Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M USIA 0 TAHUN 9 BULAN


DENGAN BRONCHOPNEUMONIA RUANG ANAK
RSKIA KOTA BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh:

Taufiq Andri Hidayat 402019077

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAHBANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne
C,2002:57).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005)
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley& Wong,2000)
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan
pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus). (Arief Mansjoer)
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus.(Riyadi sujono& Sukarmin,2009)
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah
bronkus dan sekitar alveoli.
B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia
yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.Nettina, 2001:628) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C,
2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001:628).
C. Patofisiologi 
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai
berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli
2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi
dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Pathway

Virus, Bakteri, Jamur (Penyebab)

Invasi Saluran Nafas Atas

Kuman Berlebih di bronchus Kuman terbawa Infeksi Saluran Nafas bawah


Kesaluran cerna

Proses Peradangan Infeksi Saluran Cerna Dilatasi Peradangan


Pembuluh Darah

Akumulasi Secret di Peningkatan Flora Eksudat Masuk Peningkatan Suhu tubuh


Bronchus normal usus alveoli

Bersihan Jalan Mucus di Peristaltik Usus Gangguan Hipertermi


Nafas Tidak Efektif bronchus meningkat Difusi Gas
Meningkat

Bau Mulut Malabsoprsi Gangguan Suplai O2 dalam darah


tak sedap Pertukaran gas Menurun

Anorexia Frekuensi BAB > Hipoksia


3x.hari

Intake Gangguan Fatique


Menurun Keseimbangan Cairan
Tubuh

Nutrisi Intoleransi Aktifitas


Kurang Dari
Kebutuhan
Tubuh
D. Manifestasi klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan
pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2005)
E. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalmrongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh ronggapleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yangmeradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2006)
F. PemeriksaanPenunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
(Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

G. Penatalaksaan

1. Oksigen 1-2 liter per menit


2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).
B. Pengkajian Fokus
1. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita
mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun pagi selama minimum 3 bulan berturutturut tiap tahun sedikitnya 2 tahun
produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya
menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian
diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar
kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum
pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan
polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
5. Riwayat penyakit keluarga Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga
bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak
sehat seperti merokok.
6. Pola pengkajian
a. Pernafasan Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun)
selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia
berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara,
room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus
menerus. Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung) Dada : Dapat terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan difragma mini mal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan
dasar kuku abu- abu keseluruhan.
b. Sirkulasi Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah Tanda : Peningkatan
tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung / takikardi Berat, disritmia
Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan
dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau
abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
c. Makanan / cairan Gejala : Mual / muntah Nafsu makan buruk / anoreksia
( emfisema) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan Tanda :
Turgor kulit buruk Berkeringat Palpitasi abdominal dapat menyebabkan
hepatomegali.
d. Aktifitas / istirahat Gejala : Keletihan, keletihan, malaise Ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadap aktifitas atau istirahat Tanda : Keletihan Gelisah/ insomnia
Kelemahan umum / kehilangan masa otot
e. Integritas ego Gejala : Peningkatan faktor resiko Tanda : Perubahan pola hidup
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
f. Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
g. Keamanan Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan. Adanya infeksi berulang.
h. Pemeriksaan Penunjang Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan
C. DiagnosaKeperawatan

Berdasarkan pada buku SDKI (2018) Diagnosa keperawatan yang muncul

pada anak dengan KejangDemam tergantung pada data yang ditemukan,

diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

2. Gangguan pertukaran gas berhubugan dengan perubahan membran

alveolus-kapiler

3. Bersihan Jalan NafasTidak efektif Hipersekresi jalan nafas

4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrien

5. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen.


D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan keperawatan, suhu berada dalam Observasi
dengan proses rentang normal, dengan criteria hasil : - Monitor suhu tubuh
penyakit - Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor Intake Output
(36-37oC) - monitor komplikasi
- Kulit merah berkurang/tidak ada hipertermi : Kejang
perubahan warna kulit Terapeutik
- Tidak ada kejang - Longgarkan pakaian atau
- nadi& RR dalam batas normal gunakan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat
- Berikan cairan oral
- Berikan kompres hangat
pada dahi, leher, dada,
abdomen, axila
- ganti linen setiap hari
Edukasi
- Anjurkan untuk tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan infus RL/NaCl
- Kolaborasi pemberian
antipiretik paracetamol
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi, irama,
gas berhubungan keperawatan gangguan pertukaran gas kedalaman, pola nafas
dengan dapat diatasi dengan kriteria 2. Monitor adanya produksi
ketidakseimbangan 1. Tingkat kesadaran composmentis sputum
ventilasi-pefusi gcs 15 3. Monitor TTV dan saturasi
(inflamasi) 2. Respirasi dalam batas normal (16- oksigen
24x/mt) 4. kaji kemampuan batuk
3. Bunyi nafas vesikuler efektif pasien
4. Tidak mengeluh pusing atau nyeri 5. Posisikan pasien Semi
kepala Fowler
5. Pco2 dalam batas normal 6. Ajarkan teknik relaksasi
6. Pola nafas teratur nafas dalam
7. Nadi normal (80-100x/mt) 7. Edukasi pasien tentang self
8. Tidak ada sianosis management meliputi :
teknik relaksasi nafas
dalam
8. Kolaborasi pemberian
oksigen
Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi, irama,
Tidak efektif keperawatan, bersihan jalan nafas tidak kedalaman, pola nafas tiap
Hipersekresi jalan efektif dapat diatasi dengan kriteria 8 jam
nafas hasil : 2. Monitor adanya produksi
1. Klien tampak tenang/rileks. sputum tiap 8 jam
2. Tanda-tanda vital dalam rentang 3. Monitor TTV dan saturasi
normal oksigen tiap 8 jam
3. Irama nafas regular 4. kaji kemampuan batuk
4. Bunyi nafas vesikuler efektif pasien
5. Posisikan pasien Semi
Fowler
6. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
7. Edukasi pasien tentang self
management meliputi :
teknik relaksasi nafas
dalam
8. Kolaborasi pemberian
oksigen
Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan
berhubungan keperawatan, Hipovolemia dapat gejala hipovolemia
dengan diatasi dengan kriteria 2. Monitor intake dan
kehilangan 1. TTV dalam batas normal ouput cairan
cairan aktif 2. Turgor kulit baik 3. Hitung kebutuhan
3. Out put urine meningkat cairan
4. Berikan asupan cairan
oral
5. Anjurkan
memperbanyak cairan
oral
6. Kolaborasi pemberian
cairan inravena.
Defisit Nutrisi bd Setelah dilakukan tindakan ManajemenNutrisi
ketidakmampuan keperawatan, status nutrisi klien Observasi
mencerna makanan; terpenuhi dengan kriteria : - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan - Porsi makan habis 1 porsi - Identifikasi alergi dan
mengabsorpsi nutrien; - Nafsu makan meningkat intoleransi makanan
peningkatan kebutuhan - Tidak terjadi penurunan BB - Identifikasi makanan yang
metabolisme - Frekuensi makan membaik 3- disukai
4x/hari - monitor asupan makanan
- identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- monitor BB
- monitor hasil pemeriksaan
Laboratorium
Terapeutik
- lakukan oral hygiene
sebelum makan
- sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- berikan makanan rendah
serat
- berikan makanan TKTP
- berikan suplemen
makanan,jika perlu
Edukasi
- anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
- kolaborasi pemeberian
antiemetik
- kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrien yang
dibutuhkan klien

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan ManajemenEnergi


aktifitas bd keperawatan selama, diaharapkan Observasi
kelemahan pasien dapat bertoleransi terhadap - Identifikasi gangguan fungsi
aktivitas, dengan kriteria : tubuh yang mengakibatkan
- Berpartisipasi dalam aktivitas kelelahan
fisik tanpa disertai peningkatan - monitor kelelahan fisik dan
tekanan darah, nadi dan RR emosional
- Tidak ada keluhan lelah - monitor pola dan jam tidur
- Keseimbangan aktifitas dan - monitor lokasi dan
istirahat ketidaknyamanan selama
- Mampu melakukan aktifitas melakukan aktifitas
sehari-hari Terapeutik
- sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (cahaya, suara,
kunjungan)
- berikan distraksi yang
menyenangkan
- fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur
Edukasi
- anjurkan tirah baring
- anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai