO : - Memberikan
posisi semi fowler
- Pasien sedikit
rileks dan
terbantu