Anda di halaman 1dari 4

Anak Adalah Ujian

َ‫ت أَ ْع َمالِنَا َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَال‬ َ ‫سنَا َو‬


ِ ‫سيِّئَا‬ ِ ُ‫ش ُر ْو ِر أَ ْنف‬
ُ ْ‫ستَ ْغفِ ُرهُ َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِمن‬ ْ َ‫إِنَّ ا ْل َح ْم َد هللِ نَ ْح َم ُدهُ َون‬
ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َون‬
ُ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمداً َع ْب ُده‬
ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوأ‬َ َ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬
ْ َ‫ي لَهُ َوأ‬ َ ‫ضلِ ْل فَالَ هَا ِد‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َمنْ ي‬ ِ ‫ُم‬
ُ‫س ْولُه‬ُ ‫و َر‬. َ

ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموتُنَّ إِالَّ َوأَنتُم ُّم‬


َ‫سلِ ُمون‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُو ْا اتَّقُو ْا هّللا َ َح‬.

َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َون‬


‫ساء‬ َّ َ‫ق ِم ْن َها ز َْو َج َها َوب‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬ِ ‫س َو‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ٍ ‫اس اتَّقُو ْا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُكم ِّمن نَّ ْف‬
ً ‫ساءلُونَ بِ ِه َواألَ ْر َحا َم إِنَّ هّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬َ َ‫َواتَّقُو ْا هّللا َ الَّ ِذي ت‬

َ ‫صلِ ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمن يُ ِط ْع هَّللا‬ َ ً‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال‬
ْ ُ‫ ي‬. ً‫س ِديدا‬
ً ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْوزاً َع ِظيما‬ ُ ‫َو َر‬

‫أَ َّما بَ ْع ُد‬


Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah.

Allah Azza wa Jalla telah menetapkan fitrah-fitrah pada manusia. Di antaranya, fitrah mereka untuk mencintai
anak-anak yang mereka lahirkan. Bahkan nikmat kehadiran anak-anak merupakan salah satu nikmat yang paling
mereka cintai. Setiap pasangan baru pun menunggu-nunggu kehadiran buah hati untuk mereka timang-timang.
Anak memang menjadi perhiasan dan kebanggaan bagi orang tua.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ا ْل َما ُل َوا ْلبَنُونَ ِزينَةُ ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬


Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia [Al-Kahfi/18:46]

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Manusia memang bertabiat mencintai istri dan anak”.

Akan tetapi, nikmat itu terbagi menjadi dua. Pertama, nikmat mutlaqah, nikmat yang berhubungan dengan
kebaikan abadi, yaitu Islam dan Sunnah. Jenis kedua, nikmat muqayyadah, seperti nikmat kesehatan, kekayaan,
kedudukan, anak dan lain-lainnya.

Dan nikmat anak lantaran bukan bagian dari nikmat mutlaqah, maka selain dapat mendatangkan kebaikan, juga
berpotensi menyeret datangnya keburukan bagi keluarga. Al-Qur`an membahasakannya dengan ungkapan
‘fitnah’ dan ‘musuh’bagi orang tua.

Allah Azza wa Jalla telah mengingatkan para orang tua tentang hakekat penting ini, karenanya mesti
mendapatkan perhatian baik dari mereka.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

ْ َ‫ًًّوا لَ ُك ْم ف‬X? ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ ِمنْ أَ ْز َوا ِج ُك ْم َوأَ ْواَل ِد ُك ْم َع ُد‬
‫اح َذ ُرو ُه ْم‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. [At-Taghabun/64:14]

Ini merupakan peringatan dari Allah Azza wa Jalla bagi kaum Mukminin dari terperdaya oleh istri-istri dan anak-
anak. Sesungguhnya sebagian mereka menjadi musuh bagi kalian. Musuh itu adalah pihak yang menginginkan
keburukan bagi kita.

Pada ayat berikutnya, Allah Azza wa Jalla mengingatkan kembali bahwa anak-anak bisa menjadi sumber fitnah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ ۚ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَ ْج ٌر ع َِظي ٌم‬Xٌ‫إِنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَ ْواَل ُد ُك ْم فِ ْتنَة‬


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah pahala yang besar. [At-
Taghabun/64:15]

Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla menasehati para hamba-Nya agar jangan sampai rasa cinta ini mendorong
orang tua untuk memenuhi keinginan-keinginan anak yang mengandung larangan syariat.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa bentuk ‘permusuhan’ anak terhadap orang tua adalah
menjadikan orang tua lalai untuk beramal shaleh. Hal ini senada dengan makna firman Allah Azza wa Jalla
berikut:

ٰ
ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ْل ِه ُك ْم أَ ْم َوالُ ُك ْم َواَل أَ ْواَل ُد ُك ْم عَنْ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ۚ َو َمنْ يَ ْف َع ْل َذلِ َك فَأُو ٰلَئِ َك ُه ُم ا ْل َخا‬
َ‫س ُرون‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [Al-
Munafiqun/63:9]

Lalu beliau rahimahullah juga mengutip atsar dari Mujahid rahimahullah yang menerangkan tentang ayat di atas
dengan berkata, “Memaksa seseorang (orang tua) untuk memutus tali silaturahmi, atau bermaksiat kepada
Rabbnya, lalu dikarenakan cintanya orang tua kepadanya, ia tidak kuasa untuk menolaknya”.

Ibadallah,

Pembahasan anak sebagai fitnah dan musuh bagi orang tua akan selalu relevan kapanpun. Karena keberadaan
mereka akan selalu ada di setiap masa dan tempat. Apalagi di masa-masa sekarang, era teknologi komunikasi
dan kemajuan di banyak bidang. Maksiat pun ‘maju’ seiring dengan perkembangan teknologi. Sebagian anak
dididik oleh lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan anak dan berteman dengan kawan-kawan yang
kurang baik.
Lihatlah fenomena balapan liar yang diikuti para remaja dan ditonton oleh desakan manusia dari mereka, remaja-
remaja berkeliaran di jalan-jalan atau tempat-tempat umum. Belum lagi adanya kejadian remaja-remaja para
pengendara motor ditangkap polisi, melakukan pergaulan bebas, menenggak miras dan pelanggaran hukum dan
syariat lainnya.

Kembali tentang perkembangan teknologi, sebagian anak memaksa orang tua membelikan smartphone yang
bagus, motor dan lain-lain yang belum menjadi kebutuhan bagi mereka. Dan ada orang tua yang tidak tega untuk
menolak permintaan tersebut, padahal anak mempergunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau belum
cukup umur untuk mengendari kendaraan sendiri.

Ini di antara gambaran ulah dan polah sebagian remaja, lelaki ataupun perempuan. Orang tua pun akan terkena
getah dari kelakuan anak-anak yang kurang terpuji.

Di sinilah, karena anak-anak itu ada yang menjadi musuh bagi orang tua, maka tugas orang tua ialah mewaspadai
anak-anak yang berkarakter buruk. Orang tua pun harus selalu menimbang-nimbang perbuatan anak dan
permintaan mereka dengan timbangan syariat.

Mereka adalah ujian yang harus dihadapi oleh orang tua, untuk mengetahui siapa yang taat kepada Allah dan
siapa yang bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla dalam mendidik mereka.

Apakah orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik mereka saja, dan bila telah memenuhinya dengan baik,
beranggapan telah menunaikan tugasnya sebagai orang tua, atau ia punya pandangan yang lebih jauh dan baik,
tidak hanya memikirkan kebutuhan fisiknya, tapi juga memikirkan bagaimana ia mendapatkan kehidupan yang
baik di akhirat kelak.

‫ستَ ْغفِ ُر ْوهُ؛ إِنَّهُ ه َُو‬ ٍ ‫سلِ ِميْنَ ِمنْ ُك ِّل َذ ْن‬
ْ ‫ فَا‬،‫ب‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِي َه َذا‬
َ ‫ستَ ْغفِ ُرهُ ال َع ِظ ْي َم‬
ْ ‫ َولِ َج ِم ْي ِع ال ُم‬،‫الجلِ ْي َل لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫ال َغفُ ْو ُر ال َر ِح ْي ُم‬
Khutbah Kedua:

،‫ش ُك ُرهُ َعلَى نِ َع ِم ِه ال ِغزَ ا ِر‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫ضلِ ِه ال ِم ْد َرا ِر‬ ْ َ‫ أَ ْح َم ُدهُ تَ َعالَى َعلَى ف‬،‫الر ِح ْي ِم ال َغفَّا ِر‬
َ ،‫اح ِد القَهَّا ِر‬ِ ‫لح ْم ُد هّلِل ِ ال َو‬
َ َ‫ا‬
‫صطَفَى‬
ْ ‫س ْولُهُ ال ُم‬ ُ ‫ش َه ُد أَنَّ نَبِيَّنَا ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬ْ َ‫ َوأ‬،‫الجبَّا ُر‬ َ ‫ش َه ُد أَنْ اَّل إِلَهَ إِاَّل هللا َو ْح َدهُ اَل‬
َ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ ال َع ِز ْي ُز‬ ْ َ‫َوأ‬
‫ َو َمنْ تَبِ َع ُه ْم‬،‫ص َحابُهُ األَ ْخيَا ِر‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫ َوإِ ْخ َونِ ِه األَ ْب َرا ِر‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه الطَيِّبِيْنَ األَ ْط َهار‬ َ ،‫ال ُم ْختَار‬
‫ب اللَ ْي َل َوالنَّ َهار‬
ُ ِ‫ان َما تُ َعاق‬ٍ ‫س‬ َ ‫بِإ ِ ْح‬
Ibadallah,

Sebagaimana bersyukur adalah tanggung-jawab seseorang yang mendapat nikmat-nikmat dari Allah Azza wa
Jalla, orang tua pun wajib bersyukur memperoleh nikmat anak dari-Nya. Rasa syukur itu selain dengan lisan dan
hati, orang tua mensyukuri nikmat anak dengan menjaganya dari hal-hal yang mendatangkan murka Allah Azza
wa Jalla. Tidak memanfatkan mereka untuk melakukan maksiat atau pelanggaran syariat atau mendorong mereka
untuk melakukannya.

Orang tua yang bertakwa wajib berusaha mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya. Tidak sayang
uang, waktu, tenaga dan pikiran dalam mendidik mereka.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dan orang tua mendorong anak-anak untuk menaati perintah-
perintah Allah Azza wa Jalla dan mengajak mereka untuk mengutamakan ridha-Nya dengan menyebut pahala
besar di sisi-Nya yang mencakup segala keinginan yang tinggi dan segala yang dicintai yang amat berharga,
serta mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia yang fana”.

Kewajiban untuk mengarahkan anak-anak kepada hal-hal di atas lebih penting daripada menafkahi mereka.

Saat bicara tentang makna qawwam (yang tertuang dalam An-Nisa:34) yang menjadi tugas kepala rumah tangga,
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menyatakan, bahwa maksud qawwam di sini, yaitu memerintahkan mereka agar
menjalankan hak-hak Allah Azza wa Jalla hingga memelihara kewajiban-kewajiban, menghalangi mereka dari
sumber-sumber kerusakan dan juga dengan menafkahi mereka, memenuhi kebutuhan sandang dan papan bagi
mereka.

Ibadallah,

Dengan mendidik anak-anak dengan pendidikan Islam, mengenalkan kepada mereka kewajiban-kewajiban
agama, larangan-larangan syariat dan akhlak, anak-anak akan menjadi pribadi-pribadi yang shalih dan shalihah
yang pada gilirannya akan menjadi jalan yang membantu kedua orang tua mereka untuk taat kepada Allah Azza
wa Jalla. Akhirnya, orang tua pun selamat dari fitnah anak dan sukses mengendalikan ‘permusuhan’ dengan
anak.

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَآأَ ُّي َها الَّ ِذينَ َءا َمنُوا‬
َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫إِنَّ هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ ي‬

‫ إِنَّ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫ َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم‬ ِ ‫ َو َعلَى‬،‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫ َك َما‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اللهم‬

َ َ‫ َك َما ب‬،‫ َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬،‫اَللَّ ُه َّم بَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
‫ إِنَّ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫ َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬،‫ار ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم‬

ِ ‫ـر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُكونَنَّ ِمنَ ا ْل َخ‬


َ‫اس ِريْن‬ َ ُ‫ َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَ ْنف‬،‫ت‬
ْ ِ‫سنَا َوإِنْ لَ ْم تَ ْغـف‬ ْ ‫سلِ ِميْنَ َوا ْل ُم‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ِ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغـف‬
ْ ‫ـر لِ ْل ُم‬

َ‫سأَلُ َك ا ْل ُهدَى َوالتُّقَى َوا ْل َعفَاف‬


ْ َ‫ اللهم إِنَّا ن‬.‫اب النَّا ِر‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا َع َذ‬ َ ‫سنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح‬َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح‬
‫آخ ُر َدع َْوانَا‬
ِ ‫ َو‬.‫س َخ ِط َك‬ ِ ‫ اللهم إِنَّا نَ ُع ْو ُذ بِكَ ِمنْ َز َو‬.‫َوا ْل ِغنَى‬
َ ‫ال نِ ْع َمتِكَ َوت ََح ُّو ِل عَافِيَتِكَ َوفُ َجا َء ِة نِ ْق َمتِ َك َو َج ِم ْي ِع‬

‫سلَّ َم‬ َ ‫ َو‬. َ‫أَ ِن ا ْل َح ْم ُد هلل َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْن‬.


َ ‫صلى هللا َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬
َ ‫ه َو‬Xِ ِ‫ص ْحب‬

Anda mungkin juga menyukai