Anda di halaman 1dari 9

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Electrostatic Precipitator (ESP)


Electrostatic Precipitator (ESP) adalah sebuah teknologi untuk menangkap abu hasil
proses pembakaran dengan jalan memberi muatan listrik padanya. Prinsip kerja ESP yaitu
dengan memberi muatan negatif kepada abu-abu tersebut melalui beberapa elektroda (biasa
disebut Discharge Electrode (DE). Jika abu tersebut dilewatkan lebih lanjut ke dalam
sebuah kolom yang terbuat dari plat yang memiliki muatan positif biasa disebut Collecting
Electrode (CE), maka secara alami abu tersebut akan tertarik oleh plat-plat tersebut. Setelah
abu terakumulasi pada plat tersebut, sebuah sistem rapper khusus akan membuat abu
tersebut jatuh ke bawah dan keluar dari sistem ESP.

1. Prinsip Kerja Electrostatic Precipitators


Proses-proses yang terjadi pada ESP sehingga abu (fly ash) dapat terkumpul adalah
sebagai berikut:
a. Charging.
ESP menggunakan listrik DC sebagai sumber dayanya, dimana Collecting
Electrode (CE) terhubung dengan kutub positif dan ter-grounding, sedangkan
untuk Discharge Electrode terhubung dengan kutub negative. Medan listrik
terbentuk diantara DE dan CE, pada kondisi ini timbul fenomena korona listrik yang
berpendar pada sisi DE. Pada saat gas buang batubara melewati medan listrik ini, fly
ash akan terkena muatan negatif yang dipancarkan oleh kutub negatif pada DE.
Proses pemberian muatan negatif pada abu tersebut dapat terjadi secara difusi atau
induksi, tergantung dari ukuran abu tersebut. Beberapa partikel abu akan sulit
dikenai muatan negatif sehingga membutuhkan medan listrik yang lebih besar. Ada
pula partikel yang sangat mudah dikenai muatan negatif, namun muatan negatifnya
juga mudah terlepas, sehingga memerlukan proses charging kembali.
b. Pengumpulan
Abu yang sudah bermuatan negatif, akan tertarik untuk menuju ke CE atau
bergerak menurut aliran gas yang ada. Kecepatan aliran gas buang mempengaruhi

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 21


proses pengumpulan abu pada CE. Kecepatan aliran gas yang rendah akan
memperlambat gerakan abu untuk menuju CE. Sehingga umumnya desain ESP
biasanya digunakan beberapa seri CE dan DE yang diatur sedemikian rupa sehingga
semua abu yang terkandung di dalam gas buang boiler dapat tertangkap.
c. Rapping
Lapisan abu yang terkumpul pada permukaan CE harus secara periodik
dirontokan. Metode yang paling umum digunakan adalah dengan jalan memukul
bagian CE dengan sebuah sistem mekanis. Sistem rapper mekanis ini terdiri dari
sebuah hammer, motor penggerak, serta sistem gearbox sederhana yang dapat
mengatur gerakan memukul agar terjadi secara periodik. Sistem rapper tidak hanya
terpasang pada sisi CE, pada DE juga terdapat sistem rapper. Hal ini karena ada
sebagian kecil dari abu yang akan bermuatan positif karena ia ter-charging oleh CE
yang bermuatan positif.
d. Abu yang rontok dari CE akan jatuh dan terkumpul di hopper yang terletak di bawah
sistem CE dan DE. Hopper ini harus didesain dengan baik agar abu yang sudah
terkumpul tidak masuk kembali ke dalam kompartemen ESP. Selanjutnya dengan
menggunakan udara bertekanan, kumpulan abu tersebut dipindahkan melewati pipa-
pipa ke tempat penampungan yang lebih besar.

2. Bagian-bagian Electrostatic Precipitators
Secara umum bagian-bagian dari Electrostatic Precipitators (ESP) adalah sebagai
berikut:
a. Casing
Casing ini didesain untuk kedap udara sehingga gas buang boiler yang berada di
dalam ESP tidak dapat keluar. Selain itu casing didesain memiliki ruang untuk
pemuaian karena pada operasional normalnya ESP bekerja pada temperatur cukup
tinggi. Oleh karena sisi luar casing ini dipasang insulator tahan panas demi
keselamatan kerja. Discharge electrode dan collecting electrode didesain
menggantung dengan sisi support (penyangga) berada pada sisi casing bagian atas.
Dan pada sisi samping casing terdapat pintu akses masuk untuk keperluan perawatan
sisi dalam ESP.

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 22


Gambar 3.1 Casing

b. Hopper
Hopper berbentuk seperti piramida yang terbalik dan terpasang pada sisi bawah
ESP. Hopper berfungsi sebagai tempat berkumpulnya abu fly ash yang dijatuhkan
dari collecting electrode dan discharge electrode. Abu hanya sementara berada di
dalam hopper, karena selanjutnya ia akan dipindahkan menggunakan sebuah sistem
transport khusus ke tempat penampungan yang lebih besar. Namun, hopper ini
didesain untuk mampu menyimpan abu sedikit lebih lama apabila terjadi kerusakan
pada sistem transport fly ash yang ada di bawahnya.

Gambar 3.2 Hopper

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 23


c. Collecting Electrode
Collecting Electrode (CE) menjadi tempat terkumpulnya abu bermuatan negatif
sebelum jatuh ke hopper. Jarak antar CE pada sebuah ESP didesain cukup dekat
yakni 305-406 mm dengan kedua sisi plat (depan-belakang) yang sama-sama
berfungsi untuk menangkap abu. CE dibuat dari plat yang didukung dengan baja
penyangga untuk menjaga kekakuannya. Collecting Electrode dipasang
dengan suppot yang berada di atas dan menggantung pada casing bagian atas. Untuk
mendapatkan medan listrik yang seragam pada CE, serta untuk meminimalisir
terjadinya loncatan bunga api elektron, maka CE harus dipasang dengan ketelitian
yang sangat tinggi.
d. Discharge Electrode
Discharge Electrode (DE) menjadi komponen paling penting di ESP. DE
terhubung dengan sumber tegangan DC tinggi hingga berpendar menciptakan korona
listrik. Discharge Electrode berfungsi untuk men-charging abu sehingga abu
menjadi bermuatan negatif. DE dipasang pada tiap tengah-tengah CE dengan jarak
152-203 mm tergantung jarak antar CE yang digunakan. Untuk mencegah
korsleting (short circuit), pemasangan DE harus dipasang juga insulasi yang
memisahkan DE dengan casing dan CE yang bermuatan netral.
e. Sistem Kontrol Aliran Gas Buang
Efisiensi ESP sangat tergantung dengan distribusi aliran gas buang boiler yang
melintasinya. Semakin merata pendistribusian gas buang tersebut ke seluruh kolom
CE dan DE, maka akan semakin tinggi angka efisiensi ESP. Oleh karena itu
dipasang sebuah sistem vane atau sudu pada sisi masuk gas buang ke ESP agar gas
tersebut dapat lebih merata didistribusikan ke setiap kolom.
f. Rapper
Sistem rapper berfungsi untuk menjatuhkan abu yang terkumpul pada permukaan
CE ataupun DE agar jatuh ke hopper. Biasanya motor penggerak rapper terletak di
bagian atas ESP, dan dihubungkan ke bagian pemukul dengan sebuah poros yang
terinsulasi untuk menghindari short circuit.

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 24


Gambar 3.3 Pengerak dan poros isolator Rapper

g. Sumber Energi Listrik


Alat yang berfungsi untuk men-supply energi listrik ke sistem ESP disebut
dengan Transformer Rectifier (TR). Sumber energi listrik berasal dari listrik AC
bertegangan 480 Volt, yang ditingkatkan menjadi 55.000 sampai 75.000 Volt
sebelum diubah menjadi tegangan DC negatif yang akan dihubungkan
dengan discharge electrode. Karena secara elektris ESP merupakan beban kapasitif,
maka sumber tegangannya didesain untuk menahan beban kapasitif tersebut. Selain
itu, sumber tegangan ini didesain harus tahan terhadap gangguan arus yang terjadi
akibat adanya loncatan listrik (sparking) dari abu fly ash.

3.2 Heat Exchanger (HE)


Penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah suatu alat yang memungkinkan
terjadinya perpindahan panas dan dapat berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas memakai uap panas (super heated steam) sebagai
pemanas, dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).

Jenis-jenis Heat Exchanger


Laporan Praktek Kerja Lapangan | 25
a. Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri. Jenis ini terdiri
dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bundle
(berkas) pipa dengan diameter yang relatif kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-
pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell.

Gambar 3.4 Shell and Tube

b. Double pipe (pipa ganda)


Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri-sendiri. Untuk
menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi U.
c. Koil Pipa
Heat exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam sebuah
box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida
panas yang mengalir di dalam pipa.
d. Pipa Terbuka (Open Tube Section)

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 26


Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell, tetapi dibiarkan
di udara. Pendinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa.
Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara biasanya
bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan perpindahan panas.
Seperti halnya jenis coil pipe, perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan
kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and tube.
e. Spiral
Jenis ini mempunyai bidang perpindahan panas yang melingkar. Karena alirannya yang
melingkar maka sistem ini dapat melakukan “Self Cleaning” dan mempunyai efisiensi
perpindahan panas yang baik, akan tetapi konstruksi seperti ini tidak dapat dioperasikan
pada tekanan tinggi.
f. Lamella
Biasanya digunakan untuk memindahkan panas dari gas ke gas pada tekanan rendah.
Jenis ini memiliki koefisien perpindahan panas yang baik/ tinggi.
g. Gasketter plate exchanger
Mempunyai bidang perpindahan panas yang terbentuk dari lembaran plat yang dibuat
beralur. Laluan fluida (biasanya untuk cairan) terdapat diantara lembaran pelat yang
dipisahkan gasket yang dirancang khusus sehingga dapat memisahkan aliran dari kedua
cairan. Perawatannya mudah dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik.

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 27


Gambar 3.5 Siklus Alir Oil Cooler

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 28


Siklus Oil Cooler yang digunakan pada PLTU Jeranjang adalah sebagai berikut:

1. Pertama dari Oil Tank (tempat penyimpanan oli)


2. Dari oil tank oli di pompa menggunakan Main Oil Pump (MOP) Menuju ke Heat
Exchanger
3. Dari Heat Exchanger oli melumasi bearing-bearing 4,3,2,1 yang berada di generator dan
turbin
4. Sebelum melumasi bearing-bearing tersebut, oli di saring terlebih dahulu di oil filter.
5. Setelah bearing di lumasi oli tersebut kembali ke oil tank.

Laporan Praktek Kerja Lapangan | 29

Anda mungkin juga menyukai