Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Koperasi
Pengertian koperasi menurut Undang-Undang nomor 12 tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perkoperasian pasal 3 “Koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang,
badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha
bersama berdasar atas azas kekeluargaan.” Definisi lain dari koperasi
dikemukakan dalam pasal 1 Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian yaitu “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya pada
prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
azas kekeluargaan.”

2. Landasan Koperasi
Landasan koperasi adalah suatu dasar atau tempat berpijak yang
memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang
dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya.
Landasan-landasan koperasi adalah sebagai berikut:
a. Landasan Idiil
Landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam
usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Landasan idiil koperasi adalah
Pancasila.
b. Landasan Struktural
Landasan struktural koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam hidup
bermasyarakat. Landasan struktural koperasi adalah Undang-Undang Dasar
1945. Landasan gerak koperasi adalah pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan”

7
c. Landasan Mental
Agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rangka mencapai
tujuannya, koperasi harus ditunjang oleh sifat mental para anggotanya yaitu
setia kawan dan kesadaran pribadi.

3. Tujuan Koperasi
Menurut pasal 3 Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.” Tujuan koperasi
berdasarkan penjelasan diatas dapat dirinci menjadi:
a. memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
b. memajukan kesejahteraan masyarakat pada umumnya
c. ikut membangun tatanan perekonomian nasional

4. Fungsi, Peran, dan Prinsip Koperasi


Menurut Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian, fungsi dan peran koperasi adalah:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi

8
Prinsip koperasi adalah landasan pokok koperasi dalam menjalankan
usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip
koperasi menurut Undang-Undang RI nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian disebutkan bahwa prinsip koperasi adalah sebagai berikut:
1) Koperasi melaksanakan prinsip ekonomi sebagai berikut:
a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
e. Kemandirian
2) Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip
koperasi sebagai berikut:
a. Pendidikan perkoperasian
b. Kerjasama antar koperasi

5. Karakteristik Koperasi
Menurut pendapat Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No 27, 2004: 1)
“Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain
adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the
member), yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi (user
own oriented firm)”. Penjelasan dari karakteristik koperasi tersebut adalah:
a) Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya satu
kepentingan ekonomi yang sama.
b) Koperasi didirikan dan dikembangkan berdasarkan nilai-nilai percaya diri
untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan,
keadilan, persamaan, dan demokrasi. koperasi didirikan, dimodali, diatur, dan
diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya.
c) Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi
anggotanya dalam rangka memajukan ksejahteraan anggotanya.

9
d) Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya,
maka kelebihan pelayanan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang non-anggota koperasi

6. Usaha dan Jenis Koperasi


Menurut pendapat Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No 27, 2004: 2)
disebutkan bahwa “koperasi dapat melakukan usaha-usaha sebagaimana badan
usaha lain, seperti sektor perdagangan, industri manufaktur, jasa keuangan dan
pembiayaan, jasa asuransi, jasa transportasi, jasa profesi dan jasa lainnya.” Jenis
koperasi sebenarnya bermacam-macam jenisnya tergantung dari sudut pandang
pembedaan koperasi. Jenis-jenis koperasi dibedakan sebagai berikut:
a. Berdasarkan kepentingan anggota dan usaha utama koperasi, koperasi
digolongkan kedalam empat jenis yaitu:
1) Koperasi Konsumsi
yaitu koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang
atau jasa, dan kegiatan atau jasa utamanya menyediakan barang-barang
keperluan anggotanya.
2) Koperasi Produksi
yaitu koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah tangga usaha atau
perusahaan sendiri-sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi
untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa, dan kegiatan
utamanya menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana produksi
bersama.
3) Koperasi simpan-pinjam / koperasi kredit
yaitu koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa
penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.
4) Koperasi pemasaran
yaitu koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau
penyedia jasa dan kegiatan utamanya melakukan pemasaran bersama.

10
b. Berdasarkan sifat kegiatan usahanya, koperasi digolongkan dalam dua jenis
yaitu:
1) Koperasi Tunggal Usaha (Single Purpose)
yaitu koperasi yang mengusahakan hanya satu macam kegiatan usaha
meskipun ada kesempatan untuk memperluas usaha.
2) Koperasi Serba Usaha (Multi Purpose)
yaitu koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam
kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya
c. Berdasarkan jenjang hierarkhi organisasinya, koperasi dapat digolongkan
dalam dua jenis yaitu:
1) Koperasi Primer
yaitu koperasi yang anggotanya adalah orang-orang yang memiliki
kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang
langsung melayani kepentingan anggotanya.
2) Koperasi Sekunder
yaitu koperasi yang anggotanya badan-badan hukum koperasi karena
kesamaan kepentingan ekonomi bergabung untuk tujuan efisiensi dan
kelayakan dalam rangka melayani anggotanya
d. Berdasarkan status hukum yang dimilikinya, koperasi dapat digolongkan
dalam dua jenis yaitu:
1) Koperasi berbadan hukum adalah koperasi yang telah memperoleh badan
hukum koperasi sehingga dapat melakukan tindakan hukum berkenaan
dengan seluruh kegiatan usahanya.
2) Lembaga kerjasama ekonomi masyarakat yang belum berbadan hukum
adalah bentuk kerjasama ekonomi masyarakat yang belum berbadan
hukum sehingga tidak dapat melakukan tindakan hukum berkenaan
dengan seluruh kegiatan usahanya.

11
7. Perangkat Organisasi Koperasi
Perangkat organisasi koperasi adalah struktur organisasi pada koperasi.
Perangkat organisasi koperasi berdasarkan Undang-Undang no 25 tahun 1992
tentang Perkoperasian pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Rapat anggota
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi karena rapat
anggota menetapkan:
1) Anggaran dasar
2) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha
koperasi
3) Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan pengawas
4) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan
5) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya
6) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
7) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi
b. Pengurus
Dalam mengelola koperasi pengurus mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Mengelola koperasi dan usahanya dengan baik
2) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan
dan belanja koperasi
3) Menyelenggarakan rapat anggota
4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugasnya
5) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus
Selain mempunyai tugas seperti yang sudah dijabarkan diatas pengurus
mempunyai beberapa kewenangan antara lain:
1) Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
2) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

12
3) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan
koperasi sesuai tanggung jawabnya dan sesuai keputusan rapat anggota
c. Pengawas
Didalam koperasi pengawas memiliki tugas yang harus dilaksanakan agar
koperasi dapat berjalan dengan baik yaitu:
1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan
pengelolaan koperasi
2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
Dalam menjalankan tugasnya koperasi mempunyai kewenangan yang dapat
dilakukan yaitu untuk:
1) Meneliti catatan yang ada pada koperasi
2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dalam rangka
menjalankan tugasnya

8. Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut pendapat Ikatan Akuntan
Indonesia (PSAK, 2004: 2) adalah sebagai berikut
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan keuangan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ciri khas yang membuat


informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat karakteristik
kualitatif pokok yaitu:
a. Relevan
Laporan keuangan harus dihubungkan dengan maksud penggunaan. Laporan
keuangan bertujuan untuk umum dan untuk kebutuhan umum pemakai bukan
pihak-pihak tertentu sehingga diperlukan pemilihan metode pengukuran dan
pelaporan keuangan yang membantu pemakai dalam mengambil keputusan.

13
b. Dapat dimengerti
Laporan atau informasi keuangan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang
disesuaikan dengan batas pengertian pemakai, namun pemakai juga
diharapkan memiliki pengetahuan tentang proses akuntansi serta istilah yang
dipakai dalam laporan keuangan.
c. Daya uji
Laporan atau informasi keuangan dapat diuji kebenarannya oleh pengukur
independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
d. Netral
Laporan atau informasi keuangan diarahkan untuk kepentingan umum dan
tidak bergantung pada kebutuhan pihak tertentu.
e. Tepat waktu
Laporan atau informasi keuangan harus disampaikan sedini mungkin sehingga
dapat membantu pengambilan keputusan tanpa harus tertunda
f. Daya Banding
Laporan atau informasi keuangan dapat dibandingkan dengan laporan-laporan
periode yang lalu atau dibandingkan dengan laporan perusahaan lain yang
sejenis.
g. Lengkap
Laporan atau informasi keuangan meliputi semua data akuntansi keuangan dan
informasi tambahan sehingga tidak menyesatkan para pengambil keputusan.

9. Analisa Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan. Data keuangan akan lebih bermanfaat apabila dianalisa
atau diperbandingkan untuk mendukung keputusan yang akan diambil oleh para
pemakainya. Analisa laporan keuangan bersifat relatif karena didasarkan pada
pengetahuan dan menggunakan rasio yang sifatnya relatif. Input yang digunakan
untuk dasar analisa meliputi laporan laba rugi dan neraca.

14
Pengertian analisa laporan keuangan menurut oleh Ridwan S. Sundjaja
dan Inge Barlian (2003: 128) “Analisa laporan keuangan adalah suatu metode
perhitungan dan intepretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status
perusahaan.” Analisis laporan keuangan ada beberapa macam, namun yang sering
digunakan adalah analisis rasio karena analisis rasio keuangan lebih mudah
dilakukan dan dianggap mewakili sebagai alat untuk menafsirkan kondisi
perusahaan.
Rasio keuangan ada 5 yaitu:
a. Rasio Likuiditas
b. Rasio Aktivitas
c. Rasio Hutang
d. Rasio Profitabilitas
e. Rasio Pasar (Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, 2003: 131 )

Berikut ini akan dijelaskan sedikit tentang rasio yang telah disebutkan diatas:
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.
b. Rasio Aktivitas
Rasio ini disebut juga rasio efisiensi, rasio ini digunakan untuk mengetahui
kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Rasio ini dapat pula
digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan
aktiva.
c. Rasio Hutang
Rasio ini digunakan untuk mengetahui batasan dana yang digunakan
perusahaan yang berasal dari dana pinjaman.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan.
e. Rasio Pasar
Rasio ini digunakan untuk mengetahui rasio antara nilai pasar dari saham
perusahaan yang diukur oleh harga terhadap nilai akuntansinya. Rasio ini

15
memberikan petunjuk pada pihak yang berkepentingan tentang seberapa baik
pengelolaan perusahaan.

10. Laporan Keuangan Koperasi


Pengertian laporan keuangan koperasi Hiro Tugiman (2000: 12) adalah
“laporan keuangan yang disusun untuki menggambarkan posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas perusahaan secara keseluruhan (corporate) sebagai
pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan keuangan koperasi yang terutama
ditujukan kepada anggota.” Pengertian lain dikemukakan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (PSAK No 27, 2004: 12) “laporan keuangan koperasi meliputi neraca,
perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan
catatan atas laporan keuangan.” Penjelasan lebih terperinci dari masing-masing
laporan tersebut adalah:
a. Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
koperasi pada waktu tertentu. Penjelasan dari masing-masing unsur dalam
neraca adalah sebagai berikut:
1) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan. Selain itu aktiva juga diartikan
sebagai barang-barang atau benda-benda berharga dan hak-hak yang
dimiliki oleh koperasi, misalnya: uang, tagihan/ piutang, persediaan
barang dagang, tanah, gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain.
2) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Utang atau
kewajiban juga diartikan sebagai jumlah yang harus dibayar dan terdiri
dari utang atau pinjaman, wesel bayar, upah yang masih harus dibayar,
pajak yang masih harus dibayar, dan lain-lain.
3) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban. Ekuitas atau modal juga diartikan sebagai kelebihan

16
harta terhadap jumlah utang dari koperasi (selisih positif antara harta dan
utang)
b. Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan laba
rugi kotor dengan non anggota. Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi
mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama
periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut
sisa hasil usaha (SHU). SHU yang di peroleh mencakup hasil usaha dengan
anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. Penjelasan dari masing-
masing unsur penyusun laporan sisa hasil usaha adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban
yang timbul dari aktivitas usaha koperasi dalam satu periode
2) Beban adalah biaya yang dikeluarkan atau dimanfaatkan dalam usaha
menghasilkan pendapatan dalam satu periode
c. Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang
meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas dan saldo akhir kas pada
periode tertentu.
d. Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan
manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.
Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan
dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat
yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun
berjalan.
e. Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan pegungkapan
atas perlakuan akuntansi dan pegungkapan informasi lain.
Karakteristik pelaporan keuangan pada koperasi merupakan ciri khas
yang harus ada di dalam laporan keuangan koperasi yaitu:
a. Pengurus bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada rapat anggota
segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi. Laporan keuangan
koperasi merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban.
b. laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan
yang lebih ditujukan kepada pihak-pihak diluar pengurus koperasi.

17
c. pemakai utama laporan keuangan koperasi adalah para anggota koperasi itu
sendiri beserta pejabat koperasi. Pemakai lainnya adalah calon anggota
koperasi, bank, kreditur, dan kantor pajak.
d. kepentingan utama dari laporan keuangan koperasi adalah:
1) menilai pertanggungjawaban pengurus
2) menilai prestasi pengurus
3) menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya
4) sebagai bahan pertimbangan untuk mjenentukan jumlah sumberdaya,
karya, dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi
e. modal koperasi terdiri dari pemupukan simpanan-simpanan, penyisihan dari
hasil usaha termasuk cadangan serta sumber-sumber lain.
f. pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi
penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan di
sebut Sisa Hasil Usaha (SHU)

11. Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi


Kesehatan koperasi adalah suatu kondisi atau keadaan koperasi yang
dinyatakan dengan kriteria sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat.
Pernyataan ini diberikan setelah melalui proses analisis penilaian kesehatan. Tata
cara penilaian tingkat kesehatan koperasi adalah menggunakan analisis rasio
pengukuran kinerja keuangan koperasi sesuai dengan keputusan Menteri Koperasi
dan Pembinaan Usaha Kecil Menengah Nomor 227/Kep/M/V/1996 dan telah
disempurnakan dalam Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan
Menengah Nomor 194/Kep/IX/1998 tanggal 18 September 1998.
Sasaran penilaian ini adalah Koperasi Simpan-Pinjam dan Unit Simpan-
Pinjam yang telah memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Kualifikasi Koperasi Simpan-Pinjam (KSP):
1) Telah berbadan hukum
2) Telah beroperasi minimal 2 tahun dan melaksanakan rapat anggota
tahunan (RAT) tutup buku selama 2 tahun berturut-turut

18
3) Memiliki modal sendiri minimal Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah)
untuk KSP primer dan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk
KSP sekunder
b. Kualifikasi Unit Simpan-Pinjam (USP)
1) Telah dikelola secara terpisah dari unit usaha lainnya.
2) Telah beroperasi minimal 2 tahun dan melaksanakan tutup buku 2 tahun
berturut-turut.
3) Memenuhi modal tetap minimal Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) untuk
USP koperasi primer dan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk
USP koperasi sekunder.
Dalam penilaian kesehatan koperasi ini ada 5 (lima) aspek yang dinilai,
berikut ini sedikit penjelasan tentang aspek-aspek tersebut:
a. Permodalan
Rasio modal ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri/modal
tetap KSP/USP terhadap total asset dan menutup bila ada risiko kemacetan
dalam pengembalian pinjaman.
b. Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif yang dinilai adalah kualitas pinjaman yang diberikan kepada
anggota dan non-anggota
c. Manajemen
Penilaian terhadap manajemen KSP/USP meliputi :
1) Manajemen Permodalan
2) Manajemen Aktiva
3) Manajemen Pengelolan
4) Manajemen Rentabilitas
5) Manajemen Likuiditas
Masing-masing ada 5 (lima) sub komponen sehingga seluruhnya ada 25 (dua
puluh lima) yang dinilai. Hal ini sesuai dengan lampiran Surat Keputusan
Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Nomor 194/Kep/IX/1998

19
d. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan KSP/USP untuk memperoleh SHU (Sisa
Hasil Usaha) dari pengelolaan kekayaannya. Penilaian aspek ini mendapat
bobot yang lebih rendah karena keuntungan bukan merupakan tujuan utama
koperasi
e. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan koperasi untuk dapat memenuhi kewajiban
jangka pendek baik untuk membayar penarikan simpanan, realisasi pinjaman
yang disetujui maupun kewajiban jangka pendek lainnya.
Dalam pelaksanaan kesehatan KSP dan USP yang dituangkan dalam
Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Nomor
194/Kep/M/IX/1998 terdapat beberapa istilah yang harus dipahami dengan
seksama agar hasil penilaian dapat obyektif. Istilah tersebut menyangkut 5 (lima)
aspek yaitu: Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas,
dan Likuiditas, serta komponen dari aspek-aspek tersebut:
a. Modal Sendiri
1) Dalam Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
Pasal 41 Ayat (2) dan penjelasannya disebutkan bahwa modal sendiri
adalah modal yang menanggung risiko atau yang disebut modal ekuiti
Modal ini dapat berasal dari:
a) Simpanan Pokok
Adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.
b) Simpanan Wajib
Sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib
dibayar kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.
Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.

20
c) Dana Cadangan
Sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang
digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan
d) Hibah
Adalah sejumlah uang yang diberikan dari suatu badan atau
perorangan kepada KSP/USP
2) Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 tahun 1995 pasal 16 ayat
(1) berbunyi “koperasi simpan pinjam wajib menyediakan modal sendiri
dan dapat ditambah dengan modal penyertaan”. Dalam hal ini modal
penyertaan mempunyai risiko yang sama dengan modal sendiri.
Dalam Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan
Menengah Nomor 194/Kep/M/IX/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penilaian Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam disebutkan
pengertian modal sendiri KSP adalah jumlah simpanan pokok, simpanan
wajib, hibah, modal penyertaan dan cadangan yang disisihkan dari sisa
hasil usaha dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat
ditambah dengan 50% modal penyertaan.
Modal penyertaan sebagaimana tercantum dalam pasal 42 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Modal penyertaan ikut menanggung risiko
b) Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam Rapat
Anggota, dan dalam menentukan kebijaksanaan koperasi secara
keseluruhan
c) Pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan
pengawasan usaha investasi yang didukung oleh modal penyertaan
sesuai dengan perjanjian.
Mengingat ciri-ciri modal penyertaan tersebut diatas, maka nilai
modal penyertaan yang dihitung sebagai modal KSP adalah sebesar 50 %
(lima puluh persen)

21
3) Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 dalam pasal 10 ayat (2)
koperasi yang memiliki Unit Simpan Pinjam wajib menyediakan sebagian
modal dari koperasi untuk kegiatan simpan pinjam dan ayat (3) modal
Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa modal
tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap meliputi modal yang disetor pada
awal pendirian USP dan modal tambahan dari koperasi yang bersangkutan
yang tidak dapat diambil kembali.
4) Jumlah modal yang disetor minimal untuk pendirian KSP/ USP telah
diatur dalam Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha
Kecil Menengah Nomor 227/Kep/M/V/1996 yang sekarang telah
disempurnakan dengan Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan
Menengah Nomor 351/Kep/M/XII/1998 sebagai berikut:
a) Sekurang-kurangnya Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) untuk
KSP/ USP koperasi primer
b) Sekurang-kurangnya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk
KSP/ USP koperasi sekunder
b. Total Asset
Adalah merupakan total kekayaan KSP/ USP antara lain dapat berupa kas,
bank, pinjaman yang diberikan, aktiva tetap yang disajikan dalam neraca
KSP/USP disebelah kiri.
c. Pinjaman Diberikan yang Berisiko
Dalam Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah
Nomor 351/Kep/M/XII/1998 Pengertian Pinjaman Diberikan Yang Berisiko
adalah “dana yang dipinjam oleh koperasi kepada peminjam yang tidak
mempunyai agunan yang memadai dan atau jaminan atau avalis yang dapat
diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut.”
d. Volume Pinjaman pada Anggota
Ialah sisa pinjaman pada anggota posisi akhir tahun lalu ditambah pinjaman
kumulatif yang diberikan kepada anggota posisi akhir tahun buku.

22
e. Volume Pinjaman Diberikan
Ialah sisa pinjaman tahun lalu ditambah pinjaman kumulatif yang diberikan
selama satu tahun buku penilaian baik kepada anggota maupun non anggota
f. Risiko Pinjaman yang Bermasalah
Risiko pinjaman bermasalah adalah risiko pinjaman yang diberikan oleh
koperasi kepada peminjam yang pengembaliannya kurang lancar, diragukan,
dan macet. Pinjaman bermasalah terdiri dari :
1) Pinjaman Kurang Lancar
Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi criteria dibawah
ini:
(a.) Pengembalian pinjaman dilakukan secara angsuran yaitu:
(1) terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai berikut:
 tunggakan melampaui 1 (satu) bulan dan belum melampaui 2
(dua) bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang
dari 1 (satu) bulan atau
 melampaui 3 (tiga) bulan dan belum melampaui 6 (enam
bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan
bulanan, 2 (dua) bulanan atau 3 (tiga) bulan atau
 melampaui 6 (enam) bulan tetapi belum melampaui 12 (dua
belas) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya
ditetapkan 6 (enam) bulan atau lebih; atau
(2) terdapat tunggakan bunga sebagai berikut:
 tunggakan melampaui 1 (bulan) tetapi belum melampaui 3
(tiga) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya kurang
dari 1 (satu) bulan; atau
 melampaui 3 (tiga) bulan, tetapi belum melampaui 6 (enam)
bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya lebih dari
1(satu) bulan.

23
(b.) Pengembalian pinjaman tanpa angsuran:
(1) Pinjaman belum jatuh tempo
Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 (tiga) bulan
tetapi belum melampaui 6 (enam) bulan.
(2) Pinjaman telah melampaui jatuh temp dan belum dibayar tetapi
belum melampaui 3 (tiga) bulan.
2) Pinjaman yang diragukan
Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan
tidak memenuhi criteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat
disimpulkan bahwa:
(a.) Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai
sekurang-kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bunganya;
atau
(b.) Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai
sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam.
3) Pinjaman Macet
Pinjaman digolongkan macet apabila:
(a.) Tidak memenuhi criteria kurang lancar dan diragukan atau
(b.) Memenuhi criteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 (dua
puluh satu) bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan
atau usaha penyelamatan pinjaman;
(c.) Pinjaman tersebut penyelesaiannya diserahkan kepada Pengadilan
Negeri atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan
asuransi kredit.
g. Pinjaman Diberikan
1) Pengertian Pinjaman
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 tahun 1995 Pasal 1 ayat
(7) pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan

24
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan
2) Pengertian Pinjaman yang diberikan / piutang
Dalam keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan
Menengah Nomor 194/Kep/M/IX/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ditangan
peminjam atau sisa pinjaman pokok tersebut yang masih belum
dikembalikan oleh si peminjam. Dalam menghitung jumlah pinjaman
yang diberikan dalam penilaian kesehatan KSP dan USP adalah setelah
dikurangi dengan pinjaman yang telah dihapuskan.
h. Cadangan Risiko
Adalah dana yang disisihkan dari pendapatan yang dicadangkan untuk
menutup risiko apabila terjadi pinjaman macet
i. SHU Sebelum Pajak
Perhitungan SHU menurut Undang-Undang RI No 25 tahun 1995 pasal 45
ayat (1) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan
j. Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional KSP/USP adalah seluruh pendapatan yang diperoleh
oleh KSP/USP dalam periode satu tahun buku yang berkaitan langsung
dengan operasionalnya
k. Beban Operasional
Beban operasional adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh KSP/USP
yang berupa beban dalam rangka memperoleh pendapatan operasionalnya
l. Dana Yang Diterima
Dana yang diterima adalah dana yang diterima KSP atau USP yang berstatus
sebagai ekuiti maupun kewajiban baik jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang

25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu tentang tingkat kesehatan koperasi telah dilakukan
oleh Andyk Setyawan (2002) yang mengadakan penelitian dengan judul “Analisis
Kinerja Keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) GUNO.
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali”. Penelitian tersebut menggunakan
waktu penelitian selama tiga tahun yaitu tahun 1999 – 2001. Teknis analisis data
yang digunakan adalah berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan
Usaha Kecil Menengah Nomor 227/Kep/M/V/1996. Dari penelitian tersebut
diketahui bahwa kondisi kesehatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
“GUNO” Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tergolong “Sehat”
Penelitian berikutnya telah dilakukan oleh Eddy Krisie Anto (2005) yang
juga telah melakukan penelitian tingkat kesehatan koperasi dengan judul “Analisis
Tingkat Kesehatan Koperasi pada Unit Simpan Pinjam KPRI SEKAR di Cilacap”.
Penelitian tersebut juga dilaksanakan selama tiga tahun tetapi teknis analisis data
yang digunakan adalah analisis berdasarkan keputusan Menteri Koperasi,
Pengusaha Kecil, dan Menengah Nomor 194/Kep/M/IX/1998. Penelitian ini
menghasilkan bahwa kondisi kesehatan Unit Simpan Pinjam KPRI SEKAR di
kabupaten Cilacap tergolong “Sehat”
Penelitian yang penulis susun ini memiliki persamaan yaitu menganalisa
kesehatan koperasi yang bergerak dalam usaha simpan pinjam dengan media
berupa laporan keuangan, sedangkan perbedaannya adalah pada aspek obyek
penelitian dan kurun waktu penelitian. Obyek penelitian yang penulis pilih adalah
unit simpan pinjam Koperasi Bina Persemakmuran Rakyat (BPR) SEJAHTERA
Surakarta dan waktu pengamatan dalam penelitian ini adalah selama dua tahun,
yaitu tahun 2004 dan tahun 2005.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah landasan dalam berpikir untuk
mengungkapkan penalaran atas jawaban sementara dari permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Kerangka pemikiran yang ingin penulis kemukakan
adalah sebagai berikut:

26
Koperasi seperti halnya badan usaha lain yang melaksanakan kegiatan
usaha, pada periode tertentu perlu mengadakan laporan keuangan untuk
mempertanggungjawabkan kinerja pengurus kepada anggotanya dalam Rapat
Anggota. Untuk mengetahui hasil kinerja para pengurus yag mengelola koperasi
perlu diadakan evaluasi atau suatu analisis. Penilaian yang dilakukan pada
umumnya adalah analisis rasio terhadap laporan keuangan yang dihasilkan. Untuk
Koperasi Simpan pinjam atau Unit Simpan Pinjam digunakan dasar analisis rasio
keuangan menurut Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil, dan
Menegah nomor 194/Kep/M/IX/1998 tentang Petunjuk Penilaian Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam.
Hasil analisis tentang kesehatan koperasi tersebut dapat digunakan untuk
umpan balik (feedback) kepada pegelola agar dapat meningkatkan kinerjanya di
masa mendatang. Berikut ini penulis memberikan sedikit gambaran tentang
ringkasan kerangka pemikiran yang penulis jabarkan diatas:

Kegiatan
Operasional Laporan
Koperasi
eedback Keuangan

feedback analisis

Hasil Analisa

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran

D. Rumusan Hipotesis
Definisi hipotesis menurut Winarno Surakhmad (1994: 39) adalah
“Perumusan jawaban sementara terhadap sesuatu soal yang dimaksudkan sebagai
tuntunan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang
sebenarnya.” Berdasarkan landasan teori yang terdiri dari: tinjauan pustaka,
penelitian yang relevan, dan kerangka pemikiran maka penulis mengemukakan
hipotesis sebagai berikut:

27
“Dengan menggunakan analisis kesehatan koperasi (Keputusan Menteri
Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah no 194/Kep/M/IX/1998) diduga
Unit Simpan Pinjam Koperasi Bina Persemakmuran Rakyat (BPR)
SEJAHTERA Surakarta tergolong cukup sehat.”

28

Anda mungkin juga menyukai