Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Transfer Gas dan Presipitasi Kimia”

Di susun oleh :

Nama Nim
Diano Karno 218.0002
Melisa Rizkia Ramdani 219.31003

SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN (STTL) MATARAM


2020

1
KATA PENGANTAR

Assalammu'alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
karunia-Nya kami bisa menyusun sebuah makalah yang berjudul "Transfer Gas
dan Presipitasi Kimia”.
Tujuan di buatnya makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
Satuan Oprasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran.
Kritik dan saran tersebut akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Mataram, 1 Desember 2020

2
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................ 3
BAB I Pendahuluan................................................................................. 4
a. Latar belakang............................................................................ 4
b. Tujuan.......................................................................................... 4
BAB II Pembahasan................................................................................ 5
1. Definisi Aerasi............................................................................. 5
2. Proses Aerasi............................................................................... 5
3. Trabsfer Gas................................................................................ 5
a. Metode Transfer Gas....................................................... 7
b. Penyisihan Fe, Mn,CO2, Bau dan Ras............................ 10
c. Penurunan Kesadahan.................................................... 14
4. Presipitasi Kimia......................................................................... 16
a. Oksidasi Fe dan Mn........................................................ 16
b. Penyisihan Logam Berat................................................. 18
5. Potensi penggunaan aerasi dalam pengolahan air minum......... 18
BAB III Penutup...................................................................................... 20
a. Kesimpulan.................................................................................. 20
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aerasi merupakan istilah lain dari tranfer gas, lebih dikhususkan pada transfer
gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air. “Keberhasilan proses
aerasi tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karateristik air dan
turbulensi air. Beberapa jenis aerator yang digunakan dalam proses aerasi adalah
diffuser aerator, mekanik aerator, spray aerator, dan aerator gravitasi" (Benefield,
1980). Proses aerasi dapat digunakan untuk pengolahan air minum maupun air
buangan diantaranya menurunkan kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) terlarut
dalam air.
Transfer gas didefinisikan sebagai proses dimana gas dipindahkan dari suatu
fase ke fase lainnya, biasanya dari fase gas ke fase cair (Metcalf dkk, 1991).
Transfer gas melibatkan terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air
yang menyebabkan berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau
menguapnya suatu senyawa dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas
lepas ke udara. Mekanisme transfer gas terjadi secara difusi (Benefield, 1980).
Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan gas dalam air adalah suhu air,
tekanan parsial gas dalam fase gas, konsentrasi padatan terlarut dalam fase air dan
komposisi kimia gas.Kelarutan gas menurun seiring dengan kenaikan suhu. Pada
tekanan parsial sampai 1 atm, konsentrasi keseimbangan gas dalam larutan pada
suatu suhu tertentu sebanding dengan tekanan parsial gas dalam air (Benefield,
1980).

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses transfer
gas dan presipitasi kimia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aerasi


Dalam berbagai literatur dituliskan pengertian dari aerasi yang memiliki istilah
yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
 Menurut Benefield (1980): Aerasi merupakan istilah lain dari transfer
gas, lebih dikhususkan pada transfer gas oksigen atau proses
penambahan oksigen ke dalam air.
 Menurut Eckenfelder (1991): Transfer oksigen adalah salah satu jenis
transfer gas dimana dalam hal ini gas yang ditransfer adalah oksigen.
Sedangkan aerasi adalah salah satu metode transfer oksigen yang
dilakukan secara fisik.

2.2 Proses Aerasi


Menurut Eckenfelder (1991), proses transfer oksigen terjadi dalam tiga fase.
Pada fase pertama molekul-molekul oksigen ditransfer pada permukaan zat cair
yang disusun oleh molekul-molekul air hingga terjadi kesetimbangan pada kedua
interfase.Interfase adalah suatu lapisan batas gas-cair dengan ketebalan tertentu
yang jenuh dengan gas. Pada fase kedua, molekul-molekul oksigen dipaksa
melewati lapisan interfase ini dengan proses difusi molekuler. Dan pada fase
ketiga, oksigen bercampur dengan seluruh air. Jika proses ini terjadi pada kondisi
laminer, maka kecepatan absorpsi oksigen tergantung pada kecepatan difusi
molekuler melalui lapisan air (fase dua). Dengan meningkatnya turbulensi air,
maka lapisan yang baru (renewal) maka oksigen dapat terdistribusi ke seluruh
cairan.

2.3 Transfer Gas


Transfer gas adalah proses fisik dimana molekul-molekul gas berpindah antara
fase cair dan fase gas pada interfase cairgas (Popel, 1974). Transfer gas yang
melibatkan kontak antara udara atau gas lain dengan air yang menyebabkan
berpindahnya suatu senyawa dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase

5
gas (lepas ke udara) (Masduqi dan Slamet, 2002). Perpindahan dari fase gas ke
fase cair ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas pada fase cair selama fase
ini tidak jenuh dengan udara pada kondisi tertentu, dan penurunan konsentrasi gas
saat fase cair lewat jenuh (absorpsi, desorpsi, presipitasi, atau gas stripping). Di
dalam ilmu teknik lingkungan, fase gas ini didefinisikan sebagai udara dan fase
cair didefinisikan sebagai air.
Absorpsi adalah suatu operasi yang menciptakan kondisi optimum untuk
melarutkan gas-gas di udara ke dalam fase cair sedangkan, desorpsi memiliki
prinsip operasi yang berlawanan , dimana gas-gas yang terlarut di dalam air
ditransfer ke fase gas (Degremont,1979). Mekanisme proses absorpsi dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Mekanisme Absorpsi (Eckenfelder,1991)


Cl dan Cg pada gambar tersebut memiliki konsentrasi gas pada fase gas dan
cair. Cl dan Cg memiliki konsentrasi yang sama pada interfase.
Transfer gas adalah suatu faktor penting berkenaan dengan reaerasi air dan
pemeliharaan oksigen terlarut yang cukup untuk mendukung keseimbangan
ekologi yang diinginkan pada suatu perairan tertentu.
Proses-proses transfer gas juga banyak dioperasikan dalam sistem pengolahan
air bersih dan air buangan. Dalam pengolahan untuk air bersih, air baku di aerasi
untuk menghilangkan zat-zat organik maupun anorganik terlarut yang tidak
diinginkan seperti besi.
Transfer gas secara alamiah dapat mendukung prosesproses biologis secara
normal dalam air yang relatif tidak terpolusi, akan tetapi dengan adanya zat-zat

6
organik dalam konsentrasi yang cukup tinggi maka proses oksidasi biologis secara
aerobik dapat terhambat kecepatannya.
Perpindahan massa zat dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya terjadi bila
ada kontak antara permukaan cair dengan gas atau udara. Mekanisme ini terjadi
secara difusi. Gaya penggerak perpindahan massa dariudara ke dalam air atau
sebaliknya dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat dalam larutan dan
kelarutan gas pada kondisi tertentu.
Faktor utama yang mempengaruhi transfer gas dalam air adalah suhu air,
tekanan parsial gas dalam fase gas, konsentrasi padatan terlarut dalam fase air dan
komposisi kimia gas.
Tujuan dari transfer gas didalam pengolahan air adalah sebagai berikut (Fair,
dkk.,1968):
1. Untuk mengurangi karbondioksida dan konsentrasi bahan penyebab bau
dan rasa, seperti hidrogen sulfida dan beberapa senyawa organik dengan
cara penguapan atau oksidasi.
2. Untuk mengoksidasi besi dan mangan sehingga dapat dipisahkan dari air.
3. Untuk melarutkan gas di dalam air, seperti penambahan oksigen kedalam
air tanah.
4. Untuk menyisihkan senyawa yang mungkin dapat meningkatkan biaya
pengolahan, misalnya adalah dengan adanya hidrogen sulfida maka akan
meningkatkan kebutuhan klor pada proses deklorinasi.
5. Rekarbonasi air yang telah dilunakkan.

2.3.1 Metoda Transfer Gas


Menurut Masduqi dan Assomadi (2012), peralatan untuk perpindahan massa
dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dapat dibedakan dalam beberapa jenis
sesuai dengan metodanya, yaitu :
1. Mekanik
2. Diffusi
3. Gravitasi/jatuhan
4. Semprotan
2.3.1.1 Transfer Gas Mekanik

7
Transfer gas secara mekanik dilakukan dengan menggunakan alat pengaduk
yang menyebabkan air bergerak. Ada beberapa tipe alat pengaduk, yaitu paddle
tenggelam, paddle permukaan, propeller, turbine, dan aerator draft – tube. Gambar
aerator permukaan dan aerator tenggelam ditunjukkan pada Gambar 2.2.Untuk
mendisain aerator mekanik, maka diperlukan leaflet/brosur yang dikeluarkan oleh
pabrik aerator yang berisi spesifikasi teknis dari aerator tersebut. Berdasarkan
spesifikasi inilah, dapat dipilih jenis dan kapasitas aerator yang akan digunakan
disain sistem aerasi. Spesifikasi teknis minimum mencakup hal-hal sebagai
berikut :
o Dimensi alat
o Daya motor
o Kecepatan putaran
o Kedalaman peletakan aerator
o Kecepatan transfer gas

Gambar 2.2 (a) Aerator Permukaan (b) Aerator Tenggelam


2.3.1.2 Transfer Gas Difusi
Metode difusi adalah transfer gas dari udara bertekanan yang dinjeksikan ke
dalam air (Gambar 2.3). Injeksi udara berlangsung dalam bak besar melalui
difuser berpori berbentuk plat atau tabung. Udara yang keluar dari difuser biasa
berbentuk gelembung udara yang akan menyebabkan peningkatan turbulensi air.
Gelembung yang dihasilkan oleh diffuser diklasifikasikan menjadi fine dan coarse
bubble. Efisiensi yang dapat dicapai dengan fine diffuser aerator adalah 8-12%,
sementara untuk coarse diffuser aerator adalah 4-8%. Periode aerasi berkisar 10-
30 menit, suplai udara 0,1-1 m3 /menit volume tangki.

8
Gambar 2.3 Skema Aerasi Dengan Metode Difusi
2.3.1.3 Transfer Gas Gravitasi
Metode gravitasi adalah transfer gas dengan memanfaatkan aliran gravitasi
yang meliputi pelimpah, terjunan air, cascade, aliran di atas bidang miring, dan
menara ( tray atau packed). Kontak antara air dan udara terjadi ketika air
dijatuhkan atau dialirkan dari ketinggian tertentu.
Aerasi metoda gravitasi dapat dilakukan dengan berbagai jenis operasi antara
lain (Gambar 2.4) :
a) Aerasi jatuhan bertingkat (cascade aerator)
b) Kombinasi jatuhan dan pengudaraan dengan aliran berlawanan
c) Tray aeration

Gambar 2.4(a) Cascade Aerator

9
Gambar 2.4 (b) Packed Tower Counter-Current

Gambar 2.4 (c) Tray Aerator


2.3.1.4 Transfer Gas Semprot
Metoda semprot adalah menyemprotkan butiran air ke udara melalui lubang
atau nozzle, baik yang bergerak maupun diam. Bentuk aerator semprot dapat
dilihat pada Gambar 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.5 Spray Aerator

2.3.2 Penyisihan Fe, Mn, Ammonia, CO2, Bau dan Rasa


2.3.2.1 Penyisihan Fe dan Mn
Besi dan mangan merupakan mineral yang umum ditemukan dalam tanah
dalam bentuk oksidasi, yaitu feeri oksidasi dan mangan oksidasi. Dalam air, besi
dan mangan sering dijumpai berikatan dengan bikarbonat terlarut (ferrokarbonat
dan mangan bikarbonat), fero terlarut atau mangan sulfat. Konsentrasi besi dalam
air tanah biasanya cukup besar, bias mencapai 25 mg/L. Pada air permukaan,
konsentrasi besi biasanya lebih kecil dan berada dalam suspense partikulat halus
Fe2O3, koloid atau berbentuk organic kompleks.
Permasalahan keberadaan besi dan mangan dalam air minum adalah:

10
 Besi dan mangan menyebabkan warna coklat atau hitam pada pakaian,
peralatan, perpipaan, dan sebagainya.
 Pada perpipaan dan instalasi, besi dan mangan menyebabkan kerak,
sehingga terjadi peningkatan headlose.
 Air menjadi berasa dan berbau besi.
 Merangsang pertumbuhan bakteri besi dan mangan.
Mengingat beberapa problem di atas, maka ditetapkan standar kualitas air
minum untuk parameter besi dan mangan, yaitu konsentrasi besi tidak lebih dari
0,3 mg/l dan mangan tidak lebih dari 0,1 mg/l. bila konsentrasi besi dan mangan
air buku melebihi standar yang telat ditetapkan di atas, maka diperlukan proses
pengolahan untuk menurunkan kadar besi dan mangan tersebut. Salah satu teknik
penurunan kadar besi dan mangan adalah oksidasi menggunakan oksigen atau
aerasi.
Aplikasi aerasi dalam proses penyisihan besi dan mangan ini dapat
memberikan cukup banyak oksigen untuk berlangsungnya reaksi oksidasi besi dan
mangan oleh oksigen. Proses ini biasanya digunakan pada air tanah yang
umumnya mempunyai kandungan oksigen terlarut yang rendah. Aerasi dalam
aplikasi ini akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dan terjadi reaksi
oksidasi hingga menghasilkan endapan. Peningkatan pH sampai 8,5 dapat
memperbesar oksidasi mangan, khususnya jika digunakan menaraaerator.
Oksidasi besi dan mangan dengan oksigen berlangsung mengikuti reaksi
sebagai berikut:

Oksigen besi berlangsung dengan baik pada pH 7,5 hingga 8 dalam waku 15
menit. Oksigen mangan sangat lambat (1 jam) dan tidak efektif pada pH dibawah
9,5. Berdasarkan persamaan reaksi di atas, kebutuhan oksigen secara teorretis
untuk mengoksidasi besi dan mangan adalah sebagai berikut:
 Sebanyak 0,143 mg/l oksigen akan mengoksidasi 1 mg/l besi
 Sebanyak 0,294 mg/l oksigen akan mnegoksidasi 1 mg/l mangan

11
Dalam mendisain sistem aerasi untuk menurunkan kadar besi dan mangan, hal
yang dihitung adalah besarnya oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksigen besi
dan mangan. Besarnya kebutuhan oksigen ini selanjutnya harus disediakan atau
disuplai oleh peralatan transfer oksigen dengan salah satu metode di atas.
Kebutuhan oksigen dihitungan menggunakan rumus:
Keb. Oksigen = Q x Co2 x factor disain x konversi
Dengan Q = debit air yang diolah, L/detit dan Co2 = kosentrasi oksigen teoritis
yang diperlukan untuk oksidasi besi dan mangan, mg/l.
2.3.2.2 Penyisihan Ammonia
Transfer gas dapat digunakan untuk menghilangkan kadar ammnonia dengan
mekanisme ammonia stripping. Jenis peralatan stripping untuk penyisihan
ammonia umumnya adalah menara dengan sistem counter-curret antara udara
(uplow) dan air (downflow). Menara dilengkapi dengan kipas angina, rak untuk
mendistribusikan air, dan lubang pengeluaran gas.
Dasar perancangan ammonia stripping menggunakan persamaan henry’s
sebagai berikut:
pA = m x
pA = tekanan persial ammonia di campurkan udara, mmHg
m = konstanta
x = kadar ammonia di larutkan pada kesetimbangan, rasio mol atau massa

Skema ammonia stripping


2.3.2.3 Penyisihan Karbondioksida
Karnbon diokasida dapat dilarutkan di air dengan reaksi sebagai berikut:

12
CO2+ H2CO3
H2CO3– H++ HCO3-
H2CO3 – H++ CO32-
Dalam kondisi normal konsentrasi H2CO3dalam air tidak lebih dari 1% dari
konsentrasi CO2.Keberadaan karbondiokasida berlebihan dari air akan
menyebabkan air menjadi lebih asam sehingga bersifat korosif terhadap peralatan
dari bahan logam. Tingginya konsentrasi karbondiokasida dalam air juga dapat
meningkatkan pemakaian bahan kimia pada proses pelunakan air sadah. Oleh
karena itu kadar karbondioksida harus ditunrunkan sampai batas yang diinginkan.
Karbondioksida dapat cepat dihilangkan dengan cara aerasi. Karbondioksida
mempunyai kelarutan yang rendah dalan air, sehingga aerasi sangat efisien dalam
penyisihannnya. Proses ini biasanya diterapkan pada pelunakan air tanaha yang
umumnya mempunyai kandungan karbondioksida yang tinggi.
2.3.2.4 Penyisihan Baud dan Rasa
Bau dan rasa pada air merupakan indicator keberadaan bahan-bahan lain
dalam air.Bau dan rasa dapat disebabkan oleh adanya ganggang, mineral terlarut,
bahan organic terlarut, gas terlarut, dan bahan pencemar lainnya yang dibawa oleh
air limbah industry atau limbah domestic. Beberapa bahan kimia penyebab bau
dapat di lihat pada table di bawah ini:
Bahan kimia Bau/rasa Asal

Geosmin Bau tanah Dihasilkan oleh actionmycetes, alga


biru-hijau,dan alga hijau.

Klor Bau dan rasa klor Penambahan klor sebagai disinfeksi

Kloramin Bau klor Penambahan klor sebagai disinfektan


dan beraksi dengan ammonia

Aldehid Bau buah-buahan Ozonasi untuk disinfeksi

Beai Rasa karat dan logam Dari pelarutan mineral tanah

Bau dan rasa yang disebabkan oleh keberadaan oleh keberadaan senyawa
organic volatile dapat dihilangkan dengan aerasi.Demikian juga keberadaan
hydrogen sulfide yang sering menimbulkan baud tidak sedap dapat dihilakngkan

13
dengan aerasi. Aerasi mempunya keterbatasan dalam penyisihan baud an rasa.
Sebagian besar bau dan rasa sebabkan oleh bahan yang sangat larut dalam air,
sehingga aerasi kurang efesien dalam menyisihkan baud an rasa ini dibandingkan
dengan metode pengolahan lain, misalnya oksidasi kimiawi atau adsorpsi.
Mekanisme oksidasi hydrogen sulfide adalah breaksi dengan oksigen
menghasilkan air dan belerang bebas.
2.3.3 Penurunan kesadahan
Kesadahan adalah kondisi air yang mengandung ion kalsium dan magnesium
yang bereaksi dengan bikarbonat, sulfat, dan atau klorida. Kesadahan maksimum
yang di perbolehkan adalah 500 mg/ L(sebagai CaCO3).
Adapun dua macam kesadahan, yaitu kesadahan sementara (kesadahan
bikarbonat) dan kesadahan tetap (kesadahan non bikarbonat). Kesadahan
sementara di sebabkan oleh kandungan anion HCO3 yang berkaitan dengan
kalsium atau magnesium. Kesadahan tetap disebabkan oleh kandungan anion SO 4
atau Cl yang berkaitan dengan kalsium dan magnesium. Jumlah dari kesadahan
sementara dan kesadahan tetap di sebut kesadahan total.
Adapun dua metoda penurunan kesadahan, yaitu:
 Pemanasan (kusus untuk kesadahan sementara)
 Presipitasi (untuk kesadahan sementara naupun kesadan tetap)
Dalam pelunakan air dengan soda kapur, Ca2+di endapkan sebagai CaCO3 dan
Mg2+ sebagai Mg(OH)2. Pengendapan akan terjadi apabila kelarutan senyawa
senyawa ini sangat tergantung pada PH.
Besarnya kebutuhan soda kapur tergantung pada alkalintas bisanya dalam
bentuk ion bikarbonat, HCO3. Bila kapur di tambahlkan kedalam air , akan
bereaksi denganCO2.
Ca(OH)2 + CO2 →CaCO3 +H2O
Selanjutnya kapur bereaksi dengan bikarbonat:
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 →2CaCO3 +2H2O
Dan
Ca(OH)2 + Mg(HCO3)2 →MgCO3 + CaCO3 +2H2O
Karena MgCO3 adalah terlarut kapur yang berlebih akan bereaksi dengan
MgCO3

14
Ca(OH)2 + MgSO4 →CaCO3 + Mg(OH)2
Untuk kesadahan non karbonat misalnya MgSO4, penambahan kapur
berlangsung menurut reaksi:
Ca(OH)2 + MgCO3→CaSO4 + Mg(OH)2
Karna reaksi ini masih mengandung kesadahan non karbonat lain,
yaituCaSO4 maka di perlukan penambahan soda.
NaCO3 + CaSO4 →Na2SO4 + CaCO2
Untuk pengendapan CaCO3 di perlukan PH sekitar 9,5 dan untuk
mengendapkan Mg(OH)2 di perlukan PH sekitar 10,8.
Untuk peroses presipitasi menggunakan soda kaustik (NaOH),reaksi yang
terjadi adalah:
CO2+NaOH→Na2CO3+H2O
Selanjutnya NaOH bereaksi dengan bikarbonat:
Ca(HCO3)2 +NaOH→CaCO3+Na2CO3+2H2O
Dan
Mg(HCO3)2+4NaOH→Mg(OH)2+2Na2CO3+2H2O
Untuk kesadahan non karbonat misalnya MgSO4 atau CaSO4 Penambahan
NaOH berlangsung menurut reaksi
MgSO4+2NaOH→Mg(OH)2+Na2SO4
CaSO4+2NaOH→Ca(OH)2+Na2SO4
Besarnya kebutuhan kapur dan soda dapat di hitung dengan perosudur
sebagai berikut
- Priksa kandungan ion ion Ca2-, Mg2+, HCO32,SO24, dan Cl(dalam satuan
mg/ L).
- Satuan dikonfersi menjadi meq/L
A mg/L [x] = (a/BE[x])meq/L
BE [x] =BM [x] / valensi
- Buat diagram konsentrasi
- Diagram tersebut menunjukan kesadahan sementara, kesadahan tetap
dan kesadahan total dalam satuan meq/L. satuan meq/Ldi konversi
menjadi mg/L CaCO3
B meq/L[Xy] = b × BE CaCO3 mg/L sebagaiCaCO2

15
2.4 Presipitasi Kimia
Presipitasi kimia dalam pengolahan air adalah peroses pembentukan endapan
(presipitat) dari bahan – bahan terlarurut dan tersuspensi dalam air dengan
penambahan bahan kimia. Tujuan pembentukan presispitat ini adalah untuk
memudahkan bahan bahan tersebut mengendap sehingga kadarnya di dalam air
mulai berkurang. Dalam pengolahan air, bahan kimia yang di gunakan sebagai
perseptan bermacam macam tergantung bahan terlarut ini adalah untuk
memudahkan bahan bahan tersebut mengendap sehingga kadarnya di dalam air
mulai berkurang. Dalam pengolahan air, bahan kimia yang di gunakan sebagai
perseptan bermacam macam tergantung bahan terlarut dan tersuspensi yang akan
di hilangkan. Persipitasi kimia yang paling umum dalam pengolahan air dalam
permukaan adalah peroses koagulasi – flokulasi dengan menambahkan koagulan
agar terbentuk flok yang mudah di endapkan. Peroses lainnya yang memanfaatkan
persipitasi adalah penyisihan besi dan mangan, penyisihan logam berat, dan
penurunan kesadahan.
2.4.1 Oksidasi besi dan mangan
Salah satu kenik penurunan kadar besi dan mangan adalah oksidasi. Oksidasi
yang di gunakan untuk menurunkan kadar besi dan mangan antara lain
menggunakan oksigen(aerasi),klor, klor dioksida, kalium permanganate, atau
ozon.
2.4.1.1 Oksidasi dengan oksigen
Oksidasi besi dan mangan dengan oksigen berlangsung mengikuti reaksi
oksidasi sebagai berikut:
4Fe(HCO3)2+O2+2H2O→4Fe(OH)3+8CO2
2MnSO4+O2+2Ca(OH)2→2MnO2+2CaSO4+2H2O
Berdasarkan persamaan reaksi di atas dapat di hitung kebutuhan oksigen
secara teoritis untuk mengoksidasi 1 mg/L besi dan 1 mg/L mangan. Oksidasi besi
berlangsung dengan baik pada PH 7,5 hingga 8 dalam waktu 15 menit. Oksidasi
mangan sangat lambat (1jam)dan tidak efektif pada PH di bawah 9,5.
2.4.1.2 Oksidasi dengan klor

16
Oksidasi besi dan mangan menggunakan klor berlangsung menurut reaksi
sebagai berikut:
2Fe(HCO3)2+Cl2+Ca(HCO3)2→2Fe(OH)2+CaCl2+6CO2
Mn(HCO3)2+Cl2+Ca(HCO3)2→MnO2+CaCl2+4CO2+2H2O
Berdasarkan reaksi di atas dapat di peroleh kebutuhan klor secara teoritis
,yaitu 1mg/L mangan. Kecepatan reaksi osidasi tergantung pada PH oksodasi besi
dan mangan berlangsung baik pada PH.
2.4.1.3 Oksidasi dengan klor Dioksida
Klor dioksida adalah oksidator kuat yang efektif mengoksidasi besi dan
mangan kompleks. PH merupakan factor penting untuk berlangsungnya reaksi ini.
PH yang di perlukan adalah minimum7,0.
Fe(HCO3)2+ClO2+NaHCO3→Fe(OH)3+NaClO2+3CO2
Mn(HCO3)2+2ClO2+2NaHCO3→MnO2+2NaClO2+4CO2+2H2O
Secara teoritis, 1mg/L klor di oksida mampu mengoksidasi 0,83 mg / L besi
atau mangan 0,41mg/L mangan.
2.4.1.4 Osidasi dengan kalium permanganate
Kalium pramanganat adalah oksidator kuat. Waktu reaksi cepat dalam rentang
PH yang luas. Waktu oksidasi 5-10 menit pada PH di atad 7,0.
3Fe(HCO3)2+7H2O+KMnO4→3Fe(OH)3 + MnO2+KHCO3+5H2CO3
3Mn(HCO3)2+2H2O+2KMnO4→5MnO2+2KHCO3+4H2CO3
Berdasarkan reaksi ini di peroleh hasil secara teoritis , bahwa 1 mg/L KMnO 4
dapat mengoksidasi 1,06 mg/L besi atau 0,52 mg/L mangan.
2.4.1.5 Osidasi dengan ozon
Reaksi osidasi besi dan mangan menggunakan ozon berlangsung sebagai
berikut:
2Fe(HCO3)2+O3+2H2O→2Fe(OH)3 + O2+4CO2+H2O
Mn(HCO3)2 + O2+2H2O→MnO2+O2+2CO2+3H2O
Hasil perhitungan secara teoritis ,untuk mengoksidasi 2,3 mg/L besi atau
1,5mg/L mangan di perlukan 1mg/L ozon.
Besarnya kebutuhan osidator yang di gunakan untuk menurunkan kadar besi
dan mangan dapat di hitung dengan perosudur berikut:
 Hilangmya kadar besi atau mangan(dalam mg/L) yang harus di turunkan.

17
 Hitung kebutuhan oksidator ( dalam mg/L)sesuai dengan perhitungan
teoritis.
 Kebutuhan oksidator (dalam kg/hari)di hitung dengan rumus:
Kg/ hari =(bebit ×mg/L oksidator) × konversi
% kadar oksidator
2.4.2 Penyisihan Logam Berat
Logam berat adalah unsur yang mempunyai massa atom besar. Logam yang
tergolong ke dalam logam berat adalah air raksa ,timbal ,kadmium, nikel, krom,
arsen, antimon, dan sebagainya. Pada umumnya logam berat memiliki sifat yang
sangat berbahaya (toksik) terhadap tubuh manusia. Oleh karna itu keberadaan
logam berat pada air minum harus di minimumkan
Penyisihan logam berat dari air dapat dilakukan dengan persipitasi. Metode
persipitasi logam berat adalah dengan pengaturan PH air sehingga di atas 8.
Hamper semua logam mempunyai sifat yang sama dalam hal kelarutan. Kelarutan
logam akan menurun seiring dengan naiknya PH. Kelarutan yang rendah akan
menyebabkan logam tersebut membentuk persipitat. Untuk menghasilkan
persipitat,logam logam di atas di reaksikan dengan anion hidroksida adalah reaksi
yang paling murah di aplikasikan.hidroksida ini berasal dari kapur(Ca(OH) 2).
Umumnya, hidroksida di gunakan untuk pripitasi logam seperti tembaga, timbal
dan seng. Sulfide efektif di gunakan untuk persipitasi logam
kadimum,tembaga,seng,arsen dan selenium. Sulfide yang diggunakan adalah
natrium sulfide(Na2S), hidrosulfida, dan ferosulfida(FeS). Reaksi pembentukan
persipitat akan berlangsung dengan baik pada PH 8 hingga 11. Oprasi prepitasi
adalah melalui unut unit pengadukan cepat.
Logam krom mempunyai sifat yang berbeda beda pada kondisi asam dan pada
kondisi basa. Pada kondisi asam,krom akan membentuk kromat(CrO 4) atau krom
bervalensi 6 yang sangat toksik. Penyisihan krom biasanya dengan cara menaikan
PH hingga kondisinya basa dan akan berubah menjadi krom valensi 3berkaitan
dengan hidroksida yang mudah mengendap. Krom valensi 3 ini relative tidak
toksik terhadap lingkungan.

2.5 Potensi Penggunaan Aerasi di Dalam Sistem Pengolahan Air Minum

18
Didalam proses pengolahan air minum, unit aerasi biasanya terletak sebelum
unit sedimentasi dan filtrasi. Terutama untuk pengolahan air dengan air baku yang
berasal dari air tanah. Hal ini dikarenakan air tanah biasanya mengandung
senyawa organik dalam konsentrasi yang cukup rendah, namun konsentrasi gas-
gas terlarut yang cukup tinggi serta besi dan mangan sehingga perlu untuk
disisihkan dari dalam air. Aerasi sangatlah efektif digunakan untuk menyisihkan
gas-gas terlarut dengan proses gas stripping dimana gas-gas ini kemudian akan
lepas ke udara. Aerasi juga sering digunakan untuk mengoksidasi besi dan
mangan yang terlarut didalam air. Proses oksidasi ini akan merubah besi terlarut
(Fe2+) menjadi besi yang tidak terlarut (Fe3+). Endapan besi ini kemudian
diendapkan dalam unit sedimentasi dan disaring dalam unit filtrasi. Oleh karena
itu proses aerasi biasanya dilakukan sebelum unit sedimentasi dan filtrasi.
Selain terletak sebelum unit sedimentasi dan filtrasi, aerasi dapat juga
dilakukan pada reservoir yang merupakan tempat penampungan air yang telah
diolah sebelum didistribusikan kepada konsumen.Untuk aerasi pada reservoir ini
biasanya digunakan aerator udara terdifusi dimana udara diinjeksikan ke dalam
air.Digunakan aerator udara terdifusi karena aerator ini mampu menghemat biaya
yang dikeluarkan untuk konstruksi bangunan aerasi.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perpindahkan gas dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana gas
dipindahkan dari suatu fase ke fase lainnya, biasanya dari fase
berbentuk gas (gaseous) ke fase cair, proses tersebut merupakan bagian
penting pada pengolahan lain secara biologis.
2. Dan bebagai teori menjelaskan mengenai transfer gas menggunakan
aerasi: Menurut Benefield (1980): Aerasi merupakan istilah lain dari
transfer gas, lebih dikhususkan pada transfer gas oksigen atau proses
penambahan oksigen ke dalam air. Dan Menurut Eckenfelder (1991):
Transfer oksigen adalah salah satu jenis transfer gas dimana dalam hal
ini gas yang ditransfer adalah oksigen. Sedangkan aerasi adalah salah
satu metode transfer oksigen yang dilakukan secara fisik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ali Masduqi dan Agus Slamet.2002. Satuan Operasi Untuk Pengolahan Air..
Surabaya: ITS.
Assomadi. 2012. Operasi dan Proses Pengolahan Air. Surabaya: ITS Press.
Bennefield, L.D dan Randall, C.W. 1980.Biological Process Design for
Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc, Englewwod Cliffs, NJ 07632.
Degremont. 1979. Water Treatment Handbook Fifth Edition. New York: John
Willey and Sons.
Fair,dkk. 1968. Water And Wastewater Engineering. Vol. 2, New York: John
Wiley dan Sons Inc.

21

Anda mungkin juga menyukai