Buku Wisata Jawa Barat
Buku Wisata Jawa Barat
net/publication/271837130
CITATIONS READS
0 2,288
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Characterization And Utilization Of Fly and Bottom Ash (FABA) in Indonesia View project
Genesis of gold deposits hosted in metamorphic complex in South Sulawesi, Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Andy Yahya Al Hakim on 30 November 2018.
Syafrizal, Dr.
Ginting Jalu Kusuma, Dr.
Andy Yahya A.H., MT.
Petunjuk perjalanan wisata di sekitar Jawa Barat dengan
menggabungkan aspek edukatif di lingkup dunia
pertambangan
Disusun dengan menggunakan dana penelitian Proposal
Pengabdian Masyarakat ITB 2013 - LPPM ITB
1 | LPPM ITB 2013
2 | LPPM ITB 2013
SEKILAS JAWA BARAT
Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunungapi (aktif dan non-aktif). Daratan dapat
dibedakan atas wilayah pegunungan curam di daerah selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500
meter di atas permukaan laut, wilayah dataran luas di bagian utara dengan ketinggian 0-10 m dpl,
wilayah lereng bukit yang terjal hingga landai di bagian tengah dengan ketinggian 100-1.500 m.
Pada Tesier Awal, Era Paleosen, terbentuk kompleks Melange pada Barat Daya Jawa Barat (Teluk Ciletuh)
yang diperkirakan terbentuk sebagai akibat adanya penunjaman ke arah Jawa Tengah. Di sebelah Utara
Jawa Barat mulai diendapkan produk batuan gunung api yang di Formasi Jatibarang. Pada Kala Eosen,
Jawa Barat berada pada kondisi benua, ditandai oleh adanya ketidakselarasan, dimana Rajamandala-
Sukabumi berada pada area terestrial fluvial dimana hadirnya Formasi Gunung Walat yang mengisi
depresi Interarc Basin.
Setelah pembentukan Formasi Rajamandala, terbentuk endapan turbidit dan volcanic debris pada
Cekungan Bogor, sementara di bagian Selatan diendapkan Formasi Jampang dan Cimandiri. Di sebelah
Utara diendapkan Formasi Parigi dan Formasi Subang. Pengangkatan Kala Miosen Tengah diikuti oleh
perlipatan dan pensesaran kearah Barat-Timur.
Pada zaman Kuarter peristiwa geologi banyak diwarnai oleh aktivitas volkanisme sehingga permukaan
tertutup oleh adanya satuan produk gunung api. Daerah Bandung mengalami penyumbatan sungai
Citarum oleh lava erupsi Tangkuban Perahu, sehingga tergenang dan terbentuk Danau Bandung. Selama
tergenang, maka ditemukan endapan danau di sekitar Padalarang dan Cimahi. Endapan tersebut
terbentuk sampai bocornya Danau Bandung di daerah Sang Hyang Tikoro.
Mandala Paparan Kontinen dicirikan oleh endapan gamping, lempung, dan pasir kuarsa dengan
lingkungan pengendapan umumnya berupa laut dangkal. Bagian Utara mandala ini menerus hingga
lepas pantai, meliputi daerah pemboran minyak bumi di lepas pantai Utara Jawa.
Mandala sedimentasi Cekungan Bogor meliputi Zona Fisiografi Van Bemmelen (1949) yaitu Zona
Bogor, Zona Bandung dan Pegunungan Selatan. Mandala ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi
yang umumnya berupa fragmen batuan beku dan sedimen, seperti andesit, basalt, tufa dan gamping.
Menurut Baumann (1972) op. cit Darman, H., & Sidi, H., (2000), sedimentasi pada Zona Pegunungan
selatan didominasi oleh sedimen volkanik-klastik andesit yang disebut “old andesite”, berumur
Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Kemudian pengangkatan lokal terjadi pada waktu berbeda sepanjang
tinggian ini akibat terobosan magma dioritik-granitik, sehingga mengakibatkan adanya perubahan
fasies dan ketidakselarasan. Pusat volkanik menempati daerah yang umumnya menjari dengan
komplek karbonat seperti Formasi Rajamandala pada Miosen Awal dan Formasi Cimandiri pada
Miosen Tengah. Pendapat ini didukung oleh Adinegoro (1973) op.cit Darman, H., & Sidi, H. (2000)
yang meneliti daerah Sukabumi terutama sebaran batuan karbonat. Batuan karbonat didaerah ini
terbentuk selama Oligosen Akhir - Miosen Awal pada tinggian paparan Sukabumi.
Berdasarkan pembagian mandala sedimentasi, daerah penelitian terletak pada Mandala Cekungan
Bogor. Mandala Cekungan Bogor menurut Martodjojo (1984) mengalami perubahan dari waktu ke waktu
sepanjang zaman Tersier–Kuarter. Mandala ini terdiri dari tiga siklus pengendapan, diawali dengan
diendapkannya sedimen laut dalam hasil mekanisme aliran gravitasi dari arah selatan menuju utara.
Kemudian pada Miosen Awal diendapkan endapan gunung api yang berasal dari Selatan Pulau Jawa
yang bersifat basalt-andesit. Diakhiri dengan pendangkalan Cekungan Bogor ke arah Utara dimulai
pada Miosen Tengah menghasilkan Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu yang menunjukkan
lingkungan pengendapan paparan sampai transisi.
Pada Miosen Akhir terendapkan suatu fasies turbidit lokal akibat adanya lereng terjal di sebelah
Selatan cekungan. Fasies tersebut dinamakan dengan Anggota Cikandung (Martodjojo, 1984), yang
terbentuk pada tahap akhir dari proses pendangkalan Cekungan Bogor. Pada Kala Pliosen Cekungan
Bogor telah berubah menjadi darat yang kemudian diendapkan Formasi Citalang. Dari sejarah geologi
regional tersebut, dapat disimpulkan sedimentasi daerah penelitian dipengaruhi oleh Mandala Cekungan
Bogor dan Mandala Paparan Kontinen.
Potensi bahan tambang di Jawa Barat, terutama sumberdaya mineral industri dan mineral konstruksi
bervariasi, baik dalam hal sebaran, kualitas, kuantitas, dan penggunaannya. Tidak kurang dari 40 jensi
bahan tambang tersebar merata di seluruh Kabupaten di Jawa Barat, meliputi potensi mineral logam
primer, di antaranya mineral logam mulis (Au,Ag), logam dasar (Cu,Pb,Zn), logam mangan (Mn), serta
mineral non logam diantaranya pasir besi, zeolit, gamping, dan lain-lain.
Di Jawa Barat terdapat lebih dari 400 perusahaan tambang di 19 Kabupaten yang mengusahakan 33 jenis
komoditas bahan tambang (Data dan Statistik Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa
Barat, 2012), dimana sebagian besar merupakan penambangan skala kecil dan belum memperhatikan
kaidah tata cara penambangan yang baik. Peran aktif dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat,
peneliti dan pengusaha diperlukan untuk mengelola pertambangan menjadi lebih baik, dan memberikan
nilai tambah bagi seluruh aspek di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Barat.
No JENIS KOMODITAS TAMBANG CIANJUR SUKABUMI BOGOR PURWAKARTA KARAWANG BEKASI SUBANG TASIKMALAYA GARUT
BANDUNG
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung
terletak di antara 107°32’38.91” BT dan 6°55’19.94” LS. Secara topografi Kota Bandung terletak pada
ketinggian 791 Meter di atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050
Meter dan terendah di sebelah Selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian
selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian
Utara berbukit-bukit yang menjadikan panorama yang indah.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada jaman kwarter dan
mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara
umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis
alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol.
Pada kurun waktu tahun 1980 hingga tahun 1984 atas dasar prakasa dan Sesepuh Jawa Barat diantaranya
Bapak Mashudi serta hasil kajian teknis pakar lingkungan dan ITB dan UNPAD dan dukungan pemerintah
pada waktu itu mengusulkan agar fungsi kawasan hutan TWA Curug Dago ditingkatkan sebagai Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda dalam upaya untuk menghargai dan mengabdikan Pahlawan Nasional dan Tatar
Sunda yang diharapkan jiwa dan semangat nasionalismenya akan menjadi suritauladan untuk generasi
yang akan datang. Maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985
dan peresmiannya dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H.
Djuanda, maka kawasan hutan TWA Curug Dago secara resmi dirubah fungsinya menjadi Taman Hutan
Raya lr. H. Djuanda.
Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung Berjarak ± 7 km dari pusat kota,
secara geografis berada 107° 30′BT dan 6° 52′LS, secara administrasi berada di wilayah Ciburial
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah masuk Desa Mekatwangi, Desa Cibodas,
Desa Langensari, dan Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan
Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung.
Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Taman hutan Raya Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya
adalah 526,98 hektar. Sebagian besar kawasan merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian ecosystem),
pada umumnya kondisi lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam sampai dengan terjal,
dengan ketinggian ± 770 dpl sampai dengan ± 1350 m di atas permukaan laut. Unsur tanah yang
terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda didominasi andosol, sebagian kecil gramasol yang
peka terhadap erosi. Iklim menurut klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk Type B, kelembababan nisbi
udara berkisar antara 70% (siang hari) dan 90% (malam dan pagi hari), suhu berkisar antara 22° C – 24°
C (di lembah) dan berkisar 18° C – 22° C (di puncak). Curah hujan rata-rata pertahun 2.500 – 4.500
mm/tahun. Sumber air yang berada di Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah sungai Cikapundung yang
membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar 3.000 m³/detik. Sungai
Cikapundung merupakan anak Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Bukit Tunggul, selain terdapat juga
beberapa mata air yang bersumber dari kelompok Hutan Gunung Pulosari.
Tempat ini memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, kawasan ini sekarang telah bersatu dengan Kota
Bandung dan dapat ditempuh dari berbagai jalur jalan, baik melalui Jalan Dago maupun melalui Jalan
Cikutra. Semua jenis kendaran bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Kondisi jalan dari pusat kota
sampai dengan lokasi (pintu gerbang utama) sudah beraspal dan dalam kondisi baik. Walaupun demikian,
jalan masuk dari Kordon ke Tahura Ir. H. Djuanda yang berjarak ± 500 m dirasakan terlalu sempit,
sehingga menyulitkan kendaran berpapasan.
Bila menggunakan kendaraan umum, Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya perjalanan
diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan berhenti di Kordon. Dari Kordon
perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m. Selain dari arah Selatan, Tahura Ir. H. Djuanda
juga dapat ditempuh dari arah Utara, melalui Obyek Wisata Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan
dapat dilihat obyek wisata Curug Omas dan kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki
menyusur jalan setapak sepanjang 6 km menuju ke Pakar Dago.
Tempat ini memiliki jam operasional dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dan buka setiap
hari. Dan mempunyai harga tiket masuk sebesar Rp.10.000,00/orang (wisatawan lokal),
Rp.75.000,00/orang (wisatawan mancanegara), dan Rp.200.000,00 untuk kegiatan foto komersil.
trayek yang disarankan untuk pengunjung adalah dari Pintu I dan Pintu II diharapkan menuju Pusat
Informasi dan Plaza Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Setelah itu menuju arah Selatan +/- 200m di dekat
Pintu III terdapat jalan setapak / track wisata ke arah Barat menuju Goa Jepang sejauh +/- 300 m. Setelah
itu dari Goa Jepang mengikuti jalan track wisata ke arah Utara menuju Goa Belanda berjarak +/- 500 m.
Dari Goa Belanda kemudian dapat dilanjutkan menuju Curug Omas dan ke Maribaya melalui Jogging Track
ke arah Utara dengan jarak +/- 5 km (dekat Pintu IV).
Akses menuju Curug Omas ini dari kota Bandung sekitar 21 km ke sebelah timur Lembang atau sekitar 7
km dari Lembang itu sendiri. Ada empat pintu masuk ke curug ini, yaitu Pintu (pos) masuk I dan II di Pakar
Dago ditempuh dari arah terminal Dago. Pintu masuk III di Kolam Pakar ditempuh dari arah PLTA Bengkok
atau dari Curug Dago. Sedangkan pintu masuk IV berada di Maribaya ditempuh dari arah Lembang.
Umumnya Pintu masuk terdekat menuju Curug Omas ini adalah melalui Pintu IV Tahura yang juga dekat
dengan lokasi wisata pemandian air panas Maribaya. Keempat akses pintu masuk ini bisa ditempuh oleh
semua jenis kendaraan dengan kondisi jalan sudah beraspal hotmix dan dalam kondisi baik.
Tiket masuk menuju Curug Omas adalah Rp.8000,00/orang (wisatawan lokal), sedangkan bagi wisatawan
asing Rp 35.000/orang. Tiket parkir kendaraan adalah Rp 10000/kendaraan roda empat dan Rp 5000 untuk
klendaraan roda dua.
Curug Maribaya
Curug Maribaya Terletak di Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Bandung berada di Taman Wisata Maribaya. Curug Maribaya terdiri dari tiga curug yaitu Curug Cikawari,
Cigulung dan Cikoleang dengan ketinggian ketiganya sekitar 15 m. Ketiga curug ini bersumber dari Sungai
Cigulung dan Sungai Cikawari. Diantara ketiga curug tersebut pengunjung biasanya bermain air di Curug
Cikawari karena dasar airnya cukup dangkal sehingga tidak bahaya bermain air disekitar curug tersebut.
Maribaya jika ditempuh dari Kota Bandung sekitar 15 km atau 5 km dari arah Timur Lembang. Untuk
mencapai daerah wisata Maribaya dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan kota (angkot) ke arah
Maribaya. Jika dari Lembang, bisa langsung naik angkutan ke arah Maribaya, atau bisa juga bawa mobil
pribadi. Perjalanan ke Maribaya merupakan arah timur Lembang. Setelah melewati jalan kurang lebih 5 km
akan sampai di jembatan Maribaya.
Tangkuban Perahu
Tangkuban Perahu atau Tangkuban Parahu secara arti adalah perahu yang terbalik. Gunung Tangkuban
Perahu memang berbentuk seperti perahu besar yang terbalik, merupakan gunung stratovulcano dengan
pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Batuan hasil letusan merupakan lava dan sulfur. Gunung
ini memiliki ketinggian 2.084 m dengan pohon pinus dan kebun teh disekitarnya. Suhu rata-rata pada siang
hari sekitar 17°C, sedangkan pada malam hari sekitar 2°C pada puncak gunungnya. Catatan letusan dalam
2 abad terakhir adalah tahun 1829, 1846, 1862, 1887, 1896, 1910, dan 1929. Selain itu Tangkuban Perahu
juga menyimpan cerita Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi.
GUNUNG BATU
Gunung Batu merupakan batuan andesit yang terletak di daerah Sesar Lembang. Pada pengamatan di
lereng utara terlihat kekar-kekar kolom. Gunung Batu ini, menurut beberapa peneliti terbentuk pada
510.000 tahun yang lalu. Menurut beberapa ahli Gunung Batu merupakan batuan bekas lava Gunung
Sunda, sisa hasil ambrukan lapisan batuan di sekitar Lembang.
Mempunyai ketinggian sekitar 1.290 m.dpl, Gunung Batu merupakan tempat yang tepat untuk melakukan
pengamatan terhadap gunung-gunung yang mengelilingi Kota Bandung. Selain itu pda puncak Gunung
Batu menjadi tempat pengamatan seismograf sebagai alat untuk mengamati getaran gempa bumi.
Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang 10% dari kandungan
felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%, felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit
dan piroksen. Penamaan andesit berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit
hornblenda, andesit biotit dan andesit piroksen. Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-
unsur, silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor dan air.
Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa tempat.
Basalt adalah batuan beku ekstrusif yang berwarna gelap, berbutir kristal halus, secara megaskopis, bila
dalam keadaan segar, basalt dapat dikenal dari warnanya yang hitam atau gelap dan dengan butiran kristal
mineral yang halus. Di lapangan, basalt dapat hadir dalam bentuk tubuh intrusi atau sebagai aliran lava.
Sebagai tubuh intrusi, pada tubuh basalt dapat terbentuk kekar tiang (collumnar joint). Sebagai aliran lava,
dapat dikenal dari adanya indikasi aliran dalam bentuk lubang gas atau mineral dengan orientasi arah
tertentu.
Untuk menguji kualitas batuan dapat dilakukan dengan uji kuat tarik, kuat tekan, kuat geser, densitas,
berat jenis dan lain-lain. Hasil dari uji itu akan diperoleh sifat-sifat elastisitas dari batuan. Sifat ini berperan
penting sehubungan dengan pemanfaatan batuan itu sendiri. Uji kuat tarik pada prinsipnya adalah dengan
memberi beban atau gaya pada sisi contoh andesit yang berbentuk silinder (penekanan diametral) sampai
contoh batuan tersebut pecah.
Andesit banyak digunakan untuk sektor konstruksi, terutama infrastruktur seperti sarana jalan raya,
jembatan, gedung-gedung, irigasi, bendungan dan perumahan, landasan terbang, pelabuhan dan lain-lain.
Di Kota Bandung terdapat beberapa lokasi tambang batu andesit diantaranya di Kampung Manggahang,
Baleendah. Kegiatan penambangan dilakukan secara semi mekanis dengan menggunakan beberapa
Lava basalt di Pasir Impun, yang dialiri oleh air sungai berwarna cokelat ketika musim
penghujan
Tanah Urug
Tanah urug biasanya adalah clay (lempung) dan atau tanah merah yang digunakan sebagai dasar pada
suatu bangunan atau jalan. Objek tambang tanah urug di Bandung terdapat di Kampung Panenjoan, Desa
Panenjoan, Kecamatan Cicalengka pada perusahaan H. Djamhur Gandapura dengan Surat Keputusan Izin
produksi pada tahun 2010 dan luas wilayah adalah 3.5 Hektar.
SUKABUMI
Kota dan Kabupaten Sukabumi terletak pada sebelah Barat Daya dari Provinsi Jawa Barat. Kota Sukabumi
terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango, dimana kota Sukabumi merupakan dengan luas
wilayah terkecil di Jawa Barat. Berbeda dengan Kabupaten Sukabumi, yang merupakan Kabupaten terluas
di Pulau Jawa. Di Sukabumi, banyak terdapat wisata alam, mulai dari gunung, pantai, sungai dan danau,
dan merupakan salah satu daerah yang menjadi primadona wisata bagi warga di sekitar Jakarta, Provinsi
Banten dan Provinsi Jawa Barat sendiri.
Presiden Soekarno mendirikan tempat peristirahatannya pada tahun 1960 di Tenjo Resmi. Selain itu, atas
inisiatif Soekarno pula didirikanlah Samudera Beach Hotel, salah satu hotel mewah pertama yang dibangun
di Indonesia pada kurun waktu yang sama dengan Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, dan Toko Serba Ada
"Sarinah", yang kesemuanya menggunakan dana pampasan perang dari Jepang. Selain hotel besar dan
mewah Samudera Beach Hotel, di daerah ini terdapat pula sejumlah hotel dan losmen kecil, Pondok
Dewata resor adalah salah satu villa mewah yang cukup laris dikunjungi wisatawan. Tidak berapa jauh dari
Situ Gunung
Situ gunung merupakan danau dengan hawa pegunungan yang sejuk dan keindahan alam yang hijau.
Danau ini berada di kaki Gunung Pangrango, Kecamatan Kadu Dampit sekitar 16 km sebelah barat Kota
Sukabumi. Danau ini berada di ketinggian 970 mdpl dengan pemandangan yang sangat indah apalagi
ketika cuacanya cerah. Situ gunung merupakan danau buatan pada tahun 1814 oleh bangsawan Mataram
bernama Rangga Jagat Syahdana atau dikenal dengan nama Embah Jalunyang melarikan diri dari penjajah
Belanda. Selain itu Situ Gunung juga menyimpan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa.
Ujung Genteng terletak di Sukabumi Selatan – Jawa Barat, perjalanan ke Pantai Ujung Genteng dapat
ditempuh selama kurang lebih 3 – 4 jam dari kota Sukabumi menggunakan kendaraan pribadi. Dalam
perjalanan ini sulit sekali mencari tempat SPBU sehingga kita harus memiliki bahan bakar yang cukup
dalam perjalanannya. Sewaktu hendak memasuki Desa Ujung Genteng, Retribusi Daerah Wisata sebesar
Rp.18.000/mobil.
Batugamping, Cikembar
Batugamping ini termasuk pada Anggota Batugamping Terumbu (Toml) yang berumur Oligosen-Miosen
terdiri dari batugamping terumbu koral dengan sejumlah fosil yang terdolomitkan tersingkap baik di Pasir
Kutamaneuh, Pasir Aseupan di Selatan Sukabumi, dan di Liunggunung di selatan Cibadak.
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau secara kimia.
Sebagian besar batu gamping di alam terbentuk secara organik. Jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang.
Pasir Kuarsa yang juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang
mengandung mineral utama, seperti kuarsa, dan felspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa
oleh air atau angin yang diendapkan di sungai, danau, atau laut. Di alam pasir kuarsa ditemukan dengan
kemurnian yang bervariasi bergantung kepada proses terbentuknya di samping adanya proses
pengendapan. Material pengotor tersebut bersifat sebagai pemberi warna pada pasir kuarsa, dan dari
warna tersebut dapat diperkirakan kemurniannya. Pada umunya, pasir kuarsa yang ditemukan di alam
mempunyai ukuran butir yang bervariasi dan dalam distribusi yang melebar, mulai dari fraksi halus (0,06
mm) sampai dengan ukuran kasar (2 mm).
Zeolit, Cikembar
Endapan zeolit biasanya terdapat dalam batuan piroklastik berbutir halus, khususnya yang berkomposisi
riolitik. Endapan zeolit umumnya terjadi karena proses diagenesa dalam lingkungan pengendapan lakustrin
sampai neritik, sering berdampingan dengan bentonit. Di Indonesia, jumlah zeolit sangat melimpah dan
tersebar di berbagai daerah baik di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, umumnya terdapat di daerah
sedimen piroklastik yang berasosiasi dengan batuan sedimen berumur tersier seperti halnya di:
Tasikmalaya, Cikembar (Sukabumi), Nanggung (Bogor), dan Bayah, serta di Malang Selatan, Ponorogo dan
Pondok labang.
Pasir besi termasuk salah satu bahan galian dari kelompok bijih besi, namun bukan merupakan sumber
bahan baku utama untuk pabrik besi baja. Di Indonesia endapan pasir besi terutama terdapat di sepanjang
pantai selatan Pulau Jawa, dari Cilacap sampai Karang Bolong di Jawa Tengah, serta di beberapa tempat di
Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Pulau Sumatera endapan pasir besi terdapat di pantai barat, seperti
Bengkulu, Sumatera Barat, dan Aceh. Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang dimanfaatkan
sebagai bahan campuran dalam industri semen juga mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai
bahan baku besi baja sesuai dengan perkembangan teknologi pengolahan dan kebutuhan pasar.
GARUT
Garut merupakan kota yang berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di Bagian Utara, Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Cianjur di Bagian Barat, Samudera Hindia di Bagian Selatan, serta Kabupaten
Tasikmalaya di Bagian Timur. Sebagian besar daerah Garut merupakan pegunungan, kecuali pada Bagian
Selatan yang merupakan dataran rendah yang sempit. Garut berdekatan dengan Kota Bandung sebagai
Ibukota Provinsi Jawa Barat, sehingga Garut mempunyai kedudukan sebagai penyangga bagi
pengembangan wilayah Bandung.
Kawah Kamojang
Kawah Kamojang ialah kawah gunung api yang masih aktif. Berada di wilayah Kabupaten Garut, di sebelah
timur-kidul Kota Bandung. Berada di ketinggian sekitar 1.730 mdpl di punggung Gunung Guntur, udara di
Kawah Kamojang ini terasa sejuk. Selain Kawah Kamojang di sini juga ditemukan kawah lumpur, danau
panas, fumarol, dan asap yang keluar dari rekahan-rekahan tanah. Gunung Guntur tempat Kawah
Kamojang termasuk sebagai gunung bertipe strato dan terakhir meletus di zaman Plistosen.
Kawah Kamojang termasuk dalam Taman Wisata Cagar Alam Kamojang yang mempunyai luas ± 10 Ha,
yang didalamnya terdapat 23 kawah, 2 diantaranya berbentuk danau dengan asap yang mengepul dari
permukaan airnya. Pada awal memasuki kawasan ini, pemandangan yang tak biasa ditemui yaitu banyak
pipa-pipa besar yang berujung pada beberapa bangunan. Pipa tersebut adalah bagian Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dikelola oleh PT. Pertamina dan PT. Indonesia.
Kawah Hujan
Kawah kereta adalah kawah yang paling menarik perhatian karena uap gas yang kerluar memiliki tekanan
yang sangat luar biasa (2.5 bar). Di kawah ini kita akan mendengarkan suara unik mirip kereta api yang
timbul dari uap yang dikeluarkan melalui celah-celah bebatuan dari perut bumi. Selain itu terdapat juga
kawah-kawah lain diantaranya adalah kawah berecek, kawah sekarat, kawah hujan, dan kawah stik gas.
Perjalanan ke Kawah Kamojang bisa lewat Garut (Tol Cileunyi, Cicalengka, Garut – Samarang) atau (Tol.
Cileunyi, Rancaekek, Majalaya, Paseh – Kamojang) or lewat (Tol Moh. Toha atau Tol. Buah Batu,
Baleendah, Ciparay, Majalaya, Paseh-Kamojang), dalam perjalanan kita akan disuguhkan dengan
pemandangan alam pegunungan yang sejuk serta persawahan hijau. Selain itu kita juga akan di hadapkan
dengan jalan yang cukup menantang karena jalur menuju Kamojang banyak sekali tanjakan curam.
Tanjakan yang paling curam namanya adalah tanjakan monteng.
Pantai Santolo
Pantai Santolo sering juga menjadi tempat kunjungan para wisatawan yang mengunjungi Kota Garut.
Pantai di daerah ini landai, dan memiliki hamparan pasir putih. Terletak di Kecamatan Cikelet di sebelah
selatan pusat Kota Garut dan berjarak ± 88 km dengan waktu tempuh mencapai 3.5 jam. Kawasan pantai
ini merupakan tempat berkumpulnya para nelayan tradisional dan tempat dermaga kapal ikan yang ada di
Pameungpeuk.
Pantai Santolo
Menikmati panorama pantai dan biota laut,merupakan aktivitas wisata yang dapat dilakukan. Tersedia juga
sewaan perahu yang melayani wisatawan untuk menikmati deburan pantai ombak selatan yang cukup
menantang. Selain itu kita bisa menikmati hidangan makanan laut yang segar dengan sajian yang
Pantai Rancabuaya
Pada Desa Purbayani Kecamatan Caringin terdapat Pantai Rancabuanya yang keindahannya tidak kalah
dengan pantai-pantai lain di Jawa Barat. Terdapat gugusan karang terjal dan tajam ketika kita berada tepat
pada Pantai Rancabuana. Jarak kawasan Rancabuaya dari Ibu Bandung adalah 167 km, jarak dari Garut
Kota adalah 105 km, dan jarak dari Kecamatan Caringin adalah 30 km.
Pantai rancabuaya memiliki pasir putih yang halud dan bersih, memiliki tingkat abrasi yang kecil. Wilayah
sekitar pantai juga di tumbuhi oleh pohon ketapang dan kelapa. Luas pantai ini mencapai 1.525 ha.
Pengunjung bisa melakukan banyak aktifitas wisata, seperti hiking atau tracking. Terdapat beberapa
fasilitas yang tersedia di pantai ini seperti tempat lesehan, pondokan, dan saung wisata yang disewakan.
Selain itu akses parkir dan jalan yang baik juga menunjang pantai ini untuk menjadi alternatif wisata yang
menarik.
Pantai Rancabuaya
Dari pantai Santolo, Sayang Heulang, maupun kota Pameungpeuk tidak ada angkutan umum ke Pantai
Rancabuaya. Biasanya banyak wisatawan yg dari wilayah Pameungpeuk menuju Rancabuaya menggunakan
kendaraan pribadi (motor/mobil). Jarak dari pusat kota Pameungpeuk ± 35 km. Untuk masuk ke Pantai
Rancabuaya tiketnya Rp 3000,- perorang.
Puncak Guha
Gunung Guntur
Tubuh Gunung Guntur dibangun oleh hasil erupsi eksplosif dan efusif. Hasil erupsi Gunung Guntur sebagian
besar berupa aliran lava bongkah masih segar dan saling menindih. Lava yang termuda (hasil erupsi tahun
1840) mengalir dari Kawah Gunung Guntur ke arah tenggara dan selatan dan berakhir di daerah Cipanas
(sekitar 300 meter sebelah utara lokasi wisata pemandian Cipanas), dimana ujungnya membentuk
morfologi tapal kuda. Aliran piroklastika tersebar di sebelah tenggara Kawah Gunung Guntur dan sebagian
tertutupi oleh aliran-aliran lava Guntur yang lebih muda.
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non
logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari
magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit. Titaniferous magnetit adalah bagian yang
Kabupaten Garut mempunyai potensi pasir besi mencapai 22 juta ton dan untuk bijih besi mencapai 50 juta
ton, yang tersebar di selatan Garut hingga Garut bagian Barat.
TASIKMALAYA
Taman Jasper
Taman Jasper Cimedang merupakan taman geologi yang memiliki batuan yang bisa diolah menjadi
batumulia (gemstone) yang indah. Batu mulia jenis jasper merupakan mineral keluarga kuarsa (quartz
family mineral). Para penggemar dan pedagang batu mulia dunia menyebut sebagai biduri ati ayam yang
termasuk langka di dunia dan dikagumi di banyak negara. Terletak di Kampung Pasirgintung, Desa
Buniasih, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, jasper tersebut jumlahnya mencapai lebih dari
200 buah, berukuran besar-besar dengan berat mencapai lebih dari 50 ton, dan coraknya ada yang merah,
kuning, cokelat, hitam, hijau, dan pancawarna. Di Taman Jasper ini tampak bongkahan-bongkahan jasper
beragam warna dan beragam ukuran yang terhampar begitu indahnya menghiasi Sungai Cimedang dan
sekitarnya.
Untuk menuju lokasi ini dari Kota Bandung, perjalanan menuju Tasikmalaya ditempuh sekitar 3 jam
perjalanan. Kemudian ke arah Cipatujah, sampai ke persimpangan ambil arah kiri menuju Cikatomas.
Setelah melewati Masjid Besar Cikatomas ketika bertemu pertigaan ambil arah kiri lagi menuju pusat Desa
Buniasih. Dari pusat Desa Buniasih kita akan mendapatkan jalan berbatu yang sulit untuk menuju
bongkahan batu jasper. Jalan yang berbatu dan berlubang masih menjadi kendala untuk mencapai lokasi
ini dalam waktu yang singkat, serta tidak adanya petunjuk membuat susah untuk mencapai daerah ini
tanpa bantuan warga setempat. Sangat disayangkan, jasper banyak diangkut oleh masyarakat yang tidak
bertanggung jawab, dan mengambil jasper dari Sungai Cimedang. Perlu adanya kerjasama antara
pemerintah, pengusaha dan warga lokal, supaya keindahan taman jasper dapat dinikmati hingga generasi
berikutnya.Rute
Tidak jauh dari Pantai Cipatujah, kita bisa menjumpai penangkaran penyu di Sindangkerta, Cipatujah,
Tasikmalaya. Namun beberapa tahun terakhir, abrasi terjadi di sekitar pantai, yang mengakibatkan jumlah
penyu yang bertelur di pantai berkurang. Salah satu kegiatan wisata yang rutin diselenggarakan di sini
adalah balap munding (kerbau). Balap kerbau merupakan budaya tradisional yang berkembang sejalan
dengan potensi daerah Cipatujah sebagai daerah peternakan kerbau. Balap kerbau sebenarnya acara para
peternak kerbau dalam mengisi kebutuhan rekreasi mereka di saat-saat senggang, diiringi kesenian rakyat
seperti kendang penca, buncis, dan dogdog.
Kawasan Konservasi Penyu Sindangkerta (gambar kiri) dan abrasi di Pantai penangkaran
penyu (gambar kanan)
Balap kerbau berkaitan dengan agrowisata kerbau seluas 40 hektar yang masih di dalam area Pantai
Cipatujah. Di dalamnya kita bisa melihat dan mempelajari bagaimana cara-cara para peternak beternak
kerbau dengan pendekatan secara tradisional. Para wisatawan yang berkunjung ke daerah ini juga bisa
menikmati acara kumpul kebo, yaitu berkumpul bersama kerbau dan para peternak kerbau. Pantai ini
Kita juga dapat menikmati keindahan Gunung Galunggung dari warung di sekitar bibir kawah, sambil
menikmati jajanan yang ada di sekitar mulut kawah. Dengan pemandangan indah, udara yang sejuk dan
suasana asri membuat kita selalu menikmati tempat ini tanpa rasa bosan.
Untuk menuju ke Gunung Galunggung ada beberapa rute yaitu: Dari arah Jakarta atau Bandung setelah
melewati Ciawi, Cisayong, sebelum masuk kota Tasikmalaya, di kecamatan Indihiang yang sebelum
terminal bis Indihiang, ada jalan di sebelah kanan menuju Cipanas-Galunggung jaraknya sekitar 12 km.
Dari pusat kota Tasikmalaya langsung ke arah Barat lewat Jl. Bantar-Tawangbanteng, jaraknya sekitar +
17 km.
Tambang emas rakyat di Cineam (gambar kanan) dan pengolahan mekanis dengan gelundung
(gambar kanan)
Batugamping Tufaan
Batugamping tufaan merupakan Anggota tufa napalan Formasi Pamutuan yang terletak selaras di atas
Formasi Jampang. Anggota Tufa napalan terdiri dari tufa napalan berselingan dengan batupasir tufaan dan
lempung tufaan dan menunjukkan struktur perlapisan. Umur satuan ini dikorelasikan dengan batuan yang
sama di Lembar Pangandaran (Simanjuntak, 1979) berumur Miosen Tengah dengan lingkungan
pengendapan laut dangkal dan terbuka, sedangkan tebalnya diperkirakan antara 200 meter sampai 500
meter.
Bentonit, Karangnunggal
Bentonit adalah istilah dagang yang digunakan untuk komoditi lempung plastis yang dalam geologi disebut
lempung montmorilonit. Karena kandungan mineral montmorilonit dalam lempung lebih dari 85%. Bentonit
terbentuk karena proses diagenetik (pelapukan dan transformasi) abu gunung api yang bersifat asam dan
berkomposisi riolitik.
Sebagian besar di Indonesia bentonit ditemukan dalam jenis Bentonit Kalsium. Jenis ini terdapat di
Karangnunggal dan Kawalu (Tasikmalaya Selatan), Cianjur, Bojongmanik (Rangkasbitung), Nanggulan
(DIY), Sangiran (Sragen), dan daerah Slahung (Ponorogo),Bangkalan Brandan (Sumatera Utara), Tanjung
Enim, Muara Enim, dan Lahat (Sumatera Selatan). Selain itu ditemukan pula bentonit natrium di Bongko,
Muara Tiga (Tanjung Enim, Sumatera Selatan), Desa Bandung dan Bedoyo Boyolali.
PURWAKARTA
Waduk Saguling
Waduk Saguling merupakan salah satu dari waduk yang membendung aliran Sungai Citarum. Waduk
lainnya akan dijelaskan di subbab di bawah ini yaitu Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata. Waduk ini selesai
pada tahun 1986 dengan volum tubuh bendungan 279 juta m3 dan mampu menghasilkan listrik mencapai
2156MWH/tahun. Dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan di daerah sekitarnya, kemudian
Saguling ini ditata-ulang sedemikian rupa sehingga menjadi bendungan yang multi-guna, termasuk
didalamnya juga digunakan untuk perikanan, pariwisata, agri-akuakultur, dan lainnya. Pemandangan
sekitar Waduk yang dapat dinikmati adalah pesona perbukitan. Waduk Saguling adalah waduk buatan yang
terletak pada ketinggian 643 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sepanjang tahun 1980-1995 kualitas air waduk sudah mengalami
penurunan akibat pencemaran organik yang berasal dari limbah industri, penduduk, pertanian, dan
perikanan. Hingga tahun 2008, sedimentasi di Saguling mencapai 84 juta m3, dengan laju sedimentasi kini
diperkirakan 4,2 juta m3/tahun.
Waduk ini terletak sekitar 13 km dari pertigaan Raja Mandala. Dari arah Cimahi, lokasi Saguling dapat
melewati Cimareme - Batujajar - Cililin. Dari Bandung dapat melalui Soreang - Batujajar - Cililin.
Pinggir jalan yang menyusur tepian Waduk Cirata dengan warung-warung yang menawarkan makanan
khas Purwakarta yang dikenal dengan nama Sate Maranggi. Sate yang empuk dan sangat lezat ini biasanya
menggunakan daging kambing atau sapi, berbumbu kecap dengan perpaduan rasa manis, asam, dan
pedas. Ikan bakar yang harum dan kelapa muda yang empuk manis segar juga banyak dijajakan di sana.
Bila melakukan perjalanan dari kota Purwakarta melalui Plered kita akan tiba di Cirata dalam waktu kira-kira
40 menit dengan jarak sejauh 15 km. Dalam perjalanan itu kita akan melewati pusat perdagangan
peuyuem Bendul dan makanan khas Purwakarta lainnya, dan kemudian kita akan lewat di Sentra Indutri
Keramik Plered, juga dapat menikmati keindahan alam di sepanjang jalan Plered-Cirata.
Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur berada 9 km dari Kota Purwakarta dan lebih dikenal dengan nama Bendungan
Ir.H.Juanda. Panorama danau yang mencapai 8.300 Ha memberikan keindahan ketenangan air yang
terbendung.
Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957, dapat menampung tidak kurang 3 milyar3 air Sungai
Citarum dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Di dalam Bendungan Ir. H. Juanda,
terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dan produksi tenaga listrik rata-rata 1000 juta kwh
setiap tahun. Selain dari itu, memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 Ha sawah, air baku air
minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir.
Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki
banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis,
bilyard, perkemahan, kolam renang, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan
fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air,
boating dan lainnya. Tempat yang tak kalah menariknya di kawasan Jatiluhur ini adalah tempat rekreasi air,
yang diberi nama ˜Water World”.
Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat Budi daya Ikan Keramba Jaring Apung, yang menjadi daya
tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan
sambil menikmati ikan bakar. Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia,
membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur – Kabupaten Purwakarta – Provinsi Jawa Barat,
membentuk waduk dengan genangan seluas ± 83 km2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air
normal +107 mdpl.
Waduk ini berlokasi berkisar 9 km dari pusat kota Purwakarta. Dari Jakarta berjarak berkisar 120 km dan
dapat ditempuh dalam waktu berkisar 1-1,5 jam melalui tol Jakarta Cikampek-Cipularang (Purbaleunyi),
keluar pintu tol Purwakarta-Jatiluhur-Ciganea Km.84.
Sedangkan batu lempung yang usianya lebih muda (miosen) tersebar di sekitar wilayah barat laut dan
bagian timur Kabupaten Purwakarta berikut endapan bekas gunung api tua yang berasal dari gunung
Burangrang dan Gunung Sunda, yaitu berupa tuf, lava andesit basalitis, breksi vulkanik dan lahar. Pada
bagian permukaan batuan itu terdapat endapan hasil erupsi gunung api muda yang meliputi batu pasir,
lahar, lapili, breksi lava basal, aglomerat tufan, pasir tufa, lapili dan laca scoria.
Berdasarkan kondisi dan jenis batuan di atas, maka di wilayah Kabupaten Purwakarta terdapat kandungan
geologi berupa batu kali batu andesit, batu gamping (kapur), tanah lempung, pasir, pasir kuarsa, pasir batu
(sirtu), tras, fosfat, barit dan batu gips. Sebagian besar jenis tanah adalah tanah latosol dan sebagian kecil
adalah tanah aluvial, andosol, grumosol, litosol, podsolik dan regosol. Berdasarkan potensi yang dipaparkan
di atas telah mendorong munculnya kegiatan pertambangan di Kabupaten Purwakarta.
Emas, Ciseuti
Lokasi pada gambar di bawah ini merupakan tambang emas rakyat yang berada di Gunung Cimuringis,
Desa Ciseuti, Purwakarta. Pada daerah tersebut, dilakukan kegiatan penambangan emas rakyat, dimana di
sepanjang lereng gunung tersebut, sudah banyak ditembus oleh terowongan-terowongan yang saling
menggurita satu sama lain. Pada lokasi tersebut, para penambang mengambil bongkah-bongkah yang
dimasukkan ke dalam karung, dimana proses pengolahannya dilakukan dengan menggelundung sampai
bongkah berukuran halus. Jika penambang tidak mempunyai cukup dana untuk menggelundung batuan
tersebut, mereka hanya meremukan batuan hingga sangat halus dengan menggunakan palu, kemudian
didulang persis di depan lombong mereka. Tambang ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, hingga
saat ini.
CIANJUR
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaannya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer akan
selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena
keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik
berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Penggunaan marmer atau batu pualam
tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe
ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya,
sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung
Marmer (marble) adalah kristal padat yang terbentuk dari metamorfosis batu kapur, umumnya
mengandung calsit (CaCO3), dolomit [CaMg(CO3)2] atau kombinasi kedua mineral tersebut. Calsit
murni berwarna putih. "Pengotoran" oleh mineral lain akan memberi corak dan warna lain.
Penyelidikan terdahulu mengenai mineralisasi logam dibagian selatan Gn. Subang Kab. Cianjur,
menemukan ubahan batuan yang dicirikan oleh lempung-klorit-serisit-pirit halo di dalam tufa
kristal, tufa litik, tufa breksi serta batuan vulkanik klastik. Urat-urat kuarsa di dalam
batuanterkersikkan dan argilic overprinting propylitic rock menunjukkan tekstur colloform serta
terdapatnya asosiasi kuarsa – serisit – sulfida yang diduga sebagai tipe epitermal. Ubahan batuan
yang ditemukan al. : Argilik : kaolinit+ illit+ serisit/ paragonit ; Silisik : kuarsa + kalsedon + barit +
pirit dan Propilitik : klorit + epidot + karbonat + serisit. Mineralisasi yang ditemukan berupa : Urat
kuarsa berstruktur banded, tekstur vuggy, cockade structure serta stockwork berupa pirit, galena,
mangan oksida disertai barit.
Ditemukannya secara setempat banded quartz, adularia, native sulfur (walaupun dalam jumlah
kecil), kuarsa bertekstur vuggy dan cockade structure di beberapa lokasi yang diantaranya diduga
kuat sebagai endapan sinter, menunjukkan kondisi umum keterdapatan logam emas yang
berasosiasi dengan jenis alterasi di lingkungan fumarol purba. Keterdapatan stockwork kuarsa
dalam batuan tersilisifikasi kuat/alterasi silisik (dicirikan oleh kalsedon dan opal walaupun dalam
jumlah kecil) disertai pembentukan pirit dan mangan oksida memberi petunjuk terbentuknya
penudung silika (silica cap) di wilayah ini. Keadaan seperti ini merupakan petunjuk umum adanya
aktivitas pengendapan emas epitermal-geotermal di kedalaman yang cukup dangkal. Stockwork
kalsit dan kuarsa serta alterasi karbonat yang ditemukan dalam batuan andesit di bagian utara
sepanjang S. Cijampang merupakan indikasi kemungkinan hasil dari pengendapan diatas boiling
zone yang sangat terkait dengan pengendapan emas tipe epitermal-geotermal. Dijumpainya hot
spring di bagian tenggara G. Subang yaitu di S. Cibuni merupakan manifestasi adanya aktivitas
geothermal yang masih aktif di daerah ini yang mungkin berkaitan dengan sumber panas pada
pembentukan sistem hidrotermal (epithermal) didaerah penyelidikan.
Endapan pasir pantai umumnya memanjang membentuk pita yang sempit di tepi pantai (lebar
umumnya kurang dari 150 m) dan biasanya terdiri dari satu low coastal dune yang membelakangi
satu atau dua set back dunes yang diskontinu. Elevasi maksimum dari dune umumnya kurang dari 10
m dari permukaan laut. Dune terjaga dari erosi karena rumput yang tumbuh di permukaannya.
Daratan di belakang coastal dune biasanya dapat mencapai ketinggian 20 m, biasanya berupa sisi
bukit yang menghadap laut. Rawa-rawa dengan lebar dapat mencapai 50 m dapat dijumpai
memisahkan endapan pantai dengan daratan. Daerah ini dipotong oleh beberapa aliran sungai
(Cisadea, Cipandak, Cidaun) yang mengalir dari utara (tinggian Jampang). Kebanyakan sungai ini
berbelok ke barat di sekitar muara, yang membentuk sand bar di sisi timur muara.
SUBANG
Curug Cileat
Curug Cileat terletak di Desa Cibogo Kecamatan Cisalak – Subang Kabupaten Subang. Curug ini memiliki
ketinggian ±100 m dan berada di Gunung Canggah. Tumpahan airnya membentuk sebuah kubangan atau
kolam yang sangat besar dengan radius hampir 40 meter. Curug Cileat ini terdiri dua buah air terjun yang
berdampingan menempel di atas tebing batu, Curug yang satu debit airnya tidak terlalu besar sedangkan
curug satunya lagi jatuhan airnya cukup deras dan besar.
Dalam perjalanan menuju Curug Cileat ini ada 3 buah curug yang akan ditemui yaitu Curug Citorok yang
memiliki tinggi sekitar 70 m, Curug Cimuncang 1 dengan ketinggian sekitar 80 m, dan Curug Cimuncang 2
dengan ketinggian sekitar 90 m. Selain keindahan curug juga terasa udara sejuk yang menambah
kenyamanan ketika berada di sini.
Curug Cijalu
Salah satu air terjun lain di Subang yang dapat Anda kunjungi dan nikmati adalah Curug Cijalu. Curug
setinggi 70 m memiliki suasana yang asri dan indah yang didukung dengan berbagai fasilitas yang cukup
memadai, salah satunya adalah camping ground. Tumpahan air Curug Cijalu mengalir deras membelah
Curug Cijalu ini berada dalam kawasan Cagar Alam Gunung Burangrang yang sesungguhnya lebih pantas
disebut Cagar Alam Gunung Sunda yang memiliki luas 2 Ha dan termasuk di hutan produksi blok Cijengkol
KPH Bandung Utara, BKPH Wanayasa, RPH Tangkuban Perahu. Konfigurasi lapangan umumnya
bergelombang dengan curah hujan 2.700mm/th dan suhu udara berkisar 18°-26°C.
Curug Cijalu
(sumber: sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cijalu, 2013)
Menurut cerita, sebelum diberi nama Cijalu, curug itu biasa disebut Curug Cikondang. Namun ketika
seorang pendekar (jawara) datang ke daerah ini, akhirnya nama Cikondang diubah menjadi Cijalu. Nama
ini perpaduan antara dua kata cai dan jalu (bahasa Sunda).
Selain Curug Cijalu di kawasan ini terdapat juga curug lain yang lebih tinggi (sekitar 90 m). Curug tersebut
bernama Curug Cilemper. Jarak Curug Cijalu ke Curug Cilemper sekitar 300 m. Selain lebih tinggi dan
lebih deras debitnya Curug Cilemper ini dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi dan lebatnya pepohonan dan
tumbuhan paku-pakuan. Didasar curug ini terdapat kolam besar dengan air yang sangat dingin mengalir
diantara bebatuan besar, dari kolam tadi mengalir sungai kecil beraliran cukup deras menuju bawah tanah.
Berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah Selatan (1 jam perjalanan) atau sekitar 50 km dari Kota Bandung
kearah utara (1,5 jam perjalanan). Sekain itu juga dapat dicapai melalui Purwakarta kurang lebih 25 km ke
arah Wanayasa. Kondisi jalan, umumnya beraspal dan hanya sebagian kecil yang masih berupa jalan batu,
dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat.
Berdasarkan topografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 zona, yaitu :
• Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan)
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari
seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang,
Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan
Tanjungsiang.
• Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah)
Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen
dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang,
Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.
• Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara)
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas
wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, Compreng,
Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi,
Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
Kabupaten Subang memiliki objek tambang di beberapa lokasi dengan dengan berbagai macam potensi
tambang. Selain itu di wilayah juga memiliki objek pertambangan minyak dan gas bumi serta geotermal
yang menjanjikan. Potensi sumberdaya pada sektor ini yang paling besar adalah bahan galian C. Dari jenis
bahan mineral tersebut yang paling banyak ditambang dan dimanfaatkan adalah jenis bahan galian untuk
bahan bangunan seperti batu belah, pasir dan sirtu.
Perjalanan menuju Jawa Barat bagian Timur, merupakan salah satu alternatif wisata tambang yang
menggabungkan aspek gunung api, yang diwakili oleh Gunung Galunggung dengan potensi pasir
vulkaniknya, endapan sedimen yang diwakili oleh bentonit di Karangnunggal, pasir besi yang diwakili
oleh Pantai Cipatujah, serta dilanjutkan oleh wisata alam di sepanjang pantai di Ciamis dan
Pangandaran. Di Ciamis, kita bisa menghanyutkan diri di sepanjang Green Canyon atau Cukang
Taneuh, menikmati berselancar di Pantai Batu Karas, serta menikmati “Bali”-nya Jawa Barat di Pantai
Pangandaran. Kita dapat bermalam di sepanjang Pantai di Ciamis hingga Pangandaran, mulai dari
Pantai Cipatujah menikmati pasir nya yang hitam, hingga ke arah Timur ke Pantai Batukaras, Pantai
Batuhiu, maupun Pantai Pangandaran.
Hari 1
- Bandung Gunung Galunggung
- Gunung Galunggung Karangnunggal
- Karangnunggal Pantai Cipatujah
- Bermalam di Pantai Cipatujah
Hari 2
- Pantai Cipatujah Tambang pasir besi sepanjang Pantai Cipatujah
- Tambang pasir besi sepanjang Pantai Cipatujah Green Canyon
- Green Canyon Pantai Batukaras/ Pantai Batu hiu
- Bermalam di Pantai Batukaras/ Pantai Batuhiu
Hari 3
- Pantai Batukaras/ Pantai Batuhiu Pantai Pangandaran
- Bermalam di Pantai Pangandaran
Hari 4
- Pangandaran dan sekitarnya
- Kembali ke Bandung
Sebagian besar daerah Garut merupakan pegunungan, kecuali pada Bagian Selatan yang merupakan
dataran rendah yang sempit. Garut berdekatan dengan Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa
Barat, sehingga Garut mempunyai kedudukan sebagai penyangga bagi pengembangan wilayah
Bandung. Wisata di Garut dan sekitarnya .
Rute perjalanan wisata tambang di sepanjang Garut diwakili oleh komoditi pasir vulkanik di Gunung
Guntur, yang mengalir melalui sungai-sungai dan bermuara di Pantai Selatan Garut menjadi komoditi
pasir besi, mata air panas di Cipanas, panas bumi di Kamojang dan Drajat, yang digabungkan dengan
obyek wisata pantai di sepanjang Pantai Rancabuaya, Pantai Goa Lalay, hingga Pantai Santolo.
Hari 1
- Bandung Pasir vulkanik Gunung Guntur
- Gunung Guntur Cipanas, Garut
- Cipanas, Garut Situ Cangkuang
- Situ Cangkuang Pantai Santolo, Pameungpeuk
Hari 2
- Pantai Pameungpeuk Pasir Besi Pantai Rancabuaya/ Goa Lalay
- Pasir Besi Pantai Rancabuaya/Goa Lalay Pantai Rancabuaya
- Pantai Rancabuaya Batu besi Cisewu
- Batu besi Cisewu Bermalam di kota Garut
Hari 3
- Garut – Lapangan Panas Bumi Kamojang
- Lapangan Panas Bumi Kamojang – Kembali ke Bandung
Pantai Santolo
Berkunjung ke Sukabumi, nampaknya tidak lengkap kalau tidak mengunjungi Cianjur. Situs
megalitikum, Gunung Padang mengawali perjalanan wisata tambang ke arah Barat dari Provinsi Jawa
Barat. Dari Gunung Padang, perjalanan diteruskan ke tambang pasir batu di Cimangkok, yang
terbentuk akibat letusan dari Gunung Gede-Pangrango. Dari Cimangkok, kita dapat bermalam di Situ
Gunung, di lereng Gunung Gede.
Dari Situ Gunung, kita dapat melanjutkan perjalanan ke Cikembar untuk melihat komoditi bentonit dan
batugamping. Perjalanan di hari kedua dapat diakhiri dengan beristirahat di Pantai Pelabuhan Ratu.
Dari Pelabuhan Ratu, perjalanan dilanjutkan ke arah Selatan menuju Pantai Loji untuk mengamati
obyek tambang pasir besi, serta penambangan emas tradisional di Ciawitali. Jika kita melanjutkan
perjalanan ke Selatan, kita akan disuguhi pemandangan indah di Pantai Ujung Genteng. Mengingat
jauhnya perjalanan menuju Pantai Ujung Genteng, tidak ada salahnya jika kita meluangkan satu malam
di pantai ini, sembari menyiapkan fisik untuk perjalanan ke Curug Cikaso, sebelum kembali ke Bandung.
Hari 1
- Bandung Gunung Padang
- Gunung Padang Pasir Batu, Cimangkok
- Pasir Batu, Cimangkok Situ Gunung
Hari 2
- Situ Gunung Bentonit, Cikembar
- Batugamping, Cikembar Bentonit, Cikembar
- Bentonit, Cikembar Pantai Pelabuhan Ratu
Hari 3
- Pantai Pelabuhan Ratu Pasir besi, Pantai Loji
- Pasir besi, Pantai Loji Emas, Ciawitali
- Emas, Ciawitali Pantai Ujung Genteng
Hari 4
- Pantai Ujung Genteng Curug Cikaso
- Kembali ke Bandung
Perjalanan menuju Subang didominasi oleh perkebunan teh dan jalanan yang membelah pegunungan.
Kabupaten Subang memiliki objek tambang di beberapa lokasi dengan dengan berbagai macam potensi
tambang, salah satunya di Jalan Cagak dengan komoditi trass. Kita dapat melanjutkan perjalanan
mendaki gunung untuk mencapai Curug Cileat dan beristirahat sambil mendirikan tenda di tepi air
terjun. Dari Curug Cileat, perjalanan dilanjutkan menuju Purwakarta untuk mengamati andesit di
Plered, diteruskan menikmati waduk di Jatiluhur, waduk Cirata, sambil mengamati tambang emas dan
galena di Ciseuti. Kita dapat meluangkan 1 malam lagi waduk Jatiluhur atau waduk Cirata sambil
menikmati ikan yang ditangkap dari waduk.
Hari 1
- Bandung Trass, Jalan Cagak
- Trass, Jalan Cagak Curug Cileat
Hari 2
- Curug Cileat Andesit, Plered
- Andesit, Plered Emas Ciseuti
- Emas, Ciseuti Waduk Cirata
- Waduk Cirata Waduk Jatiluhur
Hari 3
- Waduk Jatiluhur Bandung
Bandung merupakan kota yang terletak di pegununungan, dan banyak menyajikan keindahan alam
yang memukau. Perjalanan wisata tambang dimulai dari Taman Hutan Raya Juanda, kemudian
melanjutkan ke Curug Maribaya untuk melihat zona sesar Maribaya. Dari Curug Maribaya, kita juga
dapat meluangkan waktu untuk mendaki namun tidak terlalu jauh ke Gunung Batu, untuk melihat
pemandangan yang indah, serta melihat sesar lembang dari atas intrusi andesit. Dari Gunung Batu, kita
dapat melanjutkan perjalanan menuju Gunung Tangkuban Perahu untuk mengamati fenomena Gunung
Bandung purba, dan menghabiskan malam sambil menikmati kolam air panas di pemandian air panas
Sari Ater.
Hari kedua dimulai dengan melanjutkan perjalanan dari Sariater menuju Padalarang untuk melihat
kawasan kars yang membentang hingga Rajamandala, berkunjung ke Goa Pawon untuk melihat fosil
manusia purba, kemudian meneruskan hingga di Waduk Saguling. Untuk hari kedua, kita dapat kembali
ke Bandung untuk beristirahat malam sambil menikmati kuliner di Bandung. Perjalanan di hari ketiga
dimulai dari Bandung menuju ke Selatan Bandung untuk menikmati sejuknya Kawah Putih untuk
melihat fenomena sisa gunung api purba, mendayung di Situ Patenggang, dan menghabiskan malam di
bumi perkemahan Ranca Upas.
Hari 1
- Bandung THR Juanda
- THR Juanda Curug Maribaya
- Curug Maribaya Andesit, Gunung Batu
- Andesit, Gunung Batu Gunung Tangkuban Perahu
- Gunung Tangkuban Perahu Ciater
Hari 2
- Ciater Padalarang
- Padalarang Waduk Saguling
- Waduk Saguling Bandung
Hari 3
- Bandung Kawah Putih
- Kawah Putih Situ Patenggang
- Situ Patenggang Ranca Upas
Hari 4
- Ranca Upas Bandung
Situ Patenggang
Referensi Internet
1. www.tahuradjuanda.jabarprov.go.id, 2013
2. www.disparbud.jabarprov.go.id, 2013
3. www.bandung.panduanwisata.com, 2013
4. sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cijalu, 2013
5. tsumiarsa.blogspot.com, 2013